TUGAS AKHIR
PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN
METODE TANDA AIR DENGAN ANALISIS KOMPONEN
INDEPENDEN TRANSPOS CITRA
(Watermarking on Digital Image Using Watermarking by
Independent Component Analysis Image Transpose Methods )
Oleh :
Yunita Pranindya (1206100023) Dosen Pembimbing :
Drs. Soetrisno,MIKomp. JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi komputer digital semakin cepat
Undang-undang hak cipta kurang efektif
Banyak metode dikembangkan untuk mengamankan dan melindungi data berupa citra digital,misal header making dan Encryption,namun belum optimal dalam melindungi data berupa citra digital
Maka,digunakan metode watermarking untuk melindungi citra digital tersebut
Beberapa metode yang digunakan dalam watermarking, membutuhkan citra asli untuk proses ekstraksi
Tidak efektif karena dalam proses watermarking itu sendiri, kita dituntut untuk menjaga citra asli
Maka,digunakan metode Watermaking by Independent Component Analysis with Image Transpose (WMicaT) yang termasuk dalam kategori blind
PENDAHULUAN
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam dalam Tugas Akhir ini adalah :
Bagaimana mengekstraksi signature yang telah disisipkan pada citra ter-watermark tanpa menggunakan citra asli dengan metode WMicaT.
Bagaimana menghasilkan citra ter-watermark yang memiliki sifat invisibility dan robustness dengan menggunakan metode WMicaT.
Bagaimana mengimplementasikan watermarking pada citra digital dengan metode watermaking by independent analysis component with image transpose (WMicaT) pada bahasa pemrograman tertentu.
1.3 Batasan Masalah dan Asumsi
Pada Tugas Akhir ini diberikan batasan masalah dan asumsi sebagai berikut :
Signature S yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah citra biner BMP berukuran N x N.
Citra asli I yang akan diproses dalam Tugas Akhir ini adalah berupa citra gray scale BMP berukuran (m*N x m* N), dengan m adalah bilangan asli.
Gangguan (attack) yang akan diberikan pada citra ter-watermark adalah reduksi grayscale dengan level 128, 64 dan 32.
Software yang akan digunakan dalam membuat program watermarking adalah Matlab R2009a.
Algoritma yang digunakan dalam metode Independent Component Analysis (ICA) adalah FastICA.
1.4 Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Tujuan Tugas Akhir ini adalah membuat program watermarking pada citra digital dengan menggunakan metode WMicaT yang dapat mengekstraksi tanpa menggunakan citra asli dan bersifat invisibility dan robustness..
Manfaat
Dengan membuat program watermarking pada citra digital
menggunakan WMicaT diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya :
Memberikan informasi bagi pihak yang ingin mengembangkan teknik watermarking pada data digital, khususnya citra digital.
Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian pada sistem keamanan data digital selanjutnya.
Metode watermarking dalam tugas akhir ini sebagai metode alternatif sistem pengamanan citra digital
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian dan Kajian Terdahulu
Sugihono Tjandra menggunakan Discrete Cosine Transform dengan algoritma Cox,
R. Deny Budy menggunakan Transformasi Wavelet
Cahya Heru B menggunakan metode Shuffling.
Ketiganya membutuhkan citra asli dalam proses ekstraksi, sehingga proses watermarking menjadi kurang efektif. Oleh karena itu untuk mengatasinya, dalam penelitian ini dikembangkan suatu metode watermarking yang dalam ekstraksinya tidak membutuhkan citra asli melainkan citra publik, metode ini disebut WMicaT.
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Citra Digital
Citra digital dapat didefinisikan sebagai fungsi dua variabel, f(x,y), dimana x dan y adalah koordinat spasial dan nilai f(x,y) adalah intensitas citra pada koordinat tersebut. Gambar berikut menunjukkan koordinat pada suatu citra digital.
Gambar 2.1 Sistem Koordinat pada Citra
Untuk menunjukkan tingkat intensitas cahaya suatu pixel, seringkali digunakan bilangan bulat dengan lebar selang antara 0-255, dimana 0 untuk warna hitam dan 255 untuk warna putih. Sistem visual manusia dapat
membedakan ratusan ribu warna tetapi hanya dapat membedakan 100 shade keabuan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Konsep Tetangga Piksel
Salah satu konsep piksel tetangga yang sering digunakan adalah 8-tetangga, yang dinotasikan dengan N8(p). Agar piksel tepi dapat dioperasikan seperti piksel di bagian dalam citra maka dilakukan penambahan satu piksel di sekeliling citra. Piksel tambahan dapat bernilai 0, 1 atau sama dengan piksel tepi dan pemilihannya
disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungan piksel N8(p) direpresentasikan oleh Gambar 2. 2
f(x-1,y-1) f(x-1,y) f(x-1,y+1)
f(x,y-1) f(x,y) f(x,y+1)
f(x+1,y-1) f(x+1,y) f(x+1,y+1)
TINJAUAN PUSTAKA
2.3Noise Visibility Function
Noise Visibility Function (NVF) merepresentasikan properti dari citra lokal, mengidentifikasi tekstur dari citra dan daerah batas (edges) dimana tanda (mark) seharusnya dilekatkan.
(2.1)
Dengan adalah variansi lokal window dari citra yang berada pada piksel dengan koordinat (m,n). Dan merupakan fungsi bobot dari , dengan unit variansi N (0, ), maka = .
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Watermaking
Watermarking (tanda air) dapat diartikan sebagai suatu teknik
penyembunyian data atau informasi rahasia kedalam suatu data lainnya untuk ditumpangi (kadang disebut dengan host data), tetapi orang lain tidak
menyadari kehadiran adanya data tambahan pada data host-nya [2].
Gambar 2.3 Skema Watermarking
Watermarking dapat dikategorikan sebagai blind watermarking (proses verifikasi watermark tidak membutuhkan citra asal) dan non-blind watermarking (proses verifikasi watermark kebutuhan citra asal) [6].
Pelekatan Gangguan Ekstraksi Citra Ter-watermark
key Citra Asli
Watermark
Estimasi Watermark
2.5 Independent Component Analysis (ICA)
Berdasarkan sumber yang independen satu sama lain, algoritma Independent Component Analysis (ICA) mencoba untuk menemukan sebuah transformasi dari campuran seperti perbaikan sinyal yang independen [5].
Tahap pada ICA dapat dibagi menjadi dua sub model, mixing model dan demixing model. Mixing model dapat dirumuskan sebagai :
x = As (2.2) dimana :
x = [ x1,…..,xN ]T
s = [ s1,……,sN ]T
ANxNadalah matriks yang tidak diketahui
TINJAUAN PUSTAKA
Sedangkan demixing model dapat dirumuskan :
y = Wx (2.3)
dimana :
y = [ y1,….,yN ]T
W = A-1
Perhitungan nilai W didapat dari optimasi komponen bebas y dengan menggunakan data yang telah dilatih. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa vektor y merupakan hasil perkiraan dari sumber asli. Tujuan dari ICA adalah untuk membentuk suatu sumber-sumber yang merupakan kombinasi linear dari sumber-sumber independent yang tidak diketahui. Dengan kata lain ICA akan menghasilkan suatu komponen-komponen independen dari sumber yang diobservasi sehingga komponen-komponen bisa digunakan sebagai basis dari sumber-sumber tersebut.
Algoritma FastICA
Preprocessing Fast ICA
Remmean
Remmean (pemusatan) adalah tahapan yang dilakukan untuk membuang mean.
Whitenv
Setelah proses remmean, tahapan pre-process selanjutnya adalah whitenv. Pada tahapan ini data yang ditransformasikan sehingga didapatkan vektor data baru
Processing Fast ICA
Algoritma FastICA dasar yang bertujuan untuk mengestimasi komponen
independen, didasarkan pada negative egentropy (negentropy), dimana dasar iterasi yang dipakai untuk mengestimasi satu komponen independen adalah sebagai berikut :
w(k)=E{xg(w(k-1)Tx)}-E{g’(w(k-1)Tx)}w(k-1) (2.4)
Dengan k=1, berikut adalah algoritma FastICA satu unit yang menggunakan fungsi tanh :
1. Pilih secara random inisial vector w(0)
2. w(k) = E{x.tanh(w(k-1)Tx)} - E{(1-tanh2(w(k-1) Tx))} w(k-1)
3. Bagi w(k) dengan normnya
4. Jika |w(k)T-w(k-1)| belum cukup dekat dengan 1, maka k = k+1 dan diulangi dari langkah dua. Selain itu berarti output adalah w(k)
Hasil vektor w(k) yang di dapat merupakan satu kolom dari matriks bobot B. Untuk mendapatkan estimasi lebih dari satu komponen independen algoritma satu unit tersebut dijalankan hingga beberapa kali sejumlah
komponen independen. Untuk menjaga agar tidak terjadi konvergensi pada satu vektor maka diterapkan metode Gram-Schmidt. Selanjutnya untuk
mendapatkan matriks W dan A digunakan whitening dan dewhitening matriks hasil dari proses whitenv
Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi digunakan untuk menghitung kesamaan
diantara dua citra, misalkan X dan Y. Ketika dua citra
berbeda secara total nilai | r
X,Y| 0, dan di sisi lain ketika
X dan Y identik satu sama lain | r
X,Y| 1. Berikut adalah
bentuk umum untuk menghitung koefisien korelasi antara
dua citra :
TINJAUAN PUSTAKA
(2.5)
Koefisien Korelasi
TINJAUAN PUSTAKA
(2.7)
(2.8)
(2.9)
(2.10)
Algoritma WMicaT
Seperti metode watermarking pada umunya metode WMicaT pada citra digital dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pelekatan watermark dan ekstraksi watermark.
Pelekatan Watermark
Pelekatan terdiri dari proses pelekatan watermark W untuk membentuk citra ter-watermark I+. Secara umum pelekatan watermark menggunakan metode
WMicaT terdiri dari lima tahap, yaitu :
Menghasilkan watermark awal W0 yang tersusun dari signature S
Menghasilkan visual mask V dari citra asli I, yang digunakan untuk
mengidentifikasi area dari host citra, yang dapat dilekati watermark dengan kuat.
TINJAUAN PUSTAKA
(2.11)
Algoritma WMicaT
TINJAUAN PUSTAKA
(2.13)
Menciptakan watermark W dari watermark awal W0 dan visual mask V
W=Wo - Wo.V (2.14)
Menghasilkan citra ter-watermark I+.
I+ = I + αW + βWT (2.15)
dimana :
I+ : citra ter-watermark I : citra asli
W : watermark WT : transpose dari watermark
α : koefisien pelekatan W β : koefisien pelekatan pada WT
Kp = γI + δIT + λK (2.16)
dimana :
Kp : citra publik I : citra asli IT : transpose citra asli K : kunci citra
γ : koefisien pelekatan I δ : koefisien kunci citra dari IT
λ : koefisien pelekatan K
Ekstraksi
Tujuan dari proses ekstraksi adalah mengekstrak signature S dari I+, K
dan Kp. Proses Ekstraksi dapat dibagi menjadi tiga tahap,yaitu :
Tahap pertama, mengekstrak citra asli I dari K dan Kp dengan memakai teknik ICA.
Dengan mengubah I,K dan Kp menjadi sinyal satu dimensi. Didapat persamaan yang sesuai dengan model ICA:
TINJAUAN PUSTAKA
(2.17)
(2.18)
Dengan teknik ICA dan koefisien korelasi , akan didapat estimasi satu dimensi citra asli dan transpose-nya
Ekstraksi
Tahap kedua, mengaplikasikan ICA pada estimasi citra asli dan citra ter-watermark untuk mengekstrak watermark W.
Dengan teknik ICA dan koefisien korelasi , akan didapat watermark dan transpose-nya
TINJAUAN PUSTAKA
(2.19)
Ekstraksi
Tahap ketiga post processing scheme, digunakan untuk mendapatkan signature S dari estimasi watermark.
1. Identifikasi.
Identifikasi merupakan penyaringan watermark dari keempat output Y1, Y2, Y3 dan Y4 yang belum diketahui mana merupakan watermark dan transpose-nya
2. Refining
Pertama, anggap Z1 dan Z2 adalah dua output yang merupakan estimasi watermark dan transpose-nya.
Kemudian yang kedua membagi citra ke l subcitra
Yang ketiga, menghitung estimasi dari S sebagai rata-rata dari sub citra tersebut :
TINJAUAN PUSTAKA
(2.21) ,, , (2.22)MSE
MSE atau Mean Square Error merupakan suatu metode pengukuran kontrol dan kualitas yang sudah dapat diterima luas (Wikipedia, 2009). MSE dihitung dari
sebuah contoh obyek yang kemudian dibandingkan dengan obyek aslinya sehingga dapat diketahui tingkat ketidaksesuaian antara obyek contoh dengan aslinya.
Persamaan MSE terhadap deviasi dari target adalah sebagai berikut:
I(x,y) adalah nilai piksel di citra asli, I’(x,y) adalah nilai piksel pada citra hasil
modofikasi, dalam hal insi adalah citra ter-watermark dan x, y adalah dimensi citra.
TINJAUAN PUSTAKA
,,ANALISIS SISTEM DAN
PERANCANGAN PROGRAM
3.1 Sistem Program Watermarking pada Citra Digital Menggunakan Metode WMicaT (Proses Pelekatan)
Gambar 3.1 Diagram Alur Sistem Pelekatan dengan Metode WMicaT (a)Proses
pembuatan citra ter-watermark (b) Proses pembuatan citra publik
Mulai Input Cira Asli I, seed k Membangkitkan Citra Kunci K Citra Kunci K Pembuatan Citra Publik Kp Kp= γI + δIT + λK Citra Publik Selesai Selesai Mulai Input Citra Asli I, Input Signature S Pembuatan Watermark dengan Metode WMicaT Watermark Citra Ter-watermark
Pembuatan Citra
Ter-watermark I+ I+ = I + αW + βWT
ANALISIS SISTEM DAN
PERANCANGAN PROGRAM
3.2 Sistem Reduksi Grayscale
Gambar 3.2 Diagram Alur Sistem
Reduksi Grayscale
Mulai Input Citra Ter-watermark
Simpan
Reduksi grayscale level 128, 64, atau 32 Citra Ter-watermark Reduksi Grayscale
ANALISIS SISTEM DAN
PERANCANGAN PROGRAM
3.3 Sistem Ekstraksi dengan Metode WMicaT
Gambar 3.3 Diagram Alur Sistem
Ekstraksi Watermark
Mulai
Input citra ter-watermark I+, Input citra publik Kp, Input seed k
Teknik ICA
Simpan
Pembangkit citra kunci K menggunakan generatorKeyImage(k,I)
Citra ter-watermark I+, Citra publik Kp ,Citra kunci K
Identifikasi
Estimasi citra asli,transpose citra asli, watermark dan transpose
watermark Y1, Y2, Y3, Y4
Estimasi watermark W dan transpose-nya WT
Refining
Estimasi Signature S
ANALISIS SISTEM DAN
PERANCANGAN PROGRAM
3.4Sistem Pengujian Hasil Menggunakan MSE
Gambar 3.4 Diagram Alur Program Perhitungan MSE
Mulai Input Citra Asli I Input Citra Ter-watermark I’
Hitung MSE:
Selesai Nilai MSE
ANALISIS SISTEM DAN
PERANCANGAN PROGRAM
3.5Sistem
untuk
Perhitungan
Nilai
Koefisien Korelasi
Gambar 3.5 Diagram Alur Program Koefisien Korelasi
Mulai
Input Signature X, Estimasi
Signature Y
Hitung Koefisien Korelasi :
Selesai Nilai Koefisien
UJI COBA PROGRAM
Pada uji coba program akan digunakan citra asli Lena.bmp dan Baboon.bmp, berukuran 512 x 512 piksel. Sedangkan signature akan menggunakan
Signature1.bmp dan Signature2.bmp citra biner berupa logo ITS dan tulisan ITS, berukuran 128 x 128 dan 64 x 64 piksel
1.Nilai Mean Square Error (MSE) antara Citra Asli dan Citra Ter-watermark Kualitas citra ter-watermark dapat diukur dengan Mean Square Errror (MSE). Semakin kecil nilai MSE-nya maka semakin baik kualitas citra ter-watermark. Berdasarkan percobaan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Nilai MSE pada Koefisien Pelekatan Citra Ter-watermark yang Berbeda
Nilai Koefisien Pelekatan MSE 6.28905
,
3.52561
,
UJI COBA PROGRAM
Tabel 4.2 Nilai PSNR pada Koefisien Pelekatan Citra Publik yang Berbeda
Nilai Koefisien Pelekatan Nilai PSNR
5.4246 5.4246 5.4246
Apabila kita perhatikan tabel diatas nilai MSE dipengaruhi oleh kofisien pelekatan pada citra ter-watermark, semakian besar koefisiennya semakin besar nilai MSE. Artinya semakin besar koefisien pelekatan maka error-nya semakin besar atau kualitas citra ter-watermark menurun
UJI COBA PROGRAM
2. Nilai Koefisien Korelasi untuk Melihat Perbandingan Signature dan Estimasinya.
a. Nilai koefisien korelasi pada citra ter-watermark yang mengalami gangguan berupa proses reduksi grayscale ,dan .
Citra Asli Lena.bmp dengan Signature1.bmp
Tabel 4.3 Nilai Koefisien Korelasi Pada Citra Ter-watermark ,
,
.
.
No
Jenis Citra Ter-watermark
1. Tanpa Reduksi Grayscale 0.738302 2. Reduksi Grayscale Level 128 0.727857 3. Reduksi Grayscale Level 64 0.766537 4. Reduksi Grayscale Level 32 0.594552
UJI COBA PROGRAM
, , . . Uji Coba 1UJI COBA PROGRAM
Citra Asli Lena.bmp dengan Signature2.bmp
Tabel 4.4 Nilai Koefisien Korelasi Pada Citra Ter-watermark ,
,
.
.
No
Jenis Citra Ter-watermark
1. Tanpa Reduksi Grayscale 0.926834 2. Reduksi Grayscale Level 128 0.867816 3. Reduksi Grayscale Level 64 0.82883 4. Reduksi Grayscale Level 32 0.631647 Citra Asli Baboon.bmp dengan Signature1.bmp
Tabel 4.5 Nilai Koefisien Korelasi Pada Citra Ter-watermark
No
Jenis Citra Ter-watermark
1. Tanpa Reduksi Grayscale 0.929718 2. Reduksi Grayscale Level 128 0.913991 3. Reduksi Grayscale Level 64 0.868336 4. Reduksi Grayscale Level 32 0.667107
UJI COBA PROGRAM
, , . . Uji Coba 2UJI COBA PROGRAM
, , . . Uji Coba 3UJI COBA PROGRAM
, , . . Uji Coba 4UJI COBA PROGRAM
,,
.
.
Citra Asli Baboon.bmp dengan Signature2.bmp
Tabel 4.6 Nilai Koefisien Korelasi Pada Citra Ter-watermark
No
Jenis Citra Ter-watermark
1. Tanpa Reduksi Grayscale 0.967392 2. Reduksi Grayscale Level 128 0.98108 3. Reduksi Grayscale Level 64 0.990238 4. Reduksi Grayscale Level 32 0.971206
Jika melihat nilai koefisien korelasi masing-masing percobaan, dapat kita simpulkan beberapa hal, yaitu :
Citra ter-watermark dapat diekstraksi dengan baik baik dengan dan tanpa gangguan berupa reduksi grayscale. Meskipun pada beberapa level reduksi grayscale estimasi citra memiliki koefisien korelasi yang relatif kecil
Berdasarkan data tersebut citra asli yang sama, signature yang berbeda koefisien korelasi mengalami perbedaan yang signifikan. Hal ini dikarenakan, kerumitan citra signature2.bmp yang lebih sederhana, serta ukurannya yang lebih kecil
Dengan menggunakan citra asli yang berbeda, nilai dari koefisien korelasi juga mengalami
UJI COBA PROGRAM
,,
.
.
b. Nilai koefisien korelasi berdasarkan koefisien pelekatan pembuatan citra ter-watermark yang berbeda.
Tabel 4.7 Nilai Koefisien Korelasi dengan Koefisien Pelekatan Pembuatan Citra
Ter-watermark yang Berbeda
Nilai Koefisien Pelekatan
0.807997 0.744304 0.667483
c. Nilai koefisien korelasi berdasarkan koefisien pelekatan pembuatan citra publik yang berbeda.
Tabel 4.8 Nilai Koefisien Korelasi dengan Koefisien Pelekatan Pada Citra Publik yang
berbeda Nilai Koefisien Pelekatan
0.971864 0.973012 0.631377
KESIMPULAN DAN
SARAN
, , . . KESIMPULANDari hasil pengujian program pada Bab V, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Program watermarking menggunakan metode WMicaT dapat mengekstraksi signature tanpa menggunakan citra asli dengan baik, bersifat invisible dan tahan terhadap gangguan berupa reduksi grayscale hingga level 32.
Penggunaan signature mulai dari perbedaan ukuran, bentuk kerumitan signature yang digunakan mempengaruhi hasil kualitas ekstraksi. Ukuran yang relatif kecil dan bentuk signature yang sederhana memiliki kualitas yang lebih baik.
Nilai Mean Square Error (MSE) dari citra ter-watermark dan koefisien korelasi signature dengan estimasinya dapat ditentukan dengan mengatur koefisien
pelekatan pembuatan citra ter-watermark dan koefisien pelekataan pembuatan citra publik sesuai keinginan pengguna
KESIMPULAN DAN
SARAN
, , . . SARANSaran yang dapat diberikan dalam pengembangan tugas akhir ini antara lain adalah:
Citra asli yang menjadi input dalam program ini adalah citra grayscale, dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan citra warna.
Pada Tugas Akhir ini, watermarking dilakukan pada domain spasial dari citra, pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat dicoba pada domain lain, misalnya domain frekuensi. Selain itu, gangguan yang dilakukan terhadap citra
ter-watermark masih berupa reduksi grayscale maka pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan gangguan yang lain.
Algoritma ICA yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah Fast ICA, dalam penelitian selanjutnya mungkin dapat dicoba algoritma ICA yang lain.
Sebagai pengembangan program, dapat dibuat program watermarking pada data digital lainnya misalk
1) Nguyen, T.V & Patra, J.C (2008). “A simple ICA-based digital image watermarking scheme. School of Computer Engineering”, Digital Signal Processing, Nanyang Technological University (NTU), Singapura.
2) Sirait, Rummi (2006). Teknologi Watermaking Pada Citra Digital.From
http://jurnal.bl.ac.id, 18 Maret 2010.
3) Tjandra, Sugihono (2005). Perancangan dan Pembuatan Program Digital Image
Watermarking dengan Discrete Cosine Tramsform Menggunakan Algoritma
Cox. Skripsi Jurusan Teknik Informatika Universitas Kristen Petra, Surabaya.
4) Budy, R. Deny (2007). Implementasi Watermarking untuk Pelabelan Hak Cipta
Citra Digital Menggunakan Transformasi Wavelet. Tugas Akhir Teknik Fisika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
5) Atmaja, Bagus Tri (2009). Pemisahan Banyak Sumber Suara Mesin dari
Microphone Array dengan metode Independent Component Analysis (ICA) untuk Deteksi Kerusakan. Tugas Akhir Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
6) Heru B., Cahya (2005). Watermarking Citra Digital dengan Menggunakan Metode
Shuffling. Tugas Akhir Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya
7) Sviastoslav, S., Herrige, Alexander. Baumgaertner, N. , Pun, Thierry (1999). “A
Stocahastic Approach to Content Adaptive Digital Image Watermarking”. Workshop on Information hiding, Dresden, Germany.
8) Hyvarinen, Aapo & Erkki Oja (2000). “Independent Component Analysis (Algorithms and Aplications)”, Helsinki University of Technology, Finland
9) Qohar, Abdul (2001). Analisis Komponen Independen dengan Algoritma
FastICA untuk Pengenalan Wajah. Tesis Jurusan Teknik Informatika Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
10)Solichah, Adhatus (2009). Implementasi Segmentasi Citra Bibir Berwarna
Menggunakan Spatial Fuzzy Clustering. Tugas Akhir Jurusan Teknik Informatika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
11)Works, The Math. Image Processing Toolbox For Use with MATLAB. The Math Works Inc, 1994-2005