• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN SOSIAL DENGAN KECENDERUNGAN DEPRESI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN SOSIAL DENGAN KECENDERUNGAN DEPRESI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN SOSIAL

DENGAN KECENDERUNGAN DEPRESI

PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

INGGA KIRANA

HEPI WAHYUNINGSIH, S.Psi., M.Si.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2006

(2)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN SOSIAL

DENGAN KECENDERUNGAN DEPRESI

PADA REMAJA

Telah Disetujui Pada Tanggal … … …

Dosen Pembimbing

(3)

HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN SOSIAL DENGAN KECENDERUNGAN DEPRESI

PADA REMAJA

Ingga Kirana Hepi Wahyuningsih

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif antara ketrampilan sosial dengan kecenderungan depresi pada remaja. Hipotesis awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara ketrampilan sosial dengan kecenderungan depresi pada remaja. Semakin tinggi ketrampilan sosial pada remaja semakin rendah kecenderungan depresi, sebaliknya semakin rendah ketrampilan sosial pada remaja maka semakin tinggi kecenderungan depresi.

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia antara lima belas hingga delapan belas tahun, baik laki-laki ataupun perempuan, dan duduk pada bangku SMA Muhammadiyah 1 Muntilan.

Tekhnik pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan skala menggunakan metode skala ketrampilan sosial yang berberjumlah 33 aitem, mengacu pada skala ketrampilan sosial yang dimodifikasi dari inventori ketrampilan sosial yang dikembangkan oleh Riggio (Segrin dan Flora, 2000) dan skala depresi yang berjumlah 20 aitem mengacu pada teori Beck (1985) yang merupakan skala yang diadaptasi dari skala depresi dari Beck Depression Inventory (BDI).

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer program spss for window 12 untuk menguji apakah ada hubungan antara ketrampilan sosial dengan kecenderungan depresi pada remaja. teknik korelasi product moment dari Spearmean’s Rho menunjukkan nilai sebesar rxy= -0,094 dengan p = 0,237 maka ada hubungan negatif yang tidak signifikan antara ketrampilan sosial dengan kecenderungan depresi, dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti ditolak.

(4)

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan suatu periode yang menyenangkan, remaja akan banyak mengalami hal-hal baru, akan tetapi tidak dapat lepas atau menghindar dari masalah, hambatan, tantangan atau situasi yang menegangkan. Masalah yang sering timbul pada remaja berkaitan dengan tuntutan baik itu dari dalam diri, orang tua dan lingkungan masyarakat sekitar yang dianggap berlebihan dan berat. Keadaan terhambat dalam mencapai suatu tujuan dinamakan frustasi, keadaan frustasi yang berlangsung lama dan tidak dapat diatasi oleh seseorang akan menimbulkan stres. Stres adalah suatu keadaan di mana beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi beban itu (Markam, 2003). Stres yang berlarut-larut akan menimbulkan perasaan cemas, takut, tertekan dan akhirnya cenderung dapat menimbulkan depresi (Hadi, 2004). Sehubungan dengan adanya perubahan kondisi fisik, psikis dan kejadian-kejadian yang dialami oleh remaja dalam kehidupannya, dapat mengakibatkan remaja menjadi frustasi, stres dan tertekan (Hadjam, 1994).

Penulis mendapatkan beberapa kasus yang berhubungan dengan kecenderungan depresi, seorang remaja yang duduk dibangku sekolah menengah pertama di Jakarta mengeluhkan bahwa dirinya pada akhir-akhir ini mengalami beberapa masalah, hal ini membuat dirinya merasa penat, jenuh dan merasa ingin pergi jauh dari rutinitas sehari-harinya. Ia juga malas mengerjakan pekerjaan rumah maupun sekolahnya, untuk bersosialisasi dengan orang lain juga merasa malas. Mood

(5)

cepat berubah, menjadi terlalu sensitif dan sering menangis, yang dulunya sangat optimis sekarang ini berubah menjadi pesimis. Menjelang malam hari, dirinya mengalami insomnia yang parah, dia baru bisa tidur pada jam empat sampai lima pagi. Bangun tidur ia merasa badan lemas, kepala pusing dan tidak ingin melakukan aktifitas apapun. Selain itu ia merasa selera makannya berubah, jika perut kosong dirinya menjadi lemas, berkunang-kunang, tetapi jika sudah makan perut menjadi mual dan ingin muntah dan merasa ketakutan jika hal ini tetap berlanjut dia akan melakukan hal-hal yang bodoh, misalnya menyakiti diri sendiri ataupun keinginan untuk bunuh diri (Masalahkita, 2005).

G (nama samaran) berusia 12 tahun, bertubuh kurus dengan kulit sawo matang. Sikapnya amat tertutup, pendiam dan pemalu. Banyak tekanan-tekanan yang terjadi dalam kehidupannya, bukan hanya datang dari dalam keluarga, tetapi juga dari teman di sekolah dan di rumahnya. Setelah pulang ke rumah G memperlihatkan tanda-tanda murung, jarang bicara, menarik diri, mengatakan bahwa dirinya tidak mampu dan tidak mau pergi ke sekolah. G tidak suka menjalin hubungan sosial, atau menghindar bila anak lain berusaha mengajak mereka. G mengalami kekosongan dalam pengalaman antar pribadi dengan orang lain, menyebabkan G melewatkan apa yang bisa dipelajari dalam hiruk-pikuknya permainan dan interaksi sosial. Akibatnya G menjadi kurang mampu menyesuaikan diri terbelakang secara sosial dan emosional (Hidayat, 2004).

Dari kasus-kasus diatas dapat kita lihat bahwa dalam kehidupan remaja terdapat berbagai macam persoalan yang dapat memicu seorang remaja menjadi tertekan dan

(6)

dalam kasus yang lebih berat akan dapat menimbulkan depresi. Menurut Beck (1985) simtom-simtom depresi tidak hanya berupa gangguan afek saja, tetapi dapat muncul dalam bentuk-bentuk sebagai berikut, yaitu perubahan suasana hati yang spesifik seperti kesedihan, merasa sendiri dan apati. Konsep diri yang negatif diikuti dengan menyalahkan diri dan mencela diri sendiri. Keinginan-keinginan regresif dan menghukum diri sendiri, keinginan untuk menghindar, bersembunyi atau keinginan untuk mati. Perubahan-perubahan vegetatif seperti anoreksia, insomnia, dan kehilangan nafsu makan. Perubahan dalam tingkat aktivitas seperti retardasi atau agitasi.

Penyebab depresi dapat dilihat dari faktor biologis (seperti misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan, penurunan berat yang drastis) dan faktor psikososial (misalnya konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah kepribadian, masalah keluarga). Ada pendapat yang menyatakan bahwa masalah keturunan punya pengaruh terhadap kecenderungan munculnya depresi (Pikiran Rakyat, 2001)

Depresi adalah suatu masalah kesehatan mental utama, dengan kelaziman dasar 17% dalam populasi umum, arti dari 17% adalah seseorang mempunyai kemungkinan mengalami suatu peristiwa tekanan klinis minimal sekali dalam hidup mereka. Pada pengukuranya tidak diragukan mempengaruhi mayoritas luas manusia pada beberapa titik di dalam hidup mereka, sedikitnya satu teori depresi menghubungkan masalah dengan kurangnya ketrampilan sosial (Segrin dan Flora 2000).

(7)

Menurut Mappiare (1982) ketrampilan sosial adalah kemampuan individu dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat di lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhannya untuk dapat diterima oleh teman sebaya baik sejenis kelamin ataupun lawan jenis agar ia memperoleh rasa dibutuhkan dan rasa berharga. Lewinsohn's behavioral theory of depression menetapkan orang-orang dengan ketrampilan sosial lemah tidak mampu untuk memperoleh hal penguatan positif dan menghindari masuknya hal negatif di dalam kehidupan sosial mereka dan sebagai hasilnya menjadi depresi. Usaha untuk mengevaluasi hipotesis ini sudah dilakukan dan pencampuran hasil, dengan beberapa studi yang menunjukkan bahwa ketrampilan sosial lemah mendahului depresi (Segrin dan Flora, 2000).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan ketrampilan sosial dengan depresi pada remaja awal. Pertanyaan yang diajukan adalah “Apakah ada hubungan antara ketrampilan sosial dengan kecenderungan depresi pada remaja ?”.

(8)

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Kecenderungan Depresi 2. Variabel Bebas : Ketrampilan Sosial

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Depresi adalah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan munculnya simtom depresi, yaitu emosional, kognitif, motivasional, dan fisik-vegetatif.

2. Ketrampilan sosial adalah kemampuan individu untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungannya agar terpenuhi kebutuhannya untuk dapat diterima orang lain dan individupun dapat menerima orang lain sehingga individu merasa dibutuhkan dan merasa berharga.

C. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah remaja yang berusia lima belas hingga delapan belas tahun, baik laki-laki ataupun perempuan, dan duduk pada bangku Sekolah Menengah Umum (SMU).

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode skala, skala yang digunakan yaitu skala perilaku ketrampilan dan skala depresi.

(9)

HASIL PENELITIAN A. Uji Normalitas

Uji normalitas dengan menggunakan teknik one sample kolmogorov-smirnov test dari program SPSS 12.0 for windows. Hasil perhitungan uji asumsi normalitas ketrampilan sosial dengan skor KS-Z 0.662 dengan p= 0.772 yang berarti sebaran ketrampilan sosial normal. Hasil perhitungan uji asumsi normalitas kecenderungan depresi dengan skor KS-Z 0.600 dengan p= 0.864 yang berarti sebaran kecenderungan depresi normal.

B. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 12.0 for

windows untuk statistic compare means. Berdasarkan hasil perhitungan untuk

variabel ketrampilan sosial dengan kecenderungan depresi diperoleh nilai F linearitas = 0.663 dan p = 0.421 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara ketrampilan sosial dengan kecenderungan depresi adalah tidak linear dan untuk menguji kedua hubungan yang tidak linier maka uji hipotesis menggunakan teknik korelasi product moment dari Spearmean’s Rho.

C. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan teknik korelasi product moment dari Spearmean’s Rho dengan koefisien rxy= -0,094 dengan p = 0,237 maka ada hubungan

negatif yang tidak signifikan antara ketrampilan sosial dengan kecenderungan depresi, dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti ditolak.

(10)

PEMBAHASAN

Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada korelasi negatif yang tidak signifikan antara ketrampilan sosial dengan kecenderungan depresi pada remaja. Responden dalam penelitian ini berada pada tingkat ketrampilan sosial yang tinggi dengan kecenderungan depresi pada tingkat sedang, yang artinya responden penelitian pada dasarnya memiliki ketrampilan sosial yang tinggi, akan tetapi hal ini tidak mempengaruhi rendahnya kecenderungan depresi, seperti dapat dilihat bahwa kecenderungan depresi responden pada tingkat sedang. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingginya ketrampilan sosial kurang efektif dalam memprediksi rendahnya kecenderungan depresi pada remaja.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua remaja yang mempunyai ketrampilan sosial yang tinggi mempunyai kecenderungan depresi yang rendah, seperti yang diungkap oleh Nevid dkk (2005) menyatakan belum dapat menentukan apakah kurangnya ketrampilan sosial merupakan suatu sebab atau suatu simptom dari depresi, akan tetapi perilaku sosial memainkan peranan penting dalam menentukan bertahannya atau kambuhnya depresi. Seperti pada sejumlan pendekatan psikologis dalam menangani depresi (contohnya pelatihan ketrampilan sosial dari Lewinsohn) berfokus pada membantu orang yang depresi untuk memahami dan mengatasi masalah interpersonal mereka secara lebih baik. Pada hasilnya hal ini dapat membantu menyembuhkan depresi atau mungkin mencegah kambuhnya depresi dimasa yang akan datang. Menurut teori diatas menerangkan bahwa ketrampilan sosial masih belum dapat ditentukan sebagai sebab terjadinya depresi, akan tetapi

(11)

lebih dapat dijelaskan bahwa ketrampilan sosial digunakan sebagai pendekatan untuk mengatasi depresi, dan ketrampilan sosial dapat mencegah kambuhnya depresi dimasa yang akan datang. Pada penelitian ini kecenderungan depresi berada pada tingkat sedang kemungkinan disebabkan banyak faktor, diantaranya faktor stres, pendapat ini juga didukung oleh Sawitri Supardi (Hadi, 2004) bahwa reaksi terhadap stres, kondisi lingkungan sosial dan persaingan sangat berpengaruh terhadap munculnya kecenderungan depresi. Pendapat serupa dikemukakan oleh Hadi (2004) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan depresi meliputi : Karena kehilangan, reaksi terhadap stres, 85% depresi ditimbulkan oleh stres dalam hidup. Terlalu lelah atau capek, karena terjadi pengurasan tenaga baik secara fisik maupun emosi, gangguan atau serangan dari kuasa kegelapan, reaksi terhadap obat. Stres itu sendiri menurut Markam (2003) dapat diatasi dengan berbagai macam penyesuaian diri seperti mengarahkan tindakan yang terarah pada sasaran, objektif, rasional dan efektif. Hal ini jika tidak dapat diarahkan kesasaran yang benar dapat mengarah keberbagai gangguan jiwa.

Faktor-faktor lain yang lebih mempengaruhi meningkatnya kecenderungan depresi pada remaja selain stres seperti yang diungkap diatas yaitu ada faktor lain seperti bawaan genetis, penghargaan (reward) yang rendah dan hukuman (punishment) yang tinggi, cara pandang individu terhadap suatu peristiwa, kehilangan harga diri dan perbedaan antara ideal self terhadap keadaaan senyatanya, seperti yang diungkap Sarason dan Sarason (1983) bahwa ada beberapa teori yang dapat menjelaskan munculnya gangguan depresi, yaitu : Teori biologi mempunyai asumsi

(12)

bahwa penyebab depresi terletak pada gen atau malfungsi beberapa faktor fisiologik yang kemungkinan berasal dari keturunan. Pandangan behavioral menjelaskan bahwa individu yang mengalami depresi kurang menerima penghargaan (reward) atau lebih menerima hukuman (punishment) daripada individu yang tidak mengalami depresi. Pandangan kognitif berdasarkan pada suatu teori yang menyatakan bahwa pengalaman yang sama mempengaruhi dua individu dengan cara yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh cara pandang individu terhadap suatu peristiwa, ide atau gagasan penderita depresi terhadap pengalamannya dan penjelasan tentang peristiwa yang akan dialami menunjukkan adanya kekurangan diri dan harapan yang negatif dapat dikaitkan bahwa pemikiran negatif yang intensif selalu menyertai suatu episode depresi. Pandangan humanistik eksistensial : Teori eksistensial memfokuskan kehilangan harga diri sebagai penyebab depresi yang utama. Kehilangan karya diri sebagai penyebab depresi utama. Kehilangan objek ini dapat nyata atau simbolik, misalnya kehilangan kekuasaan, status sosial atau uang. Teori humanistik menekankan perbedaan antara ideal self individu dengan persepsinya terhadap keadaaan senyatanya sebagai sumber depresi dan kecemasan. Menurut pandangan ini depresi terjadi jika perbedaan antara ideal dengan kenyataan terlalu besar.

Sebagian besar subjek penelitian memiliki ketrampilan sosial dalam kategori tinggi yang berarti subjek memiliki kemampuan yang baik didalam berinteraksi dengan individu lain sehingga subjek dapat merasakan keberadaanya diakui dan dapat pula mengakui keberadaan individu lain (Mappiare, 1983). Ketrampilan sosial subjek penelitian yang berada pada kategori tinggi menurut peneliti karena ada faktor-faktor

(13)

yang mempengaruhinya, yaitu dalam lingkungan sekolahnya subjek memiliki aktivitas-aktivitas yang wajib diikuti, seperti ekstra kulikuler dan sholat berjamaah yang dilakukan tiap hari. Dua kegiatan yang diwajibkan dalam lingkungan sekolah subjek memiliki tingkat interaksi sosial yang tinggi satu sama lain antara para murid dengan murid bahkan dengan guru-guru dalam sekolah tersebut. Tingginya tingkat interaksi sosial ini mendukung meningkatnya kemampuan para murid untuk dapat mengembangkan ketrampilan sosialnya.

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa antara ketrampilan sosial dengan kecenderungan depresi pada responden penelitian terdapat keterkaitan akan tetapi sangat kecil,namun kedua hal ini tidak berkaitan secara langsung sebab meskipun remaja mempunyai ketrampilan sosial yang tinggi tidak selalu membuat remaja tidak mempunyai kecenderungan depresi pada tingkat rendah.

(14)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang tidak signifikan antara ketrampilan sosial dengan kecenderungan depresi pada remaja.

SARAN

Pada penelitian ini diberikan saran-saran kepada : 1. Subyek penelitian

Penulis menyarankan kepada para remaja agar dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sekitar terutama lingkungan sekolah serta sebisa mungkin mengembangkan ketrampilan sosial agar dapat lebih mudah menghadapi beberapa tugas dalam pergaulan. Dapat membina hubungan dengan teman secara baik dan akrab dan dapat menciptakan lingkungan yang menyenangkan tanpa ada tekanan-tekanan yang tidak dapat diatasi.

Ketrampilan sosial sangat diperlukan bagi para remaja karena jika dapat mengembangkannya maka kita dapat dengan mudah masuk dan akrab dengan teman serta lingkungan sekitar sehingga dalam menghadapi berbagai masalah kita mempunyai tempat berbagi yaitu teman-teman kita dan dengan itu dapat menghindari tekanan-tekanan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan, dan mengarah kepada kecenderungan depresi, akan tetapi remaja juga harus lebih melihat faktor-faktor lain seperti learned helplessness, faktor keluarga, toleransi terhadap stres, kondisi lingkugan sosial, persaingan, faktor bawaan genetis, penghargaan (reward) yang rendah dan hukuman (punishment) yang tinggi, cara pandang individu terhadap suatu

(15)

peristiwa, kehilangan harga diri dan perbedaan antara ideal self terhadap keadaaan senyatanya, yang mungkin lebih dapat menyebabkan kecenderungan depresi akan muncul pada remaja.

2. Peneliti Selanjutnya

Saran ditujukan untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat melakukan penelitian yang lebih teliti dan mendetail, memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan depresi seperti interaksi orang tua dan anak, learned helplessness, dan faktor keluarga, status sosial ekonomi, kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan yang romantis, sakit fisik ketrampilan coping, bawaan genetis, dan dukungan sosial, faktor bawaan genetis, penghargaan (reward) yang rendah dan hukuman (punishment) yang tinggi, cara pandang individu terhadap suatu peristiwa, kehilangan harga diri dan perbedaan antara ideal self terhadap keadaaan senyatanya, yang mungkin lebih dapat menyebabkan kecenderungan depresi akan muncul pada remaja serta mempertimbangkan berbagai data lain sebagai data tambahan seperti jenis kelamin dan umur subyek penelitian.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

… … … 2004. Hallo Depresi itu Basi lagi. http://kompas.com.07/12/2005 Azwar, S. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Beck A. T. 1985. Depression, Causes and Treatment, Philadelphia: University of

Pennsyvania Press.

Hadjam, M. N. R. 1994. Hubungan Jenis Kelamin dan Hardiness dengan Stres terhadap Kejadian Kehidupan Pada Remaja. Laporan Penelitian (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Halgin, R. P. & Whitbourne, S. K. 1994. Abnormal Psychology: The Human

Experience of Psychological Disorders. University of Massachusetts at Amherst: Harcourt Brace College Publishers.

Hidayat, Teddy. 2004. http://www.pikiran-rakyat.com.14/11/1005 Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya. Usaha Nasional.

Segrin, Chris., & Flora, Jeanne. 2000. Poor Social Skill Are a Vulnerability Factor in the Development of Psychosocial Problems. Human Communication

Research. Vol. 26, No.3. International Communication Association. Supardi, sawitri. 2004. Tertekan karena Ayah Meninggal Dunia.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media video dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran Penjasorkes pada

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

dalam pemilihan presiden diakibat banyaknya pilihan media yang menyediakan informasi dengan beragam sudut pandang. Sedangkan masyarakat di Desa Teluk Empening

Mereka memahami bahwa pola umum di Kota Singaraja adalah pola egaliter yang ditandai oleh penggunaan kode biasa , tetapi ada juga sekelompok penutur tertentu

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Diharapkan dengan melakukan riset ini dapat diketahui hubungan antara kadar hemoglobin darah dengan kadar kreatinin darah pada penderita obstruksi ureter bilateral se- hingga

Melalui pertunjukan muhibah kesenian yang sering dilakukan oleh pemerintah Su- matera Barat ke Malaysia tepatnya Negeri Sembilan, dampak pertunjukan Tari Piring telah

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi