Perancanaan Proses
Disampaikan oleh:
1. Groover, M.P.,(2001), “Automation, Production System and Computer Integrated Manufacturing”, Prentice Hall.
2. Singh, N., (1996), “Systems Approach to Computer-Integrated Design and Manufacturing”, John Wiley & Sons.
Tujuan Instruksional
1. Memperkenalkan cara pikir sistemik terintegrasi
dan metoda keteknikindustrian dalam
memecahkan permasalahan dalam sistem
manufaktur
2. Mahasiswa dapat melakukan analisis dan
memodelkan sistem manufaktur
Apa perencanaan proses ?
• Perencanaan proses merupakan jembatan
antara disain dan proses manufaktur
• Perencanaan proses: menterjemahkan
spesifikasi disain menjadi rincian proses
manufaktur
• Pendefinisian:
Process planning is set of
rules and instructions to create products
Proses dalam Manufaktur
•
Material removal – “chip making”
•
Metal forming and sheet metalworking
•
Casting and molding
•
Joining and assembly
•
Cleaning and coating
Proses Material Removal Dasar
• Turning • Drilling • Milling • Grinding
• Masing-masing memiliki kemampuan tertentu dan dapat diestimasi parameter-parameter proses seperti:
– Waktu pemesinan
Turning(1)
Turning(2)
Drilling
• Boring: memperbesar lubang yang telah dibuat sebelumnya
• Counterboring: memperbesar hanya satu sisi dari lubang yang telah dibuat
• Reaming:menghasilkan ukuran yang sesuai dan penghalusan permukaan dari lubang yang telah ada
• Tapping: membuat ulir di bagian dalam
• Spot facing: finishing permukaan pada lubang yang telah dibuat
Milling
Grinding
Langkah Dasar dalam Perencanaan Proses
• Analisis kebutuhan part • Pemilihan material dasar
• Penentuan operasi manufaktur dan urutannya • Pemilihan pemesinan
• Pemilihan tools, workholding devices, inspection equipment
• Penentuan kondisi pemesinan (cutting speed, feed and depth of cut) dan waktu pemesinan (setup, waktu
Analisis kebutuhan part
• Mengenali feature dari part, contoh:plane, cylinder, cone, step, edge dan fillet
• Bentukan feature ini bisa dimodifikasi dengan
menambahkan: slots, pockets, grooves, dan holes
• Contoh: feature berbentuk plane dimodifikasi dengan menambah step, slot, side step, blind hole
Pemilihan material awal
• Jenis material dan bentuk awal yang
tersedia: rod, slab, dll.
• Dimensi
Penentuan operasi dan urutan manufaktur
• Penentuan urutan sangat penting
• Batasan dalam proses, cara perakitan, dll
menjadi perhatian dalam penentuan urutan
• Begitu pula surface
roughness dan tolerance
Pemilihan pemesinan
• Melakukan pemilihan mesin yang akan dipakai
• Dipengaruhi oleh:
– Atribut benda kerja: feature, dimensi,
toleransi, bentuk bahan baku
– Atribut mesin: kemampuan proses, ukuran,
kemampuan tooling, jenis mesin (manual,
otomatis, CNC, dll)
– Atribut volume produksi: jumlah yang harus
dibuat
Pemilihan Mesin
Pemilihan tools,
workholding devices
,
inspection
equipment
• Bergantung pada
part feature
• Tools terkait dengan toleransi dan
surface
roughness
•
Workholding
terkait dengan
jig-fixture
• Volume produksi mempengaruhi pula
pemilihan
workholding
Pemilihan Tools
Kondisi pemesinan
• Menyangkut penentuan:
–
Cutting speed
(
v
)
–
Feed rate
(
f
)
–
Depth of cut
(
d
)
CAPP: mengapa ?
• Bisa menghasilkan rencana proses yang akurat
dan konsisten
• Mengurangi biaya dan lead time perencanaan
proses
• Kebutuhan ketrampilan perencana proses dapat
dikurangi
• Peningkatan produktivitas perencana proses
• Memudahkan
interface
dengan program
Metode dalam CAPP
• Metode Variant:
– Rencana proses untuk part baru dibuat dengan
memanfaatkan rencana proses part yang mirip yang sudah tersimpan sebelumnya. Rencana proses baru merupakan modifikasi dari rencan proses part sejenis tersebut.
• Metode Generative:
– Rencana proses di-generate dengan logika, formula, algoritma dan data tertentu. Dikenal dua macam
Metode Variant (1)
• Langkah-langkah dalam metode ini:
1. Mendefinisikan skema peng-kode-an
2. Menglompokkan kelompok dalam part
families
3. Mengembangkan standard rencana proses
4. Menggunakan standard untuk membuat
rencana proses part yang baru dengan
memodifikasinya
Metode Variant (2)
Metode Generative
• Rencana proses dibuat berdasarkan
pengetahuan mengenai proses yang telah
dikumpulkan, seperti: – Geometric feature
– Proses manufaktur
• Dibuat dalam decision table
Knowledge Based Process Planning(1)
• Pengetahuan mengenai proses dapat dikumpulkan dalam sebuah knowledge base • Perencanaan proses dapat dilakukandengan lebih efisien • Salah satu contoh:
Knowledge Based
Process Planning(2)
• 3I-PP (Integrated, Incremental and Intelligent Process
Planner)
• Components:
– Knowledge base
– Feature completion module
– Process selector
Pengenalan Feature
• Data CAD dimanfaatkan untuk CAPP
• Tidak semua sistem CAD memiliki kemampuan mengenali feature dengan mudah
• Diperlukan proses mengenali feature sehingga CAPP dapat diintegrasikan dengan CAD
• Banyak pendekatan yang dilakukan. Secara garis besar dibedakan untuk:
– Prismatic part
Graph Based Approach
(1)
• Terdiri dari tiga langkah dasar:
1. Mengenerate
graph-based representation
dari obyek yang akan dikenali
2. Mendefinisikan feture dari part
3. Mencocokkan feature dalam representasi
graph
Graph Based Approach
(2)
• Definition of Attributed Adjacency Graph (AAG)
– An AAG can be defined as a graph G=(N,A,T) where:
• N: set of nodes
• A: set of arcs
• T: set of attributes to arcs in A such that:
– For every face f in F, there esxist a unique node n in N
– For every edge e in E, there esxist a unique arc a in A, connecting nodes ni and nj, corresponding to face fi and face fj, which share the common edge e.
Graph Based Approach
(3)
• The AAG is represented in the computer in the form of matrix, which defined as follows:
F1 F2 F3 ……….. Fn F1 E1,1 E1,2 … …….. E1,n
F2 E2,1 .
.
Fn En,1 En,n
Graph Based Approach
(4)
• e
1adalah convex
edge
• e
2adalah concave
edge
• f
2dan f
1adalah
convex face
• f
1dan f
3adalah
concave face
z
y
x
f
2f
1f
3e
1Graph Based Approach
(5)
• Untuk feature-feature berikut dapat dilihat representasi graph seperti di samping:
a. Step b. Slot
c. Three-side pocket d. Four-side pocket e. Pocket (blind hole) f. Through hole
Graph Based Approach
(6)
• Untuk mengenali feature dilakukan dengan memecah AAG menjadi beberapa sub-graph
• Dasar pemecahan adalah bahwa jika sebuah face (sisi) berhubungan dengan sisi-sisi yang berdekatan
membentuk bidang convex berarti tidak terbentuk feature
• Di dalam matriks AAG semua baris dan kolom yang tidak memiliki nilai 0 dihapus
Graph Based Approach
(7)
Graph Based Approach
(8)
Graph Based Approach
(9)
• Dari matriks tersebut:
– Baris ke 4 sampai baris ke 10 dicoret karena tidak memiliki nilai 0
– Baris ke 13 sampai baris ke 15 dicoret karena tidak memiliki nilai 0
– Kolom ke 6 sampai kolom ke 11 dicoret karena tidak memiliki nilai 0
– Kolom ke 14 dan kolom ke 15 juga dicoret
• Tersisa dua sub matriks yang tidak saling berhubungan:
– F1-F2; F1-F4; F1-F5; F2-F3; F2-F5; F3-F4; F3-F5 – F11-F12; F12-F13
Integrasi CAD-CAPP-CAM
workpiece
machining_feature S[0:?]
pocket plane hole region
1 S[0:?]
machining_operation workplan
machining_workingstep L[0:?]
plane_milling side_milling drilling 1 tool technology L[0:?] toolpath geometry geometry geometry