Interpersonal Skill :
Kemampuan, kesanggupan, kepandaian
atau kemahiran seseorang dalam mengerjakan sesuatu
Memiliki konsep diri dan berkepribadian
yang kuat
Meningkatkan potensi diri menjadi pribadi
yang mempunyai kompetensi dibidangnya
Percaya diri dan mengasah kemampuan
berkomunikasi
Meningkatkan human relations dalam kehidupan
bermasyarakat dan organisasi
Meningkatkan kemampuan menjadi pemimpin dan
dapat bekerjasama dalam team
Merupakan salah satu soft skill yang banyak diminta
oleh perusahaan untuk berbagai jabatan dan posisi
Interpersonal Skill bukan merupakan bagian dari
karakter kepribadian yang bersifat bawaan, melainkan merupakan ketrampilan yang bisa dipelajari
Interpersonal Skills
Key interpersonal skills
A B Listening Goal setting Providing feedback Empowering people Coaching Interviewing Persuading Politicking
Running meetings Resolving conflicts
negotiating Building teams
I. Listening
(mendengarkan)
Penelitian oleh Crocker, 1978 menemukan
fakta bahwa dari 300 organisasi yang diteliti, sebagian besar menempatkan
“listening” diurutan teratas, sebagai syarat manajer yang berhasil
Hearing Vs. Listening
Hearing – mendengar suara
Listening – menangkap makna dari suara
Active Vs. Passive Listening
Mendengarkan secara pasif, menempatkan
diri kita seperti mesin perekam (recorder). Semua kata dimasukan ke dalam memori
(yang penting dan yang tidak), sehingga kita tidak dapat membedakannya. Kita ingat apa yang dikatakannya, tetapi tidak mengerti apa maknanya.
Mendengarkan secara aktif menuntut kita
agar mampu menempatkan diri sebagai
pihak yang menyampaikan pesan (empati). Kita harus berkonsentrasi dan mau
memahami sepenuhnya isi yang dikemukakan pembicara.
Empat tuntutan
“active listening”
intensitas Kemauan menerima empati Active ListeningActive listeners
speaker Words Eye movement Facial expressions Bodyposture Handgestures Emotions
ears
eyes
mind
Pendengar yang efektif
1. Make eye contact
2. Exhibit affirmative head nods and
appropriate facial expression
3. Avoid distraction actions or gestures 4. Ask questions
5. Paraphrase
6. Avoid interrupting the speaker 7. Don’t over-talk
1. Kontak mata
Bagaimana perasaan anda ketika melihat
orang yang anda ajak bicara tidak
memandang anda, melainkan memandang
ke tempat lain?. Seperti juga kebanyakan
orang lain, anda akan mentafsirkan bahwa
orang tersebut mungkin tidak tertarik akan
apa yang anda bicarakan. Anda
mendengarkan dengan telinga anda,
namun orang lain menilai apakah anda
mendengarkan atau tidak, dengan melihat
mata anda.
2. Anggukan kepala dan
ekspresikan wajah penuh perhatian
Pendengar yang efektif menaruh minat
atas apa yang sedang diucapkan orang lain dengan memberikan tanda “nonverbal”.
Menganggukan kepala, mengerutkan
wajah, tertawa ketika pembicara mencoba melontarkan humor, menggeser posisi
duduk ke arah pembicara, dan lain sebagainya.
3. Cegah tindakan atau gerakan
yang berkesan negatif
Ketika anda sedang mendengarkan
pembicaraan orang lain, jangan terlampau sering melihat atau melirik ke arah jam,
memainkan pinsil, membuka-buka halaman buku, atau mengerjakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan isi pembicaraan. Tindakan-tindakan tersebut mengesankan bahwa anda bosan, atau tidak tertarik pada apa yang
4. Ajukan pertanyaan
Pendengar yang kritis menganalisis apa yang didengarkannya, dan lalu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang relevan. Perilaku ini memberikan keyakinan kepada pembicara bahwa anda memang benar-benar
5. Uraikan apa yang didengar
dengan kata-kata sendiri
Misalnya : “Anda mengatakan
…..(kata-kata pembicara) “ “Apakah itu artinya
adalah …….. (kata-kata anda sendiri) ?”
Ada dua alasan perilaku ini ditampilkan.
Pertama: sebagai tanda bahwa anda
memperhatikan baik-baik isi pembicaraan.
Kedua : sebagai tanda bahwa anda ingin
jangan sampai salah mentafsirkan
kata-kata pembicara.
6. Hindarkan menginterupsi atau
memotong pembicaraan
Beri kesempatan kepada pembicara untuk menyelesaikan isi pembicaraannya. Setelah itu baru anda boleh mengajukan pertanyaan atau memberikan komentar.
Biasakan untuk bersabar mendengarkan pembicaraan orang lain.
7. Jangan terlalu banyak bicara
Memang, sebagian besar kita lebih suka mengemukakan gagasan kita ketimbang harus mendengarkan gagasan orang lain. Namun ketika kita sedang dalam posisi
sebagai pendengar yang baik, tahanlah untuk tidak banyak bicara.
II. Providing feedback
(memberikan
umpan balik)
Umpan balik ??
Setiap bentuk komunikasi yang disampaikan kepada seseorang dengan tujuan agar orang
tersebut mengetahui dampak perilakunya terhadap anda atau orang lain
Feedback
positif dan negatif
Umpan-balik positif lebih bisa diterima
daripada yang negatif. Hal ini bisa dipahami karena sebagian besar manusia lebih
menyukai “good news” ketimbang “bad news”.
Agar umpan balik negatif bisa diterima,
maka utarakan seobyektif mungkin disertai oleh informasi atau data lain yang
Beberapa tips pemberian umpan balik
1. Fokuskan pada perilaku yang spesifik.
Hindarkan kalimat seperti ini : “ Perilakumu sangat jelek” atau “Saya sangat terkesan
pada pekerjaan anda”.
Lebih baik jika kita katakan : “Kemarin Anda terlambat sepuluh menit” atau “Laporan
keuangan yang Anda susun mudah dimengerti”
2. Jaga agar tetap bersifat “impersonal”.
Upayakan, walau anda dalam situasi marah sekali pun, jangan mengkritik kepribadian
seseorang. Mis: “Dasar pemalas, pembohong” atau kata-kata yang
menunjukan sifat seseorang.
Lebih baik kritik tindakannya Mis. : “Dalam satu minggu ini Anda sudah dua hari tidak
3. Segera
Umpan-balik akan sangat bermakna bagi pihak penerima, jika dilakukan segera setelah perilaku tertentu ditampilkan. Misalkan memberikan tepuk tangan atas
tampilan pembicara, atau teguran sopan atas pelanggaran yang dilakukan
seseorang
4. Dimengerti
Pihak yang diberi umpan balik harus mengerti isi dari umpan balik yang
III.
Persuading
- Membujuk
Definisi : Komunikasi tatap muka yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang
dengan tujuan agar pihak lain mau mengikuti dengan sukarela kehendak
seseorang tadi.
Strategi Membujuk
Ada tiga strategi yang umumnya
dilakukan dalam membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu.
1. Kredibilitas
(anda bisa dipercaya) 2. Nalar
(isinya masuk akal)
3. Sentuhan emosional
Taktik pembujukan
1. Memberikan kemudahan secara aktif
(active facilitative) . Kita harus melakukan persiapan matang guna meyakinkan pihak yang akan kita bujuk. Misalnya dengan
mempersiapkan data atau informasi yang diperlukan.
2. Memberikan kemudahan pasif (passive
facilitative) . Kadang, justru tidak
melakukan tindakan apa pun, upaya
membujuk seseorang akan lebih berhasil. Tenang, sabar menunggu, memberikan kesempatan berpikir.
Ketrampilan membujuk
1. Bangun kredibilitas
Kembangkan pengetahuan anda di bidang pekerjaan yang memerlukan bantuan orang
lain.
Jaga hubungan dekat dan akrab
Sajikan informasi yang dapat diandalkan. Kembangkan rasa saling percaya
Lakukan presentasi yang dinamis Minta bantuan pihak ketiga
2. Gunakan pendekatan positif dan bijaksana
Kita harus berasumsi bahwa pihak yang akan kita bujuk adalah orang yang pintar
dan dewasa. Jangan meremehkannya. Hormat, sopan, dan bijak.
3. Jelaskan dengan baik maksud kita
Kita harus mengerti sekali sekali apa yang kita inginkan. Persiapkan dan pelajari secara cermat apa yang menjadi tujuan
4. Sajikan bukti yang kuat guna
mendukung permintaan kita.
Kita harus mampu menjelaskan mengapa
permintaan kita penting, dengan cara
memberikan bukti yang mendukung
5. Sesuaikan alasan permintaan kita
dengan karakteristik orang yang
kita bujuk.
Jika orang yang kita bujuk termasuk
orang yang cerdas dan rasional, alasan
yang harus dikemukakan juga harus bisa
6. Perhatikan kepentingan pihak yang sedang kita bujuk.
Kita harus memperrtimbangkan
keuntungan apa yang bisa diperoleh pihak yang kitabujuk, jika dia bersedia memenuhi
permintaan kita.
7. Sentuh aspek emosionalnya
Kadang alasan rasional dan obyektif belum cukup, maka sentuh hal-hal yang bisa
membangkitkan luapan emosi pihak yang kita bujuk
IV. Resolving Conflicts
3 pemikiran tentang konflik.
1. Pandangan Tradisional : semua bentuk konflik harus dihindarkan.
2. Pandangan “Human Relations” : konflik adalah sesuatu yang natural yang
senantiasa ada dalam semua kelompok dan organisasi, tidak bisa dihindari –
bahkan positif – diterima.
3. Pandangan Interaksionis : konflik tidak
Jenis konflik
1. Functional Conflict : Conflict that supports
the goals of the group and improves its performance. – viable, self-critical,
innovative.
2. Dysfunctional Conflict : Conflict that hinders
group performance – disruptive, chaotic, uncooperative
Conflict and Unit Performance
Situation Level of Conflict Type of Conflict Unit’s Internal Characteristics Unit Performance Outcome A Low or none Dysfunctional Apathetic Stagnant Non-responsive to changeLack of new ideas
Low B Optimal Functional Viable Self-critical innovative High
Level of conflict and Unit Performance
Level of conflict Low High High Unit Performance A B C OptimalGaya menghadapi konflik
1. Kronfontatif / agresif / I win, you lose
2. Asertif / persuasif / kolaborasi I win, you win
3. Koperatif / konsiliasi. I lose , you lose
4. Menghindar / akomodasi I lose, you win