HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK DI SMPN 01 SUNGAI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT
Hanatika1, Rila Rahma Mulyani2, Triyono2 1
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
hanatikabk@gmail.com
ABSTRACT
This research was conducted by the existence of parent who unconsciously educate their children in excessive ways and will deliver their children to the negative influence in the future. Parental attitudes allegedly related to the indenpendence of children. This study aims to descrebe: (1) Attitudes of parents of children in SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten West Pasaman Regency, (2) Independence of children in SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten West Pasaman, (3) Parental attitudes relationship with the independence of children in SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten West Pasaman Regency. This reasearch uses quantitative method of correlational descriptive statistics. The population of this research were the children of class VIII SMPN 01 Sungai Aur of West Pasaman Regency, which amounted to 195 people, a sample of 130 people, selected by proportional stratified random sampling technique. The result of the research shows that: (1) Parents attitude on average is in good category, (2) Independence of children is on average in independent category, (3) There is a significant relationship between parent attitudes with the independence of children in SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten West Pasaman regency is is equal to (rhitung 0,220 and significant rtabel
0,171).
Keyword: Parents Attitudes, Independence PENDAHULUAN
Kemandirian adalah suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan tetap terus belajar untuk bersikap mandiri dalam
menghadapi berbagai situasi
lingkungan, sehingga pada akhirnya
individu mampu berpikir dan
bertindak sendiri dengan
kemandiriannya. Istilah kemandirian
adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan dirinya sendiri dan tidak tergantung terhadap orang lain
Hurlock (Rintyastini & Suzy,
2014:98).
Menjadi mandiri bukan
berarti tidak membutuhkan bantuan orang lain sama sekali, hanya saja
tidak, menggantungkan semua
urusan kita pada orang lain.
Misalnya kita bisa membuat
keputusan terhadap semua urusan
kita. Menjadi seorang yang mandiri bukan berarti berpisah secara fisik dan kehilangan orang-orang yang kita cintai karena kita sebagai makhluk sosial tidak akan pernah berhenti membutuhkan hubungan erat dan mendalam serta dukungan dari keluarga dan teman.
Menurut Desmita (2014:186) adapun bentuk kemandirian yang harus dicapai anak pada usia remaja
adalah kemandirian emosional,
kemandirian intelektual, kemandirian sosial, dan kemandirian ekonomi.
Perkembangan kemandirian
merupakan masalah penting
sepanjang rentang kehidupan
manusia. Dimana anak akan
tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkunganya
hingga waktu tertentu. Seiring
dengan berlalunya waktu dan
perkembangan selanjutnya, seorang anak mulai melepaskan diri dari kebergantungannya pada orang tua atau orang lain di sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alami yang dialami oleh semua makhluk hidup termasuk manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan fisik, yang
pada gilirannya dapat memicu
terjadinya perubahan emosional,
perubahan kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam proses sosial melalui sikap orang tua dan aktivitas individu.
Menurut Desmita
(2014:185-186) kemandirian muncul dan
berfungsi apabila anak menemukan diri pada posisi yang menuntut suatu tingkat kepercayaan diri. Jadi secara singkat kemandirian mengandung pengertian sebagai berikut:
1. Suatu kondisi di mana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri.
2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
3. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya. 4. Bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya.
Kemandirian seseorang
bukan merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu sejak
lahir. Namun kemandirian
dipengaruhi lingkungan keluarga
yang sudah terbiasa mandiri.
berdasarkan cara orang tua
mendidiknya sejak kecil.
Berdasarkan hal tersebut Ali & Asrori (2011:118-119), menyatakan
ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi perkembangan
kemandirian anak, yaitu: umur anak, gen atau keturunan orang tua, pola asuh orang tua, sistem kehidupan di masyarakat, sistem pendidikan di sekolah.
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan kemandirian adalah
kemampuan seseorang untuk
mewujudkan keinginannya secara nyata dan tidak tergantung pada
orang lain. Kemandirian juga
dipengaruh oleh beberapa faktor yaitu sikap orang tua.
Bentuk sikap orang tua yang diberikan kepada anak menetukan sikap, perilaku sesuai dengan sikap orang tua yang diberikan kepada anak tersebut. Menurut Hurlock (Yusuf, 2009:49-50), adapun bentuk sikap-sikap orang tua yaitu:
a. Sikap overprotective (terlalu
melindungi)
Sikap overprotective
merupakan sikap orang tua yang sangat melindungi anaknya, di
permukaan mereka kelihatan
sangat menyayangi anak mereka. Namun yang sebenarnya begitu cemas dan mereka berusaha untuk
menghilangkan kecemasan
dengan cara menjauhkan anak
mereka dari hal-hal yang
dipandang bisa merugikan atau berdampak negatif pada anaknya.
b. Sikap permisisiveness
(pembolehan)
Sikap orang tua
permissiveness adalah sikap orang tua yang memberikan kebebasan untuk berpikir dan berusaha, menerima gagasan atau pendapat, membuat anak merasa diterima dan merasa kuat, toleransi dan memahami kelemahan anaknya
serta cenderung lebih suka
memberi yang diminta anak
daripada menerima.
c. Sikap rejection (penolakan) Sikap orang tua rejection ini adalah sikap orang tua yang masa bodoh, bersikap kaku, kurang memperdulikankesejahteraan anak, serta menampilkan sikap
permusuhan atau dominasi
terhadap anak.
Sikap orang tua acceptance yaitu sikap orang tua yang memberikan perhatian dan cinta kasih sayang yang tulus kepada anak, menempatkan anak dalam posisi yang penting di dalam
rumah, mengembangkan
hubungan yang hangat dengan anak, bersikap respek terhadap anak, mendorong anak untuk
menyatakan perasaan atau
pendapatnya, serta berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau mendengarkan masalahnya. e. Sikap domination (dominasi)
Sikap domination adalah
sikap orang tua yang
mendominasi anak.
f. Sikap submission (penyerahan)
Sikap submission adalah
sikap orang tua yang senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak, serta membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah. g. Sikap punitivenes/ overdiscipline
(terlalu disiplin) Sikappunitivenes/
overdiscipline adalah sikap orang tua yang mudah memberikan
hukuman serta menanamkan
kedisiplinan secara keras terhadap anak.
Sehubungan dengan pendapat para ahli di atas, maka semakin jelas
pula bahwa sikap orang tua
mempunyai pengaruh penting dalam perkembangan kemandirian anak. Salah satu bentuk sikap orang tua yang mempengaruhi kemandirian
anak yang dijelaskan Ahmadi
(2007:244) bahwa “Sikap orang tua yang mempengaruhi kemandirian anakberdasarkan hasil eksperimen mengenai sikap overprotective orang tua, yang terlalu cemas dan hati-hati dalam pendidikan anak-anak: orang
tua yang senantiasa menjaga
keselamatan anaknya dan mengambil
tindakan-tindakan yang
berlebih-lebihan supaya anak kesayangannya
terhindar dari macam-macam
bahaya. Eksperimen itu juga
menghasilkan bahwa kebanyakan
orang tua yang bersikap
overprotective terhadap anaknya, maka anak itu berkembang dengan ciri-ciri sangat tergantung pada orang tuanya.
Anak di SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat berasal dari keluarga yang
berbeda-beda. Ada yang berasal keluarga pegawai negeri sipil, pegawai swasta, angkatan, petani, buruh tani dan buruh paprik. Berdasarkan latar belakang keluarga tersebut maka membentuk sikap orang tua yang
berbeda pula dalam mendidik
anaknya. Sikap orang tua tersebut
sangat berhubungan terhadap
kemandirian anak di rumah maupun di sekolah. Hal ini terlihat dari kenyataan yang terjadi di sekolah ketika anak diberikan PR tetapi mereka mengerjakanya di sekolah, dan ketika di rumah anak dibantu orang tuanya untuk mengerjakan
pekerjaannya baik dalam
mengerjakan tugas maupun dalam mencuci pakaian kotornya.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 3 Desember 2016 terhadap anak SMPN 01 Sungai Aur di Kabupaten Pasaman Barat. Adanya anak yang tidak dapat bertanggung jawab, adanya anak yang tidak
mampu mengerjakan tugasnya
sendiri, sulit bergaul, gugup dalam
mengeluarkan pendapat, kurang
percaya diri, tidak mampu
mengendalikan emosinya, suka
bertengkar, dan adanya anak yang
suka mencari perhatian guru.
Sedangkan berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan dengan beberapa orang anak mengenai sikap orang tua mereka di rumah pada tanggal 16 Januari 2017 didapatkan hasil wawancaranya yaitu: anak dibantu dalam mengerjakan hal-hal kecil di rumah seperti mencuci baju, menyelesaikan pekerjaan rumahnya, memenuhi keinginan mereka, merasa
selalu diawasi dan dikekang,
berdebat dengan orang tua ketika berbeda pendapat, dan lain-lain.
Berkaitan dengan judul penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan gambaran: 1. Sikap orang tua anak di SMPN 01
Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.
2. Kemandirian anak di SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.
3. Hubungan sikap orang tua
terhadap kemandirian anak di SMPN 01 Sungai Aur.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif jenis deskriptif
korelasional. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini berupaya
mendeskripsikan, mengungkap,
menafsirkan data yang berhubungan dengan “Hubungan Sikap Orang Tua dengan Kemandirian Anak di SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten Pasaman
Barat”. Penelitian ini telah
dilaksanakan pada tanggal 02-17 Juni 2017. Penelitian ini dilakukan di SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat, hal ini dikarenakan fenomena awal ditemukan di lokasi ini.
Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah anak kelas VIII SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat, yang aktif pada tahun pelajaran 2016/2017. Dalam penelitian ini peneliti mengambil kelas VIII sebagai populasi adalah bisa berpikir logis dan lebih dewasa dibandingkan kelas VII. Sedangkan kelas IX tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena mereka akan mengikuti ujian nasional. Populasi dalam penelitian ini 195 anak yang berada di SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan proportional
stratified random sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 130 anak dengan ketentuan presisi 5% (Riduwan, 2013:71). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Teknik analisi data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik yaitu dengan mencari skor mean, standar devisiasi, skor
minimum dan skor maksimum
dengan menggunakan formula yang dikemukakan oleh Yusuf (2005). Selanjutnya menghitung persentase
masing-masing frekuensi dengan
menggunakan rumus persentase yang
dikemukakan oleh Sudijono
(2011:43) dan mencari kategori
digunakan rumus interval yang
dikemukakan oleh Mangkuadmojo (2003:37). Serta tahap terakhir dalam mencari uji normalitas, uji linearitas
dan uji hipotesis dengan
menggunakan SPSS versi 18,0.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sikap Orang Tua
Berdasarkan pengolahan data berjumlah 130 orang yang peneliti lakukan dapat diungkapkan bahwa secara umum sikap orang tua dilihat dari overprotective, permissiveness, rejection, acceptance, domination,
submission, dan puntiveness/ overdiscipline yang di sajikan pada
tabel 1 memperlihatkan bahwa
sebagian besar anak mendapatkan sikap yang baik dari orang tua yaitu sebesar 5,38% anak mendapatkan sikap yang sangat baik, 73, 85% anak mendapatkan sikap yang baik, dan 20,71% anak mendapatkan sikap yang cukup baik dari orang tua. Skor sikap orang tua, capaian terhadap skor ideal adalah 72,15% . Jadi secara rata-rata sikap orang tua berada pada kategori baik.
Kemandirian Anak
Berdasarkan pengolahan data sejumlah 130 orang yang peneliti lakukan dapat diungkapkan bahwa secara umum kemandirian anak dilihat dari emosional, intelektual, sosial dan ekonomi yang disajikan
pada tabel 2 memperlihatkan
sebagian besar anak memiliki
kemandirian yang mandiri yaitu sebesar 3,85% anak berada pada kategori sangat mandiri, 60,77% anak berada pada ketegori mandiri, 34,62% anak berada pada kategori cukup mandiri dan 0,77% anak berada pada kaegori kurang mandiri. Skor kemandirian anak, capaian
terhadap skor ideal adalah 75,38%. Jadi secara rata-rata kemandirian anak berada pada kategori mandiri.
Tabel 1. Deskripsi Frekuensi dan Persentase Sikap Orang Tua
Interval
Skor Kategori Frekuensi %
≥151 Sangat Baik 7 5,38 122-150 Baik 97 73,85 93-121 Cukup Baik 27 20,71 64-92 Kurang Baik 0 0 ≤63 Sangat Kurang Baik 0 0 Total 130 100
Tabel 2. Deskripai Frekuensi
dan Persentase
Kemandirian Anak
Interval
Skor Kategori Frekuensi %
≥160 Sangat Mandiri 5 3,85 130-159 Mandiri 79 60,77 100-129 Cukup Mandiri 45 34,62 70-99 Kurang Mandiri 1 0,77 ≤69 Sangat Kurang Mandiri 0 0 Total 130 100
Uji persyaratan analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji normalitas dan uji linearitas.
Pengujian normalitamenggunakan
metode Kolmogrov-Smirnove. Jika Asymp.Sig atau P-value > dari 0,05
(taraf signifikansi), maka data berasal dari populasi berdistribusi normal. Hasil uji normalitas sikap
orang tua sebesar 0,200 dan
kemandirian anak sebesar 0,200. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel berdistribusi normal.
Uji linearitas dalam
penelitian ini memanfaatkan program SPSS. Jika Fhitung>Ftabel maka
dinyatakan linear dan jika Fhitung <
Ftabel dinyatakan tidak linear.
Berdasarkan hasil uji linearitas
hubungan sikap orang tua dengan kemandirian adalah linear dengan Fhitung 0,234 > Ftabel 0,05.
Hasil korelasi sikap orang tua dengan kemandirian dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Linearitas Sikap Orang Tua (X) dan Kemandirian Anak (Y).
Variabel rhitung rtabel
XY 0,202 0,171
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa nilai rhitung
sebesar 0,202 dan rtabel sebesar
0,171. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap orang tua
dengan kemandirian anak di SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.
1. Deskripsi Data Sikap Orang Tua Hasil analisis data penelitian
menunjukkan bahwa secara
keseluruhan sikap orang tua berada dalam kategori baik. Ini berarti sikap orang tua kepada anak sudah baik. Berdasarkan
pencapaian masing-masing
subvariabel bahwa semua
subvariabel berada pada kategori
baik, namun berdasarkan
subvariabel ada sikap orang tua yang masih pada kategori cukup baik.
Sesuai dengan pendapat
Thursione (Ahmadi, 2007:150)
bahwa sikap adalah
kecenderungan bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi di sini meliputi: simbol, kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Sikap orang tua merupakan suatu kecenderungan untuk melakukan tindakan sebagai reaksi orang tua terhadap apa yang dilakukan oleh anaknya. Sikap tersebut dapat berupa sikap
positif, maupun sikap negatif. Sikap positif orang tua akan membuat anak menjadi merasa diperhatikan, anak merasa diakui dan disetujui oleh orang tuannya. Sedangkan sikap negatif orang tua akan membuat anak merasa tidak diperhatikan dan ditolak oleh orang tuannya. Serta menurut
Bhrem & Kassin (Rahman,
2013:124) menjelaskan sikap
yaitu: reaksi afektif yang bersifat positif/ negatif yang mengandung perasaan-perasaan kita terhadap
suatu objek, kecenderungan
berperilaku dengan cara tertentu terhadap suatu objek tertentu, dan reaksi kognitif sebagai penilaian kita terhadap sesuatu objek yang
didasarkan pada ingatan,
penglihatan, pengetahuan dan
kepercayaan yang relevan.
Baiknya sikap orang tua dalam mendidik anak disebabkan orang
tua mempunyai kepedulian,
perhatian, serta tanggung
jawabnya dalam mendidik
sehingga anak menjadi pribadi yang mandiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa sikap
orang tua sangat penting dalam membentuk kemandirian anaknya. Tetapi orang tua juga harus
mampu menentukan sikapnya
dalam mendidik anak-anaknya yaitu orang tua tidak terlalu berlebihan.
2. Deskripsi Data Kemandirian Anak Hasil analisis data penelitian
menunjukkan bahwa secara
keseluruhan kemandirian berada dalam kategori mandiri. Ini berarti kemandirian anak sudah mandiri. Berdasarkan pencapaian masing-masing subvariabel bahwa semua subvariabel berada pada kategori
mandiri, namun berdasarkan
subvariabel ada kemandirian yang
masih pada kategori kurang
mandiri.
Sesuai pendapat Desmita
(2014:185-186) yang menjelaskan bahwa kemandirian merupakan suatu sikap otonomi di mana anak secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Melalui otonomi tersebut, anak diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Secara singkat
kemandirian mengandung pengertian:
a. Suatu kondisi di mana sesorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri.
b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
c. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya. d. Bertanggung jawab atas apa
yang dilakukan.
Selanjutnya Hurlock
(Rintyastini & Suzy, 2006:98) menjelaskan kemandirian adalah
kemampuan sesorang untuk
mengarahkan dirinya sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Menjadi orang mandiri bukan berarti tidak membutuhkan bantuan orang lain sama sekali,
hanya saja kita tidak
mengantungkan semua urusan kita pada orang lain. Kita sendirilah yang harus membuat keputusan terhadap semua urusan kita. Menjadi mandiri juga bukan berarti harus berpisah jauh secara fisik dan kehilangan orang-orang yang kita cintai karena kita tidak
pernah berhenti membutuhkan hubungan erat dan mendalam, serta dukungan dari keluarga dan teman. Maknanya lebih pada perilaku, emosi, kognitif atau pikiran. Mandiri berarti tahu garis batas diri kita dan orang lain. Pikiran kita tidak berbaur dengan orang lain. Kita bukan hasil fotokopi, kita adalah diri kita sendiri.
Berdasarkan penjelasan di
atas, dapat dipahami bahwa
kemandirian anak tidak hanya didapatkan dari faktor keturunan,
namun kemandirian anak
disebabkan dari kebiasaan orang tuanya yang secara tidak disadari
anak meniru lingkungan
keluarganya yang sudah terbiasa mandiri.
3. Hubungan Sikap Orang Tua dengan Kemandirian Anak
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sikap orang
tua berhubungan secara
signifikan terhadap kemandirian anak, dengan tingkat korelasi rhitung sebesar 0,202 dan rtabel
sebesar 0,171 dengan ketentuan nilai r berarti -1≤ 0,202 ≤ 1. Ini
berarti hipotesis kerja (Ha ) dapat
diterima dan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X
dan Y yang menunjukkan
hubungan yang positif dengan koefisien yang kuat. Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa semakin baik sikap orang tua maka semakin mandiri pula kemandirian anak.
Setiadarma (Chusna,
2008:32) mengatakan bahwa
sikap orang tua akan berpengaruh terhadap perilaku anak, serta
dalam pembentukan
kepribadianya. Hal ini sama
dengan dua individu yang
berhadapan. Apabila seorang
individu menunjukkan sikap
tertentu, maka individu lainya akan memberikan tanggapan atas sikap individu yang pertama. Hal ini serupa dengan orang tua yang menghadapi anak. Orang tua akan
menunjukkan sikap tertentu
kepada si anak dan si anak akan menanggapinya sesuai dengan sikap orang tua. Demikian pula sebaliknya, sikap anak akan ditanggapi secara tertentu pula
oleh orang tua. Hal ini
berlangsung dalam bentuk proses interaksi mutualistik atau interaksi timbal balik.
Berdasarkan penjelasan di
atas, dapat dipahami bahwa
hubungan sikap orang tua dengan kemandirian anak seperti dua orang yang berhadapan, dimana anak akan memberikan respon atau tanggapan terhadap apa yang ditunjukkan oleh sikap orang tuanya. Jika orang tua telah menunjukkan sikap yang mandiri maka anak secara tidak sengaja akan mampu mandiri pula.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan sikap orang tua dengan kemandirian anak di SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sikap orang tua di SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat berada pada kategori baik. 2. Kemandirian anak di SMPN 01
Sungai Aur Kabupaten Pasaman
Barat berada pada kategori
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap orang tua dengan kemandirian anak di SMPN 01 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat yaitu sebesar (rhitung 0,220 dan signifikan rtabel
0,171). Dapat disimpulkan bahwa semakin baiknya sikap orang tua dalam mendidik anaknya maka semakin baik pula kemandirian anak.
KEPUSTAKAAN
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi
Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, M & M Asrori. 2011. Psikologi
Perkembangan Remaja
(Perkembangan Anak).
Jakarta: Bumi Aksara.
Chusna, Afizul (2008). “Pengaruh Sikap Overprotective Orang Tua terhadap Sikap Mandiri Anak (Studi Atas Siswa Kelas V dan VI SD Islam Al-Azhar 25 Semarang.Skiripsi, tidak diterbitkan. FIP-IAIN. Desmita. 2014. Psikologi Sosial
Perkembangan Anak.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mangkuadmojo. 2003. Pengantar Statistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahman. 2013. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Riduwan. 2013. Metode dan Teknik
Menyusun Proposal
Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rintyastini, Yuli & Suzy Yulia Charlotte. 2006. Bimbingan dan Konseling untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar
Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Yusuf, A. Muri. 2005. Metode
Penelitian. Padang: FIP UNP. Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi
Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.