• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Teknik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Teknik"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

43 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014. Teknik

pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Setelah

dilakukan seleksi pemilihan sampel sesuai kriteria yang telah ditentukan maka

diperoleh 30 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria sampel selama

periode penelitian. Sedangkan proses pengambilan sampel dapat dilihat pada

tabel 4.1 :

Tabel 4.1

Kriteria Pengambilan Sampel Penelitian

No Keterangan Jumlah

1 Perusahaan-perusahaan pada perusahaan manufaktur yang ada di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012-2014

120 2 Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan

keuangan tahunan dari tahun 2012-2014

(12) 3 Perusahaan tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai

emiten hingga akhir tahun 2014

(0) 4 Perusahaan tidak memiliki data-data yang dibutuhkan untuk

pengukuran variabel dalam penelitian ini

(78)

Jumlah Perusahaan Sampel 30

Sumber : Data Diolah, 2015

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau

(2)

44

menggunakan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi.

Hasil dari deskriptif statistik dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Hasil Analisis Deskriptif Statistik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DA 90 -14,56 19,34 -,0268 3,07637 KAP 90 ,00 1,00 ,4333 ,49831 TENURE 90 1,00 6,00 3,7000 1,56111 DKI 90 ,25 ,75 ,3771 ,09569 KA 90 3,00 5,00 3,1111 ,40901 INST 90 ,234203 ,999977 ,69635473 ,191559237 MAN 90 ,000011 ,259914 ,05718120 ,085926090 Valid N (listwise) 90

Sumber : Data Diolah, 2015

Darri hasil analisis data di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Variabel discretionary accrual mempunyai nilai standar deviasi 3,07637 nilai

tersebut lebih besar dari nilai mean yaitu -0,0268. Hal ini menandakan bahwa

variabel discretionary accrual bersifat heterogen. Nilai minimum dan

maximum adalah -14,56 dan 19,34. Perusahaan yang bernilai minimum adalah

PT Kimia Farma Tbk dan perusahaan yang bernilai maksimum adalah PT

Jayapari Steel Tbk.

2. Nilai mean dan standar deviasi pada variabel ukuran KAP adalah 0,4333 dan

0,49831. Nilai standar deviasi yang lebih besar dari mean menandakan jika

variabel ukuran KAP bersifat heterogen. Nilai rata-rata sebesar 0,4333 berarti

bahwa perusahaan yang menggunakan KAP Big Four adalah sebesar 43,33%.

(3)

45

3. Nilai mean dan standar deviasi pada variabel tenure audit adalah 3,7 dan

1,5611. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari mean menandakan jika

variabel tenure bersifat homogen. Nilai rata-rata sebesar 3,7 berarti bahwa

mayoritas perusahaan menggunakan jasa auditor sebesar 3,7 atau 4 tahun. Nilai

maksimum dan minimum dari variabel ini adalah 1 dan 6.

4. Nilai mean dan standar deviasi pada variabel dewan komisaris independen

adalah 0,3781 dan 0,08487. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari mean

menandakan jika variabel dewan komisaris independen bersifat homogen. Nilai

maksimum dan minimum dari variabel ini adalah 0,75 dan 0,25. Perusahaan

dengan nilai minimum adalah PT Lautan Luas Tbk sedangkan perusahaan

dengan nilai maksimum adalah PT Eterindowahana Tama Tbk

5. Nilai mean dan standar deviasi pada variabel komite audit adalah 3,1111 dan

0,40901. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari mean menandakan jika

variabel komite audit bersifat homogen. Nilai minimum dan maksimum dari

variabel ini adalah 3 dan 5. Perusahaan dengan nilai minimum diperoleh

hampir semua perusahaan seperti adalah PT Beton Jaya Manunggal Tbk dan

PT Astra Otoparts sedangkan perusahaan dengan nilai maksimum adalah PT

Indo Acidatama Tbk

6. Kepemilikan institusional mempunyai nilai mean dan standar deviasi secara

berturut-turut adalah 0,69635473 dan 0,191559237. Nilai tersebut dapat

diartikan bahwa variabel ini bersifat homogen jika dilihat dari nilai standar

deviasi yang lebih kecil daripada nilai mean. Variabel ini memiliki nilai

(4)

46

minimum adalah PT. Asia Plast Industries dan perusahaan yang bernilai

maksimum adalah PT. Kimia Farma Tbk.

7. Nilai mean dan standar deviasi pada variabel kepemilikan manajerial adalah

0,05583174 dan 0,08852317. Nilai standar deviasi yang lebih besar dari mean

menandakan jika variabel kepemilikan manajerial bersifat heterogen. Nilai

minimum dan maksimum dari variabel ini adalah 0,000011 dan 0,258814.

Perusahaan yang bernilai minimum adalah PT. Merck Tbk dan perusahaan

yang bernilai maksimum adalah PT Pyridam farma Tbk.

4.3. Uji Asumsi Klasik 4.3.1. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.

Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan One Sample

Kormogorov-Smirnov Test, dengan melihat tingkat signifikansi 5%. Hasil uji

(5)

47 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 90

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 2,95788935

Most Extreme Differences

Absolute ,218

Positive ,218

Negative -,181

Kolmogorov-Smirnov Z 2,064

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Data Diolah, 2015

Dari hasil uji kolmogorov-smirnov di atas, dihasilkan nilai Asymp. Sig.

(2-tailed) sebesar 0,000. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data residual

dalam model regresi ini tidak terdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig.

(2-tailed) di bawah 0,005. Untuk menormalkan data maka perlu dilakukan

pembersihan data dari outlier. Hasil uji normalitas setelah data dinormalkan

(6)

48 Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier Dihapus

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 75

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,86122944

Most Extreme Differences

Absolute ,050

Positive ,050

Negative -,049

Kolmogorov-Smirnov Z ,433

Asymp. Sig. (2-tailed) ,992

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Data Diolah, 2015

Dari hasil uji kolmogorov-smirnov di atas, dihasilkan nilai Asymp. Sig.

(2-tailed) sebesar 0,992. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data residual

dalam model regresi ini terdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di

atas 0,05.

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Untuk mendeteksi

ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai

tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas dapat

(7)

49

menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Hasil uji multikolinieritas adalah sebagai berikut ;

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 KAP ,827 1,210 TENURE ,912 1,096 DKI ,827 1,209 INST ,733 1,364 MAN ,585 1,710 KA ,892 1,122 a. Dependent Variable: DA

Sumber : Data Diolah,2015

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada bagian collinierity statistic,

nilai VIF pada seluruh variabel independen lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance

di atas 0.1. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa seluruh variabel independen pada

penelitian ini tidak ada gejala multikolinieritas.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

(8)

50 Gambar 4.2

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Data SPSS diolah

Dari hasil analisis uji heteroskedastisitas di atas, pada grafik scatterplot

terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tersebar di atas maupun dibawah

angka 0 sumbu Y. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala

heteroskedastisitas dalam model regresi dan dapat digunakan untuk analisis

selanjutnya.

4.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi

yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Untuk menguji ada

tidaknya masalah autokorelasi, peneliti akan menggunakan uji Durbin-Watson

(9)

51

dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW-Test). Hasil uji

autokorelasi adalah sebagai berikut

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1,797a

a. Predictors: (Constant), KA, DKI, KAP, TENURE, INST, MAN

b. Dependent Variable: DA

Sumber : Data SPSS diolah

Dari hasil analisis uji autokorelasi dihasilkan nilai durbin watson sebesar

1,797. Nilai tersebut harus dibandingkan dengan nilai dl dan du pada tingkat

signifikansi 5%, jumlah data 75, dan jumlah variabel independen sebesar 6. Pada

kondisi tersebut maka dihasilkan nilai dl sebesar 1,4866 dan nilai du sebesar

1,7698. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai durbin watson sebesar 1,797

berada diantara nilai du (1,7698) sampai dengan 4-du (2,2311) yang berarti tidak

ada masalah autokorelasi.

4.4 Analisis Regresi Berganda

Analisis data penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda.

Analisis ini digunakan untuk menentukan hubungan antara discretionary accrual

dengan variabel-variabel independennya. Hasil analisis regresi adalah sebagai

(10)

52 Tabel 4.7

Hasil Analisis Regresi Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1,297 ,934 1,388 ,170 KAP ,263 ,229 ,120 1,145 ,256 TENURE ,129 ,071 ,181 1,825 ,072 DKI -3,932 1,151 -,356 -3,415 ,001 KA ,352 ,248 ,142 1,417 ,161 INST -1,831 ,611 -,332 -2,996 ,004 MAN -4,078 1,507 -,336 -2,706 ,009 a. Dependent Variable: DA Sumber : Data Diolah, 2015

Berdasarkan tabel diatas, maka model regresi yang diperoleh adalah

sebagai berikut :

DA = 1,297 +0,263KAP+0,129Tenure-3,932DKI+0,352KA -1,831-4,078MAN

Dari hasil model persamaan regresi diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil

adalah sebagai berikut :

1. Nilai intercept konstanta sebesar 1,297. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila

besarnya nilai seluruh variabel independen adalah 0, maka besarnya

discretionary accrual akan sebesar 1,297.

2. Nilai koofisien regresi variabel ukuran KAP sebesar 0,263. Hasil tersebut dapat

diartikan bahwa nilai variabel ukuran KAP naik satu satuan maka discretionary

accrual akan mengalami peningkatan sebesar 0,263 dengan asumsi semua

(11)

53

3. Nilai koofisien regresi variabel tenure audit sebesar 0,129. Hasil tersebut dapat

diartikan bahwa nilai variabel tenure audit naik satu satuan maka discretionary

accrual akan mengalami peningkatan sebesar 0,129 dengan asumsi semua

variabel independen lain konstan

4. Nilai koofisien regresi variabel dewan komisaris independen sebesar -3,932.

Hasil tersebut dapat diartikan bahwa nilai variabel dewan komisaris

independen naik satu satuan maka discretionary accrual akan mengalami

penurunan sebesar -3,932 dengan asumsi semua variabel independen lain

konstan

5. Nilai koofisien regresi variabel komite audit sebesar 0,352. Hasil tersebut dapat

diartikan bahwa nilai variabel komite audit naik satu satuan maka discretionary

accrual akan mengalami peningkatan sebesar 0,352 dengan asumsi semua

variabel independen lain konstan

6. Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan institusional sebesar -1,831. Hasil

tersebut dapat diartikan bahwa apabila kepemilikan institusional bertambah

satu satuan, maka discretionary accrual akan mengalami penurunan sebesar

--1,831 satuan dengan asumsi semua variabel independen lain konstan

7. Nilai koofisien regresi variabel kepemilikan manajerial adalah sebesar -4,078.

Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila variabel kepemilikan manajerial naik

satu satuan, maka discretionary accrual akan menurun sebesar 4,078 dengan

(12)

54 4.4 Analisis Koefisien Determinasi

Hasil analisis koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah

ini:

Tabel 4.8

Hasil Analisis Koofisien Determinasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,622a ,387 ,333 ,89842

a. Predictors: (Constant), KA, DKI, KAP, TENURE, INST, MAN b. Dependent Variable: DA

Sumber : Data Diolah, 2015

Hasil perhitungan koefisien determinasi, dihasilkan nilai koofisien

determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,333. Hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa besarnya variasi variabel independent dalam mempengaruhi model

persamaan regresi adalah sebesar 33,3% dan sisanya sebesar 66,7% dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.

4.5 Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Hasil

pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah ukuran KAP berpengaruh positif

terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.7 parameter hubungan ukuran KAP

terhadap kualitas audit adalah sebesar 0,263 dan nilai signifikansi sebesar

(13)

55

signifikan karena ρ = 0,256 > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, ukuran KAP tidak berpengaruh signiikan

terhadap kualitas audit sehingga hipotesis pertama penelitian ini tidak dapat

didukung.

2. Pengujian Hipotesis Tenure Audit

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah tenure audit berpengaruh positif

terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.7 parameter hubungan tenure audit

terhadap kualitas audit adalah sebesar 0,129 dan nilai signifikansi sebesar

0.072. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut tidak

signifikan karena ρ = 0,072 > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, tenure audit tidak berpengaruh signiikan

terhadap kualitas audit sehingga hipotesis kedua penelitian ini tidak dapat

didukung.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Hipotesis kedelapan dalam penelitian ini adalah dewan komisaris independen

berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.6 parameter hubungan

dewan komisaris independen terhadap discretionary accrual adalah sebesar

-3,932 dan nilai signifikansi sebesar 0,001. Pada tingkat signifikansi α = 5%;

maka koefisien regresi tersebut signifikan karena ρ = 0,001 < 0,05.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa,

(14)

56

accrual atau dengan kata lain ukuran dewan komisaris berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas audit sehingga hipotesis keempat penelitian ini

dapat didukung.

4. Pengujian Hipotesis Keempat

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah komite audit berpengaruh positif

terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.6 parameter hubungan komite audit

terhadap kualitas audit adalah sebesar 0,352 dan nilai signifikansi sebesar

0.161. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut tidak

signifikan karena ρ = 0,161 > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, komite audit tidak berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit sehingga hipotesis keempat penelitian ini dapat

didukung.

5. Pengujian Hipotesis Kelima

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah Kepemilikan Institusional

berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.7 parameter hubungan

kepemilikan institusional terhadap discretionary accrual adalah sebesar -1,831

dan nilai signifikansi sebesar 0.004. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka

koefisien regresi tersebut signifikan karena ρ = 0,004 < 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, Kepemilikan

Institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap discretionary accrual atau

dengan kata lain sehingga Kepemilikan Institusional berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas audit hipotesis kelima penelitian ini dapat

(15)

57

6. Pengujian Hipotesis keenam

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah Kepemilikan manajerial

berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.6 parameter hubungan

kepemilikan manajerial terhadap kualitas audit adalah sebesar -4,078 dan nilai

signifikansi sebesar 0,009. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien

regresi tersebut signifikan karena ρ = 0,009 < 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, Kepemilikan

manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap discretionary accrual atau

dengan kata lain Kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan

terhadap kualitas audit sehingga hipotesis keenam dapat didukung.

4.6. Pembahasan

4.6.1 Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Kualitas Audit

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi ukuran KAP perusahaan akan

tidak akan meningkatkan kualitas audit

Konflik keagenan juga memiliki peran sebagai penggerak kualitas audit. Di

dalam teori keagenan disampaikan bahwa fungsi pengauditan adalah salah satu

mekanisme untuk mengurangi konflik keagenan antara manajer dengan pemilik

perusahaan. Kedua pihak membutuhkan auditor untuk mengurangi

ketidaksimetrisan informasi antara pemilik dengan auditor. Semakin besar konflik

keagenan, semakin tinggi biaya keagenan, dan semakin tinggi permintaan untuk

(16)

58

Ukuran KAP, dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap kualitas

audit. Hal ini dimungkinkan praktik manajemen laba terjadi karena perusahaan

memiliki keinginan agar kinerja keuangan perusahaan tampak bagus dimata calon

investor, namun mengabaikan keberadaan auditor Big-4. Selain itu, dengan

adanya keberadaan auditor Big-4 bukan untuk mengurangi manajemen laba, tetapi

lebih kepada peningkatan kredibilitas laporan keuangan dengan mengurangi

gangguan yang ada didalamnya sehingga bisa menghasilkan laporan audit yang

kurang berkualitas.

Penelitian Bafqi et al (2013) dan Febriyanti & Mertha (2014) membuktikan

bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

4.6.2 Pengaruh Tenure Audit Terhadap Kualitas Audit

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tenure audit tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi tenure audit perusahaan akan

tidak akan meningkatkan kualitas audit

Tidak signifikannya pengaruh tenure audit diduga disebabkan karena dua

faktor yang mempengaruhi kualitas audit (kompetensi dan independensi) memiliki

pengaruh yang sama kuat terhadap kualitas audit sehingga menghilangkan

pengaruh dari tenure audit terhadap kualitas audit. Dalam bab sebelumnya telah

diuraikan terkait pengaruh independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit.

Dua hal tersebut memiliki pengaruh yang saling bertolak belakang. Semakin lama

masa penugasan akan meningkatkan kompetensi yang dapat meningkatkan

kualitas audit. Sedangkan semakin lama masa penugasan juga akan menurunkan

(17)

59

terjadi jika salah satu hal tersebut, antara independensi dan kompetensi ada yang

lebih kuat. Jika kedua hal tersebut sama kuat (peningkatan kompetensi dan

penurunan independensi) maka menyebabkan tidak terjadinya hubungan

signifikan antara tenure audit terhadap kualitas audit.

Hasil ini sesuai penelitian Nindita & Siregar (2013) membuktikan bahwa

audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

4.6.3 Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Kualitas Audit

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tenure audit tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi tenure audit perusahaan akan

meningkatkan kualitas audit

Dalam konteks keagenan tersebut, dibutuhkan pihak ketiga yang independen

sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi memonitor

perilaku manajer sebagai agen dan memastikan bahwa agen bertindak sesuai

dengan kepentingan prinsipal. Salah satu mekanisme internal yang digunakan

untuk memonitor pengawasan perusahaan adalah dewan komisaris independen.

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengandireksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham

pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat

mempengaruhi kemampuannya untuk bertindakin dependen atau bertindak

semata-mata demi kepentingan perusahaan (KNKG, 2006).

Berdasarkan keputusan Direksi BEJ (sekarang BEI) nomor:

KEP-399/BEJ/07-2001, komisaris independen bertanggung jawab untuk mengawasi

(18)

60

diperlukan. Ujiyantho & Pramuka (2007) menyatakan bahwa komisaris

independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi

diantarapara manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta

memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi

terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang

GCG.

Tingkat efektifitas fungsi pengawasan komisaris independen ini dapat

dilihat dari jumlah yang proporsional sebanding dengan jumlah seluruh dewan

komisaris dalam perusahaan. Apabila jumlah dewan komisaris besar, sedangkan

jumlah komisaris independen sedikit atau kecil, maka pengawasan akan dinilai

kurang. Jumlah dewan komisaris independen yang lebih besar daripada jumlah

dewan komisaris non independen dapat mengurangi munculnya praktik

manajemen laba. Diharapkan bila jumlah dewan komisaris independen besar

(yang berarti semakin proporsional perbandingan komisaris independen dengan

jumlah dewan komisaris) maka kegiatan monitoring akan semakin baik sehingga

dapat meningkatkan kualitas audit. Apabila jumlah dewan komisaris besar,

sedangkan jumlah komisarisindependen sedikit atau kecil, maka pengawasan akan

dinilai kurang, karena jumlah dewan komisaris internal lebih besar sehingga dapat

memungkinkan meningkatkan kualitas audit.

Hasil penelitian ini sesuai penelitian Beisland, Mersland, & Øystein (2013),

Gajevszky (2014) membuktikan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh

(19)

61

4.6.4 Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Kualitas Audit

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa komite audit tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi komite audit perusahaan tidak

akan meningkatkan kualitas audit

Peran komite audit sangat diperlukan dalam hal pengawasan perusahaan.

Hasil penelitian ini disebabkan karena peraturan BAPEPAM belum menjelaskan

kriteria apa sajakah yang harus dimiliki oleh seseorang komite audit agar dapat

dinyatakan memiliki financial literacy (kemampuan dalam hal keuangan). Setiap

mempunyai kriteria berbeda dalam memilih anggota komite audit. Hal ini diduga mengakibatkan ukuran komite audit dianggap tidak berpengaruh dalam menekan manajemen laba dan tidak dapat berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan.

Hasil ini sesuai penelitian Beisland, Mersland, & Øystein (2013)

membuktikan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

4.6.5 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kualitas Audit

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi

kepemilikan manajerial perusahaan akan meningkatkan kualitas audit

Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen

dalam hal ini adalah komisaris dan direktur yang secara aktif ikut dalam

(20)

62

persentase saham yang dimiliki oleh komisaris dan direktur perusahaan pada

akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan.

Kepemilikan saham manajerial bertugas untuk menyelaraskan

kepentingan manajer dengan pemegang saham, semakin meningkat proporsi

kepemilikan saham manajerial akan semakin baik kinerja perusahaan (Jensen

dan Meckling, 1976). Penelitian Jensen and Meckling (1976) menemukan

bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan

jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan

memanipulasi laba untuk kepentingannya. Jika manajer mempunyai kepemilikan

pada perusahaan maka manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan

pemegang saham karena manajer juga mempunyai kepentingan di dalamnya.

Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat

mengindikasikan adanya kesamaan (congruence) kepentingan antara manajemen

dengan pemegang saham. Berdasarkan pendapat tersebut maka kepemilikan

manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas audit yang dihasilkan.

Hasil ini sesuai penelitian Beisland, Mersland, & Øystein(2013)

membuktikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap

kualitas audit.

4.6.6 Pengaruh kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Audit.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi

(21)

63

Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang

dimiliki oleh institusi. Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham

perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana

pensiun, dan investment banking. Institusi yang dimaksud dalam hal ini misalnya

lembaga swadaya masyarakat, pemerintah maupun perusahaan swasta.

Kepemilikan institusional bertanggungjawab untuk mengendalikan pihak

manajemen melalui proses pengawasan. Persentase saham tertentu yang dimiliki

oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang

tidak menutup kemungkinan terdapat penyusunan laporan keuangan yang sesuai

kepentingan pihak manajemen. Kepemilikan institusional yang semakin besar

akan mengakibatkan control eksternal yang lebih besar di dalam suatu

perusahaan.

Institusi adalah pengambil keputusan profesional yang mengetahui

bagaimana mengukur kinerja perusahaan dan cara untuk mengawasi pihak

manajemen. Semakin besar control eksternal akan menyebabkan kebijakan yang

diambilakan cenderung mengikuti kebijakan dari institusi eksternal. Cornet et al.,

(2006) dalam Ujiyantho & Pramuka (2007) menyimpulkan bahwa tindakan

pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong

manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan

sehingga akan mengurangi perilaku mementingkan diri sendiri.

Hasil ini sesuai penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gajevsky (2014)

membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Fiqh Jinayah merupakan segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang-orang yang di

Kendala seperti perizinan dari pemerintah, sarana dan prasarana penunjang, perencanaan yang belum sepenuhnya berjalan dengan baik, beberapa aspirasi dari masyarakat

Aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul -

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap mahasiswa terhadap iklan dan sikap terhadap produk Hand &amp; Body Lotion Citra serta untuk mengetahui apakah ada

Alasan peneliti melakukan studi pada mahasiswa, karena sesuai dengan data dari Katadata.co.id bahwa pengguna internet terbanyak digunakan oleh generasi Millenials,

The research objective was by the title Increasing students’ vocabulary achievement by using elicitation technique at the sixth grade of SD Inpres Tello Baru I/2

1. dapat menganalisis fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan teks recount secara benar dan sesuai konteks berdasarkan studi literasi dan contoh dengan kreatif dan

10 Wawancara dengan Kepala Sekolah, tanggal 08 Januari 2019 di Sekolah.. setiap kelas terdapat 5-7 buku cerita sehingga cerita yang disampaikan monoton. Cara yang digunakan