• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKSUALITAS DI SMU KARTIKA CHANDRA I BANDUNG Iqbal Pramukti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKSUALITAS DI SMU KARTIKA CHANDRA I BANDUNG Iqbal Pramukti"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKSUALITAS DI SMU KARTIKA CHANDRA I BANDUNG

Iqbal Pramukti

ABSTRAK

Remaja merupakan suatu massa peralihan antara kanak-kanak dan dewasa. Pada masa ini, libido atau energi seksual menjadi hidup yang tadinya laten pada masa pra remaja. Akibat dari perubahan ini maka dorongan pada remaja untuk berperilaku seksual bertambah besar.

Berdasarkan hal di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang seksualitas

Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket tertutup dengan lima alternatif jawaban untuk variabel pengetahuan dan dengan rating scale untuk variabel sikap. Setelah itu data diolah dngan menggunakan persentase.

Setelah dilakukan pengolahan data didapat hasil bahwa untuk variabel pengetahuan siswa SMU tentang seksualitas dalam kategori baik (6,67%), cukup (16%), dan kurang (77,33%). Sedangkan untuk variabel sikap didapat hasil 23% siswa SMU favourable atau bersikap positif terhadap seksualitas dan 77% siswa SMU unfavourable atau bersikap negatif terhadap seksualitas.

Pada era globalisasi sekarang ini remaja dihadapkan pada dilemma dua hal, yaitu di satu sisi mereka sangat diharapkan sebagai generasi penerus bangsa, tetapi di sisi lain mereka dihadapkan pada masalah rawannya pergaulan akibat dari arus globalisasi itu sendiri. Oleh karena itu peran serta berbagai pihak sangat diperlukan untuk menjadikan remaja generasi yang bertanggung jawab dan bermoral baik. Sehingga pada akhirnya mereka tidak akan salah langkah dalam bertindak, khususnya dalam berperilaku seksual. A. PENDAHULUAN

Masa remaja adalah suatu periode antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Batasan usia pada masa remaja adalah antara 12 tahun sampai dengan 18 tahun (Hurlock, 1997), Piaget dalam Hurlock (1997) mengemukakan :

“Istilah remaja (adolescence) mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yag sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.”

Perkembangan seksual, idealnya dimulai pada masa kanak-kanak dan matang saat remaja. Sigmund Freud dalam Hurlock (1997) mengemukakan bahwa pada masa remaja libido atau energi seksual menjadi hidup, yang tadinya laten pada masa pra remaja. Atas tanggapan itulah mengapa masa remaja dikaitkan dengan masa pubertas.

(2)

Root dalam Hurlock (1997) mengemukakan bahwa pada masa puber adalah suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi yang disertai dengan perubahan-perubahan fisik dan psikologis.

Aspek perubahan yang menonjol pada masa remaja adalah perubahan bentuk tubuh, meningkatnya tuntutan dan harapan sosial, adanya tuntutan kemandirian dari orang tua, meningkatnya kebutuhan untuk berhubungan dngan kelompok sebaya, mampu bersikap sesuai norma sekitar, kompeten secara intelektual, berkembangnya tanggung jawab pribadi dan sosial, belajar mengambil suatu keputusan, dan yang tidak kalah penting adalah munculnya kesadaran pada remaja untuk mempelajari segala seluk-beluk yang berkaitan dengan masalah seksual.

Pada era globalisasi sekarang ini generasi muda sebagai bagian dari anggota keluarga dan masyarakat dihadapkan pada pesatnya informasi tentang berbagai hal, termasuk hal-hal yang menyangkut masalah seksual, yang tentu saja dapat memberikan pengaruh baik positif maupun negatif.

Remaja merupakan generasi penerus yang berguna bagi kemajuan bangsa dan negara. Oleh karenanya peran serta berbagai pihak sangat diperlukan untuk membentuk dan menjadikan remaja manusia yang mempunyai tanggung jawab dan moral yang baik. Pihak-pihak tersebut di antaranya : guru, orang tua, dan juga perawat sebagai konselor dan edukator, dimana perawat mempunyai andil yang cukup besar dalam memberikan informasi pada remaja SMU tentang kesehatan reproduksi, khususnya masalah seks pranikah.

Salah satu alasan mengapa remaja perlu arahan dalam masalah perilaku seksualnya adalah karena usia remaja merupakan suau periode yang banyak mengalami perubahan fisik, psikis, dan psikososial, karena gonads yang tetap bekerja bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh, melainkan juga berpengaruh jauh untuk melakukan perilaku seksual yang cukup besar.

Selain perkembangan fisiologis di atas, remaja juga memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar, terutama dalam masalah seksual. Mereka selalu berusaha untuk mencari informasi tentang seksualitas dengan berbagai cara hanya untuk memenuhi kebutuhan ingin tahunya tanpa dapat menyaringnya. Bahkan mereka terdorong untuk mencoba melakukan perilaku seksual tersebut.

(3)

Menurut hasil survey Chandi Salmon Conrad di Rumah Sakit Gaul binaan Yayasan Pelita Ilmu, banyak remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah karena anggapan yang salah (Fawzia Aswin Hadis, 2003). Mereka yang berperilaku negatif ini berpandangan, jika menolak hubungan seksual akan ditinggal pacarnya. Mereka juga merasa akan ditertawakan oleh teman jika menolak. Atau pandangan bahwa tidak ada yang mau berpacaran dengan orang yang menolak hubungan intim. Anggapan yang salah ini dapat memperburuk kondisi kesehatan reproduksi remaja.

Remaja berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan identitas diri. Optimasi perkembangan jati diri akan muncul bila kondisi lingkungan dan pemahaman diri berkembang dengan baik. Artinya remaja paham benar akan keberadaan dirinya, langkah-langkah yang akan dilakukan pada setiap tindakan ataupun aktivitas yang akan dijalankannya serta mampu memperhitungkan resiko yang akan muncul pada setiap pilihan yang telah diambilnya.

Remaja perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai tantangan dan resiko yang akan dihadapinya khususnya pada era industrialisasi membuat remaja berada pada situasi yang rawan akan berbagai resiko dan tantangan. Salah satu wujud industrialisasi di berbagai sektor tersebut adalah komersialisasi seks. Dengan kata lain seks dijadikan alat untuk mencari keuntungan. Remaja menjadi korban eksploitasi seks. Banyaknya petunjukan yang mengarah pada pornografi dan pornoaksi melibatkan remaja sebagai pelaku dan konsumen sekaligus, berbagai kasus pembuatan VCD porno, misalnya melibatkan remaja tidak hanya sebagai aktor namun sekaligus konsumennya.

Faktor pengetahuan tentang seksualitas merupakan faktor yang paling penting dalam menumbuhkan sikap yang positif tentang seks pada remaja. Memang faktor lainnya, seperti dukungan dari orang tua juga meupakan hal yang penting. Namun jika pengetahuan mereka tentang seksualitas itu kurang, walaupun dukungan dari orang tuanya sangat bagus tidak akan menjamin mereka akan memiliki skap yang positif tentang seksualitas. Hal ini dikarenakan kurang mengertinya mereka tentang seksualitas itu sendiri dan bagaimana bersikap yang positif terhadapnya. Sehingga dikhawatirkan pada akhirnya nanti mereka akan salah langkah berperilaku seksual.

Hasil studi pendahuluan dengan beberapa guu di SMU Kartka Chandra I Bandung didapatkan data bahwa di SMU tersebut pernah terjadi kehamilan di luar nikah

(4)

sebanyak 15 orang dalam 3 tahun terakhir ini yang 9 orang di antaranya adalah siswa kelas 2. Kemudian selain dari itu sering pula didapatkan remaja yang sedang saling bercumbu di area sekolah tersebut. Hal ini tentunya merupakan masalah yang cukup serius yang memerlukan penyelesaian.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan mengenai keadaan atau suatu fenomena (Arikunto, 1998), tidak untuk mencari penjelasan atau menguji maupun memprediksi (Azwar, 1995).

Variabel Penelitian

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan dan sikap remaja SMU tentang seksualitas.

C. HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SMU Kartika Chandra I Bandung. Hasil penelitian diperoleh dari pengumpulan angket kuesioner yang disebarluaskan kepada 75 responden, kemudian data-data tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi responden yang disertai interpretasinya yang bisa dilihat pada tabel 1. Pembahasannya akan difokuskan pada gambaran pengetahuan dan sikap remaja SMU tentang seksualitas tersebut di atas.

1. Pengetahuan siswa SMU tentang seksualitas diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : baik, cukup, dan kurang. Hasil yang didapat adalah : 6,67% siswa memiliki pengetahuan yang baik, 16% siswa memiliki pengetahuan yang cukup, dan 77,33% siswa memiliki pengetahuan yang kurang tentang seksualitas.

2. Sikap siswa SMU tentang seksualitas dikliasifikasikan menjadi dua, yaitu positif dan negatif. Hasil yang didapat adalah : 23% siswa SMU memiliki sikap positif terhadap seksualitas dan 77% siswa SMU memiliki sikap negatif terhadap seksualitas.

Diagram 1.

(5)

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Baik Cukup Kurang

f %

Diagram 2.

Distribusi Sikap Siswa SMU Tentang Seksualitas

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 f % Favourable Unfavourable D. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitan yang terdapat pada diagram 1 terlihat bahwa persentase terbesar pada siswa adalah memiliki pengetahuan yang kurang tentang seksualitas, yaitu sebesar 77,33%. Yang kedua adalah kategori cukup, yaitu sebesar 16%. Dan yang paling kecil adalah untuk kategori baik, yaitu hanya sebesar 6,67%. Hal ini membuktikan bahwa ternyata pengetahuan siswa SMU tentang seksualitas masih sangat kurang, sebab jumlah siswa yang pengetahuannya baik tentang seksualitas hanya sebagian kecil saja. Begitu juga dengan jumlah siswa yang pengetahuannya cukup.

(6)

Sedangkan sebagian besar dari jumlah siswa memiliki pengetahuan yang kurang tentang seksualitas. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya mereka mendapat pendidikan seks baik dari sekolah mapun dari lingkungan sekitarnya ataupun dari lembaga yang bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja SMU khususnya.

Bila melihat fenomena yang tejadi di atas, maka hal ini merupakan suatu masalah yang cukup serius dimana pada kenyataannya pengetahuan siswa SMU tentang seksualitas adalah tidak adekuat. Seharusnya hal ini tidak boleh terjadi, karena hal itu bisa mempengaruhi perilaku siswa tersebut dalam hal seksualitasnya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Notoatmodjo (1993), bahwa terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai dari domain kognitif, dalam arti si subyek harus tahu terlebih dahulu stimulus yang berupa materi atau obyek di luarnya, sehingga menimbulkan makna baru pada obyek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subyek terhadap obyek yang diketahuinya itu.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada diagram 2 terlihat bahwa persentase siswa yang memiliki sikap postif terhadap seksualitas sebesar 23% dari seluruh jumlah responden. Jumlah ini kurang dari setengah jumlah seluruh responden. Sedangkan persentase siswa yang memiliki sikap negatif terhadap seksualitas sebesar 77%. Jumlah ini adalah sebagian besar dari jumlah seluruh responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagaian besar siswa SMU tersebut memiliki sikap yang negatif terhadap seksualitas.

Melihat fenomena di atas tentang sikap siswa yang sebagian besar adalah negatif terhadap seksualitas merupakan suatu masalah juga yang tidak kalah pentingnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah pengetahuan dan pengalaman mereka tentang seksualitas itu sendiri. Sebagaimana yang dinyatakan oleh middlebrook (dalam Azwar, 2003), bahwa adanya pengalaman yang menyenangkan dengan suatu obyek cenderung akan membentuk sikap terhadap obyek tersebut, dan sebaliknya tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu obyek akan membentuk sikap yang negatif terhadap obyek tersebut.

Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa seorang remaja SMU itu masih mempunyai tugas perkembangan yang lebih condong terhadap perasaan/emosi, minat,

(7)

cita-cita, pribadi, sosial moral, dan lain-lain yang tidak pernah lepas dari pengaruh lingkungannya. Oleh karena itu pada masa ini terjadi perbenturan antara berbagai kebutuhan dan menjadikan tahap ini sebagai tahap penuh tekanan (stressfull stage). Di satu sisi secara fisk dan psikologis ia siap untuk mulai melakukan “aktivitas genital” dengan lawan jenisnya, tetapi pada saat yang sama ia juga ingin mengelak dari desakan tersebut, karena tidak ingin menentang tata nilai sosial yang sedang ia anut (Hurlock, 1994).

Sebenarnya perlu diketahui bahwa seksualitas itu merupakan psikis, yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak hanya bertingkah laku di bidang seksual saja, akan tetapi juga melakukan kegiatan-kegiatan non-seksual. Misalnya saja berprestasi di bidang ilmiah, seni, melakukan tugas-tugas moril dan lain-lain. Sebagai energi psikis, seksualitas merupakan motivasi dan dorongan untuk berbuat dan bertingkah laku (Mohammad, K. 1998). Oleh karena itu pemberian informasi yang benar dan tepat sangat dibutuhkan oleh remaja saat ini, dan hendaknyalah kita sebagai tim kesehatan yang mengetahui dan memahami akan hal tersebut ikut andil dalam penyelesaian masalah ini.

Dengan terdapatnya fenomena bahwa masih banyaknya remaja SMU yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang seksualitas dan masih banyaknya pula remaja SMU yang bersikap negatif terhadap seksualitas membuktikan bahwa peran perawat yang salah satunya sebagai koordinator pelayanan kesehatan (coordinator of services) belum maksimal.

F. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

a. Untuk variabel pengetahuan didapatkan hasil ”sebagiam bsar (77,33%)” pengetahuan siswa SMU tentang seksualitas adalah ”kurang”. Sedangkan untuk yang kategori ”baik” sebesar 6,67% dan kategori ”cukup’ sebesar 16%.

b. Untuk variabel sikap didapatkan hasil ”sebagian kecil (23%)” responden bersikap positif terhadap seksualitas, yaitu mendukung pada seksualitas yang baik dan benar, dan sebagian besar (77%)” responden bersikap negatif terhadap seksualitas, yaitu tidak mendukung pada seksualitas yang baik dan benar.

(8)

a. Bagi tenaga perawat

Perawat yang mempunyai peran sebagai konselor, dimana perawat mempunyai andil yang cukup besar dalam memberikan informasi kepada remaja SMU tentang kesehatan reproduksi, khususnya masalah seksualitas, maka dari itu hendaknya perawat komunitas membuat suatu program yang fungsinya dapat memberikan informasi dan pendidikan yang benar mengenai kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang seksualitas, dimana tempat dan cara penyajian program tersebut sedapat mungkin disesuaikan dengan karakter remaja SMU pada jaman sekarang, sehingga acara dari program tersebut dapat menarik perhatian remaja SMU.

b. Bagi pendidikan

Hasil penelitian ini bisa dijadikan cermin sikap remaja, dimana salah satu kebutuhan remaja adalah terpenuhi keingintahuannya mengenai informasi tentang seksualitas. Oleh sebab itu mahasiswa yang sedang menjalani profesi di bagian komunitas mempunyai andil yang cukup besar dalam memberikan solusi dalam permasalahan ini. Hal ini bisa dijadikan bahan dalam pembuatan salah satu program dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat remaja.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara pengetahuan tentang seksualitas dengan sikap terhadap seksualitas, sehingga dapat diketahui apakah faktor pengetahuan menjadi predisposisi terbentuknya sikap seseorang terhadap seksualitas yang pada akhirnya dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalahnya.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta : PT. Rhineka Cipta

2. Azwar, S. 1995. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Edisi I. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

3. Danim, S. 1997. Metode Penelitian Untuk Ilmu Perilaku. Cetakan Kedua, Jakarta : Bumi Aksara

4. Departemen Kesehatan RI. 1994. Kehamilan Remaja. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

5. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 1994. Obstetri Patologis. Bandung : FK UNPAD

6. Gunarsa, D.S 1995. Psikologi Keperawtan. Jakarta : Gunung Mulya 7. Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas

8. Hanifah, Laily. 2001. Pacaran : Benarkah Faktor Utama Hubungan Seksual Pra Nikah Remaja?. Jakarta : Pusat Komunikasi Kesehatan

9. Hurlock, E. 1994. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga

10. Kartini, K. Dr. 1989. Psikologi Abnormal Dan Abnormal Seksual. Bandung : Mondar Maju

11. Kozier, erb, Oliveri. 1990. Fundamental of Nursing Processand Practice. California : Addison Wesley

12. Manuaba, Ida Bagus Ged. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta Penerbit Arca

13. Mar’at, 1981. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan pada nilai postest menunjukkan hasil signifikansi 0,086 > 0,05 yang berarti diterima dan ditolak dengan kata

Pembahasan t ersebut mengat akan bahw a ada dua fakt or yang menyebabkan kelelahan emosional menjadi rendah: (1) persepsi pekerja bahw a mereka memiliki kemampuan

Rizik likvidnosti predstavlja opasnost da imovina neće moći biti pretvorena u novčana sredstva bez gubitaka i da banka neće moći ispuniti svoje obveze po

Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK IDAI) Gastrohepatologi mengembangkan rekomendasi untuk tiga gangguan saluran cerna fungsional yang sering ditemukan pada

Pengujian sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tepung teripang, ekstrak lemak teripang maupun ekstrak steroid teripang tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap

2. Kewenangan memilih Presiden dan/atau Wakil Presiden - walauapun dengan beberapa syarat-, dapat ditafsirkan bahwa kedaulatan rakyat dijalankan langsung oleh MPR. Apabila

Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan positif antara kepribadian ekstraversi

Dalam islamisasi Kerajaan Bone tercatat sebagai kerajaan terakhir yang menerima Islam sebagai agama resmi kerajaan (1611 M) di Sulawesi Selatan, pada masa Raja XII La Tenri