48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Klinik Utama Graha Medika Salatiga
49 Klinik Utama Graha Medika Salatiga bertujuan memberikan layanan pemeriksaan dan pengobatan rawat jalan. Kegiatan di Klinik Utama Graha Medika adalah: 1) memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan bagi yang membutuhkan pelayanan dokter umum dan dokter spesialis serta pelayanan kesehatan lain dan, 2) pemberian layanan obat bagi pasien yang telah menerima layanan pemeriksaan dokter umum dan dokter spesialis. Tenaga kesehatan yang ada di Klinik Utama Graha Medika ialah dokter spesialis 1 orang, dokter umum 1 orang, dokter gigi umum 1 orang, perawat 1 orang, fisioterapi 4 orang, dan farmasi 4 orang. Sumber informasi gambaran Klinik Utama Graha Medika Salatiga tersebut di atas diperoleh dari komisaris (Theta Indria Widiastuti)
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Demografi Responden
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh deskrispsi responden sebagai berikut:
4.2 Tabel Deskripsi Responden
Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Jenis kelamin penderita
Laki-laki 46 37,70
Perempuan 76 62,30
Jenis kelamin anggota keluarga
50
Laki-laki 12 9,84
Karakteristik umur penderita paska stroke
Masa lansia awal (46-53) 22 18,03
Anggota keluarga yang merawat
51
4.3 Deskripsi Variabel
4.3.1 Frekuensi dukungan anggota keluarga
Hasil penelitian tentang frekuensi dukungan anggota keluarga terhadap activity of daily living (ADL) klien paska stroke diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.3 Dukungan Anggota Keluarga Pada Penderita Paska Stroke (n:122)
B
B
Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)
Baik 52 42,62
Cukup Baik 65 53,28
Kurang Baik 5 4,10
52 Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui keluarga yang memberikan dukungan dengan baik sebanyak 52 orang (42,62%), dukungan cukup baik sebanyak 65 orang (53,28%), dukungan kurang baik sebanyak 5 orang (4,10%). Hasil tersebut dapat digambarkan ke dalam diagram berikut ini:
Gambar 4.3 Frekuensi Dukungan Keluarga
4.2.1 Frekuensi Activity of Daily Living (ADL) klien paska stroke Berdasarkan hasil penelitian tingkat activity of daily living (ADL) yang dimiliki klien paska stroke diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.4 Frekuensi
Activity of Daily Living
(ADL)
Penderita Paska Stroke (n:122)
ADL Frekuensi Persentase (%)
Baik 22 18,03
Cukup Baik 82 67,21
Kurang Baik 16 13,11
53 Berdasarkan Tabel 4.4 di atas diketahui klien yang memiliki activity of daily living (ADL) baik sebanyak 22 orang (18,03%), activity of daily living (ADL) cukup baik sebanyak 82 orang (67,21%), activity of daily living (ADL) kurang baik sebanyak 16 orang (13,11%), activity of daily living (ADL) tidak baik sebanyak 2 orang (1,64%). Total responden dalam penelitian sebanyak 122 orang. Hasil tersebut dapat digambarkan ke dalam diagram berikut ini:
Gambar 4.3 Frekuensi Activity Of Daily Living (ADL)
4.3 Analisis data
4.4.1 Uji Normalitas
54 penelitian ini adalah dengan Kolmogorov-Smirnov. Berikut ini merupakan uji normalitas menggunakan program SPSS windows 23.0.
Tabel 4.4 Hasil uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov)
ADL Dukungan
N 122 122
Normal Parametersa,b
Mean 39,02 73,73
Std. Deviation 6,517 11,857
55 ini menunjukkan bahwa persebaran data responden tidak berada di rata-rata keseluruhan responden.
4.4.2 Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel mempunyai linear atau tidak. Kedua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear jika nilai signifikan <0,05.
Tabel 4.5 Hasil Uji Linearitas ANOVA Table
Hasil uji linearitas (test for linearity) menunjukkan adanya hubungan yang linear antara kedua variabel yang signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai linearitas 0,000 < 0,05.
4.4.3 Analisis korelasi
56 hubungan yang terjadi. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi
ADL Dukungan
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
57 4.5 Pembahasan
4.5.1 Gambaran Karakteristik Demografi Responden a). Karakteristik jenis kelamin klien paska stroke
58 faktor resiko stroke yang tidak dapat di ubah. Selain itu terdapat faktor lain yaitu perempuan yang sudah tua akan mengalami kerentanan tubuh, sehingga tubuh tidak mampu mengatasi komplikasi akibat stroke. Menopause juga menjadi faktor yang memicu tingginya angka stroke pada perempuan (Lingga, 2013). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyu (2010) menyatakan bahwa kematian pada stroke lebih banyak di jumpai pada wanita, karena umumnya wanita terserang stroke pada usia tua. Wahyu (2010) menambahkan bahwa hal tersebut berkaitan dengan proses penuaan (degeneratif) atau karena pengaruh hormon paska menopause.
b). Karakterisitik jenis kelamin anggota keluarga
60 peran perempuan dalam perilaku kesehatan keluarga tidak bisa lepas dari pengetahuan dan kekuasaan perempuan di bidang kesehatan. Bidang kesehatan merupakan ranah kehidupan yang dikonstruksikan sebagai ruang perempuan. c). Karakteristik umur klien paska stroke
61
penglihatan berkurang, hilangnya pendengaran,
62 d). Karakteristik jenis serangan stroke
63 stroke berulang (Siswanto, 2005). Durasi penderita mengalami masa pemulihan dalam dua tahun terakhir ialah 40,98%. Setelah mendapati stroke, penderita tidak bekerja akibat kelemahan fisik sebagai dampak stroke. Pengasuh penderita memiliki perkerjaan menetap sehingga dapat menopang segi ekonomi untuk perawatan penderita dan biaya pengobatan di klinik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Adienty & Handayani (2012). Terdapat juga sebanyak 229 pasien mengalami stroke berulang, artinya 22,6 % dari keseluruhan penderita stroke yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. Kariadi adalah penderita stroke berulang.
e). Karakteristik anggota keluarga yang merawat klien paska stroke
64 dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung antara satu dengan yang lain Friedman, (2003). Di dalam satu keluarga kecil terdiri dari orangtua yaitu bapak dan ibu serta anak. Anak akan mengasuh orangtua ketika mereka sudah lemah dan tidak mampu untuk hidup sendiri. Kewajiban anak juga merawat orangtua ketika mereka mulai sakit-sakitan. Sebab semakin tua usia seseorang, maka kemampuan fisiknya pun semakin berkurang. Orangtua yang memasuki usia tua, kondisi fisiknya semakin lemah dan mulai sakit-sakitan.Selain itu, anak juga harus menjaga orangtua ketika orangtua sudah tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari mara bahaya. Menafkahi orangtua ketika mereka sudah tidak mampu untuk mencari nafkah lagi juga merupakan tanggung jawab anak kepada orangtuanya. Oleh karena itu, saat usia senja lebih utama orangtua tinggal
bersama anak agar anak mampu melaksanakan
65 f). Karakteristik lama menderita stroke
Hasil penelitian karakteristik lama menderita stroke terhadap 122 responden berdasarkan hasil penelitian di Klinik Utama Graha Medika Salatiga dengan karakteristik responden serangan stroke pada klien paling banyak adalah 50 orang responden dengan persentase 40,98% menderita lama stroke 2 tahun. Stroke bagaimanpun, menyebabkan gangguan baik fisik maupun psikis penderita. Perawatannya memerlukan waktu lama, bukan hanya berbulan – bulan tetapi bertahun – tahun, sehingga perlu dukungan keluarga dan orang – orang terdekat terhadap penderita stroke akan
berpengaruh pada perbaikan kondisi fisik maupun mental penderita (Setyaningrum, 2014).
g). Karakteristik pendidikan klien paska stroke
66 Gambar 4.6 hasil penelitian karakteristik pendidikan klien paska stroke terhadap 122 responden, diketahui bahwa klien yang memiliki pendidikan SD sebanyak 24 orang (19,67%), klien berpendidikan SMP 4 orang (3,28%), klien berpendidikan SLTA sebanyak 59 orang (48,36%), klien berpendidikan S1 sebanyak 26 orang (21,31%), klien berpendidikan D3 sebanyak 8 orang (6,56%), dan klien berpendidikan S2 sebanyak 1 orang (0,82%).
67 terjadinya serangan stroke dan tidak melakukan upaya yang tepat untuk mengurangi terjadinya stroke.
h). Karakteristik pendidikan anggota keluarga
68 Berdasarkan gambar 4.7 diketahui hasil penelitian karakteristik pendidikan anggota keluarga terhadap 122 responden, paling banyak adalah anggota keluarga dengan berpendidikan SLTA sebanyak 61 orang dengan persentase (50,00%). Tidak menutup kemungkinan mereka memiliki pengetahuan yang baik mengenai pencegahan stroke.
69 kurang. Hasil ini didukung oleh teori Mubarak, (2006) bahwa pengetahuan dan pendidikan merupakan faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. f). Karakteristik jenis pekerjaan klien paska stroke
Gambar 4.8 jenis pekerjaan klien paska stroke
70 sebanyak 3 orang (2,46%), klien sebagai wiraswasta sebanyak 19 orang (15,57%), klien bekerja sebagai Polri sebanyak 1 orang (0,82%), klien bekerja sebagai Purnawirawan sebanyak 1 orang (0,82%), klien bekerja sebagai pedagang sebanyak 2 orang (1,64%), dan klien bekerja sebagai tani 3 orang (2,46%). Karakteristik pekerjaan klien paska stroke paling tinggi klien bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 29 orang dengan presentase (23,77%). Berdasarkan hasil penelitian survey jawaban pertanyaan responden kuesioner activity of daily living (ADL) klien paska stroke pada awalnya bekerja, namun setelah terserang stroke menjadi tidak bekerja sehingga anggota gerak tubuh tidak dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan sehingga menjadi tidak produktif. Faktor yang menyebabkan responden klien paska stroke yang awalnya bekerja menjadi terserang stroke adalah adanya stress kerja, ada riwayat stroke, hipertensi, diabetes militus, serta permasalahan lain baik itu dilingkungan kerja maupun di lingkungan keluarga (Rosiana, 2012).
71 Gambar 4.9 jenis pekerjaan anggota keluarga
72 Karakteristik pekerjaan anggota keluarga menurut distribusinya dilihat dari demografi diagram anggota keluarga, mulai dari ibu rumah tangga, PNS, pensiunan, buruh tani, bidan, polri, purnawirawan, swasta, dan wiraswasta. Kemudian karakteristik pekerjaan anggota keluarga mayoritas memiliki pekerjaan swasta sebanyak 41 orang dengan presentase (33,61%). Pekerjaan merupakan salah satu faktor resiko yang secara tidak langsung mempengaruhi kejadian stroke. Nursalam (2003), mengemukakan bahwa pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Hasil penelitian survey kuesioner dukungan anggota keluarga mayoritas memiliki pekerjaan swasta sebanyak 41 orang dengan presentase (33,61%), hal ini responden anggota keluarga memiliki latar belakang tidak bekerja sehingga bisa dapat memfasilitasi, merawat, dan bisa mensuplai pengobatan klien.
4.6 Gambaran Dukungan Keluarga
73 berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adapatasi keluarga dalam kehidupan. (Setiadi, 2008). Keluarga memiliki jenis dukungan dalam berbagai aspek bentuk dukungan yaitu dukungan penghargaan, nyata, informasi, dan dukungan emosional, serta berperan memiliki fungsi, yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi kesehatan, dan fungsi ekonomi. Fungsi keluarga inilah yang menyebabkan timbulnya dukungan keluarga. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan sosial yang dipandang keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan oleh keluarga (Suprajitno, 2004).
74 stroke. Penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian Wardhani (2014) yang menyatakan bahwa sebagian besar responden yang medapat dukungan baik dari keluarga. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien paska stroke guna mempercepat proses penyembuhan. Setyaningrum & Wakhid (2014) berpendapat bahwa dukungan keluarga akan
menurunkan kemungkinan sakit dan mempercepat
kesembuhan baik secara fisik maupun secara psikologis.
75 yang dapat dilakukan keluarga adalah membantu penderita apabila mengalami kesulitan dalam melakukan suatu hal. Dukungan ini paling efektif apabila dihargai oleh penderita dan dapat mengurangi depresi.
Dukungan penghargaan dimana keluarga menyatakan penghargaan maupun penilaian positif kepada penderita. (Christine, 2010). Dukungan penghargaan ini jarang dilakukan karena tidak terbiasa mengungkapkan. Dukungan ini berfungsi untuk membesarkan hati penderita, sehingga lebih bersemangat dalam melakukan rehabilitasi. Dukungan ini juga berarti pemberian motivasi. Dengan adanya motivasi, maka penderita akan lebih giat berlatih dan keinginan untuk sembuh akan muncul (Lingga, 2013). Berdasarkan hasil penelitian survei jawaban pernyataan responden kuesioner dukungan anggota keluarga di Klinik Utama Graha Medika Salatiga, kebanyakan dari mereka memang sering mendapatkan pujian. Ada yang dari responden, meskipun tidak mendapat pujian tetap pergi melakukan rehabilitasi.
76 perhatian, mendegarkan dan didegarkan adalah aspek dari dukungan ini. Pada penelitian ini, hampi sebagian mendapatkan dukungan emosional secara penuh, namun ada juga responden sulit dalam mengendalikan emosi. Hal ini di karenakan tidak adanya perkebangan kondisi yang lebih baik dan merasa sulit untuk mengungkapkannya. Kesabaran anggota keluarga memang sangat dibutuhkan untuk menghadapi emosi penderita. Berbagai emosi ditunjukkan oleh penderita namum keluarga harus bersabar.
Pada dukungan informasi, keluarga bertindak sebagai penyebar informasi. Dukungan informasi ini berupa pemberian nasehat, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Dukungan informasi yang diberikan dalam penelitian ini adalah informasi yang bermanfaat bagi kesehatan, keluarga menyarankan dan mengingatkan untuk melakukan rehabilitasi. Dukungan informasi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan responden mengenai kesehatannya dan bagaimana proses pemulihannya.
4.6.1 Activity of Daily Living (ADL) Klien Paska Stroke
78 transportasi. Penderita tidak dapat mengendarai sepeda motor sendiri bahkan beberapa penderita hanya bisa berpindah tempat dengan alat transportasi mobil. Latihan di klinik dapat mempercepat penderita dalam melatih kemandirian ADL. Klinik Utama Graha Medika Salatiga memberikan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan rawat jalan, program fisioterapi, dan kegiatan senam stroke (setiap minggu ke-2 dan ke-4 tiap
bulan). Kemampuan mandiri dalam melakukan ADL
dipengaruhi kemauan untuk rajin berobat di rehabilitasi medik dan melatih anggota gerak yang lemah atau lumpuh (Kurnia, 2015). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fadlulloh, (2014) menyebutkan bahwa paling banyak responden yang di teliti memiliki tingkat ketergantungan yang ringan. Kemudian penelitian Karunia (2015) menyatakan bahwa tingginya kemandirian diakibatkan karena responden sering melakukan ADL. Di samping itu, responden juga rajin dan patuh melaksanakan terapi baik dirumah maupun di rehabilitas medik. 4.6.2 Hubungan Dukungan Keluarga dengan activity of daily
living (ADL) klien paska stroke
79 dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adapatasi keluarga dalam kehidupan (Setiadi, 2008). Keluarga juga memberikan pengaruh pada penentuan keyakinan dan nilai, terutama dalam penentuan program pengobatan. Peran keluarga juga berpengaruh pada perkembangan individu.
80 berarti anggota keluarga memberi dukungan cukup baik. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh penderita paska stroke guna mempercepat proses penyembuhan. Setyaningrum & Wakhid (2014) berpendapat bahwa dukungan keluarga akan
menurunkan kemungkinan sakit dan mempercepat
kesembuhan baik secara fisik maupun secara psikologis.
Dukungan ini dapat berupa dukungan penghargaan, instrumental, informasi, dan dukungan emosional. Dukungan
penghargaan ketika anggota keluarga menyatakan
81 penderita apabila mengalami kesulitan dalam melakukan suatu hal. Dukungan emosional dengan memberikan kepercayaan, perhatian, mendengarkan. Sebagian besar penderita mendapat dukungan emosional. Anggota keluarga memerlukan kesabaran untuk menghadapi emosi penderita. Pada dukungan informasi, keluarga bertindak sebagai penyebar informasi, seperti pemberian nasehat, saran, petunjuk dan pemberian informasi terkait penyakit stroke. Anggota keluarga seringkali menyarankan dan mengingatkan penderita untuk melakukan rehabilitasi.
82 kemampuan aktivitas sehari-hari dan korelasi yang sedang semakin tinggi dukungan keluarga, semakin tinggi tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari.
83 tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian activities of daily living (ADL) klien post stroke di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
84
4.7 Keterbatasan Penelitian