43 BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014. Teknik
pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Setelah
dilakukan seleksi pemilihan sampel sesuai kriteria yang telah ditentukan maka
diperoleh 30 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria sampel selama
periode penelitian. Sedangkan proses pengambilan sampel dapat dilihat pada
tabel 4.1 :
Tabel 4.1
Kriteria Pengambilan Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan-perusahaan pada perusahaan manufaktur yang ada di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012-2014
120 2 Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan
keuangan tahunan dari tahun 2012-2014
(12) 3 Perusahaan tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai
emiten hingga akhir tahun 2014
(0) 4 Perusahaan tidak memiliki data-data yang dibutuhkan untuk
pengukuran variabel dalam penelitian ini
(78)
Jumlah Perusahaan Sampel 30
Sumber : Data Diolah, 2015
4.2 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau
44
menggunakan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi.
Hasil dari deskriptif statistik dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Analisis Deskriptif Statistik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 90 -14,56 19,34 -,0268 3,07637 KAP 90 ,00 1,00 ,4333 ,49831 TENURE 90 1,00 6,00 3,7000 1,56111 DKI 90 ,25 ,75 ,3771 ,09569 KA 90 3,00 5,00 3,1111 ,40901 INST 90 ,234203 ,999977 ,69635473 ,191559237 MAN 90 ,000011 ,259914 ,05718120 ,085926090 Valid N (listwise) 90
Sumber : Data Diolah, 2015
Darri hasil analisis data di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Variabel discretionary accrual mempunyai nilai standar deviasi 3,07637 nilai
tersebut lebih besar dari nilai mean yaitu -0,0268. Hal ini menandakan bahwa
variabel discretionary accrual bersifat heterogen. Nilai minimum dan
maximum adalah -14,56 dan 19,34. Perusahaan yang bernilai minimum adalah
PT Kimia Farma Tbk dan perusahaan yang bernilai maksimum adalah PT
Jayapari Steel Tbk.
2. Nilai mean dan standar deviasi pada variabel ukuran KAP adalah 0,4333 dan
0,49831. Nilai standar deviasi yang lebih besar dari mean menandakan jika
variabel ukuran KAP bersifat heterogen. Nilai rata-rata sebesar 0,4333 berarti
bahwa perusahaan yang menggunakan KAP Big Four adalah sebesar 43,33%.
45
3. Nilai mean dan standar deviasi pada variabel tenure audit adalah 3,7 dan
1,5611. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari mean menandakan jika
variabel tenure bersifat homogen. Nilai rata-rata sebesar 3,7 berarti bahwa
mayoritas perusahaan menggunakan jasa auditor sebesar 3,7 atau 4 tahun. Nilai
maksimum dan minimum dari variabel ini adalah 1 dan 6.
4. Nilai mean dan standar deviasi pada variabel dewan komisaris independen
adalah 0,3781 dan 0,08487. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari mean
menandakan jika variabel dewan komisaris independen bersifat homogen. Nilai
maksimum dan minimum dari variabel ini adalah 0,75 dan 0,25. Perusahaan
dengan nilai minimum adalah PT Lautan Luas Tbk sedangkan perusahaan
dengan nilai maksimum adalah PT Eterindowahana Tama Tbk
5. Nilai mean dan standar deviasi pada variabel komite audit adalah 3,1111 dan
0,40901. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari mean menandakan jika
variabel komite audit bersifat homogen. Nilai minimum dan maksimum dari
variabel ini adalah 3 dan 5. Perusahaan dengan nilai minimum diperoleh
hampir semua perusahaan seperti adalah PT Beton Jaya Manunggal Tbk dan
PT Astra Otoparts sedangkan perusahaan dengan nilai maksimum adalah PT
Indo Acidatama Tbk
6. Kepemilikan institusional mempunyai nilai mean dan standar deviasi secara
berturut-turut adalah 0,69635473 dan 0,191559237. Nilai tersebut dapat
diartikan bahwa variabel ini bersifat homogen jika dilihat dari nilai standar
deviasi yang lebih kecil daripada nilai mean. Variabel ini memiliki nilai
46
minimum adalah PT. Asia Plast Industries dan perusahaan yang bernilai
maksimum adalah PT. Kimia Farma Tbk.
7. Nilai mean dan standar deviasi pada variabel kepemilikan manajerial adalah
0,05583174 dan 0,08852317. Nilai standar deviasi yang lebih besar dari mean
menandakan jika variabel kepemilikan manajerial bersifat heterogen. Nilai
minimum dan maksimum dari variabel ini adalah 0,000011 dan 0,258814.
Perusahaan yang bernilai minimum adalah PT. Merck Tbk dan perusahaan
yang bernilai maksimum adalah PT Pyridam farma Tbk.
4.3. Uji Asumsi Klasik 4.3.1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan One Sample
Kormogorov-Smirnov Test, dengan melihat tingkat signifikansi 5%. Hasil uji
47 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 90
Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 2,95788935
Most Extreme Differences
Absolute ,218
Positive ,218
Negative -,181
Kolmogorov-Smirnov Z 2,064
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data Diolah, 2015
Dari hasil uji kolmogorov-smirnov di atas, dihasilkan nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0,000. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data residual
dalam model regresi ini tidak terdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) di bawah 0,005. Untuk menormalkan data maka perlu dilakukan
pembersihan data dari outlier. Hasil uji normalitas setelah data dinormalkan
48 Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier Dihapus
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 75
Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,86122944
Most Extreme Differences
Absolute ,050
Positive ,050
Negative -,049
Kolmogorov-Smirnov Z ,433
Asymp. Sig. (2-tailed) ,992
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data Diolah, 2015
Dari hasil uji kolmogorov-smirnov di atas, dihasilkan nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0,992. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data residual
dalam model regresi ini terdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di
atas 0,05.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai
tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas dapat
49
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Hasil uji multikolinieritas adalah sebagai berikut ;
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 KAP ,827 1,210 TENURE ,912 1,096 DKI ,827 1,209 INST ,733 1,364 MAN ,585 1,710 KA ,892 1,122 a. Dependent Variable: DA
Sumber : Data Diolah,2015
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada bagian collinierity statistic,
nilai VIF pada seluruh variabel independen lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance
di atas 0.1. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa seluruh variabel independen pada
penelitian ini tidak ada gejala multikolinieritas.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
50 Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data SPSS diolah
Dari hasil analisis uji heteroskedastisitas di atas, pada grafik scatterplot
terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tersebar di atas maupun dibawah
angka 0 sumbu Y. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas dalam model regresi dan dapat digunakan untuk analisis
selanjutnya.
4.3.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Untuk menguji ada
tidaknya masalah autokorelasi, peneliti akan menggunakan uji Durbin-Watson
51
dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW-Test). Hasil uji
autokorelasi adalah sebagai berikut
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1,797a
a. Predictors: (Constant), KA, DKI, KAP, TENURE, INST, MAN
b. Dependent Variable: DA
Sumber : Data SPSS diolah
Dari hasil analisis uji autokorelasi dihasilkan nilai durbin watson sebesar
1,797. Nilai tersebut harus dibandingkan dengan nilai dl dan du pada tingkat
signifikansi 5%, jumlah data 75, dan jumlah variabel independen sebesar 6. Pada
kondisi tersebut maka dihasilkan nilai dl sebesar 1,4866 dan nilai du sebesar
1,7698. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai durbin watson sebesar 1,797
berada diantara nilai du (1,7698) sampai dengan 4-du (2,2311) yang berarti tidak
ada masalah autokorelasi.
4.4 Analisis Regresi Berganda
Analisis data penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda.
Analisis ini digunakan untuk menentukan hubungan antara discretionary accrual
dengan variabel-variabel independennya. Hasil analisis regresi adalah sebagai
52 Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1,297 ,934 1,388 ,170 KAP ,263 ,229 ,120 1,145 ,256 TENURE ,129 ,071 ,181 1,825 ,072 DKI -3,932 1,151 -,356 -3,415 ,001 KA ,352 ,248 ,142 1,417 ,161 INST -1,831 ,611 -,332 -2,996 ,004 MAN -4,078 1,507 -,336 -2,706 ,009 a. Dependent Variable: DA Sumber : Data Diolah, 2015
Berdasarkan tabel diatas, maka model regresi yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
DA = 1,297 +0,263KAP+0,129Tenure-3,932DKI+0,352KA -1,831-4,078MAN
Dari hasil model persamaan regresi diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut :
1. Nilai intercept konstanta sebesar 1,297. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila
besarnya nilai seluruh variabel independen adalah 0, maka besarnya
discretionary accrual akan sebesar 1,297.
2. Nilai koofisien regresi variabel ukuran KAP sebesar 0,263. Hasil tersebut dapat
diartikan bahwa nilai variabel ukuran KAP naik satu satuan maka discretionary
accrual akan mengalami peningkatan sebesar 0,263 dengan asumsi semua
53
3. Nilai koofisien regresi variabel tenure audit sebesar 0,129. Hasil tersebut dapat
diartikan bahwa nilai variabel tenure audit naik satu satuan maka discretionary
accrual akan mengalami peningkatan sebesar 0,129 dengan asumsi semua
variabel independen lain konstan
4. Nilai koofisien regresi variabel dewan komisaris independen sebesar -3,932.
Hasil tersebut dapat diartikan bahwa nilai variabel dewan komisaris
independen naik satu satuan maka discretionary accrual akan mengalami
penurunan sebesar -3,932 dengan asumsi semua variabel independen lain
konstan
5. Nilai koofisien regresi variabel komite audit sebesar 0,352. Hasil tersebut dapat
diartikan bahwa nilai variabel komite audit naik satu satuan maka discretionary
accrual akan mengalami peningkatan sebesar 0,352 dengan asumsi semua
variabel independen lain konstan
6. Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan institusional sebesar -1,831. Hasil
tersebut dapat diartikan bahwa apabila kepemilikan institusional bertambah
satu satuan, maka discretionary accrual akan mengalami penurunan sebesar
--1,831 satuan dengan asumsi semua variabel independen lain konstan
7. Nilai koofisien regresi variabel kepemilikan manajerial adalah sebesar -4,078.
Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila variabel kepemilikan manajerial naik
satu satuan, maka discretionary accrual akan menurun sebesar 4,078 dengan
54 4.4 Analisis Koefisien Determinasi
Hasil analisis koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah
ini:
Tabel 4.8
Hasil Analisis Koofisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,622a ,387 ,333 ,89842
a. Predictors: (Constant), KA, DKI, KAP, TENURE, INST, MAN b. Dependent Variable: DA
Sumber : Data Diolah, 2015
Hasil perhitungan koefisien determinasi, dihasilkan nilai koofisien
determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,333. Hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa besarnya variasi variabel independent dalam mempengaruhi model
persamaan regresi adalah sebesar 33,3% dan sisanya sebesar 66,7% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
4.5 Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Hasil
pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah ukuran KAP berpengaruh positif
terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.7 parameter hubungan ukuran KAP
terhadap kualitas audit adalah sebesar 0,263 dan nilai signifikansi sebesar
55
signifikan karena ρ = 0,256 > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, ukuran KAP tidak berpengaruh signiikan
terhadap kualitas audit sehingga hipotesis pertama penelitian ini tidak dapat
didukung.
2. Pengujian Hipotesis Tenure Audit
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah tenure audit berpengaruh positif
terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.7 parameter hubungan tenure audit
terhadap kualitas audit adalah sebesar 0,129 dan nilai signifikansi sebesar
0.072. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut tidak
signifikan karena ρ = 0,072 > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, tenure audit tidak berpengaruh signiikan
terhadap kualitas audit sehingga hipotesis kedua penelitian ini tidak dapat
didukung.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis kedelapan dalam penelitian ini adalah dewan komisaris independen
berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.6 parameter hubungan
dewan komisaris independen terhadap discretionary accrual adalah sebesar
-3,932 dan nilai signifikansi sebesar 0,001. Pada tingkat signifikansi α = 5%;
maka koefisien regresi tersebut signifikan karena ρ = 0,001 < 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa,
56
accrual atau dengan kata lain ukuran dewan komisaris berpengaruh positif
signifikan terhadap kualitas audit sehingga hipotesis keempat penelitian ini
dapat didukung.
4. Pengujian Hipotesis Keempat
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah komite audit berpengaruh positif
terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.6 parameter hubungan komite audit
terhadap kualitas audit adalah sebesar 0,352 dan nilai signifikansi sebesar
0.161. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut tidak
signifikan karena ρ = 0,161 > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, komite audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit sehingga hipotesis keempat penelitian ini dapat
didukung.
5. Pengujian Hipotesis Kelima
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah Kepemilikan Institusional
berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.7 parameter hubungan
kepemilikan institusional terhadap discretionary accrual adalah sebesar -1,831
dan nilai signifikansi sebesar 0.004. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka
koefisien regresi tersebut signifikan karena ρ = 0,004 < 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, Kepemilikan
Institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap discretionary accrual atau
dengan kata lain sehingga Kepemilikan Institusional berpengaruh positif
signifikan terhadap kualitas audit hipotesis kelima penelitian ini dapat
57
6. Pengujian Hipotesis keenam
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah Kepemilikan manajerial
berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.6 parameter hubungan
kepemilikan manajerial terhadap kualitas audit adalah sebesar -4,078 dan nilai
signifikansi sebesar 0,009. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien
regresi tersebut signifikan karena ρ = 0,009 < 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, Kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap discretionary accrual atau
dengan kata lain Kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan
terhadap kualitas audit sehingga hipotesis keenam dapat didukung.
4.6. Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi ukuran KAP perusahaan akan
tidak akan meningkatkan kualitas audit
Konflik keagenan juga memiliki peran sebagai penggerak kualitas audit. Di
dalam teori keagenan disampaikan bahwa fungsi pengauditan adalah salah satu
mekanisme untuk mengurangi konflik keagenan antara manajer dengan pemilik
perusahaan. Kedua pihak membutuhkan auditor untuk mengurangi
ketidaksimetrisan informasi antara pemilik dengan auditor. Semakin besar konflik
keagenan, semakin tinggi biaya keagenan, dan semakin tinggi permintaan untuk
58
Ukuran KAP, dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit. Hal ini dimungkinkan praktik manajemen laba terjadi karena perusahaan
memiliki keinginan agar kinerja keuangan perusahaan tampak bagus dimata calon
investor, namun mengabaikan keberadaan auditor Big-4. Selain itu, dengan
adanya keberadaan auditor Big-4 bukan untuk mengurangi manajemen laba, tetapi
lebih kepada peningkatan kredibilitas laporan keuangan dengan mengurangi
gangguan yang ada didalamnya sehingga bisa menghasilkan laporan audit yang
kurang berkualitas.
Penelitian Bafqi et al (2013) dan Febriyanti & Mertha (2014) membuktikan
bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
4.6.2 Pengaruh Tenure Audit Terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tenure audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi tenure audit perusahaan akan
tidak akan meningkatkan kualitas audit
Tidak signifikannya pengaruh tenure audit diduga disebabkan karena dua
faktor yang mempengaruhi kualitas audit (kompetensi dan independensi) memiliki
pengaruh yang sama kuat terhadap kualitas audit sehingga menghilangkan
pengaruh dari tenure audit terhadap kualitas audit. Dalam bab sebelumnya telah
diuraikan terkait pengaruh independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit.
Dua hal tersebut memiliki pengaruh yang saling bertolak belakang. Semakin lama
masa penugasan akan meningkatkan kompetensi yang dapat meningkatkan
kualitas audit. Sedangkan semakin lama masa penugasan juga akan menurunkan
59
terjadi jika salah satu hal tersebut, antara independensi dan kompetensi ada yang
lebih kuat. Jika kedua hal tersebut sama kuat (peningkatan kompetensi dan
penurunan independensi) maka menyebabkan tidak terjadinya hubungan
signifikan antara tenure audit terhadap kualitas audit.
Hasil ini sesuai penelitian Nindita & Siregar (2013) membuktikan bahwa
audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
4.6.3 Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tenure audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi tenure audit perusahaan akan
meningkatkan kualitas audit
Dalam konteks keagenan tersebut, dibutuhkan pihak ketiga yang independen
sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi memonitor
perilaku manajer sebagai agen dan memastikan bahwa agen bertindak sesuai
dengan kepentingan prinsipal. Salah satu mekanisme internal yang digunakan
untuk memonitor pengawasan perusahaan adalah dewan komisaris independen.
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengandireksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindakin dependen atau bertindak
semata-mata demi kepentingan perusahaan (KNKG, 2006).
Berdasarkan keputusan Direksi BEJ (sekarang BEI) nomor:
KEP-399/BEJ/07-2001, komisaris independen bertanggung jawab untuk mengawasi
60
diperlukan. Ujiyantho & Pramuka (2007) menyatakan bahwa komisaris
independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi
diantarapara manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta
memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi
terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang
GCG.
Tingkat efektifitas fungsi pengawasan komisaris independen ini dapat
dilihat dari jumlah yang proporsional sebanding dengan jumlah seluruh dewan
komisaris dalam perusahaan. Apabila jumlah dewan komisaris besar, sedangkan
jumlah komisaris independen sedikit atau kecil, maka pengawasan akan dinilai
kurang. Jumlah dewan komisaris independen yang lebih besar daripada jumlah
dewan komisaris non independen dapat mengurangi munculnya praktik
manajemen laba. Diharapkan bila jumlah dewan komisaris independen besar
(yang berarti semakin proporsional perbandingan komisaris independen dengan
jumlah dewan komisaris) maka kegiatan monitoring akan semakin baik sehingga
dapat meningkatkan kualitas audit. Apabila jumlah dewan komisaris besar,
sedangkan jumlah komisarisindependen sedikit atau kecil, maka pengawasan akan
dinilai kurang, karena jumlah dewan komisaris internal lebih besar sehingga dapat
memungkinkan meningkatkan kualitas audit.
Hasil penelitian ini sesuai penelitian Beisland, Mersland, & Øystein (2013),
Gajevszky (2014) membuktikan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh
61
4.6.4 Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa komite audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi komite audit perusahaan tidak
akan meningkatkan kualitas audit
Peran komite audit sangat diperlukan dalam hal pengawasan perusahaan.
Hasil penelitian ini disebabkan karena peraturan BAPEPAM belum menjelaskan
kriteria apa sajakah yang harus dimiliki oleh seseorang komite audit agar dapat
dinyatakan memiliki financial literacy (kemampuan dalam hal keuangan). Setiap
mempunyai kriteria berbeda dalam memilih anggota komite audit. Hal ini diduga mengakibatkan ukuran komite audit dianggap tidak berpengaruh dalam menekan manajemen laba dan tidak dapat berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan.
Hasil ini sesuai penelitian Beisland, Mersland, & Øystein (2013)
membuktikan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
4.6.5 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi
kepemilikan manajerial perusahaan akan meningkatkan kualitas audit
Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen
dalam hal ini adalah komisaris dan direktur yang secara aktif ikut dalam
62
persentase saham yang dimiliki oleh komisaris dan direktur perusahaan pada
akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan.
Kepemilikan saham manajerial bertugas untuk menyelaraskan
kepentingan manajer dengan pemegang saham, semakin meningkat proporsi
kepemilikan saham manajerial akan semakin baik kinerja perusahaan (Jensen
dan Meckling, 1976). Penelitian Jensen and Meckling (1976) menemukan
bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan
jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan
memanipulasi laba untuk kepentingannya. Jika manajer mempunyai kepemilikan
pada perusahaan maka manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan
pemegang saham karena manajer juga mempunyai kepentingan di dalamnya.
Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat
mengindikasikan adanya kesamaan (congruence) kepentingan antara manajemen
dengan pemegang saham. Berdasarkan pendapat tersebut maka kepemilikan
manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas audit yang dihasilkan.
Hasil ini sesuai penelitian Beisland, Mersland, & Øystein(2013)
membuktikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap
kualitas audit.
4.6.6 Pengaruh kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Audit.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi
63
Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang
dimiliki oleh institusi. Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham
perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana
pensiun, dan investment banking. Institusi yang dimaksud dalam hal ini misalnya
lembaga swadaya masyarakat, pemerintah maupun perusahaan swasta.
Kepemilikan institusional bertanggungjawab untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses pengawasan. Persentase saham tertentu yang dimiliki
oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang
tidak menutup kemungkinan terdapat penyusunan laporan keuangan yang sesuai
kepentingan pihak manajemen. Kepemilikan institusional yang semakin besar
akan mengakibatkan control eksternal yang lebih besar di dalam suatu
perusahaan.
Institusi adalah pengambil keputusan profesional yang mengetahui
bagaimana mengukur kinerja perusahaan dan cara untuk mengawasi pihak
manajemen. Semakin besar control eksternal akan menyebabkan kebijakan yang
diambilakan cenderung mengikuti kebijakan dari institusi eksternal. Cornet et al.,
(2006) dalam Ujiyantho & Pramuka (2007) menyimpulkan bahwa tindakan
pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong
manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan
sehingga akan mengurangi perilaku mementingkan diri sendiri.
Hasil ini sesuai penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gajevsky (2014)
membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap