• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam

pengumpulan data, analisis data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000).

Penelitian mengenai gambaran resiliensi pada siswa korban bullying di SMP Methodist 1 Medan ini akan menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Azwar (2000), metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam gejala yang diamati. Variabel merupakan sebuah simbol di mana angka-angka atau nilai ditetapkan dan suatu konsep atau pengertian dapat dikatakan sebagai variabel bila menunjukkan adanya variasi (Kerlinger, 2000). Sesuai dengan judul penelitian yaitu gambaran resiliensi pada siswa korban bullying di SMP Methodist 1 Medan ini, maka variabel

(2)

B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan batasan suatu fenomena yang dapat diamati dan diukur, bersifat behavioral (Purwanto, 2008). Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan dalam

menginterpretasi masing - masing variabel penelitian (Hadi, 2000).

1. Resiliensi

Resiliensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan untuk bertahan dan bangkit dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup. Terdapat tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan

pencapaian.

b. Regulasi Emosi

Regulasi emosi adalah mampu untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan, mampu untuk mengatur emosi dengan baik dan mengekspresikan emosi secara tepat.

c. Pengendalian Impuls

Pengendalian impuls adalah mampu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri, dan mampu menguji keyakinan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat rasional.

d. Optimisme

Optimisme adalah mampu untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan, memiliki kepercayaan bahwa situasi yang sulit suatu saat akan

(3)

berubah menjadi situasi yang lebih baik dan memegang kendali atas arah kehidupan.

e. Analisis Penyebab Masalah

Analisis penyebab masalah adalah mampu untuk mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari permasalahan yang dihadapi, mampu untuk memfokuskan dan memegang kendali penuh pada pemecahan masalah, mengatasi permasalahan yang ada, mengarahkan hidup, dan bangkit dan meraih kesuksesan.

f. Empati

Empati adalah mampu untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain, mampu untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain.

g. Efikasi diri

Efikasi diri adalah memiliki keyakinan bahwa mampu memecahkan masalah yang dialami dan mencapai kesuksesan.

h. Pencapaian

Pencapaian adalah mampu untuk meraih aspek positif atau mengambil hikmah dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa, mampu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya, dan berani mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupan. Resiliensi dapat dilihat dari skor yang diperoleh individu pada skala resiliensi. Jika semakin tinggi skor skala resiliensi yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat resiliensi yang dimiliki oleh siswa korban bullying. Demikian sebaliknya,

(4)

jika semakin rendah skor skala resiliensi yang diperoleh, maka semakin rendah tingkat resiliensi yang dimiliki oleh siswa korban bullying.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Kelompok yang besar yang berkepentingan dalam penelitian adalah populasi, kelompok kecil individu yang berpartisipasi dalam penelitian adalah sampel (Gravetter & Forzano, 2006). Agar informasi yang diperoleh dari sampel benar-benar mewakili populasi, sampel tersebut harus mewakili karakteristik populasi yang dimilikinya (Kuncoro, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Methodist 1 Medan. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami bullying.

Sampel adalah bagian dari populasi. Artinya, sampel merupakan

sekelompok individu yang dipilih dari populasi yang dimaksudkan sebagai wakil populasi dari suatu penelitian. Sampel harus memiliki sedikitnya satu sifat yang sama agar dapat dilakukan generalisasi (Kaplan & Saccuzo, 2005). Subjek penelitian menurut Azwar (2009) adalah sumber utama data penelitian, yaitu mereka yang memiliki data mengenai variabel yang akan diteliti. Karakteristik subjek penelitian diperlukan untuk menjamin homogenitasnya. Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Termasuk remaja awal. Remaja awal menurut Monks (1999) berusia 12-15 tahun.

(5)

b. Siswa yang mengalami bullying - Verbal bullying

Berbentuk name-calling (memberi nama julukan), taunting (ejekan), belittling (meremehkan), cruel criticsm (kritikan yang kejam),

personal defamation (fitnah secara personal), racist slurs (menghina ras), sexually suggestive (bermaksud/bersifat seksual) atau sexually abusive remark (ucapan yang kasar).

- Physical bullying

Meliputi menampar, memukul, mencekik, mencolek, meninju, menendang, menggigit, menggores, memelintir, meludahi, merusak pakaian atau barang dari korban.

- Relational bullying

Meliputi perilaku pengabaian, pengisolasian, pengeluaran, dan penghindaran.

Responden dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik incidental sampling dimana pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada faktor

kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yang sesuai dengan karakteristik tertentu (Hadi, 2000). Pada penelitian ini sampel diambil dengan cara memilih subjek dengan bantuan guru sekolah SMP Methodist 1 Medan untuk

mengumpulkan subjek dalam satu kelas dan mendatangi subjek secara langsung untuk mengisi skala yang sudah disediakan.

Sebelum skala penelitian atau skala resiliensi disebar, terlebih dahulu disebar skala bullying. Skala bullying ini tidak diuji coba karena hanya digunakan

(6)

untuk screening atau memisahkan sampel yang mengalami bullying dan yang tidak. Skala bullying disebar kepada siswa yang merupakan subjek penelitian, kemudian skala bullying tersebut di skoring dan subjek dikategorikan dengan menggunakan standard error measurement. Standard error measurement membagi sampel menjadi 2 kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah. Dalam penelitian ini siswa yang mengalami bullying adalah siswa yang memiliki skor tinggi pada skala bullying. Siswa yang mengalami bullying akan dilihat

resiliensinya dan siswa yang tidak mengalami bullying tidak akan digunakan dalam penelitian.

Menurut Azwar (2009), secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Namun, sesungguhnya tidak ada angka yang dapat dikatakan dengan pasti. Oleh sebab itu, sampel dalam penelitian ini berjumlah 63 orang.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode self-reports. Menurut Hadi (2000), metode self-report berasumsi bahwa :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

2. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada subjek adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

(7)

Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk

memperoleh informasi yang relevan, akurat dan memadai. Pentingnya prosedur adalah baik buruknya penelitian tergantung pada teknik-teknik pengumpulan datanya (Hadi, 2000).

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan, yaitu:

1. Skala Bullying

Skala bullying ini hanya digunakan untuk screening atau memisahkan sampel yang mengalami bullying dan yang tidak. Skala bullying yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan karaktersitik bullying yang dikemukakan oleh Coloroso (2006). Skala perilaku bullying menggunakan skala model Likert. Skala ini terdiri dari 7 aitem dengan menggunakan 5 pilihan jawaban, yaitu: tidak pernah menjadi korban perilaku bullying, hanya terjadi satu sampai dua kali dalam beberapa bulan terakhir, dua sampai tiga kali dalam sebulan, kira-kira sekali seminggu, dan beberapa kali dalam seminggu.

Penilaian untuk respon yang diberikan subjek untuk setiap pernyataan berturut-turut adalah 1,2,3,4,5. Kemudian siswa akan dikategorikan mengalami bullying atau tidak dengan menggunakan kategorisasi standard error

(8)

2. Skala Resiliensi

Skala Resiliensi disusun berdasarkan 7 (tujuh) kemampuan yang membentuk resiliensi yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte (2002), yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan reaching out.

Variabel dalam skala Resiliensi ini diukur dengan model skala yang dirancang sendiri oleh peneliti dengan menggunakan model skala Likert yaitu 5 (lima) pilihan respon, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), N (Netral), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable) dan di skoring 1, 2, 3, 4, 5. Selain aitem-aitem tersebut, di dalam alat ukur ini juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh responden.

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi resiliensi yang dimiliki oleh siswa korban bullying, begitu juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek maka semakin rendah resiliensi yang dimiliki oleh oleh siswa korban bullying.

(9)

Tabel 2. Blue Print Skala Resiliensi

No. Aspek Resiliensi Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Regulasi Emosi 13, 25, 26, 40 2, 7, 23, 31 8 2. Pengendalian Impuls 4, 15, 42, 47 11, 36, 38, 55 8 3. Optimisme 18, 27, 32, 53 3, 33, 39, 43 8 4. Analisis Penyebab Masalah 12, 19, 21, 48 1, 41, 44, 52 8 5. Empati 10, 34, 37, 46 24, 30, 50, 54 8 6. Efikasi diri 5, 28, 29, 49 9, 17, 20, 22 8 7. Pencapaian 6, 8, 14, 56 16, 35, 45, 51 8

Total 56

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah

penelitian sangat menentukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang dilakukan. Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai suatu tes (Azwar, 2009). Peneliti akan melakukan uji coba pada alat ukur berupa skala Resiliensi pada sejumlah responden, dengan tujuan memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel.

(10)

1. Uji Validitas

Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2009).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat relevansinya. Validitas isi dalam penelitian ini diestimasi lewat pengujian

terhadap isi tes dengan analisis rasional (kesesuaian dengan blue print yang telah disusun oleh peneliti) dan diperkuat lewat professional judgement yang dilakukan oleh Dosen pembimbing (Azwar, 2009).

Setelah skala Resiliensi diujicobakan pada sejumlah sampel, peneliti akan melakukan uji daya beda aitem untuk mendapatkan aitem-aitem yang memenuhi persyaratan. Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes sebagaimana yang dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2009).

Peneliti menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product Moment untuk menguji daya beda dari aitem-aitem dalam skala kepercayaan

(11)

(trust). Prosedur pengujian ini menghasilkan koefesien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2009). Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan SPSS versi 16.00 for Windows akan diperoleh aitem-aitem yang memenuhi persyaratan.

Menurut Azwar, (2009) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal rix ≥ 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan. Semakin tinggi harga kritik, maka aitem tersebut semakin baik.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Azwar (2009) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersama-sama (Azwar, 2009). Uji reliabilitas skala penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan prosedur hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Teknik yang digunakan adalah teknik reliabilitas Alpha dari Cronbach. Pengujian reliabilitas

(12)

ini akan menghasilkan reliabilitas dari skala Resiliensi. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx‟) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1.00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1.00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas. Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS Versi 16.00 for Windows.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya, skala Resiliensi diuji cobakan terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan

karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk melihat daya diskriminasi aitem dan reliabilitas aitem. Uji coba ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi komputer spss versi 14.

Pelaksanaan uji coba alat ukur berlangsung pada tanggal 23 Februari 2012 dan 30 Februari 2012 diujicobakan pada 300 siswa-siswi SMP Raksana dan SMP Darussalam di kota Medan. Adapun distribusi hasil uji coba skala dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(13)

Tabel 3. Hasil Uji Coba Skala Resiliensi

No. Aspek Resiliensi Aitem Total

Favorable Unfavorable 1 Regulasi Emosi 13, 26 - 2 2 Pengendalian Impuls 4, 15, 42, 47 36 5 3 Optimisme 32, 53 - 2 4 Analisis Penyebab Masalah 12, 19, 48 - 3 5 Empati 10, 37 50 3 6 Efikasi diri 5, 28, 29, 49 - 4 7 Pencapaian 6, 8, 14, 40,56 - 5 Total 22 2 24

Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 56 aitem skala Resiliensi dengan 300 orang subjek (n=300), terdapat 24 aitem yang memiliki koefisien korelasi item total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (r > 0,148) dengan reliabilitas Alpha (α) sebesar 0,99. Koefisien determinasi aitem-aitem yang valid bergerak dari 0,155 hingga 0,342.

Aitem-aitem yang ada pada skala ini dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem yang akan digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada di bawah ini:

(14)

Tabel 4. Penomoran Baru Skala Resiliensi

No. Aspek Resiliensi Aitem Total

Favorable Unfavorable 1 Regulasi Emosi 7, 11 - 2 2 Pengendalian Impuls 1, 9, 18, 19 15 5 3 Optimisme 14, 23 - 2 4 Analisis Penyebab Masalah 6, 10, 20 - 3 5 Empati 5, 16 22 3 6 Efikasi diri 2, 12, 13, 21 - 4 7 Pencapaian 3, 4, 8, 17,24 - 5 Total 22 2 24

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Adapun ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, antara lain :

(15)

Pada tahap ini peneliti menyusun alat ukur penelitian, yaitu skala Resiliensi. Skala ini berupa skala Likert dengan pilihan respon yang telah

disederhanakan oleh peneliti menjadi 5 pilihan respon, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), N (Netral), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Penyusunan skala ini didahului dengan membuat blue print yang kemudian dilanjutkan dengan operasionalisasi dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Skala Resiliensi dibuat dalam bentuk booklet ukuran kertas A4 yang terdiri dari pernyataan-pertanyaan dan setiap pernyataan memiliki 5 alternatif jawaban.

b. Permohonan izin

Sebelum melakukan persiapan dalam hal perizinan peneliti menentukan tempat penelitian. Kemudian peneliti meminta surat izin pengambilan data kepada pihak Fakultas Psikologi dan mengantarkannya ke sekolah yang menjadi tujuan penelitian adapun dalam hal ini yaitu SMP Methodist 1 Medan sebagai lokasi untuk pengambilan data penelitian, SMP Raksana Medan dan SMP Darussalam untuk melaksanakan tryout skala penelitian.

c. Uji Coba Alat Ukur

Setelah alat ukur selesai disusun, maka selanjutnya peneliti mendiskusikan aitem yang telah dikonstruksi dengan dosen pembimbing untuk melihat

validitasnya. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validasi validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan professional

judgement yakni oleh dosen pembimbing. Kemudian, skala tersebut diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa SMP Raksana Medan pada tanggal 23 Februari 2012

(16)

dan SMP Darussalam pada tanggal 30 Februari 2012. Adapun jumlah sampel untuk tryout adalah sebanyak 300 orang

d. Penyusunan Alat Ukur Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala resiliensi. Pembuatan alat ukur dimulai dengan mengkaji teori-teori maupun hasil penelitian yang berkaitan dan dilanjutkan dengan membuat aspek-aspek untuk memudahkan dalam penjabarannya. Penyusunan skala ini dilakukan dengan membuat blue print dan kemudian dioperasionalisasikan dalam bentuk item-item pernyataan. Setelah item tersusun, peneliti meminta penilaian ahli yaitu pada dosen pembimbing untuk mendiskusikan apakah item yang telah dibuat dapat diterima oleh subjek penelitian secara umum. Aitem-aitem tersebut kemudian diujicobakan kepada sampel yang mirip dengan sampel penelitan. Dari hasil uji coba dapat dilihat aitem mana saja yang memiliki nilai korelasi yang baik dan aitem tersebut lah yang digunakan sebagai alat pengambilan data dalam penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah skala penelitian lulus dalam uji validitas dan reliabilitas, maka aitem-aitem dalam skala tersebut disusun kembali. Selanjutnya, aitem-aitem yang sudah lulus penyaringan dijadikan alat pengumpulan data pada sampel penelitian yang sesungguhnya. Dalam penelitian ini, semua eksemplar skala yang disebarkan tersebut kembali dan semuanya layak untuk dianalisis lebih lanjut. Penelitian dilakukan di SMP Methodist 1 Medan pada tanggal 23 Maret. Sebelum skala penelitian disebar, terlebih dahulu disebar skala bullying. Skala bullying ini tidak

(17)

diuji coba karena hanya digunakan untuk screening atau memisahkan sampel yang mengalami bullying dan yang tidak. Skala bullying disebar kepada 160 siswa. Kemudian skala bullying tersebut di skoring dan subjek dikategorikan dengan menggunakan standard error measurement. Dapat dilihat dari 160 siswa tersebut, siswa yang mengalami bullying adalah sebanyak 63 orang. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 63 orang.

3. Tahap Pengolahan Data

Data diolah dengan analisis deskriptif dengan menghitung frekuensi, nilai maksimum, nilai minimum, range, standard deviasi (σ), serta mean (µ) untuk masing-masing kemampuan pembentuk resiliensi. Kemudian subjek akan dikategorikan dengan kategorisasi berdasar model distribusi normal yaitu kategorisasi jenjang (ordinal).

Berikut adalah rumus untuk masing-masing kategori.

x < (µ - 1,0σ) kategori rendah

(µ - 1,0σ) ≤ x < (µ + 1,0σ) kategori sedang

(µ +1,0σ) ≤ x kategori tinggi

Sebelum membagi subjek ke dalam kategori terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Hal ini merupakan syarat dalam menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Uji normalitas dilakukan dengan One-sample Kolmogorov Smirnov dengan bantuan SPSS versi 16.0. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p >

(18)

0.05. Adapun nilai p yang didapat dalam penelitian ini adalah 0,271 sehingga p < 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini

terdistibusi normal.

H. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya melibatkan satu variabel pada satu kelompok, tanpa menghubungkan dengan variabel lain atau membandingkan dengan kelompok lain. Penelitian dilakukan atas satu kelompok dalam satu hal variabel (Purwanto, 2008). Hadi (2000) menyatakan bahwa penelitian deskriptif akan menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.

Azwar (2009) juga menyatakan bahwa uraian kesimpulan dalam penelitian deskriptif didasari oleh angka yang diolah secara tidak terlalu mendalam. Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan yang akan disajikan adalah ukuran tengah meliputi nilai mean dan ukuran variasi meliputi standar deviasi, minimum dan maksimum. Mean adalah angka rata-rata. Nilai maksimum dan nilai minimum digunakan untuk mengetahui range (selisih antara nilai maximum dan minimum). Nilai kuadrat penyimpangan dari nilai mean disebut dengan varian. Agar satuan varian sama dengan mean, maka dikembangkan ukuran variasi yang disebut dengan standar deviasi. Standar deviasi merupakan

(19)

akar dari varian, dimana standar deviasi yang semakin besar menunjukan variasi yang semakin besar pula (Hastono, 2001).

(20)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan gambaran keseluruhan hasil penelitian. Pemaparan dalam bab ini akan diawali dengan pembahasan mengenai gambaran umum subjek penelitian yang dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi data penelitian sesuai dengan masalah yang akan dijawab maupun analisis tambahan atas data yang ada.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Methodist 1 Medan dengan jumlah sampel sebanyak 63 orang. Seluruh subjek dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan kelasnya.

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-Laki 24 38,1

Perempuan 39 61,9

(21)

Tabel 5 menunjukkan jumlah subjek laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah subjek perempuan. Subjek laki-laki berjumlah 24 orang (38,1%), sedangkan subjek perempuan berjumlah 39 orang (61,9%). Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Kelas

Berdasarkan kelas, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel 6 di bawah ini:

Tabel 6. Persentase Subjek Berdasarkan Kelas

Kelas Jumlah (orang) Persentase (%)

I 22 34,9

II 27 42,9

III 14 22,2

(22)

Tabel 6 menunjukkan jumlah subjek yang berada di kelas II (42,95) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek di kelas I (34,9%) dan III (22,2%). Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelas dapat dilihat pada grafik 2.

Grafik 2. Penyebaran Subjek Berdasarkan Kelas

B. Hasil Penelitian

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti. Fungsi analisis deskriptif adalah menyederhanakan kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna (Hastono, 2001).

1. Gambaran Umum Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan

Berikut ini akan disajikan deskripsi umum skor resiliensi subjek penelitian. Data ini penting dalam pengolahan data dalam mengkategorikan subjek ke dalam tiga kelompok subjek yang dimaksudkan. Deskripsi umum skor

(23)

maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi resiliensi siswa yang mengalami bullying dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Deskripsi Umum Skor Maksimum, Minimum, Mean, dan Standar Deviasi Skor Resiliensi

Variabel Data N Min Maks Mean Standard

Deviasi Resiliensi Data Empirik 63 55 105 81,70 12,144

Dari hasil tersebut maka subjek penelitian akan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan tingkatan kategorisasi resiliensi yaitu : rendah, sedang, dan tinggi. Untuk mengelompokkan subjek ke dalam masing-masing kelompok, dibuat suatu kategorisasi skor berdasarkan norma pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. Pengkategorian Resiliensi

Rumus Kategori

X < (µ - 1,0 σ) Rendah

(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0 σ) Sedang

X ≥ (µ + 1,0 σ) Tinggi

Keterangan :

X : Skor yang didapatkan oleh subjek µ : Mean empirik skala

σ : Standard deviasi

Berdasarkan kategorisasi norma pada tabel 8 dan skor mean dan standar deviasi yang ada pada tabel 7 di atas maka diperoleh penggolongan resiliensi siswa serta frekuensi subjek dalam setiap kategori seperti yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini:

(24)

Tabel 9. Kategorisasi Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan

Variabel Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi (N) Persentase (%)

Resiliensi

X < 70 Rendah 11 17,5

70 ≤ X < 94 Sedang 40 63,5

X ≥ 94 Tinggi 12 19

Jumlah 63 100

Tabel 10. Kategorisasi Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan

Subjek dengan kategorisasi

resiliensi

Min Maks Mean SD N

Rendah 55 69 64,18 4,665 11

Sedang 71 93 80,82 5,755 40

Tinggi 95 105 100.67 3,339 12

Jumlah 63

Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa siswa korban bullying memiliki resiliensi pada tingkat sedang yaitu sebanyak 40 orang (63,5%) sedangkan resiliensi yang tergolong tinggi sebanyak 12 orang (19%) dan resiliensi rendah sebanyak 11 orang (17,5%). Grafik kategorisasi dapat dilihat di bawah ini:

(25)

Grafik 3. Kategorisasi Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan

2. Gambaran Aspek-Aspek Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan

Gambaran resiliensi siswa korban bullying juga dapat dilihat dari aspek-aspek resiliensi yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan pencapaian. Kategorisasi resiliensi siswa korban bullying secara keseluruhan ditinjau dari tiap-tiap aspek dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(26)

Tabel 11. Kategorisasi Aspek-Aspek Resiliensi Secara Umum Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan

Aspek Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi (orang) Persentase (%) Regulasi Emosi X < 5 Rendah 13 20,6 5 ≤ X < 8 Sedang 37 58,8 X ≥ 8 Tinggi 13 20,6 Jumlah 63 100 Pengendalian Impuls X < 13 Rendah 7 11,1 13 ≤ X < 20 Sedang 44 69,8 X ≥ 20 Tinggi 12 19,1 Jumlah 63 100 Optimisme X < 6 Rendah 7 11,1 6 ≤ X < 10 Sedang 47 74,6 X ≥ 10 Tinggi 9 14,3 Jumlah 63 100 Analisis Penyebab Masalah X < 7 Rendah 6 9,5 7 ≤ X < 12 Sedang 42 66,7 X ≥ 12 Tinggi 15 23,8 Jumlah 63 100 Empati X < 8 Rendah 8 12,7 8 ≤ X < 12 Sedang 37 58,8 X ≥ 12 Tinggi 18 28,6 Jumlah 63 100

Efikasi diri X < 11 Rendah 6 9,5

11 ≤ X < 16 Sedang 41 65,1 X ≥ 16 Tinggi 16 25,4 Jumlah 63 100 Pencapaian X < 14 Rendah 7 11,1 14 ≤ X < 21 Sedang 43 68,3 X ≥ 21 Tinggi 13 20,6 Jumlah 63 100

(27)

Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa secara umum setiap aspek resiliensi siswa korban bullying berada pada tingkat sedang. Pada aspek regulasi emosi 37 orang siswa berada di tigkat sedang (58,8%), pada aspek pengendalian impuls 44 orang siswa berada di tingkat sedang (69,8%), pada aspek optimisme terdapat 47 rang siswa yang berada di tingkat sedang (74,6%), pada aspek empati siswa yang berada di tingkat sedang sebanyak 37 orang atau 58,8%, aspek analisis penyebab masalah 42 orang atau 66,7%, pada aspek efikasi diri 41 orang atau 65,1%, dan pada aspek pencapaian sebanyak 43 orang atau 68,3% siswa berada di tingkat sedang. Gambaran tiap aspek resiliensi yang berada pada tingkat sedang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 12. Kategorisasi Aspek-Aspek Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan Pada Tingkat Sedang

Aspek Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi (orang) Persentase (%) Regulasi Emosi X < 4 Rendah 3 7,5 4 ≤ X < 7 Sedang 23 57,5 X ≥ 7 Tinggi 14 35 Jumlah 40 100 Pengendalian Impuls X < 14 Rendah 5 12,5 14 ≤ X < 19 Sedang 28 70 X ≥ 19 Tinggi 7 17,5 Jumlah 40 100 Optimisme X < 6 Rendah 4 10 6 ≤ X < 9 Sedang 24 60 X ≥ 9 Tinggi 12 30 Jumlah 40 100 Analisis X < 8 Rendah 4 10

(28)

Penyebab Masalah 8 ≤ X < 11 Sedang 25 62,5 X ≥ 11 Tinggi 11 27,5 Jumlah 40 100 Empati X < 8 Rendah 3 7,5 8 ≤ X < 12 Sedang 27 67,5 X ≥ 12 Tinggi 10 25 Jumlah 40 100

Efikasi diri X < 12 Rendah 3 7,5

12 ≤ X < 16 Sedang 30 75 X ≥ 16 Tinggi 7 17,5 Jumlah 40 100 Pencapaian X < 15 Rendah 3 7,5 15 ≤ X < 20 Sedang 31 77,5 X ≥ 20 Tinggi 6 15 Jumlah 40 100

Tabel 13. Kategorisasi Aspek-Aspek Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan Pada Tingkat Sedang

No. Aspek Resiliensi Min Maks Mean SD N

1. Regulasi Emosi 3 9 5,78 1,593 40 2. Pengendalian Impuls 11 20 16,40 2,228 3. Optimisme 4 10 7,65 1,545 4. Analisis Penyebab Masalah 5 13 9,68 1,639 5. Empati 6 13 10,05 1,921 6. Efikasi diri 10 18 13,83 1,960 7. Pencapaian 11 23 17,43 2,352 Total 40

(29)

Pada tabel 12 dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki resiliensi sedang pada tiap aspeknya berada pada kategori sedang. Pada aspek regulasi emosi, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (7,5%), kategori sedang sebanyak 23 orang (57,5%), dan kategori tinggi sebanyak 14 orang (35%). Pada aspek pengendalian impuls, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 5 orang (12,5%), kategori sedang sebanyak 28 orang (70%), dan kategori tinggi sebanyak 7 orang (17,5%).

Pada aspek optimisme, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 4 orang (10%), kategori sedang sebanyak 24 orang (60%), dan kategori tinggi sebanyak 12 orang (30%). Pada aspek analisis penyebab masalah, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 4 orang (10%), kategori sedang sebanyak 25 orang (62,5%), dan kategori tinggi sebanyak 11 orang (27,5%).

Pada aspek empati, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (7,5%), kategori sedang sebanyak 27 orang (67,5%), dan kategori tinggi sebanyak 10 orang (25%). Pada aspek efikasi diri, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (7,5%), kategori sedang sebanyak 30 orang (75%), dan kategori tinggi sebanyak 7 orang (17,5%). Sedangkan pada aspek pencapaian, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (7,5%), kategori sedang sebanyak 31 orang (77,5%), dan kategori tinggi sebanyak 6 orang (15%).

(30)

C. Pembahasan

Hasil utama penelitian yang terdiri dari 63 subjek ini, dapat diketahui bahwa gambaran resiliensi siswa korban bullying di SMP Methodist 1 Medan secara umum tergolong sedang yaitu sebanyak 40 orang (63,5%), sedangkan yang tergolong tinggi sebanyak 12 orang (19%), dan yang tergolong rendah sebanyak 11 orang (17,5%) (lihat tabel 9). Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa siswa SMP khususnya di SMP Methodist 1 Medan memang mengalami bullying, hasil penelitian ini menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Sonia (2009) mengenai perbedaan depresi ditinjau dari kategori bullying dan jenis kelamin dan penelitian Tampubolon (2010) pertama mengenai hubungan persepsi terhadap budaya sekolah dengan perilaku bullying pada siswa Sekolah Menengah Pertama di Medan.

Karakteristik siswa korban bullying yang memiliki resiliensi sedang tersebut dapat digambarkan berdasarkan jawaban-jawaban subjek pada skala resiliensi yang digunakan dalam penelitian ini (lihat tabel 12). Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai mean yang paling besar pada kategorisasi sedang terdapat pada aspek pencapaian, yaitu sebesar 17,43. Artinya, bahwa siswa yang mengalami bullying di SMP Methodist 1 Medan cenderung menunjukkan kemampuan yang tinggi untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang mencakup pula keberanian seseorang untuk mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya (Reivich & Shatte, 2002). Hal ini juga menunjukkan bahwa siswa tidak hanya memiliki kemampuan untuk mengatasi kemalangan dan bangkit dari keterpurukan, tetapi juga faktor yang terakhir dari resiliensi yaitu pencapaian. Selain pada aspek pencapaian, siswa korban bullying

(31)

di SMP Methodist 1 Medan juga menunjukkan skor yang tinggi pada aspek pengendalian impuls, yaitu sebesar 16,40. Hal ini menunjukkan bahwa siswa korban bullying di SMP Methodist 1 Medan memliki kemampuan yang tinggi untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri.

Pada tabel 13 juga dapat dilihat bahwa siswa-siswa korban bullying yang memiliki resiliensi sedang menunjukkan mean yang rendah pada aspek regulasi emosi (5,78%). Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang memiliki kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan ataupun kurang mampu untuk mengatur emosinya dengan baik dan memahami emosi orang lain. Selain itu siswa korban bullying ini juga menunjukkan mean yang rendah pada aspek optimisme (7,65%). Hal ini menunjukkan bahwa siswa korban bullying kurang memiliki kepercayaan bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa depan. Optimisme bukanlah sebuah sifat yang terberi melainkan dapat dibentuk dan ditumbuhkan dalam diri individu (Siebert, 2005), sehingga diharapkan guru atau orang dewasa terdekat dapat membantu siswa untuk menumbuhkan aspek optimis dalam dirinya.

Pada tabel yang sama juga dapat dilihat bahwa siswa korban bullying yang memiliki resiliensi sedang menunjukkan mean yang sedang pula pada aspek analisis penyebab masalah (9,68%), empati (10,05%), dan aspek efikasi diri (13,83%). Siswa korban bullying memiliki kemampuan analisis penyebab masalah yaitu kemampuan untuk mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi tetapi kemampuan ini masih perlu ditingkatkan dan dioptimalkan. Hal yang sama juga berlaku pada aspek empati yaitu adalah

(32)

kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain dan pada aspek efikasi diri yaitu keyakinan bahwa individu mampu memecahkan masalah yang dialami dan mencapai kesuksesan.

Pada tabel 12 dapat dilihat bahwa dalam aspek regulasi emosi siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah sebanyak 3 orang (7,5%), pada aspek pengendalian impuls sebanyak 5 orang (12,5%), pada aspek optimisme sebanyak 4 orang (10%), pada aspek analisis penyebab masalah adalah sebanyak 4 orang (10%), dan pada aspek empati siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (7,5%). Pada aspek efikasi diri, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (7,5%) sedangkan pada aspek pencapaian, sebanyak 3 orang (7,5%).

Apabila karakteristik resiliensi telah berkembang, maka siswa tersebut dapat menjadi pribadi yang dapat beradaptasi dengan baik ketika berhadapan dengan masalah sehingga dapat melampaui kemungkinan kegagalan dan akhirnya mampu melanjutkan kehidupannya dengan baik. Mungkin masih ada kekecewaan dan halangan yang akan dihadapi, tetapi siswa tersebut akan menjadi pribadi yang tangguh dan selalu bangkit kembali dari masalah yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan studi literatur yang dilakukan oleh Cole, E., Eiseman, M., dan Popkin, J.S. (2005) yang menemukan bahwa karakteristik individu membantu anak menghadapi stres yang dialaminya. Siswa korban bullying yang resiliensi ini tentu saja memiliki sikap dan kemampuan yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wade (2007) yang menemukan bahwa siswa korban bullying adalah siswa yang optimis, menggunakan metode coping yang baik, memiliki

(33)

self-concept dan self-esteem yang baik, memiliki kemampuan sosial, serta memiliki dukungan sosial yang tinggi.

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa siswa korban bullying di SMP Methodist 1 memiliki resiliensi tingkat sedang. Hal ini dapat dijelaskan dari penelitian Bowes, dkk (2010) yang menemukan bahwa faktor keluarga mempengaruhi resiliensi korban bullying. Lebih lanjut Bowes, dkk (2010) mengatakan bahwa hubungan yang hangat dalam keluarga dan lingkungan rumah yang positif membantu siswa korban bullying untuk bangkit dari masalahnya. Siswa korban bullying berada pada kategori resiliensi sedang dimungkinkan karena lingkungan tinggal atau keluarga siswa memberikan dukungan emosional kepada siswa korban bullying tersebut sehingga siswa dapat bangkit dari masalah yang dialaminya.

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan diuraikan kesimpulan dari penelitian ini yang kemudian akan dilanjutkan dengan saran-saran praktis dan metodologis yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan penelitian ini.

A. Kesimpulan

Berikut ini akan dipaparkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini:

1. Dari 63 subjek penelitian didapat bahwa 11 orang memiliki resiliensi yang berada pada kategori rendah, 40 orang berada pada kategori sedang, dan 12 orang berada pada kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa resiliensi siswa korban bullying di SMP Methodist 1 Medan secara umum tergolong pada kategori sedang.

2. Dari hasil penelitian, siswa korban bullying yang memiliki resiliensi sedang secara umum setiap aspeknya berada pada kategori sedang pula. Pada aspek regulasi emosi, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori sedang sebanyak 23 orang (57,5%), pada aspek

(35)

pengendalian impuls, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori sedang sebanyak 28 orang (70%), pada aspek optimisme, siswa yang berada di kategori sedang sebanyak 24 orang (60%). Pada aspek analisis penyebab masalah, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang kategori sedang sebanyak 25 orang (62,5%), pada aspek empati sebanyak 27 orang (67,5%), pada aspek efikasi diri sebanyak 30 orang (75%), dan pada aspek pencapaian sebanyak 31 orang (77,5%).

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran-saran yang dikemukakan oleh peneliti diharapkan dapat berguna bagi perkembangan kelanjutan studi ilmiah.

1. Saran Metodologis

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengungkap aspek lain dalam pengambilan data penelitian seperti jenis kelamin, suku, agama, status ekonomi, kondisi fisik, dan lain sebagainya, sehingga diperoleh data yang cukup komprehensif mengenai resiliensi siswa korban bullying.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak literatur mengenai resiliensi dan bullying.

(36)

2. Saran Praktis

a. Pihak sekolah dan guru diharapkan untuk lebih menjaga keamanan siswa di sekolah agar siswa tidak mengalami bullying. Selain itu pihak sekolah dan guru dapat menyelenggarakan sosialisasi, seminar atau diskusi tentang bullying dan usaha pencegahannya, sehingga siswa dapat saling menjaga satu sama lain dan menghindari perilaku yang termasuk dalam perilaku bullying.

b. Orang tua, guru, dan orang dewasa yang berada di sekitar siswa diharapkan dapat membantu siswa yang mengalami bullying agar siswa tersebut dapat segera bangkit dan memiliki karakteristik resiliensi di dalam dirinya. Siswa yang memiliki skor rendah pada aspek-aspek resiliensi dapat dioptimalkan dengan cara memberikan dukungan eksternal dan memberikan kasih sayang dan dukungan emosional kepada anak. Menerapkan aturan dan rutinitas yang jelas, menjadi role model dan bagaimana cara melakukan sesuatu, dan mendorong anak untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Gambar

Tabel 2. Blue Print Skala Resiliensi
Tabel 3. Hasil Uji Coba Skala Resiliensi
Tabel 4. Penomoran Baru Skala Resiliensi
Tabel 5. Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berikut tabel persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti ini dengan pokok pembahasan Distribusi Dana Desa Untuk Pembangunan Lapangan Kerapan Sapi Dalam

Reabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama. Uji reabilitas digunakan untuk mengukur keakuratan dan presisi

Model prediksi ANN dengan empat variabel (ANN4) memiliki akurasi yang lebih tinggi untuk memprediksi jumlah fatalitas korban kecelakaan lalulintas jalan untuk semua kategori

Berdasarkan hasil penelitian dan pembuatan program aplikasi basis data untuk sistem pembelian, penjualan, dan persediaan, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut : (1)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan dan Bunda Maria yang telah memberikan berkat, kekuatan dan tidak pernah meninggalkan penulis selama melakukan skripsi

Pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap motivasi bernilai positif dengan nilai estimate 0,959, namun tidak berpengaruh terhadap motivasi.hal ini

Di samping itu, analisis perkembangan sosial ekonomi Metropolitan Sema- rang dilakukan dengan mempertimbangkan tiga variabel, yaitu kepadatan penduduk, rasio perempuan

Langkah yang perlu diambil untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkaitan dengan sektor perikanan adalah sebagai berikut: (a) Menyediakan fasilitas publik yang