• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI AKUNTAN DAN MAHASISWA PROD edit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSEPSI AKUNTAN DAN MAHASISWA PROD edit"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN (Studi pada Auditor di KAP Surakarta dan Mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Surakarta)

Disusun guna melengkapi tugas mata kuliah metodelogi penelitian Dosen pengampu : Drs. M. Abdul Aris, M.Si.

Disusun oleh: EMMA NURMITA SARI

B200110373

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tiap-tiap pelaku profesi mempunyai tanggung jawab etika profesi masing-masing. Akuntan juga memiliki tanggung jawab etika profesi yang harus ia pegang ketika ia menjalankan tugas profesionalnya. Akuntan atau auditor di dalam menjalankan tugasnya harus bertanggung jawab kepada pihak ketiga atau pihak eksternal, dalam hal ini pemerintah, pemegang saham, kreditor, dan masyarakat.

Profesi akuntan atau auditor di Indonesia pada masa sekarang ini banyak menghadapi tantangan yang cukup berat. Profesi akuntan dalam dunia bisnis seringkali dihadapkan pada konflik kepentingan ekonomi dan politik dan dianggap sudah menyimpang jauh dari nilai-nilai etika.

Etika suatu profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku etis, dimana selama ini perilaku etis sering di abaikan. Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua profesi yang ada agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang hukum.

Semua profesi dituntut untuk berperilaku etis yaitu bertindak sesuai dengan moral dan nilai:nilai yang berlaku. Kelompok-kelompok profesional, seperti akuntan, memiliki kode etik perilaku yang disebut etika profesional. Kode etik tersebut berupaya untuk memastikan standar kompetensi yang tinggi diantara anggota:anggota kelompok, mengatur hubungan mereka, dan meningkatkan serta melindungi citra profesi dan kesejahteraan komunitas profesi (Simamora, 2002: 44).

(3)

dibekali pengetahuan mengenai etika sehingga kelak bisa bekerja secara profesional berlandaskan etika profesi.

Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan etika sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada. Lingkungan dunia pendidikan dapat juga mempengaruhi seseorang berperilaku etis. Pemahaman seorang mahasiswa akuntansi dalam hal etika sangat diperlukan dan memiliki peranan penting dalam perkembangan profesi akuntansi di Indonesia. Calon akuntan perlu diberi pemahaman yang cukup terhadap masalah: masalah etika profesi yang akan mereka hadapi.

Persepsi perlu diteliti karena sebagai gambaran pemahaman terhadap etika profesi (Kode Etik Akuntan). Dengan pengetahuan, pemahaman, kemauan yang lebih untuk menerapkan nilai:nilai moral dan etika secara memadai dapat mengurangi berbagai pelanggaran etika (Ludigdo 1999, dalam Arisetyawan, 2010: 5).

Berdasarkan permasalahan yang ada tersebut maka menjadi latar belakang untuk menyusun proposal ini dengan judul “PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKAPROFESI AKUNTAN”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang melatarbelakangi penelitian ini, permasalahan yang akan

dibahas dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan persepsi tentang etika bisnis diantara akuntan publik, dan mahasiswa akuntansi ?

2. Apakah ada perbedaan persepsi tentang etika profesi akuntan diantara akuntan publik, dan mahasiswa akuntansi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai etika bisnis diantara akuntan publik, dan mahasiswa akuntansi.

2. Untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai etika profesi diantara akuntan publik, dan mahasiswa akuntansi.

(4)

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis, terutama yang terkait dengan masalah dalam penelitian ini, serta sebagai wadah dalam rangka menerapkan teori yang telah dipelajari.

2. Bagi penulis selanjutnya.

Sebagai wahana pembelajaran terutama bagi para mahasiswa sebagai dasar pembanding dalam rangka melakukan penelitian lebih lanjut pada bidang kajian ini, serta bagi pihak yang memerlukan referensi yang terkait dengan isi skripsi ini, baik itu sebagai bahan bacaan atau sebagai literatur.

II. LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN PERSEPSI DAN ETIKA

Pengertian persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungan melalui panca indra (melihat, mendengar, mencium, menyentuh, dan merasakan).

Pengertian etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tetang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu dari kata “etos” yang berarti “karakter”. Nama lain untuk etika adalah moralitas yang berasal dari Bahasa Latin yaitu dari kata “mores” yang berati “kebiasaan”. Moralitas berfokus pada perilaku manusia yang “benar” dan “salah” (Jusup, Al Haryono, 200: 89)

B. PENGERTIAN AKUNTAN PUBLIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI

1. Akuntan publik

(5)

independen bertanggung jawab melakukan pemeriksaan atas kewajaran laporan keuangan dan membuat pernyataan atas hasil pemeriksaannya kepada publik

2. Mahasiswa Akuntasi

Mahasiswa akuntansi adalah mahasiswa yang kuliah pada jurusan akuntasi di suatu universitas atau perguruan tinggi baik negri maupun swasta.(Chrismastuti, Agnes Advensia).

C. PENGERTIAN ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN Bisnis dapat menjadi sebuah profesi etis apabila ditunjang oleh sistem politik ekonomi yang kondusif (Keraf, 1998) yang berarti untuk menciptakan bisnis sebagai sebuah profesi yang etis maka dibutuhkan prinsip-prinsip etis untuk berbisnis yang merupakan suatu aturan hukum yang mengatur kegiatan bisnis semua pihak secara fair dan baik disertai sistim pemerintahan yang adil dan efektif dalam menegakkan aturan bisnis tersebut (Murtanto).

Beberapa prinsip etika bisnis yang dapat diterapkan dalam kegiatan bisnis adalah sebagai berikut : (Keraf, 1998)

1. Prinsip Otonomi

(6)

Untuk bertindak secara otonom, diandaikan ada kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan keputusan itu. Dalam kerangka etika, kebebasan adalah syarat yang harus ada agar manusia bertindak etis. Hanya karena ia mempunyai kebebasan, maka ia bisa dituntut untuk bertindak secara etis. Dalam kerangka bisnis, kegiatan bisnis hanya mungkin dilaksanakan kalau ada kebebasan.

Seorang pengusaha atau manajer bisa mengembangkan kegiatan bisnisnya, hanya kalau ada kebebasan untuk itu. Maka dalam kerangka etika bisnis itu berarti bahwa prinsip otonomi menuntut para pengusaha dan manajer dihargai kebebasannya dalam mengambil keputusan apa saja, dan bertindak bedasarkan keputusannya itu.

Dalam kondisi inilah kita bisa mengharapkan bahwa ia akan menjadi seorang pengusaha atau manajer yang bertindak secara etis. Namun,kebebasan saja belum menjamin bahwa orang bisa bertindak secara otonom dan etis. Otonomi mengandaikan juga adanya tanggung jawab. Pengusaha atau manajer dituntut untuk bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya, yaitu :

a. Bertanggung jawab kepada dirinya sendiri.

b. Bertanggung jawab kepada orang yang mempercayakan seluruh kegiatan bisnis dan manajemen itu kepadanya.

c. Bertanggung jawab kepada pihak-pihak yang terlibat dengannya dalam urusan bisnis.

d. Bersedia untuk mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya kepada pihak ketiga, yaitu masyarakat seluruhnya yang sacara tidak langsung terkena akibat dari keputusan dan tindakan binisnya.

2. Prinsip Kejujuran

Aspek kejujuran dalam dunia bisnis :

a. Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. b. Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu yang

baik.

(7)

Prinsip ini menuntut agar kita memperlakukan orang lain sesuai dengan haknya. Hak orang lain perlu dihargai dan jangan sampai dilanggar, seperti kita juga mengharapkan agar hak kita dihargai dan tidak dilanggar.

4. Prinsip Saling Menguntungkan

Prinsip ini berintikan prinsip moral sikap baik kepada orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain, dalam bidang apa saja, kita dituntut untuk besikap baik kapada mereka. Dua bentuk perwujudan prinsip ini adalah : pertama, prinsip bersikap baik menuntut agar secara aktif dan maksimal kita semua berbuat hal yang baik bagi orang lain; kedua, wujudnya yang minimal dan pasif, sikap ini menuntut agar kita tidak berbuat jahat kepada orang lain. Secara maksimal orang bisnis dituntut melakukan kegiatan yang menguntungkan bagi orang lain (atau lebih tepat, saling menguntungkan), tapi kalau situasinya tidak memungkinkan, maka titik batas yang masih ditoleransi adalah tindakan yang tidak merugikan pihak lain.

5. Prinsip Integrita Moral

Kita pantas diperlakukan dan memperlakukan diri kita sendiri sepantasnya tidak boleh memperlakukan orang lain secara tidak adil, tidak jujur ,dan sebagainya, kitapun berhak memperlakukan diri kita dan diperlakukan secara baik. Kita wajib membela dan mempertahankan kehormatan diri kita, jika martabat kita sebagai manusia dilanggar.

Kode Etik Akuntan Indonasia sebagaimana ditetapkan dalam Ikatan Akuntan Indonesia di Jakarta pada tahun 1998 terdiri dari (Al. Haryono Yusup, 91-99)

a. Prinsip etika b. Aturan etika c. Interpretasi etika

Prinsip-Prinsip Etika Profesi Akutan

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai

(8)

a. Tanggung Jawab Profesi

“Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya”.Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka.

b. Kepentingan Publik

“Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme”.

c. Integritas

“Untuk memlihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setip anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas”.

d. Obyektivitas

“Setiap anggota harus menjaga obyektifitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya”. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain.

e. Kompetensi dan Kehati- Hatian Profesional

(9)

manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir”. f. Kerahasiaan

“Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali apabila ada hak atau kewajiban profsional atau hukum yang mengungkapkannya”.

g. Perilaku Profesional

“Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskusikan profesi”. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendikreditkan profesi yang harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

h. Standar Teknis

“ Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas”.

D. PENELITIAN TERDAHULU

Farit dan Suranta (2006) tentang persepsi akuntan, mahasiswa akuntansi dan karyawan bagian akuntansi dipandang dari segi gender terhadap etika bisnis dan etika profesi. Hasil temuan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara karyawan bagian akuntansi pria dengan karyawan bagian akuntansi wanita terhadap etika profesi..

(10)

persepsi antara mahasiswa senior dan yunior mengenai akuntan sebagai profesi.

Margawati (2010) tentang persepsi mahasiswa akuntansi terhadap etika bisnis dan etika profesi akuntan dipandang dari segi gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang lebih baik dibanding mahasiswi terhadap kode etik profesi.

Aristyawan (2010) tentang analisis persepsi akuntan publik dan mahasiswa jurusan akuntansi terhadap kode etik ikatan akuntansi Indonesia. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi ppak dan akuntan publik.

Nurlan (2011) tentang perbedaan persepsi antara akuntan dan mahasiswa jurusan akuntansi terhadap kode etik ikatan akuntan Indonesia menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan diantara responden tersebut terhadap kode etik ikatan akuntan Indonesia

E. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

F. PENGEMBANGAN HIPOTESIS

penelitian:penelitian terdahulu, maka penelitian ini bermaksud untuk menguji lebih lanjut apakah memang ada atau tidak ada perbedaan persepsi tersebut dengan menguji hipotesis berikut ini :

(11)
(12)

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan study empiris, artinya penelitian yang diadakan untuk mendapatkan bukti atau fakta:fakta secara murni dan sebenarnya tentang gejala:gejala atas permasalahan yang timbul (Husein, 2003: 47).

B. Populasi,Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi penelitian ini adalah para akuntan (baik akuntan publik, akuntan manajemen, akuntan pemerintah, maupun akuntan pendidik) yang berada di kota Surakarta dan mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta (yang terdiri dari mahasiswa Jurusan Akuntansi Strata 1 )

Profesi Akuntansi dengan kriteria sampel sebagai berikut : 1. Akuntan publik, merupakan akuntan yang bekerja pada Kantor

Akuntan Publik ( KAP) di Surakarta yang telah memiliki pengalaman audit minimal satu tahun. )

2. Mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi yang telah menempuh mata kuliah Etika Profesi

Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Singarimbun, Masri, 1995:155). Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui survei dengan mengisi kuesioner yang dikirimkan kepada responden

C. Definisi Variabel Penelitian 1. Persepsi.

(13)

menginterpretasikan kesan:kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.

2. Akuntan

Akuntan merupakan profesi yang pemakaiannya dilindungi oleh peraturan (Undang:undang No. 34 tahun 1945) dan hanya dapat dipakai oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi yang diakui menurut peraturan serta telah terdaftar pada Departemen Keuangan yang dibuktikan pemberian nomor register.

Profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.

3. Mahasiswa Jurusan Akuntansi

Mahasiswa jurusan akuntansi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi strata 1. Mahasiswa yang lulus dari Jurusan Akuntansi tidak secara otomatis mendapatkan gelar akuntan (Ak) tetapi harus menempuh program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) untuk mendapatkan gelar akuntan tersebut. Objek penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa para mahasiswa jurusan akuntansi tersebut telah mempunyai pemahaman tentang prinsip:prinsip etika dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. 4. Kode Etik Akuntan

(14)

profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati:hatian professional, kerahasiaan, perilaku professional, dan standar teknis yang berlaku bagi seluruh anggota Ikatan Akuntan Indonesia.

Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social (Sugiyono, 2003: 86).

D. Metode Analisis Data 1. Pengujian validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita buat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur (Ghozali, Imam, 2002: 135).

Dalam uji validitas digunakan perhitungan koefisien korelasi Product Moment Pearson, atau koefiisien korelasi Pearson (Azwar, Saifuddin, 1997: 40).

Rumus : r = Keterangan: r = Korelasi

n = Jumlah sampel / jumlah responden ∑X = Jumlah skor pertanyaan

∑Y = Jumlah skor total sampel

∑XY = Jumlah perkalian antara skor pertanyaan dengan skor total

Kriteria pengujian validitas penelitian :

a. Apabila nilai r mendekati 0, maka kuesioner tersebut kurang valid

(15)

c. Apabila nilai r di tengah, kurang lebih antara 1 dan -1, maka kuesioner tersebut sedang.

2. Pengujian Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang sudah valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok ulang pada kelompok yang sama dengan alat ukur yang sama.

Cara menghitung tingkat realibilitas suatu data yaitu menggunakan rumus Crobach’s Alpha (Azwar, Saifuddin, 1997: 45). Rumus :

α

=

K

r

1+

(

K

−1)

r

Keterangan :

K : Jumlah item valid

r : rata-rata korelasi antar item α : koefisien realibilitas

Kriteria pengujian validitas penelitian :

a. Apabila nilai α mendekati 0, maka kuesioner tersebut kurang valid

b. Apabila nilai α mendekati 1 atau -1, maka kuesioner tersebut sangat valid

c. Apabila nilai α di tengah, kurang lebih antara 1 dan -1, maka kuesioner tersebut sedang.

3. Pengujian Asumsi

(16)

Pengujian normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang dianalisis memenuhi kriteria sebaran normal (distribusi normal). Uji normalitas sebaran data dalam penelitian ini menggunakan Metode Statistical Packages for Social Science (SPSS) Kolmogrov-Smirnov Goodness of Fit Test.

b. Uji Homogenitas

Uji asumsi homogenitas varians antar kelompok ditujukan untuk mengetahui bahwa masing-masing kelompok sampel berasal dari populasi yang sama dan varian dari masing-masing kelompok adalah homogen (Ghozali, Imam: 28) Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan Metode Statistical Packages for Social Science (SPSS) Test of Homogenity of Variances.

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menganalis hipotesis pada penelitian ini menggunakan Independent Sample T-test, karena untuk membandingkan rata-rata dari dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua kelompok tersebut mempunyai rata-rata yang sama atau tidak secara signifikan.

Cara melakukan uji t adalah :

a. Apabila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan 5 %, maka Ho ditolak atau menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

(17)

IV. Daftar Pustaka

Ariestyawan, Ronal. 2010. “ Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi

Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia”. http://www.eprints .undip.ac.id/22540/1/Ronald_Aristyawan.pdf

Indriana, Farit dan Sri Suranta. 2006. “Persepsi Akuntan, Mahasiswa Akuntansi, Dan Karyawan Bagian

Akuntansi Dipandang Dari Segi Gender Terhadap Etika Bisnis Dan Etika Profesi” http://www.etd.eprints.ums.ac.id/17264/23/08_

Margawati, Retiana. 2010 “ Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Bisnis Dan Etika Profesi Akuntan

Dipandang Dari Segi Gender”.

http://www.etd.eprints.ums.ac.id/7586/1/B20006.

Muhamad, Rifqi. 2008. ” Persepsi Akuntan Dan Mahasiswa Yogyakarta Terhadap Etika Bisnis”. http://www.

isjd.pdii.lipi.go.id/…/61085974.pdf.

Nurlan, Andi Basse. 2011. “ Persepsi Akuntan Dan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan

Akuntan Indonesia”. http://www.repository,unhas.ac.ide/bitstean/ha.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan begitu, keyakinan akan eksistensi Islam sebagai agama hingga akhir zaman meski dalam fase hidup yang telah memasuki era yang mutakhir, akan terus tertanam dalam benak

“Rendahnya tingkat pencapaian prestasi belajar akuntansi siswa disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat, sehingga perlunya adanya penerapan

1. Rasio-rasio keuangan BMI dan BSM dari tahun 2007-2009 yang terdiri dari CAR, RAP, PPAP, ROA, BOPO, QR, FDR, CR, LR dan LMR secara signifikan terdapat perbedaan

Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penggunaan

Hasil dari pembuatan aplikasi ini adalah sebuah media pembelajaran Aplikasi Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran TIK Untuk Siswa SMP Materi Pemrograman

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi adalah aset keuangan yang ditujukan untuk diperdagangkan. Aset keuangan diklasifikasikan sebagai

Kehutanan Masyarakat (KhM) adalah model pengelolaan hutan yang diselenggarakan oleh/bersama dan untuk masyarakat dengan pengukuhan dan atau ijin dari Pemerintah Daerah. KhM

Mempertimbangkan hasil pemeriksaan substantif dan perbaikan Buku Persyaratan sudah terpenuhi, maka bersama ini Tim Ah1i Indikasi Geografis mengusu1kan agar permohonan