• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat yang semakin pesat, menuntut perubahan cara dan strategi guru dalam membelajarkan siswa tentang sesuatu yang harus mereka ketahui, untuk masa depan mereka. Sehingga, perlu adanya pembelajaran yang mampu membelajarkan siswa untuk menemukan fakta dan informasi, mengolah dan mengembangkannya agar menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat bagi dirinya. Pembelajaran yang diperlukan adalah pembelajaran yang tidak hanya mengulang kembali ide-ide, tetapi pembelajaran yang mampu mengeksplorasi ide-ide siswa. Hal ini dimaksudkan agar mereka mampu berkreatifitas dan siap menghadapi masalah-masalah pada masa depan. Ironisnya, pembelajaran pada kenyataannya, masih banyak yang semata berorientasi pada upaya mengembangkan dan menguji daya ingat siswa, sehingga kemampuan berpikir siswa direduksi dan sekedar dipahami sebagai kemampuan untuk mengingat (Ratno Harsanto, 2005).

Akibat dari model pembelajaran seperti ini, siswa terhambat dan tidak berdaya menghadapi masalah-masalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif (Iwan Sugiarto, 2004). Pembelajaran, tidak melatih siswa untuk berpikir pada tingkat metakognitif (Sudiarta 2006). Dalam kalimat yang disampaikan oleh Livingstone (1997), model pembelajaran yang selama ini diterapkan, tidak mengajak siswa untuk berpikir tentang proses berpikir itu sendiri. Karena itu, lebih lanjut Sudiarta (2006) menegaskan bahwa, jika model pendidikan formal tersebut apabila terus dipertahankan, hanya berfungsi “membunuh” kreatifitas siswa karena lebih banyak mengedepankan aspek verbalisme. Sudiarta (2006), bahkan menambahkan, akibat dari “pembunuhan” kreativitas semacam ini - dalam pembelajaran, siswa sering berhasil memecahkan masalah tertentu, tetapi gagal jika

(2)

konteks masalah tersebut sedikit diubah. Temuan Sudiarta ini, juga didukung oleh hasil penelitian lainnya juga menunjukkan hal yang sama, yaitu adanya defisit dalam penerapan strategi metakognitif dalam pembelajaran (Baker, L. & Brown, A., 1984)

Menurut H. Hadari Nanawi (1982), peran sekolah sebagai lembaga pendidikan yaitu mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak. Tujuannya adalah agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas kehidupannya sebagai manusia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, lembaga pendidikan memikul tanggung mempersiapkan anak-anak agar mampu mengembangkan kehidupannya di masyarakat. Namun demikian, perlu disadari bahwa proses belajar mengajar disekolah bersifat sangat kompleks, karena adanya proses pedagogis, psikologis dan didaktis (Gagne dalam Sagala 2006). Aspek pedagogis merujuk pada kenyataan bahwa belajar mengajar di sekolah berlangsung dalam lingkungan pendidikan di mana guru harus mendampingi siswa dalam perkembangannya menuju kedewasaan, melalui proses belajar mengajar dikelas.

Aspek psikologis merujuk pada bahwa siswa yang sedang belajar di kelas memiliki kondisi fisik dan psikologis yang berbeda-beda. Proses belajar sendiri sangat bervariasi, seperti ada belajar materi yang mengandung keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik yang menyebabkan cara siswa belajar harus berbeda-beda pula sesuai jenis belajar yang berlangsung. Aspek didaktis merujuk pada pengaturan belajar siswa oleh guru.

Di sadari, bahwa proses pembelajaran, sepenuhnya diserahkan menjadi tanggungjawab guru. Karena itu, menurut Adams dan Dickey (Siddiq, 2008), peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:

1. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor); 2. Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor); 3. Guru sebagi ilmuan (teacher as scientist);

4. Guru sebagai pribadi (teacher as person).

Dari hal ini, diharapkan seorang guru dapat membantu siswa untuk belajar menemukan dan mengembangkan kompetensi yang ada pada diri siswa, dan

(3)

membantu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar yang memuaskan dan mencapai nilai lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dilihat dari uraian di atas, terlihat betapa pentingya kedudukan guru dalam proses belajar mengajar. Prestasi anak didik dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan adalah faktor guru (Hartilaar, 1993). Dalam hal ini, guru berperan dalam menentukan cara yang dianggap efektif, untuk membelajarkan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, misalnya dengan pemberian tugas atau pekerjaan rumah, dan pemilihan metode dalam mengajar yang tepat untuk siswa, dengan tujuan prestasi siswa dapat mencapai KKM atau Kriteria Ketuntasan Minimal.

Dalam penelitian ini, penulis akan memfokuskan untuk melihat peningkatan prestasi dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode Mind Map. Menurut Nurkencana (1986), prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Dalam pengajaran, perubahan itu diukur dengan hasil yang diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Slameto (2003), menyebutkan bahwa prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebutkan sebagai faktor yang berasal dari dalam diri seseorang tersebut, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Pada proses belajar mengajar, salah satu komponen faktor eksternal itu adalah guru. Sedangkan motivasi menurut Sardiman (2007), disebut sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Masih hampir seiring dengan pendapat Sardiman, oleh Wasty Soemanto (1998), motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Selanjutnya Sardiman (2007) mengatakan bahwa meskipun motivasi adalah sesuatu yang sebenarnya intrinsik berasal dari dalam diri seseorang, motivasi juga dapat muncul dari dalam diri seseorang karena faktor dari luar diri seseorang. Dalam pembelajaran, motivasi belajar bisa disebabkan karena guru

(4)

menarik minat siswa untuk belajar.

Ilmu pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah Dasar. Ilmu pengetahuan sosial yang diajarkan di Sekolah Dasar terdiri atas dua kajian pokok yaitu pengetahuan sosial yang mencangkup lingkungan sosial ilmu bumi, ekonomi dan pemerintah. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini. Pengajaran pengetahuan sosial di Sekolah Dasar berfungsi mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebanggaan dan kebangsaan terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kin (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994).

Oleh sebagian siswa, pelajaran IPS dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang penting, bila dibandingkan dengan mata pelajaran akademis lainnya seperti Matematika dan IPA. Karena sebagian besar siwa SD Negeri 03 Karangrejo merasa senang ketika mereka belajar IPA, hal tersebut terbukti pada saat berlangsungnya pembelajara mata pelajaran IPA, semua siswa fokus memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru, hal tersebut juga sama terjadi pada saat berlangsungnya pembelajaran Matematika. Hasil prestasi belajar yang siswa dapatkanpun lebih tinggi dibandingkan dengan mata pelajaran IPS.

Beberapa faktor yang ditemukan peneliti terkait kurangnya hasil prestasi pembelajaran siswa pada pembelajaran IPS antara lain, motivasi belajar siswa itu sendiri untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki motivasi tinggi tetapi hasil prestasi belajar yang dicapainya rendah. Siswa akan berusaha sekuat tenaga apabila ia memiliki motivasi yang besar untuk mencapai tujuan besar. Siswa akan berusaha belajar sungguh-sungguh tanpa dipaksa bila memiliki motifasi yang besar, dengan demikian diharapkan akan mencapai prestasi yang tinggi. Adanya motivasi belajar yang tinggi dalam diri siswa merupakan syarat agar siswa terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mengatasi berbagai kesulitan belajar yang dihadapinya dan lebih lanjut siswa tersebut adalah dengan memberikan perhatian serius dalam proses

(5)

belajar mengajar, dimana proses belajar mengajar merupakan serangkaian hubungan interaktif antara guru dengan siswa dalam rangka penyampaian materi pelajaran.

Pada mata pelajaran IPS kelas V SD, siswa perlu mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar prestasi belajar yang dicapai bagus. Untuk memenuhi keberhasilan dalam memberikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar diperlukan kerjasama antara guru, siswa dan orang tua. Hal yang ditemukan peneliti pada pembelajaran yang terjadi di SD Negeri 03 Karangrejo khususnya siswa kelas V pada mata pelajaran IPS terdapat kurangnya motivasi belajar siswa. Terbukti, pada saat berlangsung nya pembelajaran mata pelajaran IPS, siswa cenderung tidak memperhatikan penjelasan dari guru dan siswa kurang berkonsentrasi. Karena, ketika guru bertanya mengenai apa yang telah dijelaskan, siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjawabnya, dan sering ada beberapa siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu, ditemukan juga beberapa besar siswa ada yang tidak mau mencatat materi pelajaran yang diharuskan mencatat oleh guru, hal ini terjadi karena telah ada pikiran bahwa materi pelajaran yang harus dicatat siswa sangatlah banyak, sehingga siswa merasa malas untuk mencatatnya. Ditemukan juga sebagian siswa yang sibuk berbicara dengan teman-temannya, kemudian ada juga siswa yang sibuk bermain sendiri, seperti menggambar dan mencorat-coret buku tulis pada saat pembelajaran IPS berlangsung.

Berdasar pada pengamatan tersebut, dugaan kuatnya adalah rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS, yang berimplikasi pada rendahnya nilai yang diperoleh pada mata pelajaran tersebut, adalah lebih banyak disebabkan oleh penerapan metode pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memerlukan suatu strategi yang tepat supaya hasil yang yang dicapai maksimal dan berpengaruh berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Guru harus dapat memilih metode- metode yang sesuai dengan pokok bahasan yang disampaikan, dan juga mempunyai cara-cara yang menarik sehingga peserta didik mempunyai motivasi belajar yang tinggi terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

(6)

Pemilihan metode pembelajaran dapat menentukan kualitas dalam pembelajaran karena dengan penerapan model pembelajaran akan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Metode pembelajaran yang diterapkan pada umumnya hanya berpusat pada guru, yang terlihat didominasi oleh metode ceramah, tanya jawab, dan diselingi dengan diskusi. Metode pembelajaran tersebut tidak selamanya buruk, namun jika pembelajaran terus didominasi oleh pembelajaran yang konvensional, maka hal ini akan mempengaruhi motivasi siswa terhadap pembelajaran IPS sehingga dapat berdampak pada hasil belajar IPS siswa yang cenderung rendah atau tidak mencapai KKM.

Munculnya beberapa metode pembelajaran saat ini adalah upaya untuk meningkatkan pembelajaran dan prestasi siswa. Salah satunya adalah metode pembelajaran Mind Map. Metode pembelajaran Mind Map merupakan cara mudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Metode pembelajaran Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektf, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita, jadi bisa disimpulkan bahwa Metode Mind Map adalah metode yang juga bisa disebut sebagai suatu metode yang sangat sederhana (Tony Buzan, 2006).

Asumsi Mind Map menurut Buzan (2009), bahwa Mind Map adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, sebenarnya ada dalam otak manusia yang menakjubkan. Pertanyaannya adalah bagaimana informasi yang tersimpan dalam perpustakaan raksasa itu dapat di panggil keluar?

Sesungguhnya, metode Mind Map tidak mengkhususkan untuk membuat pencatatan yang rapi pada setiap baris dihalamannya, yang berakibat membutuhkannya waktu yang lama dalam menyusun catatannya, sehingga bisa dikatakan bahwa hal tersebut tidaklah efektif dan efisien serta tidak memberikan sebuah kekreatifan pada diri siswa dalam menyusun catatannya. Tetapi, metode Mind Map ini menawarkan jenis pencatatan yang sangat sederhana, yaitu memicu pada kreatif dan efektif. Artinya bahwa, pencatatan yang diterapkan dalam metode Mind

(7)

Map ini, dengan gaya bahwa siswa mengambil inti dari setiap informasi yang didapat, kemudian menghubungkan setiap informasi yang siswa dapat, dengan informasi lainnya dalam selembar kertas yang telah disediakan. Dengan gaya pencatatan tersebut, siswa hanya membutuhkan waktu yang singkat. Kata lainnya bahwa waktu yang dibutuhkan mengambil informasi, adalah waktu yang benar-benar terbatas hanya untuk mendapatkan informasi tersebut, sehingga pemanfataan waktu dapat menjadi sangat efektif dan efisien. Selain efisiensi dan efektivitas waktu, kreativitas siswa pun akan bertambah, dimana dia akan membuat catatannya sesuai dengan gaya dan alur pemikiran masing-masing siswa.

Konsep Mind Map asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah Mind Map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Map sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi diantara ide tersebut. Mind Map juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain. Mind Map merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya dengan menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan.

Dengan metode Mind Map siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%. Metode Mind Map adalah salah satu solusi untuk mengurangi kebosanan dan kemalasan siswa dalam mencatat. Karena dalam Mind Map, yang harus dicatat siswa adalah konsep atau kata sentral nya saja, yang nantinya masing-masing kata sentral yang telah siswa temukan, akan dihubungkan yang satu dengan yang lainnya dengan anak panah. Sehingga itu, dalam pencatatan materi pembelajaran IPS, metode Mind Map ini sangatlah efektif digunakan untuk siswa kelas V SD Negeri Karangrejo secara khusus dalam mata pelajaran IPS. Hal tersebut berbeda dengan penggunaan metode yang konvensional yang masih digunakan guru dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Karangrejo, dimana siswa diharuskan mencatat catatan

(8)

materi pembelajaran IPS yang terbilang banyak dan kurang efektif sehingga siswa akan merasa malas, bosan dan kurang berminat saat pembelajaran IPS.

Penggunaan metode Mind Map ini dapat memacu konsentrasi siswa untuk fokus memperhatikan penjelasan dari guru, karena dengan memperhatikan penjelasan dari guru siswa akan dapat mendapatkan kata sentral disetiap penjelasan materi dari guru, sehingga selain siswa mudah dalam pencatatannya, siswa pun akan paham akan materi yang telah diberikan oleh guru. Pemahaman siswa akan materi ajar akan mempengaruhi peningkatan hasil prestasi belajar siswa dalam hal ini terkhusus pada peningkatan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS.

Dengan dasar pemikiran dan paparan yang telah di uraikan di atas tersebut, penulis mencoba merangkumnya bahwa pembelajaran yang berjalan baik dan berjalan dengan baik adalah pembelajaran yang efektif, efisien, dan berjalan tanpa ada tekanan yang merugikan, pembelajaran tersebut menghasilkan sebuah prestasi belajar yang di atas standar yang sudah ditentukan. Pembelajaran yang baik juga harus berlangsung pada setiap mata pelajaran yang siswa tempuh sehingga hasil yang akan dihasilkan akan maksimal dan merata. Pada siswa kelas V SD Negeri 03 Karangrejo kecamatan selomerto kabupaten Wonosobo, peneliti menemukan adanya ketidak seimbangan prestasi belajar yang siswa raih pada mata pelajaran IPS dibadingkan dengan mata pelajaran yang lainnya.

Prestasi yang didapat siswa pada pembelajaran mata pelajaran IPS masih belum memenuhi hasil yang maksimal atau masih kurang memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hal tersebut membuktikan adanya pembelajaran yang belum berjalan dengan baik dan belum dapat menghasilkan prestasi yang maksimal. Penulis menemukan beberapa penyebab yang mengakibatkan prestasi pembelajaran mata pelajaran IPS kurang maksimal. Diduga kuat penyebabnya adalah motivasi belajar siswa yang kurang dan penggunaan metode pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang masih konvensional. Karena masih dipakainya pembelajaran dengan metode yang konvensional pada pembelajaran mata pembelajaran IPS dan kurangnya motivasi yang siswa dapat maka selama kegiatan pembelajaran IPS peneliti

(9)

menemukan banyak siswa yang kurang focus pada pembelajaran, asyik bermain dengan kegiatannya sendiri dan banyak siswa yang merasa jenuh dalam mencatat materi pembelajaran IPS sehingga siswa tidak dapat memahami materi yang seharusnya dia dapat dan hal tersebut akan berdampak langsung pada hasil atau prestasi belajar siswa yang buruk.

Dari hal tersebut peneliti mencoba untuk mencari solusi yang sesuai dan tepat untuk mengatasi kurangnya prestasi belajar dan motivasi belajar pada pembelajaran IPS. Karena bila hal tersebut tidak segera diatasi akan mengakibatkan dan berdampak pada penurunan prestasi belajar dan motivasi belajar yang berlanjut dan berlarut-larut dan akan mengakibatkan munculnya pola pembelajaran yang tidak berjalan dengan baik yaitu pembelajaran yang tidak efektif dan efisien dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri 03 kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo sehingga prestasi pembelajaran tidak kan maksimal atau tidak memenuhi standar yang seharusnya. Berangkat dari kejadian tersebut maka penulis mencoba memberikan solusi atau jalan keluar dengan menerapkan metode Mind Map dalam pembelajaran mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri karangrejo kecamatan Selomerto kabupaten Wonosobo.

Peneliti memilih metode Mind Map tersebut karena metode tersebut dianggap cocok dan tepat untuk mengatasi kejenuhan yang siswa hadapi terutama dalam pencatatan materi yang sering siswa hadapi karena pada metode Mind Map mengguanakn konsep pencatatan yang menghubungkan informasi yang satu dengan informasi lainnya yang siswa dapat. Metode Mind Map juga akan memicu munculnya motivasi belajar siswa (Buzan 2009), karena siswa akan dibawa kedalam sebuah pembelajaran dengan cara atau metode yang baru. Untuk melaksanakan penelitian ini, maka peneliti mencoba memfokuskan diri pada penggunaan metode Mind Map pada mata pelajaran IPS guna meningkatkan prestasi belajar siswa dan motivasi belajar siswa khusus pada kelas V SD Negeri 03 Karangrejo kecamatan Selomerto kabupaten Wonosobo. Berdasar pada pikiran-pikiran yang telah terpaparkan di depan, maka penulis memberi judul penelitian ini “Peningkatan Prestasi Belajar dan Motivasi

(10)

Belajar IPS Siswa dengan Menggunakan Metode Mind Map pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah melalui penggunaan metode pembelajaran Mind Map dapat Meningkatan Prestasi Belajar dan Motivasi Belajar IPS Siswa dengan Menggunakan Metode Mind Map pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan metode Mind Map dapat meningkatkan prestasi belajar dan motivasi belajar pada siswa kelas 5 SDN 03 Karangrejo Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis

a. Mendapatkan suatu cara baru tentang peningkatan prestasi belajar dan motivasi belajar siswa melalui metode pembelajaran Mind Map

b. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang metode atau strategi yang tepat dalam mendaratkan visi pendidikan.

c. Dapat diaplikasikan sebagai salah satu metode yang dapat menambah antusiasme belajar siswa dan daya ingat siswa guna meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap pengembangan pembelajaran mengenai Mind Map dalam pelajaran IPS yang

(11)

pada gilirannya dapat meningkatkan Prestasi Belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS.

1.4.2 Manfaat praktis a. Manfaat bagi penulis

Metode Mind Map yang digunakan penulis dapat menambah wawasan dan bekal ilmu bagi penulis.

b. Manfaat bagi siswa

1) Meningkatkan daya ingat siswa melalui metode Mind Map

2) Menambah antusiasme belajar siswa melalui penggunaan metode baru dalam proses pembelajaran siswa.

3) Meningkatkan prestasi belajar siswa terkhusus pada mata pelajaran IPS. c. Manfaat bagi guru

1) Menambah wawasan bagi guru melalui penggunaan metode Mind Map dalam proses pembelajaran siswa.

2) Memperkaya metode pembelajaran bagi guru karena dalam proses kegiatan pembelajaran tidak hanya cukup menggunakan satu metode saja. 3) Sebagai bahan masukan bagi guru di kelas dan dapat dikembangkan pada

mata pelajaran lain. Diharapkan dengan hasil penelitian ini, dapat memberikan kontribusi dan menambah pemahaman guru tentang penerepan metode pembelajaran dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

d. Manfaat bagi sekolah

1) Menambah kepustakaan sekolah

2) Dengan hasil penelitian ini diharapkan bahwa Sekolah Dasar, menemukan metode belajar yang benar-benar tepat untuk meningkatkan hasil belajar IPS di SD, khususnya pada kelas V SD, sekaligus dapat memberikan kontribusi untuk menerapkan metode belajar yang tepat pada mata pelajaran yang lain.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itulah mengapa di awal dijelaskan mengapa Kristen cukup membedakan istilah Tuhan dengan Allah/Ilah, karena di dalam bahasa Indonesia Tuhan dengan ilah tidak

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Use the binomial expansion to find the probabilities of the various combinations of heads and tails... You draw from jars 2 and 4 200 times and get the

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Dalam teknologi jaringan nirkabel, istilah interferensi biasanya digunakan untuk hal yang lebih luas, untuk gangguan dari sumber radio frekuensi seprti dari Jadi

Dalam penulisan mi, metode yang digunakan dalam perhitungan harga pokok pesanan adalah yang diterapkan oleh perusahaan yang selanjutnya akan dibandingkan dengan metodefiili

Tujuan dari penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya adalah

Apabila pemilik atau penguasa gudang menghentikan atau menutup gudangnya, yang bersangkutan wajib memberitahukan dan mengembalikan tanda daftar gudang yang dimilikinya kepada