Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua
PENYELESAIAN SENGKETA PEMENUHAN JAMINAN HARI TUA BAGI PEKERJA PT. BANK BRI PERSERO DI CABANG
BANDAR LAMPUNG
( Analisis Putusan No. 7/Pdt.Sus-PHI/2015/PN.Tjk)
(Jurnal)
Oleh: Putri Utami
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua
PENYELESAIAN SENGKETA PEMENUHAN JAMINAN HARI TUA BAGI PEKERJA PT. BANK BRI PERSERO DI CABANG
BANDAR LAMPUNG
( Analisis Putusan No. 7/Pdt.Sus-PHI/2015/PN.Tjk)
Putri Utami, DR. HS Tisnanta, S.H., M.H, Satria Prayoga, S.H., M.H. email:(putriutamimput@yahoo.co.id)
ABSTRAK
Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menjelaskan tentang hak dan kewajiban seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. salah satu contohnya pada PT.BRI Persero yang tidak melaksanakan kewajibannya terhadap pekerjanya dengan tidak memberikan uang jaminan hari tua ketika seorang pekerja memasuki usia pensiun.PT.BRI Persero tidak mengakumulasi Iuran atas beban BRI untuk Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP), dan akumulasi iuran atas beban BRI untuk Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). iuran PPMP dan PPIP hanya terdapat beban BRI saja, sedangkan iuran PPMP dan PPIP atas beban Pekerja tidak disebutkan. Kenyataanya pensiunan PT.BRI telah membayar iuran yang pembayarannya secara langsung dipotong dari upah yang diterima setiap bulannya. Permasalahan: (1) Bagaimanakah pengaturan hukum pemenuhan Jaminan Hari tua pada PT.BRI Persero. (2) Apakah penyebab terjadinya sengketa pemenuhan Jaminan Hari Tua bagi pekerja PT.BRI Persero. (3) Bagaimana penyelesaian sengketa pemenuhan Jaminan Hari Tua bagi pekerja PT.BRI Persero.
Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif. Sumber dan jenis data yang digunakan adalah jenis data primer, data sekunder, dan data tersier. Analisis yang digunakan analisis kualitatif, kemudian di ambil kesimpulan secara Deskriptif Kualitatif.
2003 tentang Ketenagakerjaan maka PT.BRI Persero telah malalaikan kewajibannya terhadap para pekerjanya dengan tidak memberikan Jaminan Hari Tua, yang seharusnya dana tersebut di dapatkan oleh para pensiun ketika memasuki usia pensiun. Berdasarkan Nokep. 883-DIR/KPS/10/2012 yang di keluarkan PT.BRI Persero tentang penyelesaian kewajiban perusahaan terhadap pekeerjanya ada ketidakadlian terhadap formula perhitungan kompensasi pensiun yang isinya merugikan para pensiun.yang mana uang pesangon dan uang pensiun seharusnya di berikan keduanya teteapi pada kenyataanya uang pensiun di kurangi dengan uang pesangon. Sehingga hal terserbut merugikan para pekerja yang memasuki usia pensiun.
Saran yang di berikan yaitu Dibutuhkan Regulasi yang baku terhadap Hak Pensiunan Pegawai PT.Bank BRI, yang berisi kesepakatan diantara kedua belah pihak dalam hal menentukan kembali Hak dan Kewajiban Para Pihak, Komitmen terhadap pemerintah yang berada diposisi netral antara (PT.Bank BRI selaku perusahaan dan Pensiunan Pegawai PT. Bank BRI selaku Pegawai/pekerja) agar tercapai pemerintahan yang bebas KKN, dan selalu menjalankan Asas keterbukaan dengan Akuntabel, sehingga Pensiunan Pegawai PT.Bank BRI selaku masyarakat sebagai pemegang hak mendapat kesejahteraan.
Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua
DISPUTE SETTLEMENT MEETING OF OLD AGE SECURITY FOR WORKERS PT. BRI BANK LIMITED IN BRANCH
BANDAR LAMPUNG
(Analysis of Decision No. 7 / Pdt.Sus-PHI / 2015 / PN.Tjk) Putri Utami, DR. HS Tisnanta, SH, M.H, Satria Prayoga, SH, M.H.
Email: (putriutamimput@yahoo.co.id)
ABSTRACT
Law No. 13 of 2003 on employment describes the rights and obligations of a worker to do the job. one example in PT.BRI Persero who did not carry out its obligations to its employees by not giving money pension when a worker entered the age pensiun.PT.BRI Persero not accumulated dues at the expense of BRI for Defined Benefit Pension Plan (PPMP), and the accumulated contributions at the expense of BRI for Defined contribution pension Plan (PPIP). PPMP contributions and PPIP only are there loads of BRI only, while the PPMP contributions and PPIP on Workers load is not mentioned. In fact PT.BRI pensioners have paid contributions for which payment is directly deducted from their wages each month. Issues: (1) How is the fulfillment of legal arrangements on PT.BRI Old Age Security Limited. (2) Is the cause of the dispute fulfillment of the Old Age Security for workers PT.BRI Limited. (3) How is the settlement of disputes fulfillment Old Age Security for workers PT.BRI Limited.
The approach used problem is normative. Sources and types of data used is the type of primary data, secondary data, and the data tertiary. The analysis used qualitative analysis, then take the conclusion by qualitative descriptive.
were made by the pension when retirement. Based Nokep. 883-DIR / KPS / 10/2012 is issued on completion PT.BRI Limited liability company against existing inequalities pekeerjanya against compensation pension calculation formula whose content is detrimental to the pensiun.yang where severance pay and pension should be given both teteapi in fact money pension be reduced by the severance pay. So it terserbut harm workers who retire.
Suggestions given that the regulation takes raw against Retired Employee Rights PT.Bank BRI, which includes an agreement between the two sides in terms of redefining the Rights and Obligations of the Parties, commitment to the government that is positioned between the neutral (BRI as the company PT.Bank and Retired employees of PT. Bank BRI as the employee / worker) in order to achieve that, corruption-free government, and always run with the principle of openness Accountable, so Retired employees PT.Bank BRI as the community as
the holder the right to receive welfare.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menjelaskan tentang hak dan kewajiban seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya, Undang-undang tersebut berfungsi untuk melindungi dan membatasi status hak dan kewajiban para tenaga pekerja dari para pemberi kerja (Pengusaha).
Bentuk perhatian pemerintah lain terhadap kesejahteraan pekerja dituangkan dalam ketentuan pemberian pesangon bagi pekerja yang berhenti bekerja karena pemutusan hubungan kerja. Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha atau pemberi kerja diwajibkan untuk membayar sejumlah uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima pekerja. Khusus untuk pesangon besarnya telah diatur dalam Pasal 156 Undang-undang tersebut.
Banyaknya perselisihan yang sering terjadi antara pekerja dan perusahaan yaitu dalam hal pemberian Pesangon terhadap pekerja yang telah memasuki usia pensiun atau pasca di PHK karena memasuki usia pensiun, menunjukan bahwa terhadap pengkajian masalah pesangon setelah pensiun perlu banyak dilakukan penelitian. Salah satu contohnya adalah perselisihan antara Pensiunan Pekerja Bank BRI ( Sjamsuddin dan kawan-kawan) dengan PT. BRI Persero
PT. Bank Rakyat Indonesia Persero merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang perbankan serta berbadan hukum dalam bentuk Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Pensiunan Pegawai PT.Bank BRI ( Sjamsuddin dan kawan-kawan) selama ini telah memberikan segala kontribusi serta melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab dalam mengabdikan dirinya pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero dalam jangka waktu yang cukup lama, sedangkan untuk rincian iuran/premi PPMP Beban Pengusaha tidak diberikan
dengan alasan tidak
diadministrasikan.
PT.BRI Persero tidak
mengakumulasi Iuran atas beban BRI untuk Program Pensiun Manfaat
Pasti (PPMP) berikut
Pensiunan PT BRI Persero ( Sjamsuddin dan kawan-kawan) dalam penyelesaian Sengketa Pemenuhan Jaminan Hari Tua ini melaksanakan penyelesaian di luar pengadilan, pertemuan bipatrit akan tetapi tidak terlaksana, dengan alasan bahwa PT BRI Persero telah mengklaim peraturan PT. BRI Persero untuk menyelesaikan kewajibannya terhadap para pekerja yang di PHK. Penyelesaian di luar pengadilan tidak berhasil, Pensiunan PT BRI Persero (Sjamsuddin dan kawan-kawan) menyelesaikan sengketa tersebut melalui peradilan hubungan industrial akan tetapi hal tersebut tidak membuahkan hasil maka sengketa tersebut lanjut tingkat banding yang sekarang sedang berjalan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk membahas dan mengkaji hal tersebut, maka dituangkanlah ke dalam skripsi yang berjudul “Penyelesaian Sengketa Pemenuhan Jaminan Hari Tua bagi Pekerja pada PT. BRI Persero cabang Bandar Lampung (Analisis Putusan No. 7/Pdt.Sus-PHI/2015/PN.Tjk)”. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaturan hukum Pemenuhan Jaminan Hari Tua Pada PT. BRI Persero ?
2. Apakah penyebab terjadinya sengketa pemenuhan Jaminan Hari Tua bagi pekerja PT. BRI Persero?
3. Bagaimanakah penyelesaian sengketa pemenuhan Jaminan Hari Tua bagi pekerja PT. BRI Persero ? C. Metode Penelitian
Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif. Sumber dan jenis data yang digunakan adalah jenis data primer, data sekunder, dan data tersier. Analisis yang digunakan analisis kualitatif, kemudian di ambil kesimpulan secara Deskriptif Kualitatif. kerjanya karena mencapai usia pensiun normal terhitung mulai tertanggal 25 maret 2003 yaitu sejak diberlakukannya undang-undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Pekerja yang berakhir hubungan kerjanya karena mencapai usia pensiun normal 56 tahun di berikan hak berupa:
a. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) yang di perhitungkan dan di bayarkan oleh Dana Pensiun BRI
Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua
seharusnya mereka dapatkan. dan penetapan iurannya di tetapkan oleh Lembaga Pengelola.
b. Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) yang di perhitungkan dan di bayarkan oleh dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
iuran PPIP yang telah di bebankan kepada pekerja dan pengusaha, yang setiap bulannya di potong gaji pekerja secara langsung dan pembebananya iurannya juga mengikut sertakan pengusaha yang di kelola dana pensiun dan di berikan kepadapara pensiun PT.BRI Persero, dimana penetapan iurannya di tetapkan oleh Peraturan Dana Pensiun
c. Manfaat lainnya sesuai peraturan perusahaan yang berlaku
Peraturan manfaat lainnya yang di maksud adalah di luar dari uang pensiun dan uang pesangon yang di berikan oleh perusahaan kepada para pekerjanya yang memasuki usia pensiun.
Terhadap iuran PPMP dan PPIP hanya terdapat beban BRI saja, sedangkan iuran PPMP dan PPIP atas beban Pekerja tidak disebutkan, hal ini tentu sangat merugikan Pekerja, sebab selama ini Pekerja/Pegawai telah membayar iuran/premi yang pembayarannya secara langsung dipotong dari upah Para Pekerja/pegawai setiap bulannya. Oleh karena itu, terkait Uang Pensiun dalam Surat Keputusan Nokep 883-DIR/KPS/10/2012 tentang Penyelesaian Kewajiban Perusahaan Terhadap Pekerja yang berakhir Hubungan Kerjanya Karena Mencapai Usia Pensiun Normal tidak
sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan, antara lain Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
Penyelesaian kewajiban perusahaan dalam perhitungan pembayaran kompensasi pensiun adalah
= Uang Pensiun – Pesangon = ( PPIP + PPMP ) – (( 2x UP) + UPMK + UPH)
Keterangan:
PPMP : Akumulasi iuran PPMP
beban perusahaan dan
pengembangannya sesuai perhitungan aktuaria
PPIP :Akumulasi iuran PPIP beban perusahaan dan pengembangannya UP :Uang Pesangon
UPMK :Uang Pennghargaan Masa Kerja
UPH :Uang Pengganti Hak
sebagai kompensasi Pensiun.Berikut pengembanganya sesuai kebijakan Perusahaan. Masa kerja yang di hitung dalam perhitungan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Penggantian Hak adalah sejak pekerja diterima sebagai Trainee tau pekerja dalam masa percobaan sampai dengan berakhirnya hubungan kerjanya karena mencapai Usia Pensiun Normal sebagaimana di atur dalam ketentuan Perusahaan.
Rumusan yang telah di tentukan PT. BRI Persero dalam pemberian kompensasi pensiun sangat merugikan para pensiun dan tidak sesuai dengan ketentuan pada pasal 156 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 yang seharusnya perhitungan kompensasi pensiun adalah:
= Uang Pensiun + Pesangon = ( PPIP + PPMP ) – (( 2x UP) + UPMK + UPH)
Apabila uang pensiun di kurangi uang pesangon maka hal tersebut akan merugikan para pekerja dan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada.di karenakan antara uang pensiun dan uang pesangon adalah 2 komponen yang terpisah dan harus di berikan keduanya. Tetapi pada kenyataan yang ada adlah uang pensiun dan uang pesangon tidak di berikan keduanya, melainkan ada pengurangan antara uang pensiun dengan uang pesangon.
Perbedaan persepsi antara para pekerja dengan PT. BRI persero yang mengakibatkan sengketa hubungan industrial.Dimana para pekerja PT.BRI persero telah melaksanakan hak dan kewajibannya, yang salah satu kewajiban pekerja yaitu
membayar uang pensiun yang mana iuran tersebut telah di potong setiap bulannya secara otomatis dari gaji para pekerja. Iuran tersebut guna tunjangan Jaminan Hari tua ketika pekerja tersebut telah memasuki usia pensiun 55 tahun sebesar 2%. Selain hak dan kewajiban para pekerja, pengusaha mempunyai kewajiban untuk mengeluarkan iuran hari tua untuk para pekerjanya sebesar 3,7 % yang di tujukan untuk para pekerjanya ketika pensiun.
Kemudian Pensiunan Pegawai PT.Bank BRI sebagai pekerja yang selama ini telah memberikan segala kontribusi serta melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab dalam mengabdikan dirinya pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam jangka waktu yang cukup lama.kemudian terhadap hubungan kerja antara Perusahaan dengan Pegawai berakhir karena Pegawai telah memasuki usia pensiun; Pada kenyataanya ketika pekerja telah memasuki usia pensiun pekerja hanya mendapatkan Uang penggantian Hak, uang penghargaan kerja dan uang pesangon. Sedangkan uang jaminan hari tua di luar dari ketiga itu.
Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua
Sumatra melakukan unjuk rasa agar ada tanggapan dari pihak BRI.
Perundingan bipatrit baru terjadi karna adanya unjuk rasa para Pensiunan yang di lakukan pada tanggal 18 september 2013, dan tidak mendapatkan jalan keluar.
Mediasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak ternyata tidak membuahkan hasil, dikarenakan para pekerja menolak anjuran Mediator Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung. Keberatan karena tidak sesuai dengan pasal 167 ayat (3), Pasal 156 Ayat (3) dan Pasal 156 (4) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenagakerjaan. Dengan di tolaknya ajuran MediatorDinas Tenaga Kerja dan Provinsi Lampung maka salah satu pihak atau para pihak dapat melanjutkan penyelesaianperselisihan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan Negeri setempat.
Setelah melewati beberapa tahapan penyelesaian maka pada tanggal 28 Mei 2015 Sjamsuddin dan kawan- kawan mengajukan gugatan melalui Pengadilan Perselisihan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negri Tanjung Karang, yang mana isi gugatan tersebut meminta pihak PT. BRI Persero melaksanakan kewajibannya untuk memberikan hak pekerjanya yaitu tunjangan Jaminan Hari Tua, yang mana tunjangan tersebut di berikan pada saat pekerja sudah memasuki usia pensiun. Kenyataannya gugatan tersebut tidak dapat di terima oleh Majelis Hakim, karena gugatan tersebut salah alamat. Gugatan tersebut di katakan salah alamat karena para Pensiunan BRI tidak mengikut sertakan
Dana Pensiun BRI dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Serta Gugatan tersebut kadaluarsa, karenatenggang wakktu 1 tahun bagi pekrja yang akan menggugat sejak di terimanya atau di beritahukannya keputusan PHK dari pihak pengusaha.
Pertimbangan Hakim dalam gugagat para penggugat adalah sebagai berikut:
1) Gugatan Para Penggugat telah Kadaluarsa
2) Gugatan Para Penggugat salah alamat
Gugatan yang di ajukan oleh para penggugat adalah mengenai perselisihan hak pensiun sesuai ketentuan pasal 167 ayat 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Perhitungan hak-hak pekerja ( in casu Para Penggugat) di PHK karena mencapai usia pensiun adalah di bawah kewenangan Dana Pensiun (DP) Bank Rakyat Indonesia, yang tergugat IV karena merupakan gugatan yang sa;lah alamat ( error in Persona). Dana Pensiun ( DP) BRI selaku pengelola dana pensiun tidak di ikut sertakan oleh para penggugat, maka gugatan para penggugat merupakan gugatan yang kurang pihak dan sesuai dengan yurisprudensi tetap gugatan salah alamat dan kekurangan pihak, yang di ajukan oleh paara penggugat dalam perkara a-quo dinyatakan tidak dapat diterima
pertimbangan hakim tersebut tidak melihat dari sisi pelaksanaan hak dan kewajiban antara pengusaha dan pekerja. yang mana pada pelaksanaannya PT.BRI Persero tidak melaksanakan kewajiban dengan semestinya, dengan tidak memberikan Jaminan Hari Tua kepada para pensiunannya. Yang seharusnya dana JHT tersebut di dapatkan oleh para pekerja ketika telah memasuki usia pensiun. Pertimbangan hakim juga harus melihat pemberian kompensasi perusahaan terhadap para pekerja yang seharusnya kompensasi tersebut tidak merugikan salah satu pihak yaitu pekerja yang hakknya tidak di berikan oleh perusahaan.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaturan Hukum Pemenuhan Hak Pensiun Pegawai PT. Bank BRI Persero Berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2003 dan UU Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, dilaksanakan dengan sebuah sistem yang bernama kontribusi sistem, dimana bagi masing-masing pihak baik dari pihak Perusahaan dan dari Pihak Pegawai/pekerja, diwajibkan membayar Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) dengan cara dimasukan didalam slip gaji para pensiunan pada saat masih aktif bekerja setiap bulannya, Perusahaan membayar dan Pegawai/pekerja dipotong gajinya. Kemudian
kedua pembayaran tersebut disetorkan ke Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang didirikan PT.Bank BRI sendiri.
2. Faktor penyebab terjadinya pemenuhan Hak-hak Pensiunan Pegawai PT. Bank BRI Persero, dikarenakan terhadap aturan hukum dibidang ketenagakerjaan diperbolehkan membuat aturan khusus pada sebuah perusahaan, jika dianggap lebih baik kualitas dan kuantitasnya dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hal ini lah yang menjadi dasar PT. Bank BRI Persero membuat Peraturan Perusahaan Nokep 883, yang pada prinsipnya menyalahi aturan perundang-undangan, sehingga membuat tidak terlaksananya pemenuhan hak-hak pensiunan pegawainya. 3. Penyelesaian sengketa
Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Asikin, Zainal. Dasar-dasar Hukum Perburuhan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.1993 Asyhadie, Zainal Asyhadie. Hukum
Ketenagakerjaan Bidang
Hubungan Kerja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007
Budiono, Abdul Rachma. Hukum Perburuhan di Indonesia. Jakarta:PTRajaGrafindo Persada.1995
Djumadi. Hukum Perburuhan-Perjanjian Kerja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.1995 Husni, Lalu. Hukum
Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2000
Khakim, Abdul. Pengantar Hukum KetenagakerjaanIndonesia.B andung: PT Citra Aditya Bakti, 2003
Kosidin, Koko. Perjanjian Kerja – Perjanjian Perburuhan – Peraturan Perusahaan. Bandung: CV Mandar Maju. 1999
Muhammad, Abdul Kadir .
Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1995
Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Penelitian Hukum.Bandung: Citra Aditya Bakti.2004
Rachmat, Martoyo.Serikat Pekerja, Pengusaha dan Kesepakatan Kerja Bersama.Jakarta: Fikahati Aneska.1991
Rokhani, Endang. Pengetahuan
Dasar tentang Hak-hak
Buruh.Jakarta: Pranita Jaya Mandiri.1999
Sendjun.Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan.Jakarta: Rineka Cipta. 1990. Shamad, Yunus. Hubungan
Industrial di Indonesia. Jakarta: PT Bina Sumber-daya Manusia. 1995 Soebekti. Aneka Perjanjian.
Bandung: PT Cipta Aditya Bakti. 1995Soepomo, Imam.
Hukum Perburuhan-Bidang Hubungan Kerja.Jakarta Djambatan.1987
Wijayanti, Asri. Hukum
Ketenagakerjaan Pasca
Reformasi. Jakarta: Sinar Grafika.2009
Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
Undang-undang Nomor. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
Undang-undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial
Peraturan Menteri Tenag Kerja Nomor PER-06/MEN/1985 tentang Perlindungan Pekerja Harian Lepas
Keputusan Menteri Tenaga Keja Nomor KEP-150/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Lain-lain
http://www.academia.edu/8652768/J AMINAN_SOSIAL_TENAG A_KERJA diakses pada tangal 20Februari 2016 pukul 15.31 WIB.