1
ACUTE VS CHRONIC EXPOSURE:
Acute exposure occurs when a dose is delivered as a single event.
Chronic exposure is likely to be small quantities of a substance over a long period of time which often results in the slow accumulation of
compound in the body.
Evaluation of cumulative toxic effects is
receiving increased attention because of chronic exposure to low concentrations of various
natural and synthetic chemical substances in the environment
Thanq
Uji Toksisitas
pada Pengembangan Obat
Kuliah Bioesai IPB S2 KIMIA 2014
TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami pentingnya peran uji toksisitas
dalam pengembangan obat,
Mampu menjelaskan komponen-komponen
uji toksisitas yang biasa dilakukan,
Mengerti hubungan antara masing-masing
uji.
2
Zat yang memiliki efek terapeutik
kemungkinan memiliki efek tak diinginkan.
Tidak ada obat yang bebas dari efek toksik.
Semua bahan kimia dan zat esensial lainnya
seperti oksigen dan air, bisa toksik bila dalam
jumlah besar.
sumber: THAMMISHETTY S.
MENGAPA PERLU UJI TOKSISITAS??
Membuktikan bahwa obat baru akan aman
Dosis yang akan digunakan Efek yang akan diberikan
Menuju uji klinik
Pada populasi lebih besar
3
Paradigma saat ini: The Exposure-response Continuum
Exposure Tissue
Dose Effective Dose Biologically Responses Early Responses Late Pathology
Physiologically Based
Pharmacokinetic Models Tissue Dose Metric Mode of Action
Pharmacokinetics Pharmacodynamics Biologic Inputs Normal Biologic Function Morbidity and Mortality Cell Injury Adaptive Stress Responses Early Cellular Changes Exposure Tissue Dose Biologic Interaction Perturbation Low Dose Higher Dose Higher yet Paradigma Baru: Activation of Toxicity Pathways
4
Toxicity Pathways
Jalur Toksisitas: jalur respons seluler bila
cukup mengalami pertubasi (gangguan)
maka diprediksi mengalami efek
merugikan terhadap kesehatan.
Untuk menilai keamanan suatu obat ,
berbagai studi toksisitas dapat dilakukan
pada hewan laboratorium.
5
METODE STANDAR
Metode distandarisasi oleh:
American Society for Testing and
Materials (ASTM)
Organization for Economic Cooperation
and Materials (OECD) – (Europe based)
National Toxicology Program (NTP)
Semua protokol tersedia di US EPA,
Federal Register.
UJI TOKSISITAS YANG TRADISIONAL
Toksisitas In vitro
Penapisan
Membantu membuat disain studi yang baik
Toksisitas mekanistik
Penemuan
Menjelaskan relevansi
Penilaian keamanan (safety assessment)
6
614 351
11
Uji Toksisitas
1. Uji toksisitas akut (dosis tunggal)2. Uji toksisitas subkronik (dosis berulang) 3. Uji toksisitas kronik (dosisi berulang) 4. Uji khusus
4.1 Uji mutagenisitas
4.2 Uji perkembangan dan reproduktivitas 4.3 Uji karsinogenik
4.4 Uji neurogenik, 4.5 dst……….
614 351
12
Uji toksisitas pada hewan
Asumsi
1) Extrapolasi dari hewan ke manusia sangat mungkin
- penyesuaian dosis
- karsinogen terhadap manusia juga beberapa spesies hewan
- Perbedaan spesies terutama karena perbedaan sistim metabolismenya 2) Paparan dosis tinggi dibutuhkan
7
PRINSIP UJI TOKSISITAS
SOP harus diikuti secara rinci dalam
melakukan uji-uji toksisitas.
Harus dilakukan oleh individu terlatih dan
berkualifikasi.
Harus memenuhi norma good laboratory
practices.
Zat uji dan sistemnya harus terkarakterisasi
dan terstandarisasi.
Uji toksisitas dengan hewan, 2 prinsip
utama:
Suatu efek yang ditimbulkan oleh suatu zat pada hewan lab, bila memenuhi persyaratan,
interpertasinya dapat diproyeksikan pada manusia. Terpaparnya hewan lab terhadap zat toksik
dengan dosis tinggi, suatu hal yang penting dan merupakan metode yang sah untuk menemukan kemungkinan bahayanya pada manusia.
8
UJI TOKSISITAS AKUT:
Efek merugikan terjadi dalam waktu singkat setelah
pemberian oral suatu dosis tunggal atau dosis berulang dalam 24 jam.
Pertimbangan:
spesies hewan, jenis kelamin, jumlah hewan, cara dan frekuensi pemberian, dosis, observasi
614 351
16
UJI TOKSISITAS AKUT
Termasuk dosis letal (mematikan)/konsentrasi dan paparan
jangka pendek.,
Muncul efek segera setelah paparan,
Titik akhir biasanya kematian, biasanya untuk peroleh LD50
/LC50
LD50 adalah dosis toksik yang mematikan setengah dari
9
614 351
17
Metode
Route: cara pemberian yang diingini (mis oral atau suntik)
Spesies: 1 rodent + 1 non-rodent
Dosis : > 5 level
Pengamatan: sampai dengan 14 hari
Indikator
LD50 + 95% confidence interval
Toksisitas dengan mengamati fungsi organ Histopatologi, hematologi dll
UJI TOKSISITAS AKUT
ORGANISME UTK TOKSISITAS AKUT
Spesies:
Umum
Siklus hidup dikenal murah
Siklus hidup pendek Tahan banting di lab
10 SCREENING TEST 100% 30% 100% % R espo ndi ng [X] mg/L 0 1 00
# dead none none some all RIP all RIP
0 0
Concen. 10-3 10-2 10-1 100 101
UJI TOKSISITAS SUBKRONIK:
Suatu senyawa dapat dikatakan tidak toksik
dengan uji akut, tetapi bisa jadi toksik setelah paparan ulang dengan rentang waktu yang lebih lama walau dosis rendah. Hal ini disebabkan akumulasi dan perubahan enzimatik dalam tubuh serta gangguan
fisiologis maupun homeostasis biokimianya.
Mengevaluasi efek merugikan dari paparan
berulang suatu zat selama waktu tertentu, yaitu sebagian dari masa hidup (umur) suatu hewan lab.
11
614 351
21
Tujuannya:
1. Estimasi NOAEL (No observed
adverse effect level) dan MTD (maximal tolerable dose)
2. Identifikasi organ sasaran yang mengalami keracunan setelah paparan berulang
3. Kalkulasi kisaran dosis yang dapat dijadikan pedoman dosis untuk uji toksisitas kronik
UJI TOKSISITAS SUBKRONIK:
Rute pemberian dapat secara oral, dermal
dan inhalasi.
Pada studi subkronik, pemberian oral dan
inhalasi biasanya dilakukan selama 3 bulan
pada hewan umur pendek (roden) dan 1
tahun untuk hewan umur panjang (anjing)
Uji dermal biasanya kurang lebih 1 bulan.
12
614 351
23
MTD = highest dose that suppress <10% body wt gain in 90-days when compare to control group.
614 351
24
Metode
Rute: sesuai
Spesies: 1 roden + 1 non-rodent
Dosis : > 3 level + kontrol
dosis tinggi………….. < 10% kematian …………
dosis rendah………. Tidak ada toksisias
Periode pengamatan: 30-90 hari
13
614 351
25
Menggunakan konsentrasi sub-letal dan paparan jangka panjang,
Efek bisa dari mana saja seperti biokimiawi, fisiologik; tetapi tidak kematian,
Respon uji kronik dapat jangka waktu panjang atau permanen,
Pada kondisi kronik, organism bisa bertahan
akan tetapi reproduksi atau gennya bisa berubah.
UJI TOKSISITAS KRONIK:
614 351
26
Tujuan
1. Mengidentifikasikan spektrum toksisitas oleh dosis dengan kisaran luas,
2. Extrapolasi efek merugikan pada manusia,
3. Prediksi Tingkat keamanan pada
paparan di manusia (Safety Factor, SF)
14
614 351
27
METHOD
UJI TOKSISITAS KRONIK:
Rute: sesuai
Spesies: 1 rodent + 1 non-rodent
Dosis : > 3 level + kontrol dosis tinggi………….. MTD …………
dosis ¼, 1/8, ………Tidak ada toksisias
Periode pengamatan: >90 hari sd 2 tahun
JUMLAH HEWAN
Repeated study 28-hari: 5 jantan, 5 betina per tingkat
dosis
Subkronik/Studi 90-hari:
Roden: 10 jantan, 10 betina per tingkat dosis Non-roden: 4 jantan, 4 betina per tingkat dosis
Kronik:
Roden: 20 jantan, 20 betina Non-roden: 4 jantan, 4 betina
15
NOAEL, LOAEL
NOAEL the highest dose which does not cause an adverse effect in a given study LOAEL correspondingly the lowest dose which does cause an adverse effect
Exercise:
Three studies with NOAEL and LOAEL for chemical x. The studies are equally valid,
i.e. none of them can be disregarded.
Study 1: NOAEL 100 LOAEL 500 Study 2: NOAEL 200 LOAEL 300 Study 3: NOAEL 50 LOAEL 150
Please suggest an overall NOAEL and LOAEL for chemical x based on the combined
information from the three studies
Solution: select the highest NOAEL which is not in conflict with any LOAEL. Select the lowest LOAEL.
0 100 200 300 400 500 600 0 1 2 3 4
The NOAEL 100 is the highest NOAEL which does not conflict with any LOAEL. The LOAEL 150 is the lowest LOAEL.
Lowest LOAEL Highest NOAEL
not in conflict with any LOAEL
16
614 351
31
Uji iritasi mata (Draize)
METODE
Eksklusi uji : pH <2 atau >12
Rute: mata
Spesies: kelinci (New Zealand White)
Dosis : 0.01- 0.1 ml or 100 mg
kontrol : mata kontralateral eye
Pengukuran: kornea, iris, konjungtiva
614 351
17
614 351
33
Uji Iritasi Kulit
614 351
34
Uji Sensitasi Kulit
18
614 351
35
Uji Toksisitas Perkembangan dan Reporduksi [Development and Reproductive Toxicity Test
(DART)]
Tujuan:
mengevaluasi potensi toksisitas pada
perkembangan dan sistem reproduksi
hewan.
Tipe studi
Multigenerasi (2-3 G)
tiga-segmen generasi tunggal
614 351
36
PERKEMBANGAN EMBRIONIK DAN PERIODE KRITIS UNTUK TERATOGENESIS
19
614 351
37
614 351
20
614 351
39
Target untuk DART
Sistem Reproduksi
Hormon –hormon utama Spermatogenesis/ Ovulasi Fungsi kawin
Viabilitas sperma/ fertilisasi Pembentukan plasenta tingkah laku maternal
Perkembangan anakan
Implantasi
Perkembangan dan pematangan organ
Pertumbuhan embrio atau fetus tingkah laku menyusu