• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN PARTISIPASI IBU MELAKUKAN IMD (Studi di Ruang Bersalin RS Wava Husada)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN PARTISIPASI IBU MELAKUKAN IMD (Studi di Ruang Bersalin RS Wava Husada)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 (Studi di Ruang Bersalin RS Wava Husada)

Jana Anjasmara, Henny Dwi Susant, Indah Dwi Pratiwi

Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES Universitas Muhammadiyah Malang ABSTRAK

Latar Belakang : tingginya angka kematian bayi dan angka kesakitan pada bayi di Indonesia masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu cara menurunkan angka tersebut dengan melakukan Inisasi Menyusu Dini. Kegagalan Inisiasi Menyusu Dini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya Inisiasi Menyusu Dini. Untuk itu diperlukan paparan informasi yang baik agar pengetahuan ibu mengenai Inisiasi Menyusu Dini adekuat sehingga ibu juga mau berpartisipasi melakukan semua tahapannya. Tujuan Penelitian : ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini dengan partisipasi ibu melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Desain Penelitian : ini menggunakan cross sectional dengan analisa data koefisien kontingensi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan sampel sebanyak 21 orang pada perode 12 Desember 2014-10 Januari 2015. Hasil penelitian : menunjukkan bahwa ibu mempunyai pengetahuan baik (52,38%), dan ibu memiliki partisipasi yang tinggi (66,67% ). Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Inisiasi Menyusu Dini dengan partisipasi ibu melakukan Inisiasi Menyusu Dini (p value (0,009) < α (0,05) dan r = 0,859). Pengetahuan yang baik dimiliki ibu mempengaruhi partispasi dalam melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Saran : Pengetahuan Ibu tentang inisiasi menyusu dini sangat penting untuk menunjang ibu dalam berpartisipasi melakukan IMD. Perawat juga harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam memberikan pendidikan kesehatan guna meningkatkan pengetahuan ibu.

Kata kunci : Pengetahuan, Partisipasi, Inisiasi Menyusu Dini ABSTRACT

A CORRELATION BETWEEN MOTHER’S KNOWLEDGE ON EARLY BREASTFEEDING AND MOTHER’S PARTICIPATION ON DOING EARLY BREASTFEEDING

(A Study at Maternity Ward Wava Husada Hospital)

Background : the high number of infant mortality rate and number of infant morbidity in Indonesia was still being one of health problems in Indonesia. One of method to reduce it with Early breastfeeding. The failure of early breastfeeding were caused by several factors such as lack of knowledge of mothers about the importance of early breastfeeding. Therefore, It required a good exposure of information about early breastfeeding to increase the mother's knowledge so it would be adequate and early breastfeeding could also be participated all steps. Purpose : to determinan a correlation between mother’s knowledge on early breastfeeding and mother’s participation on doing early breastfeeding. Research Method : This study was a cross sectional using data analysis coefficient contingensi. The sampling technicque use in this stydy is purposive sampling with 21 respondens on period 12 December 2014 until 10 January 2015. Result : showed the good mother’s knowledge (52,38%), and mother’s high participated (66,67%). The result in this research there is relationship of the grade of mother’s knowledge about early breast feeding with maother’s participated to do early breastfeeding (p value (0,009) < α (0,05) dan r = 0,859). Grade of mother’s knowledge is high can be influence in participated. Recomendation : Mother’s knowledge about early breastfeeding is important to suppoted to maother’s participation early breastfeeding. Nurse must be have good knowledge to given education to increased mother’s knowledge.

(2)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 Keywords : Knowledge, participated, earlybreastfeeding

PENDAHULUAN

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling penting terutama dalam bulan-bulan awal kehidupan (Sukarni, 2013:287). Nutrisi yang baik pada bayi mempercepat pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal. Menyusui

merupakan kesempatan untuk berinteraksi sosial, fisiologis, dan bahkan edukasi antara orang tua dan bayi. Menyusui juga dapat membangun dasar untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang berlansung seumur hidup (Lowdermilk et.al, 2013:168).

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusu yaitu dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya (Utami, 2008:5). Edukasi orang tua, dukungan dari pasangan dan keluarga merupakan faktor penentu utama dalam pengambilan keputusan ibu untuk menyusui (Lowdermilk et.al, 2013: 168). IMD merupakan faktor yang terpenting sebagai penentu keberhasilan ASI eksklusif. Karena dengan IMD, produksi ASI akan terstimulasi sejak dini. IMD juga mempercepat pengeluaran placenta, dan

mempercepat pengeluaran ASI (Tamara,

2011:161).

WHO-UNICEF mengeluarkan protokol

tentang “ASI Segera” yang harus diketahui tenaga kesehatan. Protokol tersebut adalah melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam dan bantu ibu mengenali kapan bayinya siap menyusu (Majid, 2008:101). Kontak langsung kulit ibu dan bayi akan memberikan kehangatan dan ikatan antara ibu dan bayi (Maritalia, 2012:74).

Penelitian di negara Afrika, IMD dapat menurunkan resiko kematian bayi usia 2-28 hari akibat infeksi saluran nafas akut dan diare (Edmond et.al, 2014:381). Kontak kulit ibu dan kulit bayi serta ASI pertama (kolostrum) dapat menstimulasi sistem kekebalan tubuh bayi (Edmond et.al 2014:1126). ASI mengandung zat

gizi dan zat protektif yang bermanfaat untuk daya tahan tubuh bayi sehingga jarang sakit (Maritalia, 2012:78). Praktek IMD dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Menurut penelitian yang dilakukan di Ghana , 22% kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila bayi menyusu pada ibunya dalam satu jam pertama (Edmond et.al, 2014:381). Di negara Amerika dalam dekade terakhir angka menyusui meningkat menjadi 77% hal tersebut dikarenakan

ibu melakukan IMD (Lowdermilk et.al,

2013:78). Penelitian yang dilakuan di India dalam National Journal of Community Medicine Vol 3 Issue 2 April-June 2012 (309) disebutkan bahwa keberhasilan IMD dipengaruhi oleh pengetahuan perilaku partisipatif ibu. IMD sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Petugas kesehatan sangat berperan dalam pemberian pengetahuan kepada ibu. Dalam sebuah survey di Indonesia menunjukkan hanya 4% wanita Indonesia melaksanakan IMD sedangkan yang 96% tidak mempraktekkannya (Verayanti, 2010). Rata-rata IMD dilakukan kurang dari 1 jam setelah bayi lahir yaitu 29,3%. Angka tertinggi IMD yang dilakukan kurang dari 1 jam di Nusa Tenggara Timur 56,2% dan terendah tercatat di Maluku 13 % (Riskesdas, 2010).

Edukasi sangat berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan dan sikap. Dalam jurnal yang ditulis Haniarti, di Sulawesi selatan IMD kurang dari 1 jam sebayak 30,1%. Perilaku menyusui bayi sendiri dianggap sebagian orang sebagai tingkah laku yang tradisional (Herniati, 2012:192-197). Pengeatahuan ibu tentang IMD sangat penting. Banyak ibu tidak mengetahui tentang manfaat IMD. Seringkali para ibu memiliki pemahaman yang tidak benar, misalnya tidak perlu meneteki bayi karena ASI belum keluar atau karena air susu yang keluar pertamakali dan berwarna kuning adalah kotoran dan basi. Hal lainya yang membuat pemberian ASI tertunda misalnya ibu merasa haus dan perlu istirahat dulu kerena lelah, masih merasa sakit, atau menganggap bayi perlu dimandikan terlebih dahulu. Alasan-alasan tersebut tidak seharusnya

(3)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 menyebabkan penundaan IMD (Alfredo et al,

2008:7-16).

Data rekam medis dari RS swasta di Kabupaten Malang dalam 3 bulan terakhir didapatkan pada bulan Juli 2014 terdapat 20 persalinan normal 15% melakukan IMD, di bulan Agustus 2014, ada 24 persalinan normal hanya 50% ibu mengikuti IMD, dan 10% mencapai IMD secara penuh 1 jam pasca melahirkan. Bulan September 2014 ada 34 ibu persalinan normal 41% diataramya mengikuti IMD dan 15% diantaranya mengikuti IMD secara penuh 1 jam. Pasien yang tidak mengikuti IMD mereka beralasan nyeri, takut banyinya kedinginan kalau terlalu lama, kecapekan, asi belum keluar dan merasa risih. Peran perawat sangat dibutuhkan

sebagai edukator dan konseling untuk

tercapainya keberhasilan IMD.

Studi pendahuluan di kamar bersalin RS Wava Husada pada tanggal 14-17 November 2017 didapatkan 10 pasien dengan normal partus hanya 2 pasien berpartisipasi melakukan IMD, dan dari kedua pasien tersebut hanya 1 yang melakukan IMD secara penuh 1 jam. Setelah dilakukan wawancara untuk kedua pasien tersebut yang melakukan IMD secara penuh dapat menjawab pengertian, manfaat IMD. Latar belakang pendidikan ibu tersebut mempunyai pendidikan sarjana. Pasien yang tidak melakukan IMD secara penuh (kurang dari 1 jam) pada wawancara hanya dapat menjawab pengertian IMD sedangkan manfaat IMD tidak tahu.4 ibu yang tidak melakukan IMD dan bayinya tidak mengalami masalah, mereka rata-rata beralasan nyeri karena harus dijahit, takut banyinya kedinginan. Latar belakang pendidikan 4 diantaranya berpendidikan SD dan SMP.

Pendidikan merupakan faktor yang

mempengaruhi pengetahuan. Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka akan mudah

menerima informasi (Mubarak, 2011:81). Kebijakan dari rumah sakit, RS Wava Husada telah mendukung program IMD, Hal ini

dibuktikan adanya Standart Prosedur

Operasional (SPO) tantang IMD. Observasi yang dilakukan olehdokter spesialis Obstetri dan Gynecology serta perawat yang bertugas di poli KIA sudah memberikan penyuluhan masalah IMD kepada Ibu pada saat ANC. Dari fenomena diatas peneliti tertarik apakah ada hubungan

antara pengetahuan ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini dengan partisipasi ibu melakukan IMD. METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional yaitu penelitian pada suatu keadaan populasi yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung dengan pencatatan dan penganalisaan data. Penelitian ini menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali pada saat tertentu (Hidayat, 2007:50).

HASIL PENELITIAN 1. Data Khusus 1) Analisis Univariat

(1) Tingkat Pengetahuan ibu Tentang IMD Tingkat pengetahuan ibu tentang IMD pada 21 responden penelitian ini, sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang IMD yaitu (n=11, 52,38%), dan responden yang memiliki pengetahuan sangat kurang (n=2, 9,52%). Distribusi dan frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini pada Tabel 1

Tabel 1 Distribusi dan frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini Responden di RS

Wava Husada Kepanjen 12

Desember 2014- 10 Januari 2015

(2) Partisipasi Ibu dalam melakukan IMD Dari total 21 responden pada penelitian ini sebagian besar responden memiliki partisipasi tinggi dalam melakukan IMD (n=14, 66,67%), dan sebagian kecil

No Tingkat Pengetahuan Jumlah responden n (21) %(Prose ntase) 1 Baik 11 52,38 2 Cukup 3 14,29 3 Kurang 5 23,81 4 Sangat kurang 2 9,52 Jumlah 21 100

(4)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 responden partisipasi rendah (n=7,

33,33%). Frekuensi dan distribusi partisipasi responden melakukan IMD akan disajikan pada tabel 2.

Tabel 2 Partisipasi responden melakukan IMD di RS Wava Husada Kepanjen pada 12 Desember 2014- 10Januari 2015

Partisipasi responden dalam melakukan IMD tiap item kegiatan melakukan IMD pada 21 responden adalah terbesar (n=19, 90,48%) yaitu spontan memeluk bayi, kemudian sebanyak ( n=15, 71,43% ) partisipasi responden untuk melakukan kontak visual dengan bayi, tidak mendorong bayi untuk menuju payudara dan ibu mebiarkan bayi untuk mencari

putting untuk menyusu.Sedangkan

responden kurang partisipatif terdapat ( n=8,38,10% ) pada ibu berkomunikasi dengan bayi dan ibu tidak memutus bayi untuk menyusu dan perilaku kurang partisipasi ( n=7, 33,33%) pada ibu melakukan kontak kulit selama 1 jam. Distribusi frekuensi per item observasi di sajikan pada tabel 5.10

2) Analisis Bivariat

(3) Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Partisipasi Ibu Melakukan IMD

Hasil analisis hubungan tingkat

pengetahuan ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan partisipasi ibu melakukan IMD akan disajikan pada tabel 3

Tabel 3 Crosstab SPSS Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu tentang IMD

dengan Partisipasi Ibu Melakukan IMD pada 12 Desember 2014- 10 Januari 2015 Patisipasi Total Pengeta-huan Tinggi Rendah Baik 11 0 11 Cukup 3 0 3 Kurang 0 5 5 Sangat Kurang 0 2 2 Total 14 7 21

Tabel 4 Analisis SPSS Hubungan Tingat

Pengetahuan Ibu tentang IMD

dengan Partisipasi Ibu melakukan IMD pada 12 Desember 2014-10 Januari 2015

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingenc y Coefficient .859 .009 N of Valid Cases 21 (SPSS 16 for Windows, 2015)

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu

tentang Inisiasi Menyusu Dini dengan partisipasi

ibu dengan menggunakan uji statistik

menggunakan koefisien kontingensi dengan bantuan SPSS 16 for Windows didapatkan nilai kekuatan korelasi ( r ) 0,859 yaitu korelasi sangat kuat dan nilai p value 0,009 < α 0,05 yaitu terdapat korelasi bermakna antara 2 variabel. Arah korelasi positf yaitu searah semakin tinggi satu variabel semakin besar pula nilai variabel yang lain. Ini artinya H1 diterima yaitu ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan partisipasi ibu melakukan IMD.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan di RS Wava Husada Kepanjen ini untuk tingkat pengetahuan didapatkan, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik (n=11, 52,38%). Responden sebagian besar dapat menjawab pertanyaa tentang lama pelaksanaan IMD (n=18, 85,71%), manfaat IMD untuk

adaptasi menyusu (n=17, 80,95%), dan

pengertian IMD (n=17. 80,95%). Karakteristik

Partisipasi Jumlah responden n (21) %(Prosentase) Tinggi 14 66,67 Rendah 7 33.33 Jumlah 21 100

(5)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 responden tersebut sebagian besar berusia 21-35

tahun (n=17 , 80,95%), Hal tersebut

menggambarkan bahwa usia responden masuk dalam usia produktif. Usia dapat mempengaruhi daya tangkap seseorang dan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan diamana pada usia produktif perkembangan secara fisik maupun psikologis seseorang menjadi matang (Mubarak, 2011:81). Pengaruh kematangan fungsi organ akan mempengaruhi pola pikir dalam bertindak. Penelitian tentang IMD dan keberhasilan ASI eksklusif yang dilakukan di Nigeria keberhasilan tertinggi pada rentang usia 25-29 tahun karena rata-rata wanita menikah pada usia 22-23 tahun (Agunbiade, 2012:4). Usia (20-30 tahun) pada penelitian di Amerika salah

satu faktor yang berhubungan dengan

keberhasilan IMD (Pandhit, et.al, 2006:1558). Kematangan pada usia produktif dapat meliputi kematangan secara fisik maupun kematangan secara psikologis dimana seorang wanita akan lebih mudah untuk menerima informasi dan mengaplikasikan suatu obyek dengan baik.

Responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar bersetatus pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi (n=14, 66,67%). Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah

mereka menerima informasi sehingga

pengetahuan yang dimiliki akan semakin banyak. Jika seseorang memiliki pendidikan yang rendah

maka akan menghambat perkembangan

informasi dan nilai-nilai yang diperkenalkan (Mubarak, 2011:81). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula informasi

yang diterima sehingga mempengaruhi

pengetahuannya. Menurut Chopra (2011:116) dalam penelitannya di India tentang pengetahuan dan pendapat tentang hubungan kesehatan bayi dengan menyusu, pengetahuan ibu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan sumber informasi tertulis yang dia peroleh. Pendidikan tinggi merupakan faktor yang mempengaruhi IMD di Negara Amerika (Kuan, et.al, 2014:1). Pendidikan merupakan sarana formal seorang wanita untuk memperoleh pengetahuan. Didalam proses pendidikan formal seorang wanita akan belajar pengetahuan mulai dari tahap tahu sampai dengan evaluasi sebuah pengetahuan.

Responden sebagian besar yang

menpunyai pengetahuan baik merupakan anak

pertama (n=13,61,90%) dan sebagian kecil paritas lebih dari 1 ( n=8, 38,10% ). Ibu yang belum pernah mempunyai anak dimungkinkan melakukan IMD, sedangkan ibu yang pernah melahirkan akan memperoleh informasi dan pengalaman yang lebih banyak tentang IMD (Hidayat, 2012:48). Paritas tidak berpengaruh secara langsung. Akan tetapi pengalaman tentang suatu akan menambah pengetahuan seseorang. Pengalaman yang baik dari suatu kelahiran pertama akan membentuk sikap yang positif. Selain itu minat menjadikan seseorang akan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (Mubarak, 2011:81). Jumlah paritas tidak mempunyai hubungan yang kuat dalam ibu melakukan IMD (Orun, et.al, 2010:14). Jumlah paritas tidak mempunyai pengaruh yang

bermakna karena dalam memperoleh

pengetahuan seseorang dapat menggunakan akal sehat tentang suatu objek ataupun dengan cara pengalaman pribadi. Sehingga pada ibu primipara ataupun multipara dapat dipengaruhi dua hal tersebut.

Responden sebagian besar sudah

terpapar informasi (n=14, 66,67%).Paparan informasi yang kuat dari tenaga kesehatan, teman, maupun orang terdekat mempunyai pengaruh yang kuat dalam mendukung ibu melakukan IMD (Orun et.al,2010:12). Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012:19) pelaksanaan IMD dapat ditingkatkan dengan pemberian informasi tentang IMD kepada suami. Selain suami, pelaksanaan IMD mempunyai hubungan yang significant adalah dukungan sosial dari anggota keluarga dekat yang lain. Keluarga terutama nenek, suami dan nilai budaya yang dipercayai oleh ibu akan membuat pengetahuan dan keberhasilan IMD meningkat (Agunbiade, et.al,2012:2).Paparan Informasi yang cukup maka seseorang akan mudah untuk melakukan sesuai dengan perilaku yang diharapkan.

Responden belum pernah terpapar

informasi IMD (n=7, 33,33%).Responden yang belum terpapar informasi IMD ini mempunyai

pengetahuan yang kurang tentang IMD.

Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang IMD dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,

pekerjaan, umur, minat, pengalaman,

(6)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 (Mubarak, 2011:81). Pengetahuan pelaksanaan

IMD sangat penting. Ini dapat dilakukan pada saat proses antenatal care (Hidayat, 2012:21). Pengetahuan sebelumnya akan mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk melakukan suatu tindakan.

Responden sebagian besar mendapatkan informasi tentang IMD dari petugas kesehatan (n=7, 33,33%), sebagian lainya memperoleh informasi melaui internet(n=5, 23, 82 %) dan sebagian kecil mendapat informasi dari buku dan teman (n=1, 4,76%). Penelitian yang ditulis oleh Sungkar (2008 :84) orang yang terpapar berbagai media kesehatan seperti leaflet, jurnal, dan media lainnya akan memiliki tingkat pengetahuan yang baik daripada orang yang tidak pernah terpapar media informasi. Sumber informasi secara audio visual atau penyuluhan terhadap seseorang mepunyai pengaruh yang bermakna terhadap pengetahuannya. Ibu yang

menggunakan media informasi tertulis

pengetahuan IMDnya lebih baik dari pada yang tidak mempunyai media tertulis (Albuquerqu, 2011:2). Media merupakan sarana yang paling efektif untuk menyampaikan suatu informasi.

Media juga harus disesuaikan dengan

karekteristik kultur budaya di dalam suatu populasi sehingga informasi yang disampaikan dapat diserap dengan baik.

Pekerjaan responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga (n=11, 52,38%) dan wanita bekerja di luar rumah (n=10, 47,62%).

Menurut Mubarak (2011:81), lingkungan

pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada penelitian di Negara Nigeria responden yang berhasil dalam melakukan IMD dan ASI eksklusif adalah pada ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga berhasil karena mempunyai waktu yang cukup untuk menyusui. Ibu rumah tangga akan memperoleh pengetahuan dari lingkungan sekitar dan terutama dari orang tua mereka (Agunbiade, 2012:5). Bekerja akan memudahkan seseorang untuk menjangkau informasi akan tetapi

lingkungan merupakan faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang karena didalam lingkungan sehari-hari terdapat tradisi dan kebudayaan yang berpengaruh terhadap pola pikir seseorang.

Pada pertanyaan pengetahuan responden yang menjawab salah (n=7, 33,33%) pada pertanyaan hal-hal yang dialami oleh bayi pada

saat pelaksanaan IMD. Informasi dan

pengetahuan yang cukup tentang perilaku bayi pada saat IMD akan meningkatkan partisipasi ibu dalam melakukan IMD (Sungkar, 2010:83). Ada hubungan yang bermakna antara keberhasilan IMD dan pedoman dan informasi yang cukup yang dimiliki oleh ibu terutama tentang manfaat dan tatalaksana IMD (Albuquerque, 2011:1).

Pengetahuan rendah tentang perilaku bayi saat menyusu pertamakali disebabkan oleh kurangnya informasi yang diperoleh oleh responden.Informasi yang didapatkan responden melaui tenaga kesehatan maupun media hanya berupa gambar IMD manfaat dan tatacara IMD secara umum. Informasi ini sangat penting bagi ibu karena ibu dapat mengetahui perilaku bayinya saat menyusu pertamakali.

Pada responden yang tidak dapat menjawab tentang manfaat IMD bagi ibu sebanyak (n=6, 28,57%). Paparan informasi yang

cukup akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Masyarakat yang terpapar informasi kesehatan mempunyai pengetahuan yang lebih baik dari pada yang tidak terpapar informasi (Sungkar, 2010:84). IMD sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi. Responden menggap bahwa IMD hanya bermanfaat bagi bayi. Anggapan atau asumsi ini karena kurangnya informasi.

Responden yang mempunyai

pengetahuan kurang tentang tatalaksana IMD dan sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang faktor keberhasilan IMD (n=10, 47,62%). Faktor-faktor yang mempengaruh IMD antara lain kebijakan institusi pelayanan kesehatan tentang IMD dan ASI eksklusif, pengetahuan, motivasi dan sikap tenaga penolong persalinan, pengetahuan, motivasi dan sikap ibu, gencarnya susu formula dan dukungan anggota keluarga. Faktor pendukung adalah didalamya petugas, ibu dan keluarga ini tidak diketahui oleh responden (Aprilia, 2010:42). Hal ini disebabkan didalam IMD ibu berasumsi yang berperan mendukung IMD dalah penolong persalinan dan ibu saja. Sedangkan pada proses IMD dibutuhkan dukungan keluarga., karena keluarga membawa pengaruh budaya dan kepercayaan tertentu. Asumsi yang dimiliki

(7)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 seseorang akan mempengaruhi pola pikir dalam

melakukan suatu tindakan (Ismaniah, 2014:60). Pengetahuan IMD sangat bervariasi, pengetahuan waktu dilakukan IMD tentang saat dilakukan IMD,

Peningkatan pengetahuan ibu tentang IMD dapat ditingkatkan dengan berbagai macam media informasi dan edukasi. Penyuluhan penyuluhan tentang IMD dapat dilakakukan dalam upaya peningkatan pengetahuan IMD. Melalui penyuluhan ibu mendapat informasi (Sungkar, 2010:84).

Responden memiliki pengetahuan rendah dipengaruhi oleh kurangnya paparan informasi. Petugas kesahatan dalam hal ini adalah perawat sangat berperan dalam pemberian informasi yang adekuat terhadap pengetahuan ibu. Pengetahuan yang di berikan perawat disesusaikan dengan kondisi masyarakat dan ada dukungan dari program Rumah Sakit (Chopra et.al, 2011:121).

1. Partisipasi Ibu dalam Melakukan IMD Partisipasi ibu dalam penelitian ini sebagian besar responden memiliki perilaku partisipasi tinggi (n=14 66,67%), partisipasi tinggi pada ibu yaitu sebagian besar spontan memeluk bayinya (n=19, 90,48%), partisipasi tinggi sebagian besar juga dilakukan ibu yaitu melakukan kontak visual, membelai bayinya, ibu tidak mendorong bayinya dan membiarkan bayinya (n=15, 71,43%).

Partisipasi tinggi responden dipengaruhi oleh usia. Usia merupakan faktor yang

mempengaruhi sikap seseorang terhadap

partisipasi terhadap kegiatan yang ada. Kelompok usia menengah keatas terdapat keterikatan moral pada nilai masyarakat lebih baik dan cenderung berpartisipasi (Effendi, 2014:3). Usia responden pada penelitian ini adalah antara usia 20-40 tahun. Dalam penelitian di Amerika IMD usia ibu mempunyai hubungan yang kuat terhadap keberhasilan IMD. Dalam penelitian ini usia pada usia lebih dari 20 tahun (Orun et.al, 2011:14). Usia 20-40 tahun merupakan usia menengah dimana pada usia menengah kematangan dari fisik maupun psikologis akan mempengaruhi pengetahuannya yang berpengaruh pada partisipasi sehingga pada penelitian ini responden memiliki partisipasi yang tinggi.

Responden sebagian kecil partisipasi rendah (n=7, 33,33%). Mayoritas perilaku kurang partisipatif pada partisipasi ibu dalam berkomunikasi dengan bayi Perilaku kurang partisipatif ibu tidak melakukan komunikasi dengan bayi karena ibu beranggapan bahwa bayi belum bisa diajak komunikasi. Komunikasi dengan bayi dapat mempererat kasih sayang dan rasa aman bagi bayi dan ibu. Komunikasi akan meningkatkan hubungan batin bayi dan ibu, pada pelasanaan IMD ini bayi akan mengalami penurunan stress hormonal dan diyakini dapat mengurangi kejadian depresi saat melahirkan (Hidayat, 2012:14).

Responden yang memutus bayi untuk menyusu karena ibu beranggapan bahwa apabila bayi sudah menyusu adalah sudah melakukan IMD. Rangsangan hisapan bayi untuk menyusu akan meningkatkan produksi ASI (Maritalia, 2012 :72). Sebagian masyarakat menganggap bahwa 1 jam pertama ASI belum keluar dan IMD dilakukan pada saat ASI sudah keluar. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa ASI yang pertama dapat membahayakan bayi.

Sebanyak (66,67%) responden tidak melakukan kontak kulit dengan ibu selama 1 jam. Responden tidak melakukan kontak kulit

selama 1 jam dikarenakan responden

beranggapan bayi takut kedinginan dan ibu kesakitan saat dijahit. Kontak kulit antara ibu dan bayi selama 1 jam dapat menyesuaikan suhu ibu dan bayi. Asumsi responden tersebut di dukung oleh Hidayat (2012 : 13) yaitu ibu yang baru saja melahirkan terdapat peningkatan suhu dan bayi akan beradaptasi dengan suhu ibu. Dengan demikian resiko hypothermia dapat dihindari.

Responden yang tidak melakukan kontak visual, tidak membelai bayi, dan ibu mendorong bayi menuju payudara dan ibu memberikan putingnya untuk menyusu. Hal tesebut karena paparan informasi tentang tatalaksana IMD yang didapat belum adekuat tentang tatalaksana IMD. Tatalaksana IMD jarang sekali dijelaskan oleh petugas kesehatan. Pemahaman responden

tentang tatalaksana IMD mempengaruhi

perilakunya dalam bertindak. Partisipasi merupakan bagian dari sikap yang merupakan kesediaan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2012:138).

(8)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 Pendidikan merupakan faktor yang

mempengaruhi partisipasi. Pendidikan dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk partisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya ( Efendi, 2014:3). Dalam penelitian ini sebagian besar responden 14 orang (66,67%) memiliki pendidikan yang cukup tinggi yaitu SMA dan Perguruan Tinggi. Semakin banyak pengalaman dan pendidikan yang dimiliki seseorang maka seseorang akan cenderung partisipasi terhadap kegiatan sesuai dengan pengetahuan yang didapat (Ismaniah,

2014:64).Pendidikan formal mempunyai

pengaruh terhadap pengetahuan ibu tentang IMD (Orun et al, 2011:12). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula kemampuan untuk menerima dan melakukan suatu tindakan.

2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Partisipasi Ibu dalam Melakukan IMD

Dalam penelitian ini ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang IMD dengan partisipasi ibu melakukan IMD. Pengetahuan rendah tentang IMD akan berpengaruh terhadap partisipasi untuk melakukan IMD. Pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang karena stimulus yang dimiliki membuat keinginan seseorang untuk berpatisipasi (Notoatmodjo, 2010:27). Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi internal yang dipengaruhi individu dalam berperilaku, sehingga patisipasi yang tinggi dan partisipasi yang rendah individu dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki (Ismaniah, 2014:65). Semakin baik pengetahuan

seseorang maka semakin mudah untuk

berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

Berdasarkan tabulasi silang antara pengetahuan tentang IMD dan partisipasi melakukan IMD didapatkan semakin baik pengetahuan tentang IMD maka partisiapsi melakukan IMD semakin tinggi. Semakin kurang pengetahuan tentang IMD maka pertisipasi melakukan IMD juga semakin rendah.

Partisipasi dipengaruhi oleh paparan informasi sebelumya. Responden yang belum pernah terpapar informasi sebanyak (n=7,

33,33%). Hal ini karena paparan informasi IMD masih belum menyebar merata di masyarakat karena tidak semua melakukan Antenatal Care di Rumah Sakit. Informasi sebelumnya dapat mempengaruhi pengetahuan yang merupakan domain penting pembentuk perilaku partisipasi (Notoatmodjo, 2012:137). Partisipasi dengan persuasi dan edukasi merupakan partisipasi yang

didasari oleh kesadaran (Notoatmodjo,

2012:124). Informasi meningkatkan pengetahuan

sehingga mempengaruhi dalam melakukan

tindakan (Ismaniah, 2014:66). Paparan informasi yang cukup akan membuat ibu lebih mudah menambah pengetahuan tentang IMD yang akan mempengaruhi partisipasi dalam melakukan IMD.

Pada penelitian ini partisipasi tinggi pada usia 21-35 tahun. Keberhasilan Ibu melakukan IMD di Amerika dipengaruhi oleh usia, pengetahuan tentang IMD, pendidikan, ekonomi serta sosio kutural budaya , dukungan keluarga dan petugas kesehatan (Agunbiade, 2012:4). Pada penelitan Hidayat (2012:48) Ibu yang memiliki usia lebih muda 21-30 tahun memiliki kemauan dan keinginan lebih untuk melakukan IMD dari pada ibu-ibu dibawah usia 20 tahun atau pada ibu usia tua 31-40tahun. Pada penelitian ini ibu yang melakukan IMD dalam rentang usia 21-40 tahun. Ibu pada usia produktif akan lebih mudah untuk berpartisipasi melakukan IMD karena di usia produktif

kematangan organ dan dan mempunyai

kemampuan berfikir yang baik.

Selain itu pada penelitian ini

pengetahuan yang baik memiliki partisipasi yang tinggi kerena sebagian besar ibu berpendidikan SMA dan perguruan tinggi. Pada penelitian di negara Nigeria pendidikan tinggi sangat berpengaruh pada perilaku seseorang dalam melakukan IMD (Ogunleye, 2012:75). Kultur budaya sangat berperan dalam hal ini pengaruh orang sekitar dalam melakukan IMD. Nenek sangat mudah dalam mempengaruhi ibu terutama

ibu muda dalam melakukan IMD

(Ogunleye,2012:76). Di Indonesia masih banyak orang beranggapan bahwa ASI pertama adalah “kotor” terutama dari keluarga (nenek) (Herniyati, 2012:137). Dalam penelitian ini pengetahuan rendah dan partisipasi kurang pada ibu usia ≤ 21 tahun. Sehingga di mungkinkan

(9)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 karena kurang paparan informasi dan pendidikan

yang masih rendah serta pengaruh sekitar akan

mempengaruhi partisipasi. Selain itu,

pengalaman orangtua akan diberikan kepada anakknya. Partisipasi rendah juga ditunjang faktor ibu baru melahirkan yang pada saat itu ibu masih bearadaptasi dengan dirinya sendiri setelah proses persalinan, yakni karena ibu masih terasa sakit pada saat dilakukan penjahitan perineum. Oleh karena itu dukungan keluarga dan petugas kesehatan sangat diperlukan dalam melakukan IMD.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang Inisiasi Menyusu Dini. Pengetahuan baik sebagian besar pada ibu adalah tentang manfaat IMD terhadap adaptasi menyusu, lama pelaksanaan IMD, dan pengertian IMD. Sedangkan pengetahuan kurang pada pertanyaan faktor pendukung IMD. Hasil observasi penelitian tentang partisipasi ibu melakukan IMD didapatkan sebagian besar responden memiliki partisipasi yang tinggi. Partisipasi tinggi pada responden yaitu partisipasi spontan memeluk bayi, melakukan kontak visual, membelai bayinya, tidak mendorong bayi untuk mencari payudara, serta ibu membiarkan bayinya untuk mencari putting. Namun demikian sebagian kecil responden kurang partisipasi dalam berkomunikasi dengan bayi dan tidak memutus bayi untuk menyusu. Ada hubungan yang sangat kuat antara pengetahuan ibu tentang IMD dan partisiapsi ibu melakukan IMD. Sosialisasi melalui penyuluhan tentang Inisiasi Menyusu Dini secara adekuat perlu dilakuan kepada pasien. Program penyuluhan harus didukung oleh kebijakan rumah sakit. Dukungan rumah sakit dapat berupa jadwal berkala tentang penyuluhan IMD di klinik rawat jalan pada ibu hamil saat melakukan ANC. Perawat harus meningkatkan pengetahuan tentang IMD agar dalam melakukan perannya dapat memberikan edukasi yang sesuai dan tepat kepada masyarakat, utamanya ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia. (2010). Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif kepada bidan di kabupaten Klaten. Tesis. Universitas Diponegoro.

Agunbiade,( 2012). Constrains to exclusive breastfeeding practice among mother in Southwest Nigeria. International Breastfeeding

Journal.Vol.7 . No .5

Albuquerque.(2011).Initiation Breastfeeding Managemant.Am Fam Physician

Journal.Vol.64

Alfredo, lucas.(2008). Breast feeding in rural people.National Journal of Community Medicine

Vol 3 Issue 2 April-June

Creedi. (2008). Assessing Midwives breast feeding Knowledge: properties of the newborn feeding Ability questionnaire and breastfeeding initiation Pracrice scale .

International breastfeeding journal. Vol.7

Chopra, Kalia.Raman.(2011) Knowledge and opinions mothers of Breasfeeding.Nursing

and Midwifery Research.Vol. 7.No.5

Dahlan.Sopiyudin.(2011).Statistik Untuk Kedokteran

dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Edmond.Karen. ( 2014). Effect of early infant feeding practice on infection-specific neonatal mortality in rural Ghana.American

Journal Nutrition vol.86

Efendi. (2014). Partisipasi masyarakat : Surabaya. Biro Humas Jatim

Herniati. (2012). Pengaruh Edukasi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap Inisiasi Menyusu Dini ( IMD ) pada ibu hamil di kota Pare-pare. Jurnal MKMI. Vol .

8

Hidayat, Aziz.A.A. (2007). Metode Penelitian

Kebidanan Teknik analisis Data. Jakarta :

Salemba Medika

Hidayat, Karindra.(2012).Perbandingan pelaksanaan IMD berdasarkan tingkat pengetahuan Ibu.Karya Tulis Ilmiah.UNDIP.

(10)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 Ismaniah.(2014).Pengetahuan Ibu hamil tentang

Inisiasi Menyusu Dini.Skripsi.Unej. Kurniawan, Aji (2008).Metode Perhitungan

Statistik Pemula.Solo : Inspirasi Abadi Kuan, Lisa, Britto .(2014). Factors contributing to

Breastfeeding Succes. American Academy of

Pediatrics Journal. Vol.104

Lowdermilk. Perry. Cashion. (2013). Keperawatan

Maternitas. Singapura: Elsevier Mosby

Madjid. (2008). Asuhan Persalian Normal dan Inisiasi

Menyusu Dini. Jakarta : JHPIEGO

Corporation.

Mubarak.Wahid Iqbal., Chayatin. Nurul. (2011).

Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi.

Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta

Nurasiah, Ai. (2012). Asuhan Persalinan Normal Bagi

Bidan. Jakarta: Refika Aditama

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Orun, emel.(2010).Factor Associated With

breastfeeding initiation time in baby friendly hospital.The Turkish Jurnal of

Pediatric.Vol.5.No.3

Ogunleye.(2012).The role of the nurse in support of breastfeeding. Advace Nurse Journal. Vol .4 Puwadarminta.W.J.S.(2014).Kamus Umum Bahasa

Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka

Shwetal, bath. (2012).Knowledge, attitude dan practice of post natal mother’s for early initiation breast feeding.National Journal of

Community Medicine. Vol 3 Issue 2

April-June

Salca.Sungkar (2008).Pengaruh Penyuluhan Terhadap

Tingkat Pengetahuan Mayarakat tentang ASI Eksklusif.Makara kesehatan. Vol.14. No.2

Sukarni, Icesmi. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan

Nifas. Jakarta: Nuha Medika

Tamara, Marina. (2011). Hubungan Inisiasi Menyusu

Dini dengan keberhasilan ASI Eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology.Vol.35

Tim keperawatan.(2011).Standart Prosedur

Operasional.RS Wava Husada

Tim Keperawatan.(2013).Satuan Acara Penyuluhan IMD.RS Wava Husada

Utami, Roesli. (2008). Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : Nuha Medika

Gambar

Tabel  1  Distribusi  dan  frekuensi  tingkat  pengetahuan  ibu  tentang  Inisiasi  Menyusu  Dini  Responden  di  RS  Wava  Husada  Kepanjen  12  Desember 2014- 10 Januari 2015
Tabel  2      Partisipasi  responden  melakukan  IMD  di  RS  Wava  Husada  Kepanjen  pada  12  Desember  2014-  10Januari  2015

Referensi

Dokumen terkait

upaya peningkatan kualitas potensi positif pemuda sebagai upaya mengimbangi perilaku negatif yang ada dengan kegiatan positif adalah suatu sasaran yang juga penting dalam

7 telah dilakukan beberapa kali iterasi untuk mendapatkan nilai return loss yang maksimal mulai dari diameter patch sesuai dengan perhitungan teoritis yaitu ukuran panjang

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 perawat pelaksana menunjukan bahwa motivasi intrinsik (kepuasan = satisfiers) perawat pelaksana tidak baik

Dengan demikian diperkirakan bagian air hujan yang mengalir sebagai aliran permukaan dan limpasan masih kecil, yang sangat besar kemungkinannya inipun masih

(2) Upaya yang dilakukan oleh masyarakat, paguyuban dan pemerintah adalah dengan mengajak generasi muda untuk melestarikan kesenian Incling, mengadakan berbagai

Hal yang perlu digarisbawahi dalam sejarah berdirinya PITI DIY ini adalah bahwa inisiator pembentukan organisasi ini bukanlah warga keturunan Tionghoa melainkan para tokoh- tokoh

Hal ini disebabkan oleh kesulitan yang dialami oleh para siswa dalam proses belajar, diantaranya adalah ketidakmampuan untuk memahami secara langsung materi yang disampaikan di

analisa tingkat keparahan penyakit Scabies pada kambing menghasilkan hasil yang sama dengan hasil analisa tingkat keparahan penyakit Scabies pada kambing yang dilakukan