• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerjaan Sosial dan Keluarga. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pekerjaan Sosial dan Keluarga. pdf"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN INSTITUSI KELUARGA DAN

KESEJAHTERAAN ANAK

1

Adi Fahrudin, PhD2

PENDAHULUAN

Perubahan global, trends industrialisasi dan swastanisasi telah menyebabkan transformasi berlaku pada institusi sosial, komunitas, perhubungan manusia, dan nilai-nilai sosial yang menjadi identitas bangsa. Tarikan proses globalisasi telah menimbulkan kesan yang nampak di permukaan yaitu semakin seriusnya permasalahan sosial seperti meningkatnya masalah gangguan mental, kenakalan remaja, perlakuan salah terhadap anak (child abused), anak-anak jalanan (street childrens), orang dewasa jalanan (street adult), penyalahgunaan NAPZA, seks bebas, pelacuran dan penyakit HIV/AIDS (Adi Fahrudin, 1998).

Permasalahan sosial baik kuantitas dan kualitasnya terus meningkat sejalan dengan proses runtuhnya nilai-nilai murni dalam masyarakat yang berasal dari institusi keluarga, politik bahkan agama. Perubahan-perubahan sosio-budaya, ekonomi bahkan politik yang begitu cepat pada era globalisasi ini telah memberi tekanan baik ekonomi, sosial maupun psikologis ke atas individu dan institusi keluarga. Perubahan-perubahan yang berlaku akibat transformasi ekonomi, sosial dan politik secara langsung atau tidak langsung memberi pengaruh ke atas keluarga.. Dalam konteks itulah, pekerjaan sosial mempunyai peranan strategis dalam penguatan institusi keluarga dalam rangka mencapai ketahanan keluarga yang pada gilirannnya dapat meningkatkan kesejahteraan anak dan anggota keluarga yang lainnya.

QUO VADIS INSTITUSI KELUARGA ?

Dalam peradaban manusia, keluarga merupakan institusi sosial dan karakteristik universal yang selalu ada dalam sesebuah masyarakat. Keluarga telah menjadi institusi yang demikian penting bahkan seolah-olah satu-satunya institusi yang paling dasar dalam membentuk sebuah masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa institusi keluarga tetap akan menjadi institusi sosial yang penting sekalipun peradaban manusia telah menjadi moden atau bahkan mencapai pasca-moden. Namun demikian keluarga juga terikat dengan struktur sosial, nilai dan norma-norma keluarga (Kagitcibasi, 1996). Seandainya ciri-ciri sosial dan budaya mengalami perubahan dari waktu ke waktu, maka struktur dan fungsi keluarga juga turut berubah.

1 Bahan perbincangan dalam Workshop Penguatan Institusi Keluarga Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anak anjuran Pusat Kajian Perempuan dan Keluarga (PUSKAPEGA) STKS Bandung, 21 September 2005

(2)

Tanpa wujudnya institusi keluarga maka kewujudan peradaban manusia dan masyarakat tidak akan pernah ada. Dari keluarga pula berlangsung proses regenerasi kehidupan manusia. Bahkan Suffian (1996) mengatakan bahwa sebenarnya keluarga merupakan wahana bagi cinta, naluri seks, dan kesinambungan keturunan. Keluarga menurut Hendrix (1997) masih dianggap penting dalam prokreasi dan sosialisasi anak-anak walaupun fungsi-fungsi ini sebagiannya telah diambil-alih oleh institusi-institusi lain. Disamping itu, institusi keluarga juga merupakan kawah ‘candradimuka’ dimana nilai-nilai kemanusiaan disemai melalui asuhan orang tua. Dalam kata lain, keluarga bertanggungjawab dalam memasyarakatkan anak-anak dengan asuhan dan penanaman nilai-nilai moral-spiritual-sosial supaya mereka menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab kepada diri, keluarga dan generasinya. Namun sejalan dengan itu, terpaan badai perubahan sosial yang demikian cepat telah menyentuh institusi keluarga. Institusi keluarga telah mengalami perubahan fungsi dan peranan yang sangat radikal sejalan dengan gelombang peradaban dan pemikiran pasca-moden. Pasca moden bukanlah isu yang baru dalam perspektif sains sosial. Tapi ia boleh disebut baru untuk menggambarkan bagaimana mengekpresikan kehidupan sosial yang bercirikan perubahan yang dramatik dalam aspek-aspek kemanusiaan. Perspektif pasca moden bersemuka dengan peralihan persepsi bahwa perspektif pinggiran mengenai kehidupan sosial adalah lebih baik jika kita mengharap adanya sedemikian (Simon, 1996).

Perbincangan mengenai milenium khususnya ianya juga terkait dengan perspektif pasca moden. Institusi keluarga di milenum digambarkan sebagai institusi yang penuh dengan masalah. Isu keibubapaan merupakan tema utama dalam perbincangan ini. Keibubapaan telah didefinisikan semula sebagai satu 'secular matter subject' kepada pilihan rasional dan dipandu berdasarkan perhitungan yang cermat (Nock, 1992). Dalam pandangan umum, keluarga dibayangkan sebagai sebuah surga yang memberi tenpat perlindungan bagi setiap anggotanya untuk mendapatkan kedamaian mental mahupun fisik. Ini sesungguhnya mencerminkan bahwa keluarga bukan sekedar tempat berkumpul dan perlindungan bagi anggotanya melainkan juga merupakan tempat untuk menjalin kemesraan di kalangan anggota keluarga. Dari perspektif sosial, keluarga dilihat sebagai institusi sosial. Dari perspektif individu pula, keluarga boleh merangkumi banyak arti; kesuksesan, keselamatan dan sokongan emosional.

Keluarga memainkan peranan penting dalam membangunkan kesejahteraan, pengasuhan dan pendidikan dasar kepada anggota-anggota keluarga. Pada semua budaya masyarakat, tanggungjawab penjagaan dan pengasuhan anak dibebankan kepada institusi keluarga (Nock, 1992). Sejalan dengan perubahan sosial, keluargapun telah mengalami perubahan yang drastik. Keluarga bukan lagi satu-satunya institusi yang selamat untuk memberi perlindungan dan sosialisasi kepada anggota keluarganya. Institusi keluarga semakin terancam dan dilanda pelbagai masalah sosial. Modenisasi masyarakat membawa impak ke atas pembentukan nilai-nilai sosial mengenai insitutisi keluarga. Manusia pada ketika ini telah mementingkan keindividuan (individualistic) serta terlalu memberi penenakan kepada ekonomi (economistic) (Simon, 1996). Dalam konteks ini, banyak pihak beranggapan bahwa keluarga merupakan tempat persinggahan dan bukan lagi tempat melahirkan, mendidik dan menjalinkan relasi dengan generasi pewaris mereka.

(3)

anak, dan tidak inginkan kebebasan mereka terhalang oleh sebab bernama keluarga. Pihak yang berpandangan begini menghalalkan segala cara untuk memenuhi keperluan seksual dan mereka tidak perlu terikat dalam sebuah perkahwinan. Sebahagiannya lagi mereka mahu membentuk keluarga tetapi mengabaikanya selepas itu. Kanak-kanak hasil perkahwinan mereka terbiar dan menjadi bibit generasi yang bermasalah. Hubungan suami-isteri menjadi hubungan formal seperti dalam sebuah organisasi kerja yang bercorak pembahagian tugas dan tanggungjawab. Disamping itu, tidak kalah penting ialah kaum isteri/wanita telah lahir dalam kewujudan kedua yang menuntut persamaan hak dan kewajiban secara radikal (radical feminism).

Perubahan sosial membawa kecenderungan perubahan ke atas institusi keluarga. Kecenderungan-kecenderungan perubahan kehidupan keluarga tersebut telah mempengaruhi fungsi yang sepatutnya dimainkan oleh keluarga dan anggotanya. Cherlin (1999) menyatakan beberapa kecenderungan itu sebagai berikut:

i) Sebilangan besar lelaki dan wanita hari ini tinggal bersama sebelum berkahwin

ii) Lelaki dan wanita berkawin lambat, mempunyai sedikit anak atau dalam sesetengah situasi tidak mau memiliki anak.

iii) Jumlah wanita yang tidak berkawin tetapi mempunyai anak kian bertambah.

iv) Kebanyakan isteri dan ibu dengan anak yang kecil mempunyai pekerjaan di luar rumah. v) Keluarga dengan ibu tunggal atau bapak tunggal telah bertambah dengan signifikan. vi) Perkawinan semula di kalangan dewasa adalah lebih banyak daripada perkahwinan di

kalangan orang muda.

Dari huraian di atas, persoalan pokok yang mesti dijawab ialah apakah itu keluarga dan bukan keluarga. Ini kerana keluarga sebagai konsep telah mengalami perluasan makna 'amelioratif'. Apakah seorang lelaki hidup bersama dengan seorang lelaki dan mempunyai anak angkat boleh dikatakan sebuah keluarga. Selain itu, isu-isu yang melibatkan institusi keluarga kini semakin bervariasi. Isu-isu kekerasann rumah tangga dalam masyarakat sekarang misalnya semakin berleluasa. Penderaan suami ke atas isteri atau sebaliknya, penderaan orang tua ke atas anak-anaknya, penderaan anak-anak terhadap orang tua mereka yang sudah tua, penderaan seksual abang/saudara ke atas adik-adiknya, dan lain-lain sebagainya. Begitu pula penceraian suami isteri meruntuhkan institusi keluarga dan memberi dampak kepada perjalanan hidup berkeluarga. Semuanya sudah barang tentu menggugah pikiran kita apa perlunya berkeluarga, mempunyai keluarga, atau mempertahankan institusi keluarga. Apa yang salah dalam fenomena seperti ini?

KETAHANAN KELUARGA DAN KESEJAHTERAAN ANAK

(4)

Disebabkan sistem kekeluargaan berbeda daripada satu masyarakat dengan masyarakat yang lain, maka tingkat perhubungan yang dialami oleh anak-anak dengan orang tua bukanlah merupakan satu perkara yang standard yaitu ianya tidak sama dalam semua masyarakat. Keadaan ini boleh membawa kepada pengaruh yang berbeda dalam pembentukan kepribadian anak-anak oleh satu keluarga jika dibandingkan dengan keluarga yang lain. Hubungan anak dengan orang tua dan dengan anggota keluarga yang lain dapat dianggap sebagai satu sistem yang lebih besar, yaitu lingkungan tetangga, komuniti dan masyarakat yang lebih luas lagi. Sistem-sistem tersebut mempengaruhi diri anak-anak secara langsung atau tidak langsung, terutama melalui sikap dan cara pengasuhan anak tersebut oleh orang tua mereka.

Keluarga dan Kesejahteraan Anak

Memiliki anak adalah kurnia yang tidak habis-habisnya kita syukuri kerana anak adalah harta yang amat berharga dalam kehidupan kita. Pada masa depan, anak adalah yang menjadi tumpuan kepada harapan orang tua, yaitu untuk merealisasikan keinginan dan impian mereka. Bahkan bagi sesetengah orang tua, anak merupakan sumber inspirasi yang dapat memberi rasa aman kerana kelak mereka dapat mengurus dan menjaga mereka apabila tua. Oleh itu, kepribadian dan mental yang sehat perlu dibentuk dalam diri anak-anak dengan sempurna agar dapat menyempurnakan tanggungjawab mereka sebagai seorang anak yang baik terhadap orang tua. Anak bukan saja perlu mengetahui bahwa mereka disayang, tapi juga bahwa ia diterima dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Proses perkembangan anak-anak adalah dipengaruhi oleh orang tua dan anggota keluarga yang lainnya. Tanggapan orang tua, anggota keluarga dan orang lain yang signifikan serta bentuk interaksi yang berlaku akan mencorakkan perkembangan kanak-kanak. Orang tua harus memainkan peranan yang penting dalam mengawal lingkungan agar anak-anak dapat membesar dalam keadaan sehat dari segi fisik, mental dan rohani.

Perkembangan mental anak-anak adalah merangkumi aspek-aspek:

Perkembangan Kognitif

Aspek ini adalah berkaitan dengan pemikiran dan penbelajaran. Tahap kecerdasan anak dipengaruhi oleh unsur genetik. Walau bagaimanapun, keadaan lingkungan boleh mempengaruhi kesan baka. Lingkungan yang kondusif (makanan yang halal dan seimbang, iklim rumahtangga yang sehat, interaksi yang merangsang) boleh membawa peningkatan tahap kecerdasan anak.

Perkembangan Afektif

Perkembangan afektif ini adalah yang berkaitan dengan emosi dan perasaan anak-anak. Perkembangan mental anak-anak adalah secara tidak langsung akan dipengaruhi oleh perangai anak-anak yang terbentuk sejak kecil yaitu:

- Tahap pengerahan dan penggunaan tenaga

- Rentak fungsi biologi (seperti pusingan bangun atau tidur, lapar, kenyang dan sebagainya) - Kaedah bartindak terhadap keadaan yang baru.

(5)

- Distraktibilitas (tahap kestabilan tumpuan) - Tahap kosentrasi dan kedegilan.

- Tahap rangsangan yang perlu untuk mendapat tindak balas yang sesuai.

Perangai anak-anak ini berlaku melalui perubahan sikap orang tua terhadap mereka. Sebagai contohnya, seorang kanak-kanak yang nakal dan kerap menangis boleh menyebabkan orang tuanya menjadai marah. Tindakan orang tua yang memarahi anak, contohnya dengan memukul anak-anak boleh meninggalkan dampak yang negatif terhadap diri anak-anak. Sekiranya keadaan ini sentiasa berlaku kepada anak-anak tersebut, mungkin boleh menghambat perkembangan mental anak tersebut.

Psikomotor

Tahap perkembangan psikomotor adalah yang berkaitan dengan tingkah laku, perkembangan sosial dan keterampilan dalam pelbagai bidang. Tingkah laku anak-anak adalah dipengaruhi oleh tahap kecerdasan otak, perangai dan kematangan fikirannya. Seorang anak yang cerdas dan sehat mentalnya mempunyai tingkah laku yang positif contohnya pandai berinteraksi dengan orang tua dengan cara yang baik. Rangsangan yang positif daripada orang tua dan lingkungannya akan meningkatkan kecerdasan mental anak tersebut. Sebaliknya, kemarahan, hukuman dan rangsangan atau tingkah laku yang negatif dari lingkungan dapat mengganggu kecerdasan mental anak.

Selain daripada itu, komunikasi di dalam sesebuah keluarga juga dapat mempengaruhi kepribadian dan perkembangan mental seseorang anggota dalam keluarga tersebut. Perkembangan kognitf dan kecerdasan seorang anak mempunyai kaitan yang rapat dengan jumlah rangsangan lisan yang diberikan kepadanya. Lebih awal anak-anak menerima rangsangan lisan, maka lebih cepatlah perkembangan kecerdasan fikiran, kemahiran bertutur dan kecekapan berfikir. Setiap anggota keluarga berperanan penting dalam mewujudkan kemesraan pada awal setiap perhubungan yang dijalinkan melalui sentuhan mesra dan perkataan-perkataan yang sedap didengar. Belaian yang positif terutamanya daripada orang tua kepada anak-anak sama ada secara psikologikal atau fisik akan mengeratkan lagi hubungan kekeluargaan sesama mereka. Orang tua perlulah menjalin hubungan yang adil dan saksama yaitu tidak ada perbedaan antara anggota keluarga semasa berhubung. Selain daripada itu, apabila anak-anak mempunyai masalah atau ada isu yang hendak disampaikan, orang tua haruslah mendengar secara aktif dan teliti dengan memberi perhatian yang sepenuhnya. Mendengar apa yang tersirat yaitu pesan sebenar yang hendak disampaikan. Di samping itu, setiap orang tua haruslah memahami perasaan sebenar anak-anak mereka ketika berkomunikasi dengan mereka. Contohnya, sentiasa peka kepada komunikasi non verbal seperti air muka, sentuhan, imbangan muka, kedudukan badan dan jarak yang sesuai semasa berhubung. Teknik percakapan yang efektif juga perlu digunakan, contohnya menggunakan bahasa yang sopan dan enak didengar agar tidak menyinggung pihak lain.

(6)

kepribadian yang sehat menjadi modal atau menjadi dasar penting bagi pembentukan kepribadian dan mental yang sehat bagi anak-anak. Bagi mendasari keadaan ini, membangun harga diri anak akan membuatkan anak-anak rasa memiliki perasaan percaya diri dengan baik, sehingga anak dapat mengembangkan potensi dirinya secara optima. Anak yang memiliki harga diri yang sehat akan tampil sebagai anak yang berasa berharga dengan dirinya sendiri. Ia percaya bahwa dengan apa yang ada dalam dirinya, ia tetap aset yang tidak ternilai harganya bagi orang tuanya. Oleh itu, orang tua serta anggota keluarga yang lain berperanan penting dalam membentuk kepribadian atau kepribadian seseorang anak agar mencapai matlamat anak tersebut dengan lunas-lunas mental yang sehat agar anak tersebut berguna di masa depannya. Contohnya melalui teladan yang baik yaitu yang ditunjukkan oleh kedua orang tua. Sebelum itu, orang tua perlulah percaya kepada kemampuan diri sebagai orang tua dan ini akan memudahkan tumbuhnya kepercayaan anak sebagai model bagi perkembangan kepribadiannya.

Gambar 1: Faktor-faktor yang mempengaruhi self esteem diri anak

Selain itu seorang ibu juga berperanan penting dalam membentuk kepribadian dan mental yang sehat, yaitu memberikan bayi atau anak dengan meminum susu ibu semasa bayi lagi. Dilihat daripada perspektif psikologi, penyusuan ibu dikatakan berperanan besar dalam pembentukan jiwa anak-anak. Penyusuan ibu akan mewujudkan hubungan perasaan dan emosi yang lebih kukuh antara ibu dan anak.

Di dalam perkahwinan, hubungan di antara suami isteri bukan saja perlu diambil berat, tetapi hubungan kekeluargaan di antara kedua-dua mestilah dijalinkan sama ada dari pihak isteri ataupun suami. Ini adalah menjadi tanggungjawab kepada suami isteri mengeratkan lagi

Sifat alamiah

- Genetik

- Pandangan terhadap diri sendiri

Model yang dicontoh dari pengalaman;

- Orang tua

- Rekan sebaya

- Orang dewasa

- Diri sendiri

Kepercayaan nilai berdasarkan kebutuhan -Keselamatan -Fisik -Kasih sayang -Penghormatan diri -Kesempurnaan diri

Lingkungan:

- Informasi umum

- Kebudayaan

- Pandangan orang lain

(7)

hubungan silaturahim kedua-dua belah pihak. Bagi membentuk sebuah keluarga yang harmoni dan bahagia, suami isteri adalah kunci atau tunggak kebahagiaan sesebuah keluarga. Mereka perlulah menyedari tentang tanggungjawab dan tugas mereka sebagai suami isteri atau ayah dan ibu kepada anak-anak.

Perasaan tanggungjawab penting dalam sesebuah rumahtangga kerana setiap keluarga memainkan tugas penting dalam menyediakan segala keperluan hidup. Selain itu, perasaan kasih sayang di antara suami isteri perlulah dijalinkan dengan murni, ikhlas dan jujur. Hubungan suami isteri tidak akan bertapak dan berkembang seperti yang diharapkan jika kasih sayang tidak dijalinkan dengan perasaan yang sebenarnya, contohnya hanya berpura-pura, ianya akan merosakkan hubungan suami isteri tersebut. Sebuah keluarga yang hidup dalam keadaan yang bahagia akan menghasilkan kesejahteraan jiwa. Sikap saling percaya-mempercayai di kalangan semua anggota keluarga dapat mengeratkan lagi hubungan yang baik sesama mereka.

Perkembangan mental yang sehat bermula dari peringkat janin dan pendedahan orang tua pada alam lingkungan, keadaan rohani dan jasmani amat penting bagi memastikan bayi yang dilahirkan sehat serta normal. Ibu yang mengandung perlu mengetahui rawatan awal sewaktu mengandung agar tidak menjejaskan kesehatan ibu dan anak dalam kandungan. Perkembangan mental merangkumi aspek sosial, emosi, dan fikiran dan semua aspek ini adalah bergantung kepada kesehatan otak dan pada peringkat awal organ otak serta urat saraf berkaitan dengannya menunjukkan perkembangan yang sehat. Jika organ itu cacat, maka akan cacat pula perkembangan mental bayi yang bakal dilahirkan. Konsep keibubapaan yang berkesan (effective parenting) perlulah diberikan penekanan yang serius. Orang tua perlu berusaha untuk memahami jiwa anak mereka dengan lebih mendalam lagi terutamanya dari segi kekuatan dan bakat semulajadi yang dimiliki anak mereka. Dengan ini, ciri-ciri positif yang dimiliki oleh anak mereka dapat dipupuk dan dirangsang untuk mencapai kecemerlangan.

Selain itu, orang tua yang dapat membentuk kepribadian dan mental yang sehat terhadap anak-anak, kakak, abang atau adik-beradik yang lain merupakan pengaruh keluarga yang penting. Anak yang tertua dalam sesebuah keluarga seringkali lebih mudah bergaul atau berorentasikan orang dewasa, berusaha menyesuaikan diri, bertanggungjawab dan berorentasi pada prestasinya, manakala adik atau anak yang lahir kemudiannya biasanya akan mudah terpengaruh dengan anak yang sulung tersebut. Anak yang sulung sering mendominasikan adik dan menjadi model bagi mereka.

(8)

penyesuaian di antara sifat kanak-kanak dan sikap orang tua. Setiap orang tua harus mengetahui dengan lebih mendalam kepribadian anak-anak supaya mudah bagi mereka menangani masalah-masalah yang mungkin timbul dan melayani kerenah anak mereka. Setiap kanak-kanak yang mudah di jaga dapat menyesuaikan diri dengan keadaan tanpa sebarang masalah.

Dalam usaha memperkuat pertalian keluarga, nilai tradisional yang baik haruslah sentiasa diutamakan oleh orang tua. Sikap sentiasa berminat dan suka berkongsi serta menyayangi anggota keluarga, menghormati anggota keluarga yang tua, dan mempunyai semangat cinta akan tanah air perlu diamalkan. Oleh yang demikian, melengkapkan orang tua dengan kemahiran tertentu secara langsung dapat membantu mereka memahami keadaan fisik, mental kepercayaan terhadap keagamaan, emosi dan pembangunan sosiobudaya setiap individu dalam sesebuah keluarga. Hal ini penting bagi memastikan kesuksesan institusi kekeluargaan sebagai benteng untuk memerangi masalah sosial dan keruntuhan akhlak dan ianya penting juga bagi membentuk kepribadian serta mental yang sehat di kalangan anggota sesebuah keluarga.

Tanggungjawab untuk bersama keluarga hendaklah diamalkan demi menjaga keharmonian dan kerukunan rumah tangga sebagai tunjang sesebuah keluarga. Daya kekuatan sesebuah keluarga bermula dari rumah. Yang penting ialah memfokuskan pemikiran tentang tentang institusi kekeluargaan yang dibina serta pengorbanan dan tanggungjawab yang harus dipikul oleh setiap individu dalam sesebuah keluarga. Sekiranya sesebuah keluarga itu menghadapi masalah seperti kurangnya kasih sayang daripada orang tua yang sibuk untuk mencari rezeki, yang menjadi sasaran adalah anak-anak. Kesibukan orang tua mencari rezeki hingga masa untuk anak-anak terbatas turut menjadi sebab anak berubah tingkah laku. Anak-anak yang merasakan diri mereka diabaikan akan coba menarik perhatian orang tua mereka dengan melakukan perkara yang negatif seperti mencuri dan sebagainya. Sehubungan dengan itu, orang tua disarankan agar bijak mengagihkan masa yang berkualiti dengan anak-anak untuk mengelakkan diri mereka daripada terasa diabaikan. Orang tua haruslah meluangkan masa yang ada contohnya, pada hari cuti setiap ahad dan sebagainya adalah dijadikan hari bersama keluarga sepenuhnya tanpa melibatkan tugas atau pekerjaan mereka seperti hari-hari yang lain. Contohnya membawa semua anggota keluarga untuk berkelah, wisata dan pelbagai lagi aktivitas yang sehat untuk memupukkan lagi rasa kasih sayang di kalangan anggota anggota keluarga di samping dapat mengelakkan anak-anak terjebak ke arah gejala sosial yang dapat merosakkan diri mereka. Situasi ini juga dapat membentuk mental yang sehat sebab dengan melakukan aktivitas yang sehat atau dapat menenangkan fikiran sebegini akan mengelakkan waktulah mental. Bukan saja bagi anak-anak malah bagi orang tua yang selama ini tertekan dengan kesibukan pekerjaan sekali-kali dapat menenangkan fikiran dengan meluangkan waktu dengan anak-anak.

(9)

melakukan perkara-perkara yang dikehendaki oleh masyarakat, maka adalah lebih mudah untuk mendapatkan mereka melakukan perkara-perkara itu. Oleh itu, unit kekeluargan adalah saling berkaitan dengan masyarakat secara umumnya.

Faktor-Faktor Lain Yang Dapat Mempengaruhi Kesejahteraan Anak

Bila anak-anak pandai, sopan, jujur atau dapat menyesuaikan diri, orang tua mereka biasanya mendapat pujian. Bila mereka nakal, mengalami gangguan jiwa atau bodoh, orang tua juga yang kerap disalahkan. Walaupun keluarga dianggap sebagai unsur terpenting dalam kehidupan anak dalam masyarakat namun, interaksi anak-anak dengan faktor di luar keluarga atau lingkungan dapat mempengaruhi atau membentuk kepribadian dan mental anak-anak tersebut.

Rekan Sebaya (Peer Group)

Rekan sebaya memainkan peranan yang penting di dalam perkembangan psikologi dan dari segi perbentukan kepribadian dan mental yang sehat di kalangan anak-anak, terutama dalam masyarakat berteknologi maju pada zaman sekarang. Interaksi dengan teman sebaya memberikan banyak fungsi yang sama dalam usia kanak-kanak, remaja atau dewasa. Interaksi tersebut memberi kesempatan kepada mereka yang belajar bagaimana mengendalikan perilaku sosial, mengembangkan keterampilan dan minat yang sesuai dengan usia, dan pelbagai masalah dan perasaan bersama. Kelompok rekan sebaya mengajar atau melatih anak-anak untuk keterampilan sosial yang lebih kritis yang mana ianya tidak dapat dipelajari daripada orang tua mereka dengan cara yang sama. Contohnya, bagaimana hendak berinteraksi dengan rekan sebaya yang lain, bagaimana berhubungan dengan pemimpin dan lain-lain perkara yang melibatkan masyarakat. Teman atau rekan sebaya juga dapat membentuk kepribadian dan kesehatan mental yang tidak sehat sekiranya anak-anak mudah terpengaruh dengan rekan sebaya mereka itu. Contohnya mereka mengikut rekan yang lain untuk menyertai ‘gengsterisme’ di dalam atau di luar sekolah. Sekiranya mereka mempunyai rekan sebaya yang mempunyai matlamat atau mengamalkan gaya hidup yang sehat, maka pembentukan kepribadian yang baik dan mental yang sehat akan dihasilkan. Contohnya, rekan sebaya di sekolah yang bergiat aktif dalam kegiatam kokurikulum dan cemerlang dalam bidang akademik dapat mempengaruhi seseorang melalui jalan yang positif, contohnya rekan mereka yang cemerlang itu dijadikan contoh dan dapat memotivasikan diri bagi meningkatkan potensi diri.

Sekolah.

(10)

seorang pelajar yang sehat dan secara tidak langsung menghindar daripada terlibat dalam gejala yang negatif. Pemikiran para pelajar umpama vakum yang menyerap segala informasi di sekelilingnya. Oleh itu, lingkungan sekolah dan suasana pembelajaran yang positif memainkan peranan yang penting dalam menentukan prestasi seseorang pelajar. Oleh itu, sekolah berfungsi untuk menyalurkan norma dan nilai masyarakat kepada anak-anak muda. Dalam proses persekolahan, anak-anak muda yang melalui sistem pendidikan dalam jangka tertentu dijangka mempelajari beberapa ilmu pengetahuan, kemahiran, nilai, sikap dan pandangan tertentu terhadap masyarakat.

Dari uraian di atas, beberapa pertanyaan patut diungkap yaitu; apakah ada korelasi antara ketahanan keluarga dengan kesejahteraan anak? Kesejahteraan anak merupakan suatu kondisi sejahtera fisik, mental dan sosial yang dialami oleh anak-anak. Persoalannya, dapatkah kesejahteraan anak tercapai jika sebuah keluarga tidak memiliki ketahanan ? Bagaimanakah cara mencapai ketahanan keluarga tersebut? Dapatkan penguatan institusi keluarga meningkatkan ketahanan keluarga yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan anak dan anggota keluarga yang lain. Jawaban semua itu, keluarga yang memiliki ketahanan maka mempunyai peluang untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan segala kebutuhan anak dan anggota keluarga yang lainnya. Lalu bagaimana jika sebuah keluarga tidak memiliki ketahanan ?

Dunst, Trivette dan Deal (1988) menyarankan beberapa indikator ketahanan dan penguatan institusi keluarga yaitu:

1. Nilai keluarga

- Percaya dan mempunyai komitmen terhadap meningkatkan kesejahteraan dan perkembangan anggota keluarga dan juga unit keluarga itu sendiri.

- Nilai, peraturan dan sistem kepercayaan yang jelas dan menerangkan tingkah laku yang boleh dan tidak boleh diterima.

- Hidup dengan penuh tujuan baik dalam waktu senang maupun susah - Berbagi tanggungjawab

- Menghormati hak pribadi anggota keluarga - Mempunyai ritual dan tradisi keluarga

- Mempercayai kepentingan untuk menjadi aktif dan mempelajari persoalan baru - Mempercayai bahwa segala sesuatu masalah bisa diselesaikan jika anggota keluarga

bekerjasama.

- Mempertimbangkan tentang integrasi dan kesetiaan keluarga

2. Keterampilan Keluarga

- Mempunyai strategi daya tindak (coping strategy) yang berbagai bagi menangani peristiwa kehidupan yang normal dan bukan normal.

- Mengamalkan cirri fleksibelitas dan adaptif dalam mengindentifikasi dan mendapatkan sumber bagi memenuhi kebutuhan.

- Ilmu dan keterampilan yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan menetapkan hasil

(11)

- Kemampuan untuk menggerakkan anggota keluarga untuk memperoleh sumber-sumber yang diperlukan

- Kemampuan mewujudkan dan mengekalkan hubungan harmonis di dalam dan di luar sistem keluarga

- Kemampuan merencanakan dan menyusun tujuan keluarga

3. Pola interaksi

- Anggota keluarga saling bersetuju mengenai nilai dan kepentingan menggunakan waktu dan tenaga keluarga dalam menetapkan tujuan, mengidentifikasi kebutuhan dan melaksanakan fungsi.

- Menghargai sumbangan dan pencapaian besar dan kecil anggota keluarga dan mendorong anggota keluarga untuk terus berusaha memperbaikinya

- Bersatu dalam menjalankan aktivitas keluarga

- Berkomunikasi secara efektif dan sentiasa menggalakkan sumbangan ide dan kritik positif dari anggota

- Mengamalkan praktek mendengarkan secara efektif terhadap masalah, kehendak, kekecewaan, aspirasi, ketakutan dan harapan anggota keluarga dengan penuh dukungan

- Meluahkan pengukuhan dan dukungan terhadap dan sesama anggota keluarga

Ketahanan keluarga akan menjamin fungsi keluarga menjalani kehidupan sehari-hari. Perpaduan dan interaksi nilai keluarga, keterampilan dan pola interaksi yang positif menjadikan keluarga memiliki ketahanan dalam menghadapi sebarang persoalan, mampu mengurus sumber, menyusun tujuan dan melihat tantangan sebagai peluang untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan anggota-anggotanya.

KESIMPULAN

Keluarga sememangnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan mental yang sehat di dalam sesebuah masyarakat. Yang paling penting, di kalangan anggota keluargalah kanak-kanak mula-mula sekali mengalami sosialisasi bagi memenuhi keperluan masyarakat, dan bukanlah keperluan dirinya saja. Sesebuah masyarakat tidak akan terbentuk sekiranya tiada institusi kekeluargaan. Keluarga akan terus wujud jika ia disokong oleh masyarakat yang lebih besar kerana kedua-duanya saling memerlukan di antara satu sama lain. Oleh itu, peranan orang tua amatlah penting dalam menghasilkan sebuah keluarga yang sempurna dan sehat dari segi mental dan fisiknya.

(12)

proses sosialisasi. Kepribadian merupakan satu sifat yang amat penting kerana ia akan memberi impak terhadap masa depan seseorang. Sesebuah masyarakat bertanggungjawab untuk melahirkan anggota masyarakat yang berkepribadian positif supaya dapat mewujudkan kesejahteraan komuniti.

RUJUKAN

Adi Fahrudin. (1999). Komitmen profesional dikalangan pelajar kerja sosial di Indonesia (Professional

commitment among social work students’ in Indonesia). PhD Thesis (Social Work), Penang: Institute of Postgraduate Studies, Universiti Sains Malaysia.

Adi Fahrudin. (1998). Pekerja (an) Sosial di Era Global. Artikel 13 Mei 1998 Harian Umum Pikiran Rakyat. Bandung.

Cherlin, A. J. (1999). Public and Private Families: An Introduction (2nd Edition). Boston: McGraw-Hill College.

Dunst, C. J., Trivette, C. M. , & Deal, A.G. (1988). Supporting and strengthening families: Methods, strategies and practice. Cambridge, MA: Brookline Books.

Franklin, C. (1995). Expanding the vision of the social constructionist debates: Creating relevance for practioners. Family in Society, 76(7), 395-407.

Hendrix, L. (1997). Quality and equality in marriage: A cross-cultural view. Cross-Cultural Research, 31(3), 201-214,

Kagitcibasi, C. (1996). Family and human development across cultures. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Nock, S. L. (1992). Sociology of the Family (2nd Edition). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.

Pardeck, J. T., Murphy, J. W., & Jung, M.C. (1994). Some implications of postmodernism for social work practice. Social Work, 39, 343-345.

Parpart, J.L. & Marchand, M.H. (1995). Exploding the Canon: An Introduction/Conclusion. Dalam Parpart, J. T. & Marchand, M.H. (ed.), Feminism Postmodernism Development. New York: Routledge

Simon, W. (1996). Postmodern Sexualities. London: Routledge

Smith, H. (1989). Beyond the postmodern mind. New York: Columbia Press.

Gambar

Gambar 1: Faktor-faktor yang mempengaruhi  self esteem diri anak

Referensi

Dokumen terkait

Performa hematologis ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dan kualitas air media pada sistim budidaya dengan penerapan kolam biofiltrasi.. Jurnal

Berdasarkan pada fenomena diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang perilaku konsumen dalam memilih pembiayaan syari’ah dan faktor-faktor yang

Keluarga buruh yang memiliki pendidikan yang terbatas membuat mereka kesusahan melakukan pembelajaran pada anak (Praditta, 2017:50).. Hal ini lambat laun membuat orang

selama 5 tahun pertama kehidupan, maka menyebabkan anak menjadi individu yang dingin, kurang menyayangi, tidak berperasaan dan cenderung menjadi remaja delinkuen

Titi Purwandari dan Yuyun Hidayat – Universitas Padjadjaran …ST 57-62 PENDEKATAN TRUNCATED REGRESSION PADA TINGKAT. PENGANGGURAN TERBUKA PEREMPUAN Defi Yusti Faidah, Resa

NO UNIT MASALAH TUJUAN INDIKATOR HASIL ANALISIS SEBAB MASALAH PERENCANAAN PERBAIKAN (PLAN) PELAKSANAAN (DO) PERIKSA HASILNYA (CHECK) TINDAK LANJUT (ACTION) KET 1

Berpedoman pada Parisada Hindu Dharma Indonesia sebagai Majelis Tertinggi Agama Hindu di Indonesia dalam peran utamanya sebagai lembaga bhisama dan pembinaan keagamaan, baik

Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Pengaruh intellectual capital terhadap Kinerja Keuangan PD BPR di Jawa Barat” Untuk memahami lebih jelas tentang penggunaan kedua