Penataan Tata Kelola Penyediaan Solar Nelayan Dengan
Pemetaan Kegiatan Nelayan
Managing System of Diesel Fuel Provision by Mapping
Fisherman Activities
Reynoldus Andrias Sahulata
Universitas Klabat, Jl. Arnold Monomutu Airmadidi Minahasa Utara 95371-Sulawesi Utara ,+62(431)891035 / +62(431)891036
Fakultas Ilmu Komputer Program Studi Sistem Informasi Universitas Klabat E-mail: rey_sahulata@unklab.ac.id
Abstrak
Adanya kepastian mendapatkan bahan bakar minyak berjenis solar untuk keperluan melaut bagi nelayan penangkap ikan perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah, hal ini disebabkan banyaknya penyimpangan yang terlihat dilapangan tak kala nelayan sebelum melaut, untuk mendapatkan solar harus berhadapan dengan ketersediaan solar dengan tingkat harga yang terjangkau khususnya bagi nelayan yang menggunakan kapal tangkap dengan volume sampai dengan 30GT (Gross Ton) harus berhadapan dengan para okmum yang merekayasa surat layak melaut yang mengacuh pada Pasal 86 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia berupa Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), Surat Laik Operasi (SLO) asli serta Surat Persetujuan Berlayar (SPB) asli, yang mengakibatkan solar bersubsidi sulit untuk didapatkan yang seharusnya para nelayan dengan kwalifikasi kapal sampai dengan 30GT yang seharusnya mendapatkan solar bersubsidi. Untuk itu peneliti membangun sistem tata kelola penyediaan solar nelayan terkomputerisasi sehingga kepastian ketersediaan solar sesuai dengan peruntukannya dapat dipastikan, karna semua penyediaan dan penyaluran solar diatur dilaksanakan secara komputerisasi.
Kata Kunci— Tata Kelola, Database, Kapal Motor Nelayan Abstract
The certainty of getting diesel fuel oil for the purposes for fishing of fishermen needs to get serious attention from the government, this is due to the many irregularities seen in the fishermen's field before going to sea, to get diesel must deal with the availability of diesel with an affordable price level especially for fishermen who use fishing vessels with volumes of up to 30GT (Gross Ton) must deal with individuals who regulation seaworthy letters that ignore Article 86 of the Minister of Marine Affairs and Fisheries Regulation No. 30 of 2012 concerning Capture Fisheries Business in the Republic of Indonesia's Fisheries Management Area Indonesia is in the form of a Fishing License (SIPI) and a Fishing Vessel License (SIKPI), an Original Operation Feasibility Certificate (SLO) and an Original Sailing Certificate (SPB), which makes it difficult to obtain subsidized diesel fuel that fishermen should have with vessel qualifications up to 30GT. For this reason, the researchers built of arrangement for computerized fishermen's solar supply so that the certainty of the availability of diesel fuel in accordance with its designation can be ensured, because all supply and distribution of diesel fuel is regulated to be carried out computerized.
1. PENDAHULUAN
Kawasan perairan Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua dunia sepanjang 99.000 kilometer, dengan luas perairan 6,3 juta kilometer persegi [1], dengan luas dan kekayaan sumber daya perikanan dan kelautan yang melimpah ternyata belum seluruh potensi yang ada dioptimalkan oleh nelayan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh berbagai problematika yang terus melingkari kehidupan nelayan di Negeri ini. Masalah itu adalah pada sisi aset, yaitu nelayan masih sulit mendapatkan bantuan kapal, lalu belum semua nelayan mendapatkan asuransi jiwa yang diberikan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), hingga tingginya biaya solar untuk melaut. Hal ini adalah hasil kajian yang dikeluarkan antar Kementerian Komunikasi dan Informatika beserta KKP[2]. Pusat penelitian oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyebutkan, nilai kekayaan laut Indonesia mencapai Rp 1.772 triliun, dengan potensi kekayaan lebih Rp1.700 triliun [3]. Kondisi ini, merupakan peluang besar dalam meningkatkan taraf hidup nelayan sekaligus tantangan dalam pengawasan, dimana terdapat data yang menunjukkan bahwa nelayan tradisonal menghadapi berbagai kendala seperti berhadapan dengan nelayan yang menggunakan pukat trawl, pemasaran ikan yang belum dioptimalkan, serta perlindungan nelayan terhadap kepastian hukum dilaut, seperti yang terjadi di perairan di Sumatera Utara, walaupun pukat trawl sudah dilarang, tetapi masih beroperasi. Penolakan sering dilakukan nelayan tradisional, yang dilakukan dengan melaporkan kepada apparat keamanan polisi perairan, tetapi tidak berdampak signifikan terhadap penegakan hukum yang mengakibatkan hasil tangkapan ikan yang terganggu bagi para nelayan tradisional. Disamping itu hal ini berdampak terhadap terjadinya kehancuran biota laut, dengan adanya penggunaan pukat trawl pada penangkapan ikan [4]. Selain kendala dalam penangkapan ikan dengan luas sebaran perairan laut yang berpotensi yang sangat besar yang telah diutarakan, maka untuk dapat mengekproitasi kekayaan perairan laut tersebut, maka para nelayan menggunakan kapal motor selain kapal nelayan tradisional untuk melakukan penangkapan ikan. Kapal-kapal nelayan penangkap ikan dengan volume tangkapan ikan dibawah 5 GT (Gross Ton) mendapatkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar [5]. Total biaya yang dikeluarkan oleh nelayan untuk aktivitas melaut sebesar 70% untuk biaya solar [6], dimana dengan adanya kestabilan harga akan sangat membantu nelayan dalam meningkatkan pendapatan, hal ini terlihat dari hasil penelitain yang dilakukan oleh Subhechanis Saptanto, Achmad Zamroni, Andrian Ramadhan dan Rizky Aprilian Wijaya tentang Analisis Kebijakan Dampak Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi Untuk Nelayan [7]. Melihat akan besarnya komponen biaya yang harus disediakan oleh para nelayan motor untuk keperluan melaut sebesar itu, adalah hal yang tepat jika pemerintah melakukan subsidi solar terhadap keperluan para nelayan, agar margin keuntungan yang diperoleh para nelayan dapat ditingkatkan yang pada akhirnya berdampak pada para nelayan di Indonesia dengan meningkatnya taraf hidup, hal ini terungkap dari hasil penelitan yang dilakukan oleh Ade Novalina dan Wahyu Indah sari yang melakukan Analisis Dampaik Kenaikan Harga BBM Terhadap Ketahanan Disposable Income Nelayan Desa Bagan Kecamatan Percut Sei Tuan yang menunjukan hubungan yang signifikan antara kenaikan harga BBM solar mempengaruhi taraf hidup nelayan [8]. Disamping pemerintah melindungi para nelayan untuk mendapatkan solar dengan harga yang terjangkau dan kepastian adanya solar yang tersedia pada satu sisi dan pada disisi yang lain dapat dipastikan pendistribusian solar ke para nelayan pengguna motor sampai dengan 30 GT [9] tidak disalah-gunakan oleh para pengguna yang tidak bertanggung jawab dapat dilakukan, sehingga pemberian subsidi solar tepat sasaran, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Hajar Suryawati dan Tenny Apriliani yang meneliti tentang Mekanisme Penyaluran Bahan Bakar Minyak Bersubsidi Pada Usaha Perikanan Tangkap Skala kecil [10].
Pada penelitian ini, peneliti melakukan terobosan dengan melakukan Pemetan dari Tata Kelola Penyediaan Solar Nelayan melalui Pemetaan pada Kegiatan Nelayan, sehingga terdata jumlah nelayan yang akan melaut setiap saatnya secara akurat, kepastian data nelayan tradisional dan nelayan mengguna motor, dapat diketahui akan kebutuhan solar secara keseluruhan, sehingga
akurat, tersedianya data pembagian solar kepada nelayan secara transparan, dimana nelayan dalam kategori mendapatkan subsidi solar dan non subsidi solar dapat dilakukan, para nelayan penerima subsidi solar dapat dijamin akan ketersediaannya dan penyalagunaan terhadap solar bersubsidi dapat dihindari dan dikurangi.
2. METODEPENELITIAN
Pada penelitian ini, Kerangka teori yang digunakan adalah dengan menerapkan model
Agile Development Methods, karena metodologi ini bertumpu dari software engineering untuk
membangun suatu perangkat lunak yang berkwalitas berdasarkan kelengkapan requirements yang diperlukan dan berorietasi objek yang berfokus pada pengembangan model dengan menggunakan
Unified Modeling Language (UML) [11], memiliki tahapan sebagai berikut :
Gambar 1. Agile Development Methods
1. Perencanaan, pada langkah ini pengembang dan klien membuat rencana tentang kebutuhan dari perangkat lunak yang akan dibuat.
2. Implementasi, bagian dari proses dimana programmer melakukan pengkodean perangkat lunak.
3. Tes perangkat lunak, disini perangkat lunak yang telah dibuat di tes oleh bagian kontrol kualitas agar bug yang ditemukan bisa segera diperbaiki dan kualitas perangkat lunak terjaga.
4. Dokumentasi, setelah dilakukan tes perangkat lunak langkah selanjutnya yaitu proses dokumentasi perangkat lunak untuk mempermudah proses maintenanance kedepannya.
5. Deployment, yaitu proses yang dilakukan oleh penjamin kualitas untuk menguji kualitas sistem. Setelah sistem memenuhi syarat maka perangkat lunak siap dideployment.
6. Pemeliharaan, langkah terakhir yaitu pemeliharaan. Tidak ada perangkat lunak yang 100% bebas dari bug, oleh karena itu sangatlah penting agar perangkat lunak dipelihara secara berkala.
2.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Skema penelitian untuk membangun sistem yang terpadu dengan pendekatan bisnis model, untuk menghasilkan informasi secara akurat terhadap kebutuhan para nelayan secara keseluruhan dalam hal terpenuhinya keperluan akan solar dimana akan terjadi pengklasifikasian pada penggunaan solar pada kelompok nelayan penerima solar subsidi dan kelompok nelayan non subsidi.
Gambar 2. Bisnis proses Sistem Penyediaan Solar Nelayan
1. Pada sistem penyediaan solar nelayan, data didapat dari semua nelayan baik nelayan tradisional maupun nelayan motor.
2. Dari data akan dikelola oleh sistem data base untuk diketahui berapa banyak nelayan tradisional dan berapa banyak nelayan perahu motor.
3. Pada data nelayan motor diketahui berapa banyak nelayan yang akan diberikan subsidi solar dan berapa banyak nelayan yang non subsidi.
4. Dari pendataan nelayan penerima subsidi solar dan non subsidi, maka dapat diketahui dengan pasti berapa besar penggunaan solar oleh nelayan kapal motor.
2.2. Kerangka Konseptual Sistem Terpadu
Kerangka konseptual sistem penyediaan solar nelayan yang dibangun dengan menggunakan Agile development, diimplemtasikan dalam bentuk konsep yang gambarannya akan dibangun sebagai berikut :
Gambar 3. Kerangka Konseptual Sistem Penelitian
Gambar 3 merupakan alur kerja penelitan yang diimplementasikan pada sistem terpadu penyediaan kebutuhan solar bagi nelayan yang dibangun sebagai berikut :
2. Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh sistem data base dapat diketahui apakan nelayan itu adalah nelayan tradisional atau nelayan kapal motor.
3. Untuk setiap nelayan kapal motor dapat diketahui apakan, kapal motor yang digunakan adalah jenis kapal motor yang mendapatkan subsidi solar atau tidak.
4. Sementara untuk nelayan tradisional oleh sistem database, akan disediakan keperluan selama melaut diluar selain penyediaan solar.
5. Sistem database menyajikan informasi tentang jumlah seluruh nelayan yang sedang melaut.
6. Sistem database menghasilkan berapa banyak nelayan tradisional yang melaut dan berapa banyak nelayan kapal motor yang melaut pada setiap harinya.
7. Sistem database memberikan informasi tentang kebutuhan solar subsidi dan solar non subsidi setiap harinya.
8. Sistem database memberikan informasi tentang berapa banyak solar yang menjadi kebutuhan dari semua nelayan kapal motor.
9. Sistem database dapat memberikan informasi detail berupa laporan berapa jumlah kapal nelayan klasifikasi nelayan tradisional, volume kapal, sehingga dapat diprediksi berapa jumlah minimal hasil tangkapan dari seluruh nelayan tradisional setiap harinya. 10. Sistem database dapat memberikan informasi detail berupa laporan berapa jumlah kapal motor nelayan, volume kapal, sehingga dapat diprediksi berapa jumlah minimal hasil tangkapan dari seluruh nelayan kapal motor nelayan setiap harinya.
3. HASILDANPEMBAHASAN
Pada sistem yang dibangun dengan melihat akan semua kebutuhan yang akan dilakukan oleh sistem sehingga semua kepentingan nelayan, baik untuk nelayan tradisional maupun untuk nelayan yang menggunakan motor.
3.1. Use Case
Gambar 4. Use case sistem penyediaan BBM Solar
1. User Admin melakukan pendaftaran terhadap semua nelayan yang akan melaut serta melakukan updating terhadap data nelayan untuk memenuhi kebutuhan nelayan.
2. User Nelayan Motor meminta pada sistem untuk menyediakan semua keperluan untuk melaut serta keperluan solar baik untuk solar bersubsidi ataupun solar non subsidi.
3. User Tradisional meminta pada sistem untuk menyediakan keperluan untuk melaut. 3.2. Class Diagram
Pada sistem arsitetur data yang dibangun pada sistem penyediaan BBM Solar ini dapat terlihat pada gambar 5 yang dapat diterangkan sebagai berikut :
Gambar 5. Class Diagram sistem penyediaan BBM Solar
1. Semua keperluan dari setiap nelayan akan direlasikan pada kelas transaksi_request. 2. Semua nelayan yang akan menggunakan sistem serta kebutuhan yang diperlukan untuk
melaut dari setiap kapal yang digunakan baik tradisional maupun motor terdata pada sistem database yang dikelola oleh Admin.
3. Permintaan akan BBM solar apakah bersubsidi atau non subsidi terjadi disaat semua keperluan yang diminta pada sistem, maka sistem akan menyediakan keperluan solar tersebut berdasarkan data pada sistem database.
3.3. Implementasi Pada Sistem Aplikasi
Sebagaimana perancangan sistem penyediaan BBM Solar, maka sistem aplikasi yang dihasilkan sebagai berikut :
3.3.1. Sistem Menampilkan Tampilan Awal
Pada bagian ini sistem sudah siap berinteraksi dengan pengguna, sebagai mana terlihat pada gambar 6 dimana sistem digunakan berdasarkan tinggkat pengguna berikut :
Gambar 6. Menu awal penyediaan BBM Solar 3.3.2. Tabel user
User admin menginputkan/mendaftakan semua nelayan yang menggunakan sistem penyediaan BBM Solar, seperti yang terlihat pada gambar 7 berikut, dimana menampilkan nama pengguna beserta username, user level, serta status keaktifan user:
Gambar 7. Daftar user 3.3.3. Input Data Kapal
Sebagaimana rancangan sistem penyediaan BBM Solar, agar semua kebutuhan nelayan dapat terpenuhi maka pendataan terhadap kapal yang digunakan menjadi satu kebutuhan yang diperlukan dimana akan diketahui apakan kapal motor yang digunakan melaut tersebut mendapatkan solar bersubsidi ataukan non subsidi dengan memasukan data Nama kapal, Nomor Kapal, Nama Kelompok Nelayan serta Ukuran Volume kapal (Gross Ton). Untuk keperluan hal tersebut maka sistem melakukan pengambilan data seperti yang terlihat pada gambar 8.
Gambar 8. Input Data kapal 3.3.4. Kebutuhan Nelayan
Setelah sistem mengetahui tentang volume dari kapal yang akan melaut, maka system dapat menentukan apakah kapal yang bersangkutan adalah jenis kapal yang berhak mendapatkan solar bersubsidi ataupun menggunakan solar non subsidi ataukan hanya kapal nelayan tradisional. Pada tahap ini system sudah dapat menghitung berapa solar yang dibutuhkan baik untuk keperluan solar subsidi dan non subsidi. Seperti yang terlihat pada gambar 9, dimana jumlah solar yang digunakan, harga/liter sebelum subsidi yang terakumlasi serta kebutuhan lainnya yaitu balok es, garam, beras, lauk pauk, air tawar dan minyak tanah atau gas untuk memasak dilaut.
Gambar 9. Kebutuhan Nelayan
Dari menu ini dapat diketahui jumlah solar yang diperlukan baik solar subsidi maupun solar non subsidi, serta total solar yang diperlu seluruh nelayan. Demikain pula dapat diketahui berapa banyak kebutuhan untuk melaut lainnya dapat diketahui secara pasti.
4. KESIMPULAN Dari hasil penelitaian ini dapat disimpulakan :
1. Semua nelayan dapat diketahui data kapalnya, serta dapat diketahui semua kebutuhan yang diperlukan baik keperluan BBM solar dan kebutuhan non BBM.
2. Dapat diketahui total penggunaan solar dari semua nelayan, serta berapa banyak BBM solar bersubsidi dan non subsidi yang digunakan.
3. Setiap kapal mendapatkan BBM solar sesuai dengan kondisi kapal, apakan BBM bersubsidi atau non subsidi.
4. Jumlah solar yang tersedia dalam jumlah tepat kesesuaiannya.
5. SARAN Untuk penelitan selanjutnya disarankan sebagai berikut :
1. Tersedia visualisasi nelayan dalam bentuk diagram baik secara keseluruhannya, serta pembagian nelayan berdasarkan kapal yang digunakan.
2. Tersedian visualisasi penggunaan BBM solar, dalam bentuk diagram yang dibagi atas BBM solar bersubsidi dan non subsidi.
3. Adanya prakiran penggunaan BBM solar berdasarkan penggunaan perperiode.
UCAPANTERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Klabat yang telah memberi dukungan terhadap penelitian ini dengan memberikan bantuan pendanaan.
DAFTARPUSTAKA
[1] Bourguignon. F dan Pleskovic. B, Annual World Bank Conference on Development Economics Global, Rethinking Infrastructure for Development, Washington DC 20433, 2006.
[2] Kementrian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia,Ekspor Naik, Ikan dari Indonesia Diterima di 147 Negara,
https://www.kominfo.go.id/content/detail/16072/ekspor-naik-ikan-dari-indonesia-diterima-di-147-negara/0/berita, diakses tgl 05 April 2020.
[3] Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI), Potensi
Kekayaan Laut Indonesia Ternyata Capai Rp 1.772 Triliun,
https://kumparan.com/@kumparansains/potensi-kekayaan-laut-indonesia-ternyata-capai-rp-1-772-triliun-1qwD2eNqulO, diakses tgl 08 April 2020.
[4] Mongabay situs berita lingkungan, Kala Nelayan Tradisional Masih Hadapi Beragam
Kendala, https://www.mongabay.co.id/2019/06/21/kala-nelayan-tradisional-masih-hadapi-beragam-kendala/, diakses tgl 10 April 2020.
[5] Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi [BPH Migas]. 2014, Surat Edaran dari Kepala
BPH Migas No 29/07/Ka.BPH/2014 tentang Pelarangan Kapal Diatas 30 GT untuk Mengkonsumsi BBM Bersubsidi, Dikeluarkan di Jakarta pada Tanggal 15 Januari 2014, BPH
[6] Repubika.co.id, Nelayan Indramayu Terkena Dampak Pengurangan Solar Bersubsidi,
https://nasional.republika.co.id/berita/n9s3n6/nelayan-indramayu-terkena-dampak-pengurangan-solar-bersubsidi, diakses tgl 10 April 2020.
[7] Saptanto, A., Zamroni, A., Ramadhan, A., Wijaya, R.A., 2016, Analisis kebijakan dampak penyesuaian harga BBM bersubsidi unuk nelayan, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan
dan Perikanan Gedung Balitbang KP I Lt. 4, Jakarta.
[8] Novalina, A., Sari, W.I.,2017, Analisis dampak kenaikan harga BBM terhadap ketahanan
disposable income nelayan desa Bagan Kecamatan Percut Sei Tuan, Jurnal Kajian Ekonomi dan Kajian Publik, Vol. 2 No 1 Januari 2017.
[9]Permen PKP No 13/permen-KP/2015, http://jdih.kkp.go.id/peraturan/13-permen-kp-2015.pdf, diakses tgl 20 Juni 2020.
[10]Suryawati, S. H., Apriliani, T., 2015. Mekanisme penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi pada usaha perikanan tangkap skala kecil, Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan
dan Perikanan Gedung Balitbang KP I Lt. 4, Jakarta.
[11] K. E. Kendall dan J. E. Kendall, System Analysis and Design, New Jersey: Prentice Hall, 2011.