• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW : BUKU FILSAFAT KONTEMPORER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVIEW : BUKU FILSAFAT KONTEMPORER"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW BUKU FILSAFAT KONTEMPORER:

JERMAN DAN INGGRIS

Untuk Memenuhi Tugas Filsafat Ilmu dan Manusia

Dibina oleh:

Dr. Ahmad Chusairi, MA

Prof. Dr. Cholicul Hadi, Drs., M.Si., Psikolog

Disusun oleh:

Muhammad Syamsud Dluha (111714253019)

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

MINDMAP FILSAFAT KONTEMPORER:

JERMAN DAN INGGRIS

Idealisme

Bernard Bosanquet

Positivisme Logis

Alfred Ayer

FILSAFAT

INGGRIS Filsafat Analitis

Moore Russell Wittgenstein

Cambrigde Oxford

Rasionalisme Kritis

Karl Popper

Neokantianisme

Herman Cohen Ernest Cassier Wihelm Windelband

Filsafat Kehidupan

Wihelm Dilthey

Eksistensialisme

Karl Jaspers

Neothomisme

Joseph Geyser Joseph Pieper

Fenomenologi

Edmund Husserl Max Scheler FILSAFAT

(3)

FILSAFAT KONTEMPORER: JERMAN DAN INGGRIS

Pendahuluan (What, When, Where, How, Why)

Secara umum, sejarah filsafat barat terbagi menjadi 3 periode: 1) Filsafat Zaman Yunani dan Romawi; 2) Filsafat Abad Pertengahan; 3) Filsafat Modern. Periode ketiga ini biasanya dianggap berakhir dengan pembahasan pemikiran filsuf Jerman Friederich Nietzsche (1844-1900). Namun hari ini ada yang mengembangkan sejarah periodisasi filsafat barat yaitu periode dimana kita hidup saat atau periode 4) Filsafat Kontemporer. Filsafat kontemporer muncul dan berkembang pesat di berbagai belahan dunia pada abad 20.

Istilah kontemporer memiliki makna sekarang, saat ini, atau zaman yang kita saat penutur/pembicara/pendengar alami. Filsafat kontemporer adalah cara pandang dan berpikir mendalam menyangkut kehidupan pada masa kini. Ciri filsafat kontemporer adalah memiliki sifat yang heterogen.

Sebagian besar peneliti sepakat cikal bakal filsafat kontemporer dimulai setelah era pemikiran filsafat Nietzsche. Niestzsche mengkritik habis-habisan moral kebudayaan Barat, baginya tidak ada lagi ruang bagi pertimbangan moral, begitu manusia berpikir tentang kepentingannya, maka ukuran baik-buruk ditentukan oleh kepentingan sang penguasa. Nietzsche mengkritik kegagalan pemikiran filsafat modernisme.

Perkembangan Filsafat Barat Kontemporer tentu saja tidak dapat dilepaskan dari perkembangan filsafat sebelumnya, yaitu Filsafat Barat Modern. Masalah yang dihadapi manusia modern sangat berbeda dengan manusia abad XX. Kehidupan manusia abad XX adalah kehidupan yang rumit dan penuh dengan berbagai persoalan. Oleh karena itu para filsuf sepakat bahwa munculnya permasalahan adalah dari cara berfikirnya. Sehingga filsuf-filsuf di berbagai belahan dunia termasuk mencetuskan pemikiran-pemikiran baru yang khas yaitu filsafat kontemporer. Bagaimana pandangan para filsuf dari Jerman dan Inggris akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.

Pandangan Filsafat Inggris Kontemporer

Filsafat inggris kontemporer memiliki 7 pandangan utama:

1. Idealisme

(4)

sebagai reaksi atas materialisme dan positivisme. Salah satu ide fislafat idelaisme berasal dari filsuf Bernard Bosanquet (1848-1923) yang menganggap kebenaran adalah keseluruhan. Benda-benda atau fakta hanya mendapat maknanya karena tercantum dalam keseluruhan. Dengan kata lain, yang individual harus dimengerti dalam hubungan dengan absolut.

2. George Moore dan Bertrand Russell

a. George Moore (1873-1958), filsuf yang tidak menolak metafisika namun tidak mempraktikkan cabang filsafat tersebut. Ia seorang tokoh yang skeptis terhadap metafisika. Moore menulis artikel berjudul “The Refutation of Idealism” pada tahun 1903 yang mengkritik habis tentang idealisme, seperti pendapat kaum idealis yang menganggap segala sesuatu bersfat spiritual, tidak ada dunia material di sekitar kita, dan waktu tidaklah nyata. Dibanding pemikiran filsuf idealisme yang berbelit-belit, Moore lebih sering menggunakan akal sehat (common sense), meskipun dia tidak mengatakan bahwa akal sehat selalu benar. Moore lebih suka menggunakan analisa, yang kemudian melahirkan aliran pemikiran baru di inggris yaitu filsafat analalitis.

b. Bertrand Russel (1872-1970), salah satu pandangan yang terkenal adalah atomisme logis. Tujuan utama dari teori ini adalah analisis untuk menelanjangi struktur hakiki bahasa dan dunia. Dia tidak menganalisis pendapat-pendapat filsuf seperti Moore, karena menurut dia fisafat bertugas menganalisis fakta-fakta. Filsafat harus melukiskan jenis-jenis fakta yang ada seperti zoologi berrtugas menentukan jenis-jebis binatang. Fakta-fakta tidak dapat bersifat benar atau salah. Yang dapat bersifat benar atau salah adalah proposisi-proposisi yang mengungkapkan fakta-fakta.

3. Alfred Ayer dan Positivisme Logis

Ayer (1910-1989) merupakan filsuf setuju dengan usaha Moore dan Russell dalam menciptakan penjelasan dan ketelitian di bidang filsafat. Ayer dikenal melalui pandangan neopositivisme atau positivisme logis. Dia menjelaskan mengenai prinsip verifikasi, yang cenderung untuk menentukan makna suatu ucapan, bukan kebenarannya. Semua ucapan yang memiliki makna dapat diverifikasi. Sebaliknya, ucapan-ucapan metafisika, teologi, etika dan estetika dianggap tidak memiliki makna yang dapat diverifikasi.

(5)

Wittgeinsten memiliki pandangan yang mirip dengan Russell mengenai teori atomisme logis. Teori pertama Wittgeinsten disebut Tractatus Logico-philosophicus, yaitu suatu proposisi elementer menunjuk pada suatu state of affairs dalam realitas. Suatu proposisi elementer terdiri dari nama-nama. Suatu nama menunjuk kepada suatu objek dalam realitas. Tetapi nama-nama tersendiri tidak memiliki makna. Nama-nama tersendiri tidak mengatakan sesuatu dan akibatnya tidak mungkin bersifat benar atau tidak benar. Hanya proposisilah yang memiliki makna.

Teori kedua adalah Philosophical Investigations. Teori ini sedikit banyak mengkiritik teorinya yang pertama yaitu tractacus. Secara umum pandangan ini berbicara bahwa filsafat harus mnyelidiki permainan-permainan bahasa yang berbeda-beda, menunjukkan aturan-aturan yang berlaku di dalamnya, menetapkan logikanya dan sebagainya. Filsafa tidak campur tangan dalam pembentukan suatu permainan bahasa. Filsafat hanya melukiskan berfungsinya. Dengan menerangkan cara bahasa dipakai sering kali masalah-masalah filosofis dapat dipecahkan.

5. Beberapa Filsuf lain Cambridge

Pembaruan utama filsafat Inggris dijalankan oleh Moore, Russell dan Wittgenstein. Ketiganya dianggap sebagai peletak dasar aliran filsafat analitis di Inggris. Semuanya bekerja di Universitas Cambrigde. Selain ketiga filsuf utama itu, masih ada nama-nama seperti Charles Dunbar Broad (1887-1971) yang mula-mula menganut idealisme kemudian mulai mempraktikkan filsafat mirip seperti Moore dan Russell; Franky Ramsey (1903-1930); dan John Wisdom (1904-1993) yang termasuk penganut dan penyebar teori-teori dari Wittgenstein.

Inggris memiliki dua universitas termasyhur yaitu Universitas Cambridge yang mementingkan hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan, dan Universitas Oxford yang mementingkan hubungan filsafat dan sastra, khususnya sastra klasik. Sesudah PD II, Universitas Oxford lebih menonjol sebagai pusat filsafat paling penting di Inggris.

6. Beberapa Filsuf Oxford

Sesudah PD II Oxford menjadi pusat baru dalam gerakan filsafat analitis. Sebagai subjek analisis mereka, bahasa menadapat perhatian khusus. Karena itu filsafat di Oxford selama periode itu terutama dipraktikkan sebagai ordinary language philosophy. Mereka sangat dipengaruhi oleh Wittgeinstein II. Diantara tokoh-tokohnya adalah Gilbert Ryle (1900-1976); John Austin (1911-1960) yang memiliki kajian utama mengenai bahasa gaul sehari-hari; dan Peter Strawson (1919-2006).

(6)

Karl Popper (1902-1994) membicarakan filsafat secara umum menjadi dua hal, Filsafat ilmu pengetahuan dan filsafat politik dan sosial. Dalam filsafat ilmu pengetahuan, Popper mencetuskan mengenai metode induktif dalam ilmu alam. Kemudian Popper fokus pada masalah demarkasi dengan apa yang disebut sebagai The Principle of Verification, yaitu prinsip yang memungkinkan untuk membedakan antara ilmu pengetahuan empiris dan meafisika. Lalu, Popper mencetuskan teori tentang pembagian 3 macam dunia, dunia 1 meliputi semua hal fisis yang disajikan kepada panca indera; dunia 2 yang meliputi segala sesuatu yang dialami secara subjektif; dan dunia 3 yang terdiri dari pikiran-pikiran dalam arti isi pikiran. Dalam filsafat politik dan sosial, dia menenkankan tentang pentingnya Historisme. Teori tersebut muncul karena pengalaman Popper sebagai Yahudi yang mengalami pengasingan selama PD II. Historisme berpendapat bahwa sejarah dan masyarakat berkembang dengan cara mutlak perlu dan jika kita mengetahui hukum yang menentukan sejarah, kita dapat meramalkan juga jalannya sejarah di masa mendatang.

Filsafat Jerman Kontemporer

1. Neokantianisme

Salah satu aliran penting di Jerman pada paruh kedua abad ke- 19 yang memberi perhatian baru pada filsafat Immanuel Kant (1724-1804) yaitu neokantianisme. Ada 2 madzhab utama: Madzhab Marburg. Madzhab ini dirintis oleh Herman Cohen (1842-1918). Ia menganggap filsafat sebagai analisis logis tentang pemikiran manusia. Pengetuan yang paling ideal adalah pengetahuan eksakta yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan alam. Ernest Cassier (1874-1945), sempat diusulkan oleh Cohen sebagai penerus di Marburg, namun tidak disetujui oleh Universitas. Cassier menulis Filsafat tentang Bentuk-bentuk Simbolis. Dia mencari apa yang menandai manusia sebagai manusia, dalam perbedaannya dengan makhluk-makhluk lain. Dia berfikir pemecahan masalah ini harus dicari dalam simbol. Ciri khas manusia ialah bahwa ia merupakan animal symbolicum, makhluk yang mengerti serta membentuk simbol. Tanda menunjuk pada satu hal saja, sedangkan simbol bersifa universal dan karena itu relatif. Karena adanya simbol, manusia dapat mneciptakan suatu dunia kulutural, dimana terdapat bahasa, mitos dan agama, kesenian, ilmu pengetahuan.

(7)

pengalaman inderawi yang dapat diulangi terus menerus dan hanya merupakan kasus-kasus yang menyangkut suatu hukum umum dalam alam. Sedangkan ilmu pengethauan budaya disebut sebagai ilmu pengetahuan idiografis, yang membahas individual yang unik, yang hanya satu kali terjadi dan ia coba mencari keunikannya. Selain itu Windelband, tokoh lain yang menonjol dalam Madzhab Baden adalah Heinrich Ricket (1863-1936) dan Emil Lask (1875 dan 1915).

2. Wihelm Dilthey dan Filsafat Kehidupan

Wihelm Dithney (1833-1911) menaruh perhatian pada filsafat kehidupan. (Philosophie des Lebens). Dia mengembangkan pendapat Windelband mengenai pembagian ilmu pengetahuan menajdi dua yaitu Naturswissenschaften yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam dan Geitseswissenschaften yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan budaya. Ia lebih terperinci dalam mempelajari ilmu budaya yang digolongkan seperti ilmu sejarah, ekonomi, ilmu hukum dan politik, ilmu agama, ilmu kesusastraan, psikologi, dan sebagainya. Menurut Dilthey, ilmu pengetahuan budaya memiliki metode tersendiri yang tidak dapat disamakan dengan ilmu pengetahuan alam. Ia meamandang ilmu budaya bahwa dalam ilmu pengetahuan itu dipraktikkan apa yang disebutnya verstehen (mengerti), yaitu menemukan makna suatu prouk manusiawi yang hanya dapat dilakukan dengan menempatkannya dalam kontkesnya . Sedangkan ilmu pengetahuan alam berdasar pada ekclaren, yaitu menjelaskan suatu kejadian atas dasar penyebabnya.

3. Neothomisme

(8)

4. Edmund Husserl dan Fenomenologi

Edmund Husserl (1859-1938) adalah filsuf pendiri aliran fenomenologi. Fenomenologi meletakkan kesadaran dan pengalaman secara langsung sebagai dasar filsafat.ia mengembangkan pemikiran Immanuel Kant. Ia mementingkan dimensi historis dalam kesadaran dan dalam realitas. Suatu fenomena tidak pernah merupakan sesuatu yang statis, namun sangat bergantung pada sejarahnya. Seperti contoh: ketika memahami fisika klasik dari Newton perlu juga mengetahui tentang teori kuantum dan ilmu Euklidis.

5. Max Scheler

Max Scheler (1878-1928), merupakan filsuf yang mendapat insipirasi dari banyak filsuf lain seperti Rudolf Eucken, Nietzsche, Dilthey, dan Bergson. Dia menyumbangkan pemkiran filsafat fenomenologi, membagi menjadi 3 unsur yaitu penghayatan (Erleben), perhatian kepada washeit, dan perhatian kepada hubungan satu sama lain (Wesenzusammenhang). Selain fenomenologi, Scheler juga mengajarkan tentang etika pada tingkat agama. Nilai-nilai terbagi menjadi 4 yaitu (1) nilai-nilai yang menyangkut kesenangan; (2) nilai-nilai berkaitan dengan vitalitas; (3) nilai-nilai rohani tidak tergantung dari hubungan timbal balik antara organisme dengan dunia di sekitarnya. “Yang kudus” dan “yang tidak kudus” merupakan nilai-nilai yang menyangkut objek-objek absolut. Mengenai Persona, Scheler mengkritik pandangan dari Kant dan kaum Skolastik. Dia menganggap persona dasr kesatuan pelbagai aktus yang belainan-lainan jenisnya. Suatu inidividu yang menjalankan aktus-aktus sejenis, tidak dapat disebut persona. Misalnya, Allah seperti dimengerti oleh Aristoteles sebagai “pemikiran yang memandang pemikirannya”, bagi Scheler tidak bisa dianggap sebagai persoona. Persona tidak merupakan suatu hal di atas atau di belakang aktus-aktus konkret, tetapi hanya ada dan menghayati diri dalam perwujudan aktus-aktus. Pengertian persona menurut Scheler bersifat dinamis. Dalam memandang hubungan agama dengan filsafat, Scheler menolak setiap percobaan untuk mengidentifikasi dua hal tersebut, baik percobaan filsafat mencakup agama ataupun percobaan teologi mencakup filsafat.

6. Nikolai Hartmann

Nikolai Hartman (1882) menciptakan suatu ontologi baru, suatu ajaran tentang “ada”. Dia menulis buku mengenai Metafisika Pengenalan menurut Garis Besarnya (1921). Dalam buku itu dia mengkritik neokantianisme yang mengatakan bahwa objek pengenaan tergantung pada subjek. Menurut Hartman, pengenalan hanya mungkin, jika objek tersebut tidak tergantung pada subjek.

(9)

Pemikiran Karl Jaspers (1883-1969) dikenal sebagai filsafat eksistensi. Dibagian pertama bukunya dia berbicara mengenai Orientasi dalam dunia yang membedakan anatara ilmu pengetahuan dan filsafat. Ilmu pengetahuan menyelidiki realitas menurut beberapa aspek tertentu, namun tidak dapat menghasilkan pengetahuan yang definitif. Ilmu pengetahuan akhirnya menjumpai pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan itu sendiri. Bukan berarti ilmu pengetahuan tidak penting, namun harus dibedakan dengan filsafat. Fislafat bertolak dari pengalaman “aku” yang sangat unik. Tugasnya adalah menyelami, melukiskan dan menganalisis pengalaman sebagai aku. Pengalaman tersebut merupakan satu-satunya dasar bagi ucapan filsafat dan bagi pengethauan kita tentang realitas. Bagian kedua dalam tulisannya berbicara tentang eksistensi, yang menjadi inti utama pemikiran Jaspers. Eksistensi adalah yang paling berharga dan paling otentik dalam diri manusia. Eksistensi ialah aku yang sebenarnya, yang bersifat unik dan sama sekali tidak objektif. Jaspers membedakan eksistensi (Existenz) dengan Dasein. Dasein adalah keberadaan empiris manusia sejauh memiliki ciri-ciri tertentu dan dapat dilukiskan dari luar. Mencampuradukkan eksistensi sebagai dasar otentik manusia dengan Dasein akan mengakibatkan materialisme. Sedangkan mengorbankan Dasein kepada eksistensi, akan berakhir dengan nihilisme. Manusia sebaiknya memilih jalan tengah antara kedua hal ini karena eksistensi tidak mungkin ditiadakan. Dalam hal metafisik, Jaspers menganggap dunia merupakan Ada yang sebenarnya, Ada yang sebenarnya mengatasis egala realitas duniawi atau dengan kata lain bersifat transenden.

8. Martin Heidegger

(10)

konsep “benar”. Heidegger dalam periode kedua menginsafi bahwa ketidaksembunyiannya Ada merupakan kejadian paling asalmi yang memungkinkan analisis tentang Dasein dan tidak sebaliknya.

9. Filsuf Yahudi

a. Franz Rosenweig

Franz Rosenzweig (1886) merupakan seorang filsuf yahudi dengan memiliki pemikiran kaitan filsafat dengan agama. Ia disebut sebagai the father of Jewish existentialism, meskipun dia sendiri tidak pernah menggunakan kalimat eksistensi. Bukunya terdiri dari 3 bagian, buku pertama berkaitan dengan tiga fenomena fundamental dari pengalaman kita, yaitu Allah, dunia dan manusia. Rosenzweig menentang setiap macam monisme dan ia berpendapat bahwa monisme ini memuncak dalam idealisme Hegel. Ia menekankan bahwa realitas mendahului pemikiran dan karena itu tidak mungkin tergantung dari pemikiran, se.bagaimana dikatakan dalam idelaisme. Buku bagian kedua berbicara tentang penciptaan, pewahyuan serta penebusan dan menjelaskan bagaimana melalui penciptaan, pewahyuan dan penebusan diadakan hubungan satu sama lain antara Allah, dunia dan manusia. Dalam Penciptaan Allah memilih dan memanggil dunia dan manusia. Dengan pewahyuan, yaitu bila Allah menyatakan namanya keadaan terttutup manusia dibongkar dan relasi Aku-Engkau diadakan. Jika Manusia menjawab, ia dapat meneruskan dialog. Jika ia tidak mau menjawab, ia menghambat berlangsungnya dialog. Dalam penebusan yang berasal dari perintah yang disampaikan dalam pewahyuan, terlaksanalah keterarahan pada dunia dan orang lain. Pada bagian ketiga buku, menyoroti hasil hubungan-hubungan yang dibahas dibagian kedua. Bagian ini diberi semboyan In tyrannos “melawan para tiran”. Maksudnya dengan “tiran-tiran” ialah kuasa-kuasa yang mepertahankan status quo atau realitas yang tertutup pada dirinya.

b. Martin Buber

Pemikiran utama Martin Buber (1878) adalah hubungan Aku-Engkau dan Aku-Itu. Sepanjang kehidupan manusia ditandai dengan relasi Aku-Engkau dan mengerucut pada relasi Aku-Itu yang dominan. Relasi Aku-Engkau memuncak dalam relasi Aku dengan Allah sebagai Engkau yang abadi. Melawan tendensi mistik yang meleburkan pribadi manusia ke dalam Allah, Buber menekankan bahwa pada taraf religius sungguh terdapat relasi Aku-Engkau.

(11)

Universitas Wina sudah memberikan mata kuliah “filsafat ilmu pengetahuan induktif” sejak tahun 1895. Dengan demikian Universitas Wina sudah memndapatkan tradisi empiristis dalam menyoroti ilmu pengetahuan. Sejak abad ke- 19 pandangan Wina terhadap logika mengalami suatu pembaharuan radikal. Perbedaan antara logika modern (disebut logistik) dan logika klasik yaitu (1) penggunaan simbol-simbol menurut analogi dengan matematika; (2) bertambahnya wilayah-wilayah pembahasan yang sama sekali baru. Pemikiran Wina yang mengatakan bahwa matematika adalah apriori bukanlah sesuatu yang baru. Hal baru yang dilihat oleh Lingkungan Wina ialah hubungannya dengan empirisme. Logika dan matematika tidak mengatakan apapun tentang realitas empiris. Dua ilmu ini hanya memandang relasi-relasi pikiran. Ucapan-ucapan logika serta matematika hanya bersifat analitis belaka dan bukan sintetis. Tetapi semua ucapan tentang realitas empiri bersifat sintetis, berarti dilakukan atas dasar pengalaman. Menurut Wina, tugas filsafat adalah menjalankan analisis logis terhadap pengetahuan ilmiah. Filsafat tidak diharapkan memecahkan masalah, melainkan hanya menganalisis masalah-masalah dan dengan itu menjelaskannnya. Lingkungan Wina membatasi tugas-tugas filsafat pada hal-gal yang menyangkut fakta-fakta empiris; pengekspresian pengetahuan kita—bahasa; dan masalah-masalh metafisis.

11. Mazhab Frankfrut

Merupakan madzhab yang dianut oleh sekumpulan sarjana yang bekerja pada Institut fur Sozialforschung yang berdiri pada tahun 1923. Filsafat yang terkenal dari Madzhab Franfrut adalah “teori kritis”.

a. Maz Hoekheimer

Maz Hoekheimer (1895-1973) adalah pencipta istilah teori kritis. Maksud dari teori ini adlah untuk menganalisis fungsi ilmu pengetahuan dan filsafat dalam masyarakat, dengan membedakan antara teori tardisional dan teori kritis. Menurut anggapan ini teori dimaksudkan suatu keseluruhan ucapan-ucapan tentang bidang keahlian tertentu yang disusun sedemikian rupa sehingga semua ucapan itu dapat diturunkan dari sejumlah ucapan dasar. Teori kritis mengkritik keras positivisme yang mementingkan fakta-fakta yang dianggap merupakan produk masyarakat tertentu. Teori kritis tidak memperoleh hak eksistensisnya dari fakta-fakta objektif, tetapi dari kemungkinan-kemungkinan bagi suatu tatanan masyarakat yang baru.

b. Theodor W. Adorno

(12)

c. Herbert Marcuse

Herbert Marcuse (1898-1979) dianggap sebagai pemikir yang agak berbeda dengan filsuf Mazhab Franfrut lain dimana pemikirannya cenderung sistematis. Pemikirannya yang terkenal adalah One-Dimensional Man. Manusia adalah makhluk yang menurut kodratnya mendambakan kebahagiaan dan berhak juga atas kebahagiaan. Ciri itu Marcuse dapatkan atas pengamatannya pada masyarakat industri. Dia menyebut bahwa manusia itu berdimensi satu yang tidak mengenal oposisi atau alternatif.

d. Jurgen Habermas

Jurgen Habermas (1929) memiliki 3 pemikiran utama, (1) Teori perbuatan-tutur, yang mengkritik positivime yang mengabaikan logika khusus dari proses komunikatif. Habermas mengganggap praksis komunikatif manusia secara keseluruhan bertujuan untuk mencapai persetujuan dengan orang lain dalam konteks kemasyrakatan; (2) teori argumentasi, menurut Habermas kebenaran adalah ucapan-ucapan yang diterima berdasarkan konsesu rasional di antara semua pihak bersangkutan; (3) Teori evolusi sosial, intinya adalah perbedaan antara dua macam proses belajar: di satu pihak proses-proses belajar teknis yang membawakan penguasaan alam lebih besar dan peningkatan produktivitas kerja dan di lain pihak proses-proses belajar komunikatif dari relasi-relasi di antara manusia.

12. Hans-George Gadamer dan Hermeneutika

Hans-George Gadamer (1900) mencetuskan hermeneutika. Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneu: mengartikan, menginterpretasikan, menafsirkan, menerjemahkan. Kemudian mulai abad ke- 17 dan 18 mulai dipakai untuk menunjukkan ajaran tentang aturan-aturan yang harus diikuti dalam mengerti dan menafsirkan dengan tepat suatu teks dari masa lampau, khususnya Kitab Suci dan tkes-teks klasik.

Daftar Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Dengan m em anfaakan perkem bangan teknologi khususnya sm artphone maka diharapkan dapat menjadi solusi dalam keterbatasan jumlah kom puter yang ada di STTA, sehingga

Selama proses matrikulasi yang dilakukan, terdapat beberapa kekeliruan yang dialami oleh mahasiswa Mappi angkatan pertama pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan

11) KEHILANGAN PENGLIHATAN berarti kehilangan penglihatan secara menyeluruh dan Tetap yang tidak dapat dipulihkan. 12) KEHILANGAN KEMAMPUAN BICARA berarti ketidakmampuan

Transisi ion besi(II) dari spin rendah ke spin tinggi pada kompleks dengan tiga molekul hidrat (trihidrat) dan anion klorida berlangsung pada rentang temperatur 260–310 K

➢ Babak berani jawab: Peserta dipersilakan untuk memilih soal dengan jumlah bebas di antara 5 soal yang disediakan panitia, bila menjawab dengan benar maka

Lewat bahasa (simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan atau gambar) tersebut itulah seseorang yang dapat mengungkapkan pikiran, konsep dan ide-ide tentang

Hasil secara keseluruhan perhitungan response bias pada kedua teknik pengukuran menunjukkan bahwa responden cenderung memberikan respon konservatif dibandingkan respon

Peserta harus melaporkan secara tertulis kepada PKL dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh