• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN RAPAT di KANTOR ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN MELALUI PROSES MEDIASI 16 dan 17 Juli 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN RAPAT di KANTOR ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN MELALUI PROSES MEDIASI 16 dan 17 Juli 2020"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

RAPAT di KANTOR ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN MELALUI PROSES MEDIASI

16 dan 17 Juli 2020 A. LATAR BELAKANG KEGIATAN

Ketentuan Pasal 143 ayat (3) huruf b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang (UU Pilkada). Telah mengamanatkan kewenangan penyelesaian sengketa pemilihan dilakukan oleh Bawaslu melalui tahapan Musyawarah dan Mufakat.

Peraturan Bawaslu Nomor 2 tahun 2020 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Serta walikota dan Wakil Wali Kota. Peraturan Bawaslu ini menjadi aturan turunan terhadap pelaksanaan penyelesaian sengketa pemilihan. Mekanisme penyelesaian sengketa didalamnya dibagi kedalam tiga mekanisme, yaitu secara non-adjudikasi (musyawarah secara tertutup) atau secara adjudikasi (musyawarah secara terbuka). Dan yang terakhir penyelesaian sengketa pemilihan antar peserta pemilihan melalui musyawarah dengan acara cepat.

Penanganan sengketa pemilihan dengan mengunakan mekanisme musyawarah dan mufakat tentunya membutuhkan banyak kemampuan, keahlian, pengalaman untuk memfasilitasi para pihak dalam merumuskan kesepakatan damai secara bersama. Keseluruhan ini merupakan bentuk kemampuan soft skill penyelenggara dalam menyelesaikan sengketa yang muncul dalam proses pelaksanaan tahapan pemilihan.

(2)

A. TUJUAN

Rapat Di Kantor ini dilakukan guna mengasah kemampuan penyelenggara dalam melaksanakan kewenangan memediasi para pihak yang muncul dalam proses tahapan pelaksanaan pemilihan.

B. OUTPUT

Hasil yang ingin dicapai (output) dari pelaksanaan kegiatan ini adalah Adanya gambaran pengalaman dalam penyelesaian sengketa melalui proses mediasi.

C. BENTUK DAN METODE KEGIATAN

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk RDK dengan metode diskusi atau

sharing opinion yang diisi oleh Narasumber dan seluruh Peserta Rapat.

Dengan memperhatikan protokol kesehatan dalam masa pandemic covid-19 maka pelaksanaan kegiatan di bagi kedalam dua hari kegiatan dengan mempertimbangakn jumlah peserta perkegiatan.

D. PEMATERI

Pemateri dalam kegiatan ini adalah:

1. Bahrul Ulum S.H.,M.H. /Kamis 16 Juli 2020 2. Muhammad Taufik Abda / Jum’at 17 Juli 2020

E. PESERTA

1. Peserta dalam rapat di Kantor Alternatif Penyelesaian Sengketa Pemilihan Melalui Proses Mediasi pada hari Kamis, 16 Juli 2020 berjumlah 15 orang yang berasal dari unsur : berasal dari Pimpinan Panwaslih Provinsi Aceh, Kepala Skeretariat Panwaslih Provinsi Aceh, Pejabat Struktural Panwaslih Provinsi Aceh serta Staf Sekretariat Panwaslih Provinsi Aceh.

2. Peserta dalam rapat di Kantor Alternatif Penyelesaian Sengketa Pemilihan Melalui Proses Mediasi pada hari Jum’at, 17 Juli 2020 berjumlah 15 orang yang berasal dari unsur Staf Panwaslih Kabupaten

(3)

Aceh Besar dan Kota Banda Aceh, serta Alumni SKPP Daring Tahun 2020 yang berasal dari Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh.

F. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Rapat di Kantor Alternatif Penyelesaian Sengketa Pemilihan Melalui Proses Mediasi dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal : Kamis dan Jum’at, 16-17 Juli 2020. Pukul : 16.10 s/d s.d Selesai.

Tempat : Kantor Panwaslih Provinsi Aceh.

Jl. Blang Beringin No. 6 Gampong Cot Mesjid Kec. Lueng Bata

G. PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan Rapat di Kantor Alternatif Penyelesaian Sengketa Pemilihan melalui Proses Mediasi dimulai dengan prolog dari Ketua Panwaslih Provinsi Aceh, Ibu Faizah dalam prolognya menyampaikan bahwa pentingnya dilaksanakannya kegiatan RDK Alternatif Penyelesaian Sengketa Pemilihan melalui Proses Mediasi ini untuk menambah wawasan dan bisa menjadi bahan baru dalam pelaksanaan mediasi dilembaga Panwaslih Provinsi Aceh. Selama penanganan sengketa di Panwaslih Provinsi Aceh sebelumnya hanya berinprofisasi terhadap mekanisme dan tatacara. Kemudan seiring waktu 2 Komisioner Panwaslih Provinsi Aceh bersertifikasi secara resmi. Pada RDK ini kita mengupayakan akan memberikan bimbingan terhadap teman-teman staf terdahulu agar bisa bermediasi dan berimprofiasi dalam mediasi nantinya. Panwaslih Provinsi Aceh juga sedang mengupayakan teman-teman daerah untuk bisa juga mengikuti sertifikasi mediasi agar minimal nantinya jika terjadi sesuatu diinternal kantor maka kita bisa menjadi mediator dalam menyelesaikan persoalan di internal kita.

Pemateri kegiatan hari Kamis, 16 Juli 2020 disampaikan oleh bapak Bahrul Ulum S.H (Mediator Bersertifikat dan Advokat) menjelaskan tentang bagaimana bermediasi dalam kerangka hukum di Indonesia baik

(4)

ditinjau dari hukum formil dan hukum yang berkebutuhan oleh peradilan secara cepat. Esensinya mediasi merupakan sistem yang terlepas dari hukum lainya, artinya hukum pembuktian dll, yang pada esensinya memberikan kesempatan bagi para pihak untuk menyelesaiakan secara mandiri terhadap persoalan yang di hadapinya.

Bawaslu diberikan kesempatan penyelesaian sengketa agar para pihak nantinya dapat menyelesaikan persoalannya secara mandiri terlebih dahulu. Pemerintah ingin penyelesaian sengketa dapat dilakukan di bawah agar tidak ada penumpukan perkara di MK maka di delegasikan ke Bawaslu. Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS), baru dikenal khalayak ramai ketika adanya Undang-Undang Arbitrase, karena di arbitrase banyak di motori oleh orang-orang bisnis yang tidak ingin ribet di peradian, sehingga perkara harus diselesaikan secara cepat. APS ini menjadi alternative memotong rantai proses yang lama dan panjang. Ada tahapan dalam mediasi yang mengedepankan konsultasi, negosiasi, Penilaian ahli dan konsolidasi yang pada intinya memberikan kepuasan bagi para pihak, Karena tidak ada yang menang kalah dalam prosesnya. Karena keduanya disepakati dalam proses mediasi.

Dalam kontek kasus pemilu dengan mengedepankan proses mediasi yang keiginannya mengendalikan laju kasus ke peradilan umum. Mereka dalam kewenangannya menyelesaiakan banyak kasus umum dan kemudian harus menyelesaikan persoalan pemilu. Mediasi menang-menang sedangkan adjudikasi itu masih menang-menang kalah. Di mediasi tidak harus membawa banyak alat bukti dan mediator dapat mengeyampingkan alat bukti itu. Di mediasi kecil dan besarnya perkara tetep dilakukan dengan tertutup. Di mediasai para pihak berhadap-hadapan dan mediatornya ditengah, karena mediator tidak menghakimi tapi menengahi.

Dalam bermediasi perlu menentukan tempat mediasi, banyak arbiter yang tidak mau di giring kedalam tempat yang tidak netral. Maka mereka akan mencari dan menentukan tempat yang netral dalam melakukan mediasi. Seorang mediator harus bisa merancang masalahnya itu sampai

(5)

selesai. Merangkai masalah dan proses tawar-menawar yang mengunakan take and give pada para pihak. Perjanjian yang di daftarkan dalam pengaktaan perdamain dan memiliki daya ikat eksekusi.

Kontruksi hukum di Indonesia APS ini lahir ketika UU Nomor 30 Tahun 1999 hadir, dan pada saat itu para ahli belum berpikir dalam sistem hukum yang lain dan hanya dilihat dalam sistem hukum perdata saja. Dalam kasus anak, maka yang dikedepankan adalah proses APS, baik dilakukan oleh pihak yudisial maupun komisi yang konsentrasi terhadap isu anak. Di Aceh ada qanun tentang penyelesaian sengketa yang bisa diselesaikan di gampong. Mediatornya perangkat desa yang berfungsi sebagai mediator. Polisi berhak menolak perkara atas perkara yang telah diselesaikan di tingkat gampong. Dalam hukum yang lebih luas, dalam perkara TUN dan MK belum mengenal yang namanya mediasi. Perdamaian hakikat dalam manusia, sejak dini kita sudah diajarkan dengan bagaimana kebaikan perdamaina itu bisa menghasilkan nilai ke kekeluargaan. Banyak perkara yang tidak bisa dilakukan eksekusi karena tidak mungkin dilakukan kesalahan. Niat baik menentukan itikat penyelesaian sengketa secara mediasi. Etika mediator selain netral dan mengetahui tat cara masalah dan ada ketentuan waktu bagi para pihak. Yang diikat secara langsung oleh peraturan perundang-udangan. Mediator harus bisa tau bagaimana ending dari suatu masalah yang sedang ditanganinya. Mediator harus bisa memanfaatkan waktu semaksaimal mungkin.

Pemateri kegiatan hari Jum’at, 17 Juli 2020 disampaikan oleh bapak Muhammad Taufik Abda, yang menjelaskan bagaimana kita belajar dari praktik baik sistem penyelesaian Sengketa Berbasis Adat di Aceh. Materi disampaikan dari pengalaman praktis yang tidak banyak dari pendekatan regulasi dan telah terklastering dalam slide diskusi. Penyelesaian sengketa diluar peradilan sudah sangat dekat dengan kehidupan masyarakat adat Aceh dimana akhlak sebagai pagar tingkah laku prilaku, Adat selaras tuhan alam dan manusia.

(6)

Prinsip penyelesaian sengketa berbasis adat Aceh tujuannya memudahkan para pihak dalam menyelesaikan masalahnya tanpa harus dibatasi oleh letak geografi ke peradilan yang prosesnya juga memakan banyak waktu. Tidak ada adat yang tidak ada consensus. Kemudian ditanggung Bersama oleh masyarakat. Maksud adat, memperkuat agama. Memperkuat kekerabatan, dan mendamaikan masyarakat untuk mengapai kesejahtaraan dilingkungannya. Menyelamatkan dan memuliakan manusia. Dalam kasus gampong dengan mukim tidak hanya saja persoalan dengan perseorang tapi juga dengan wilayah dll. Ada juga kasus terkait dengan persoalan persoalan adat dengan dasar tanpa persetujuan diawal dengan sesama dalam persoalan pembelian tanah.

Ada mekanisme diluar peradilan adat, Ada peradilan adat yang memiliki tatacara secara baku dan mengikuti proses peradilan secara umum yang terkait, tidak melalui proses peradilan adat dengan mengunakan pendekatan konsultasi, negosiasi, fasilitasi dan mediasi. Fasilitasi menjadi pola penyelesaian masalah baru dengan para pihak yang bersengketa. Dan diselesaikan dengan musyawarah mufakat para pesengketa. Penyelesaian sengketa dengan melibatkan pihak lain dalam proses penyelesaiannya.

Mediasi dapat dilakukan dengan cara dua kamar atau langsung juga dipertemukan dengan bertemu langsung yang merupakan pendekatan penyelesaian sengketa dilingkungan masyarakat. Tindakan pelanggaran adat lebih banyak selesai diproses mediasi tanpa harus dibawa keperadilan lainya. Prosedur dan ketentuan yang terjadi antar subjek bersengketa itu harus selalu ada consensus Bersama atau saling memafkan dengan bergandengan tangan. Kasus-kasus peradilan yang masuk ke MA dari Aceh sangat sedikit dari pada provinsi lain, ini terjadi karena masih banyaknya peradilan berbasis adat atau medisi dilaksanakan di tingkat masyarakat Aceh.

(7)

Penyelesaian sengketa secara adat lebih mencapai ke manfaat hukum atau kesepakatan antar para pihak. Prinsip dalam prosesnya mediator tidak boleh merendahkan orang lain. Dengan tetap mengedepankan praduga tidak bersalah dengan melindungi martabat manusia. Nilai-nilai peradilan islam lebih ke masalah hukum bukan ke kepastian hukum juga harus didorong adanya sanksi terhadap para pemberi bantuan yangterlarang dalam pemilu itu dikenakan sanksi adat. Ada sengketa antara peserta yang ranahnya bisa pidana namun diselesaikan dengan mekanisme adat dan difasilitasi oleh panwas. Ini terjadi di Kota Lhokseumawe. Dan pola pendekat ini dilakukan untuk dapat meminimalisir potensi sengketa yang muncul dimasyarakat.

Integrasi pendekatan adat dengan proses penyelesaian pemilu. Perlu membangun model-model gampong yang bisa mengadobsi penyelesaian sengketa melaui poroses pemilihan. (soal bantuan) atau lainya yang bisa diatur dalam pendekatan adat. Dalam banyak kasus, banyak gampong masih belum menuliskan dalam qanunnya terhadap penyelesaian sengketa yang muncul di masyarakat. Namun sekarang sudah mulai ada gampong yang membentuknya dalam bentuk qanun gampong dan juga qanun mukim serta ada pula dalam resam yang dituliskan resam Gampong. Sengketa dengan peserta dapat di dorong dalam 4 pendekatan ini, konsultasi, negosiasi, fasilitasi dan mediasi yang basisnya diselesiakan secara adat.

H. PENUTUP

Demikian Laporan Kegiatan ini disusun sebagai bagian dari pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan dan untuk digunakan sebagaimana mestinya.

KEPALA BAGIAN PENANGANAN

PELANGGARAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES DAN HUKUM

SRI MULYANI S.H. dto

(8)

FOTO KEGIATAN RDK ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN MELALUI PROSES MEDIASI

(9)

Gambar

FOTO KEGIATAN RDK ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA  PEMILIHAN MELALUI PROSES MEDIASI

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tabel 9., dapat dilihat hasil analisa kadar gluten yang dilakukan pada keempat jenis tepung terigu, yaitu Cakra Kembar Emas, Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci

Pengawasan penerapan standar mutu alat dan mesin peternakan dan kesehatan hewan dan kesmavet wilayah Kabupaten.. Pengawasan produksi, peredaran, penggunaan dan

Kenyataannya tidak semua muallaf memiliki ekonomi yang cukup, masih ada sebagian dari mereka kurang dari cukup untuk kebutuhan hidup mereka, hal ini jelas tidak

Gangguan yang terjadi diklarifikasikan menjadi 3 jenis gangguan yaitu gangguan teknis, gangguan nonteknis dan gangguan yang tidak diketahui penyebabnya.. mengetahui

Willingness to Pay Sumber Air Bersih Peubah pendapatan berpengaruh tidak signifikan terhadap kecenderungan pilihan sumber air PDAM, yakni sebesar 0.793 pada (1/2) dan.. Nilai

Dalam penelitian Goldstein (2012), cenderung lebih banyak ditemukan tipe fragmen yang berasal dari kantong plastik ataupun plastik kemasan makanan, didominasi oleh fiber

Begitu juga halnya dengan mekanisme penyelesaian sengketa dalam masyarakat Desa Teluk Pandak salah satu dari pihak yang bersengketa juga harus melaporkannya kepada perangkat

Oleh karena itu sangatlah perlu dalam mencapai tujuan, sasaran dan pencapaian program yang dimaksud diatas, Inspektorat Kabupaten Pacitan menentukan program yang