• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon - Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon - Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

Menurut kamus besar bahasa indonesia respon dapat diartikan sebagai suatu tanggapan, reaksi dan jawaban. Marbun dalam kamus politik, menyatakan bahwa respon adalah tanggapan, reaksi dan jawaban, sedangkan reaksi adalah kegiatan berupa aksi, protes dan sebagainya, yang timbul akibat suatu gejala atau peristiwa dan tanggapan respon terhadap suatu aksi.

Respon adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan terhadap rangsangan atau stimulus. Respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut. Individu manusia berperan serta sebagai pengendali antara stimulus dan respon sehingga yang menentukan bantuk respon individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individu itu sendiri.

Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-orang dan dalam berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan sebagainya akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan seseorang. Respon seseorang bisa berbentuk baik atau buruk, positif atau negatif. Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut.

(2)

Pengetahuan berhubungan dengan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman tentang dirinya dan lingkungannya serta bagaimana dengan kesadaran itu ia bereaksi terhadap lingkungannya. Setiap perilaku sadar yang dilakukan oleh manusia didahului oleh proses pengetahuan yang memberi arah terhadap perilaku. Setelah seseorang mendapatkan pengetahuan maka yang terjadi adalah seseorang tadi akan menentukan sikap. Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak, beroperasi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap seseorang timbul dari adanya pengalaman yang tidak dibawa sejak lahir, namun merupakan hasil dari belajar seseorang terhadap objek atau lingkungan sekitarnya. Sikap bersifaat evaluatif yang mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Komponen yang terakhir adalah komponen psikomotorik atau secara sosiologi disebut dengan tindakan . jones dan Davis mendefenisikan tindakan sebagai keseluruhan respon (reaksi) yang mencerminkan pilihan seseorang yang mempunyai efek terhadap lingkungannya. Suatu tindakan dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian sesuatu tujuan agar kebutuhan tersebut terpenuhi.

(Junsu.blog.fisip.uns.ac.id/2013/06/20defenisi-respon-menurut-para-ahli/) Diakses pada tanggal 16 April 02.00 WIB

2.2 Persepsi

(3)

proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita (Sobur, 2003: 446)

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Persepsi didalam prosesnya memiliki tiga komponen utama yaitu :

1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpresentasi, yaitu proses pengorganisasian informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga tergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

2.3. Sikap

(4)

Sikap mengadung tiga komponen, yaitu kognitif (keyakinan,kesadaran), afektif (perasaan), konatif (perilaku) dengan uraian sebagai berikut :

1. Komponen kognitif adalah komponen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang difikirkan seseorang mengenai obyek sikap tertentu. Fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang obyek. Misanya, sikap mahasiswa terhadap senjata nuklir. Komponen kognitif dapat meliputi beberapa informasi tentang ukurannya, cara pelepasannya, jumlah kepala nuklir pada setiap rudal, dan beberapa keyakinan tentang negara-negara yang mungkin memilikinya, daya hancurnya, dan lainnya.

2. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap obyek, terutama penilaian. Tumbuhnya rasa senang atau tidak senang ditentukan oleh keyakinan seseorang terhadap obyek sikap. Semakin dalam komponen keyakinan positif maka akan semakin senang orang terhadap obyek sikap. Misalnya, kekhawatiran atau ketakutan akan terjadinya penghancuran oleh nuklir pada kehidupan manusia. Keyakinan negatif ini akan menghasilkan penilaian negatif pula terhadap nuklir. 3. Komponen prilaku terdiri dari persiapan seseorang untuk bereaksi atau

(5)

Ketiga komponen sikap ini saling berkaitan erat. Dengan mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap suatu obyek sikap tertentu, maka akan dapat diketahui pula kecendrungan perilakunya. Namun, dalam kenyataannya tidak selalu suatu sikap tertentu berakhir dengan perilaku yang sesuai dengan sikap.

2.4 Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa latin, yaitu pars, yang artinya bagian dan capere (sipasi), yang artinya mengambil. Bila digabungkan berarti mengambil bagian. Dalam bahasa inggris, participate berarti mengambil bagian atau mengambil peranan (Sahid, 2011).

2.4.1 Bentuk-Bentuk Partisipasi

Partisipasi ada dua bentuk, yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal.

1. Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat yang terlibat didalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan.

2. Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil untuk mempunyai prakarsa dimana setiap anggota/ kelompok masyarakat berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain.

(6)

1. Usia: faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterkaitan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi dari pada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin: nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah di dapur yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin membaik.

3. Pendidikan: dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipsi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. 4. Pekerjaan dan penghasiln: hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama

(7)

kegiatan harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomiannya.

5. Lamanya tinggal: lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

2.5 Kemiskinan

Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang harkat dan martabat manusia. Sulit untuk merumuskan apa makna yang sebenarnya dari kemiskinan itu sendiri, karena kemiskinan itu masalah pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara. Kemiskinan identik oleh suatu penyakit oleh sebab itu langkah pertama penanggulangan kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Cara berfikir seperti ini mengikuti alur berfikir dalam manajemen perencanaan strategik. Secara manajemen, memahami suatu masalah berarti telah menapaki 50% jalan penyelesaian masalah tersebut. Untuk memahami masalah kemiskinan, kita perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses (Siagian, 2012: 2).

(8)

menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sesuai manusia.

2.5.1 Ciri-Ciri Kemiskinan

Pemahaman lebih mendalam dan komprehensif tentang kemiskinan oleh banyak ahli juga sering diupayakan melalui kajian tentang ciri-ciri kemiskinan. Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi-indikasi seperti apa yang telah digunakan sebagai pegangan untuk menyatakan secara akurat, bahwa orang-orang seperti inilah yang disebut orang miskin, sementara orang-orang seperti itu disebut tidak miskin. Namun demikian, suatu studi mmumnya tenunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan, yakni:

(9)

untuk investasi, melainkan hanya untuk konsumsi demi mempertahankan hidup. Kondisi seperti ini mengakibatkan banyak kasus berhentinya usaha karena kekurangan atau ketiadaan modal. 2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang

untuk memperoleh aset produksi dngan kekuatan sendiri. Sebagai contoh, keluarga petani dengan perolehan pendpatan yang hanya cukup untuk konsumsi. Mereka tidak berpeluang untuk memperoleh tanah garapan, benih, ataupun pupuk sebagai faktor-faktor produksi. Contoh lainnya, seorang pedagang kecil tidak memiliki uang yang cukup untuk menyewa, terlebih membeli kios serta untuk membeli barang-barang dagangan. Sementara mereka pun tidak memiliki harta yang dapat digunakan sebagai agunan yang justru merupakan salah satu syarat mendapatkan kredit dari perbankan. Kondisi seperti inilah yang memaksa mereka berpaling ke lembaga non bank, seperti usaha yang berkodak koperasi. Institusi semacam ini memang tidak membebankan birokrasi yang sulit untuk memperoleh fasilitas pinjaman, namun untuk pelunasan pinjaman tersebut mereka dihadapkan pada syarat-syarat yang sangat berat, misalnya dengan bunga yang sangat tinggi sehingga pengembalian pinjami proses pemiskinan bagi mereka. Dengan demikian institusi tersebut bukan menyokong, melainkan merongrong kehidupan masyarakat.

(10)

menyimpulkan bahwa waktu mereka pada umumnya habis tersita semata-mata hanya untuk mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar atau meningkatkan keterampilan. Demikian juga dengan anak-anak mereka, tidak dapat menyelesaikan sekolahnhya, karena harus membantu orang tua untuk mencari tambahan pendapatan. Artinya, bagi mereka anak tersebut memiliki nilai ekonomis. Tidak heran, jika penelitian yang dilakukan oleh BKKBN tentang Nilai Ekonomi Anak dan Perilaku Fertilitas, antara lain menyimpulkan bahwa terdapat korelasi negatif antara tingkat sosial ekonomi dengan jumlah anak. Hal ini berarti, mereka yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah cenderung memiliki anak dalam jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang tinggi.

(11)

seterusnya mengakibatkan mereka memperoleh pendapatn yang rendah pula.

5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang semakin deras. Artinya, laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi kondisi ini tentu tidak terlepas dari sifat statis desa dalam mendukung kehidupan penduduknya. Dalam keadaan demikian, masyarakat desa cenderung melakuukan migrasi kekota, karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya mengubah nasib. Tidak heran jika banyak ahli mengemukakan bahwa kemiskinan pedesaan membuahkan fenomena urbanisasi dari desa ke kota. Dengan demikian lengkaplah sudah, bahwa kemiskinan masyarakat perkotaan yang terus meningkat juga diperparah dengan pindahnya kaum miskin perdesaan, sehingga angka masyarakat miskin perkotaan meningkat secara tajam.

2.5.2 Jenis-Jenis Kemiskinan

Banyak referensi tentang jenis-jenis kemiskinan menurut para ahli, akan tetapi jenis-jenis kemiskinan yang saya paparkan disini adalah konsep-konsep dari buku (Siagian, 2012: 45). Adapun jenis-jenis kemiskinan tersebut adalah sebagai berikut :

(12)

Tinjauan konsep kemiskinan dari sudut bagaimana kita memandang atau mengkaji kemiskinan tersebut akan mengenalkan kita pada dua jenis kemiskinan, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi, dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia.

2. Kemiskinan Relatif

Kajian kemiskinan didasarkan pada komparasi kondisi kehidupan antara seseorang dengan orang lain atau antara satu kelompok dengan kelompok lain. Analisis komparatif tentang kondisi hidup manusia dilakukan karena kondisi taraf hidup di suatu lingkungan atau daerah tertentu kemungkinan besar berbeda dibandingkan dengan daerah lainnya. Misalnya, gaya hidup maupun taraf hidup masyarakat kota akan berbeda dengan masyarakat desa.

3. Kemiskinan Massa

Secara sederhana kemiskinan massa dapat diartikan sebagai kemiskinan yang dialami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah. Hal ini berarti, terdapat demikian banyak orang yang secara faktual tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimumnya sehingga terpaksa hidup serba kekurangan, serta mengalami kondisi hidup yang tidak layak jika dilihat dari segi harkat dan martabat manusia.

(13)

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir orang. Memang asal muasal konsep kemiskinan non massa itu adalah terdapatnya segelintir atau sebagian kecil dari penduduk suatu wilayah yang menghadapi dan mengalami hidup serba kekurangan, kondisi mana megakibatkan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layal sebagaimana seharusnya manusia yang mempunyai harkat dan martabat.

5. Kemiskinan Alamiah

Kemiskinan alamiah ditemukan jika kajian tentang kemiskinan itu didasarkan atas faktor-faktor penyebab kemiskinan itu terjadi. Dalam hal ini kemiskinan alamiah diidentifikasi sebagai kemiskinan yang terjadi sebagai konsekwensi dari kondisi alam seseorang atau sekelompok orang itu bermukim. Sebagai contoh, daerah mereka tinggal adalah daerah yang lahannya tandus, berbatu-batu, tidak memiliki bahan-bahan mineral atau bahan tambang, tidak luas dan tidak memiliki perairan yang menjadi tempat hidupnya berbagai jenis ikan. Dalam kondisi seperti ini dapatlah dikemukakan bahwa alam tempat mereka bermukim sesungguhnya tidak memiliki potensi yang memadai, tidak memiliki daya dukung yang cukup, tidak cukup ramah dan tidak memberikan peluang bagi seseorang atau sekelompok orang tersebut untuk mencapai hidup yang wajar atau hidup yang lebih baik.

6. Kemiskinan Kultural

(14)

pada gilirannya menghambat manusia itu mengembangkan kehidupannya. Budaya justru dapat menjadi beban bagi mereka, sehingga mereka sering melakukan kegiatan yang nengidentifikasikan bahwa mereka justru menjadi hamba dari budaya itu sendiri.

7. Kemiskinan Terinvolusi

Kemiskinan terinvolusi tergolong kemiskinan kultural yang sudah sedemikian parah. Oleh karena itu kemiskinan terinvolusi sangat sulit untuk diselesaikan. Mengapa demikian? Setidakya ada dua kondisi yang menyebabkan demikian sulitnya memecahkan masalah kemiskinan terinvolusi, yaitu:

1) Seseorang atau sekelompok orang yang diidentifikasi miskin itu sendiri sepertinya dapat menerima kemiskinan itu. Bagi mereka kemiskinan bukanlah masalah yang esensial, dan merekapun tidak mempersalahkan kondisi hidup mereka yang jauh dari standar. Justru orang lain yang memandang kondisi kehidupan mereka tidak layak dan mempermasalahkannya.

2) Sesungguhnya seseorang atau sekelompok orang yang dikategorikan miskin itu menyadari kondisi kehidupan mereka sebagai suatu yang tidak layak. Namun mereka juga menyadari bahwa tidak ada jalan bagi mereka untuk keluar dari kondisi tersebut. Mereka menganggap bahwa kemiskinan itu bagaikan takdir. Akibatnya mereka tidak pernah berikhtiar untuk menata hidup dan keluar dari kondisi kehidupan yang tidak layak.

(15)

Seperti halnya kemiskinan alamiah, kultur dan terinvolusi, kemiskinan struktural juga ditemukan jika masalah kemiskinan dikaji dari segi faktor-faktor kemiskinan itu. Sehubungan dengan hal tersebut, konsep kemiskinan struktural antara lain mendeskripsikan bahwa struktural sosial masyarakat itu sedemikian rupa, sehingga menghambat masyarakat tersebut mengembangkan kehidupannya.

Sebagai contoh, analisis tentang struktur sosial dari suatu masyarakat tertentu ynag sangat paternalistik sehingga kurang mengembangkan kreatifitas masyarakat dalam lapisan bawah. Disamping itu, masyarakat tidak memiliki akses terhadap berbagai fasilitas dan instansi ekonomi. Dengan demikian, struktur sosial dianggap sebagai penyebab kurang kondusifnya peluang untuk terjadinya mobilitas vertikal dalam bidang ekonomi di tengah-tengah masyarakat itu. Kondisi ini mengakibatkan tidak signifikannya sistem sosial dengan kesadaran akan perlunya dari semua elemen masyarakat tersebut.

9. Kemiskinan Situasional

Istilah kemiskinan situasional juga dikemukakan jika kajian kemiskinan menjadi penyebab sebagai titik fokus. Secara umum dapat dikemukakan bahwa kemiskinan situasional adalah kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkan oleh situasi yang ada. Lebih tegasnya, situasi yang ada dilingkungan mana dan saat mana seseorang atau sekelompok orang itu hidup sedemikian rupa sehingga tidak kondusif bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan. Akibatnya mereka menghadapi dan mengalami kondisi hidup yang tidak layak.

(16)

Kemiskinan buatan juga merupakan konsep yang ditemukan jika kajian kemiskinan ditekankan pada aspek penyebab. Kemiskinan buatan dipertentangkan dengan kemiskinan alamiah. Kemiskinan buatan terjadi karena kelembagaan-kelembagaan yang ada mengakibatkan anggota atau sekelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Dengan demikian kemiskinan buatan identik dengan kemiskinan struktural.

2.5.3 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

2.5.3.1 Kajian Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik

Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitik beratkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu:

1. Faktor Internal, yang dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurang mampuan, yang meliputi:

a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.

b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi.

c. Mental emosional atau temperamental seperti: malas, mudah menyerah dan putus asa.

(17)

e. Sosial psikologis, seperti: kurang mitivasi, kurang percaya diri, depresi, stress, kurang mampu mencari dukungan.

f. Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian sesuai dengan lapangan kerja.

g. Asset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabyngan, kendaraan dan modal kerja.

2. Faktor Eksternal,yakni bersumber dari luar diri indiviu atau keluarga yang mengalami dan meghadapi kemiskinan itu, sehingga pada titik waktu menjadikan miskin,meliputi:

a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.

b. Tidak dilindungi hak atas kepemilikan tanah sebagai assetb dan alat pemenuhan kebutuhan hidup.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindungnya usaha-usaha sektor informal.

d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha mikro.

e. Belum terciptanya sistem usaha kerakyatan dengan prioritas sektor rill masyarakat banyak.

(18)

g. Dampak sosial dari program penyesuaian struktur (structural adjusment program).

h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan.

i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana.

j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material. k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum

merata.

l. Kebijakan publik yang belum berpihak pada penduduk miskin.

2.5.3.2 Kajian Faktor Penyebab Berdasarkan Jenis Kemiskinan.

Metode lain untuk mengetahui penyebabnya kemiskinan itu adalah dengan mendalami jenis kemiskinan itu sendiri. Metode ini sering disebut dengan metode kasuistik dan pendekatan mikro. Metode ini di adopsi dan dikembangkan dari bidang profesi kedokteran. misalnya, untuk mengetahui seseorang sakit, maka perlu didalami jenis penyakitnya, karena pada umumnya penyebab penyakit signifikan dengan jenis penyakit.

1. Kemiskinan Massa dan Non Massa

(19)

kemiskinan adalah berbedanya corak kemiskinan itu sendiri, seperti kemiskinan massa, yakni kemiskinan yang diderita oleh masyarakat yang ada dalam satu negara ataupun dalam suatu daerah, dengan kemiskinan non massa, yakni kemiskinan yang diderita oleh segelintir anggota masyarakat disuatu negara maupun disuatu wilayah.

Sudah barang tentu kemiskinan massa dengan kemiskinan non massa berbeda faktor penyebabnya. Sebagai contoh kemiskinan massa yang terjadi dinegara-negara dunia ketiga, meskipun daerahnya subur, justru mengakibatkan fenomena yang kontras, yakni terjadinya kelaparan dinegara yang berlahan subur.dan dalam kondisi ini, maka penyebab kemiskinan dan kelaparan adalah menurunnya produksi bahan pangan. Namun analisis yang lengkap mengenai faktor penyebab kemiskinan dan kelaparan tersebut tentu tidak berhenti pada menurunnya produksi bahan pangan, melainkan analisis tentang mengapa terjadi penurunan produksi bahan pangan di negara-negara dunia ketiga.

Terdapat berbagai faktor penyebab menurunnya produksi bahan pangan, yakni:

(20)

b. Penghasilan petani yang selalu rendah dari bercocok tanam-tanaman pangan telah membuat mereka enggan berproduksi lebih banyak.

c. Bank Dunia, IMF dan lembaga-lembaga bantuan Internasional lainnya terus-menerus mendesak negara-negara berkembang untuk meningkatkan ekspornya demi kelancaran pembayaran bunga dan pelunasan hutang luar negrinya.

d. Pengorientasian pertanian juga merupakan masalah gender, dimana secara tradisional pertanian tanaman pangan untuk kebutuhan lokal menjadi pekerjaan wanita, sedang pengadaan barang untuk dijual dilakukan oleh pria. Jika kebijakan pembangunan yang diambil mengabaikan kelompok wanita, pengadaan pangan juga terbengkalai.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka faktor penyebab kemiskinan massa tersebut secara sentral dapat diarahkan pada kebijakan pemerintah. Pemerintah suatu negara mempunyai kesempatan dan wewenang yang demikian besar untuk menentukan arah dan pembangunan nasional dinegaranya melalui kebijakan tertentu. Kebijakan pembangunan dalam suatu negara tentu berisikan berbagai hal, seperti prinsip dan cita-cita yang melandasinya dengan demikian, pemerintah diharapkan memiliki konsistensi dalam menggariskan suatu kebijakan pembangunan kearah peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(21)

itu. Namun, apakah daya dukung tersebut teraktualisasi atau tidak, faktanya tergantung pada corak pembangunan nasional pada suatu negara yang pada gilirannya menentukan corak pembangunan tersebut.

Di Indonesia, terutama pada masa-masa terakhir ini, yakni sejak tumbangnya pemerintahan Orde Baru antara lain dihiasi dengan demonstrasi yang makinmarak. Tiada hari tanapa demonstrasi. Banyak hal yang diprotes rakyat banyak terhadap pemerintah, namun semua protes itu berakar dari kebiakan pemerintah yang dianggap kurang berpihak pada rakyat banyak.

2. Kemiskinan Alamiah dan kemiskinan Budaya

Harus diakui bahwa kondisi kehidupan merupakan fungsi dari interaksi antara faktor-faktor alamiah dan non alamiah. Interaksi yang serasi, selaras, dan seimbang merupakan syarat dari tercapainya kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan. Adakalanya alam kurang bersahabat, sehingga masyarakat yang ada dilingkungan tersebut tidak memiliki taraf hidup yang layak. Namun adakalanya, masalah kemiskinan justru dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri, sehingga akhirnya seakan-akan hal itu bukan lagi dianggap masalah.

(22)

Namun anggapan diatas sesungguhnya hanya akan dapat diterima sebagai suatu kebenaran seandainya negara jepang miskimn. Jepang,yang negrinya terdiri dari serangkaian pulau-pulau lepas pantai yang berbukit-bukit dengan sedikit tanah subur, sedikit mineral, tidak mempunyai minyak bumi, bahkan luar biasa besar jumlah penduduknya. Demikian halnya juga dengan taiwan.

Sejak perang dunia II, terdapat lima bekas negara miskin yang sekarang justru mengalami peningkatan luas dan besar dalam pendapatan perkapitan terus-menerus. Negara-negara ini sering dijadikan contoh sebagai negara yang berhasil dalam pembangunannya. Adapun segara tersebut adalah Taiwan, Singapura, Hongkong, Israel, dan Korea Selatan. Jika dianalisis satu persatu, tidak satupun dari negara tersebut memiliki tanah yang subur maupun kekayaan alam yang kaya dan mahal. Bahkan, Singapura dan Hongkong dapat dikategorikan sebagai negara yang samasekali tidak memiliki keduanya.

Disisi lain, beberapa negara seperti Iran dan Jazirah Arab, maupun negara-negara tetangga lainnya, tergolong sangat kaya dengan sumber daya alam yang saat ini sangat dibutuhkan, yakni minyak. Namun, fakta menunjukkan bahwa masyarakat Iran dan sebagian besar neara-negara yang ada di Jazirah Arab tergolong manusia berumur pendek dan hidup tidak lebih dari nenek moyang dulu zaman keemasan kerajaan-kerajaan tradisional.

(23)

sebagai salah satu dari lima negara bagian paling bawah dalam daftar pendapatan perkapita negara itu.

Negara bagian Connecticut, dengan tanah yang miskin, tidak mempunyai sumber alam, selain beberapa tambang besi yang menghabiskan dan sedikit hutan tergolong nomor satu. Namun masyarakatnya tergolong sejahtera. Fakta-Fakta yang telah dikemukakan ini menunjukkan bahwa hubungan sumber daya alam dengan kesejahteraan masyarakat tidak selalu signifikan.

Di Indonesia, kemiskinan budaya mudah ditemukan. Identik dengan kondisi, dimana negara-negara yang pertama kali mempermasalahkan kemiskinan yang dialami negara-negara miskin justru negara-negara kaya. Demikian halnya dengan masyarakat miskin Indonesia, sering kurang peduli atas kondisi yang dialami. Akibatnya, sering kali penduduk miskin tidak mempersoalkan kemiskinan yang diderita. Hal ini menimbulkan pesan, bahwa mereka tidak menganggap kemiskinan itu sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan.

(24)

2.6 PKH ( Program Keluarga Harapan)

2.6.1.Defenisi Program Keluarga Harapan (PKH)

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Miskin/Keluarga Sangat Miskin (RTSM/KSM) yang ditetapkan sebagai peserta PKH. (Pedoman Umum PKH 2014: 13).

2.6.2 Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Tujuan umum PKH adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah prilaku peserta PKH yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).

Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas :

1. Meningkatkan kualitas kesehatan RTSM/KSM

(25)

2.6.3 Hak dan Kewajiban Peserta Program Keluarga Harapan (PKH)

2.6.3.1 Hak dan Kewajiban Peserta PKH Bidang Kesehatan

Peserta PKH komponen kesehatan adalah RTSM/KSM yng memiliki kriteria :

1. Ibu hamil/nifas dan atau 2. Anak balita dan atau

3. Anak usia 5-7 tahun (Anak Pra Sekolah) A. Hak Peserta PKH

RTSM/KSM yang terpilih sebagai peserta PKH mendapatkan kartu PKH yang digunakan untuk memperoleh bantuan tunai bersyarat. Kartu peserta PKH merupakan bukti kepesertaan atas nama perempuan dewasa (ibu/kakak perempuan/nenek/bibi) yang mengurus RTSM/KSM. Sesuai pedoman pelaksanaan Jamkesmas

Tahun 2012, kartu PKH dapat berfungsi sebagai kartu Jamkesmas sementara untuk seluruh anggota rumah tangga penerima PKH, apabila RTSM/KSM tidak memiliki kartu Jamkesmas. Besar bantuan yang diterima untuk bantuan bagi RTSM/KSM yang memiliki anak usia dibawah 6 tahun, ibu hamil/menyusui adalah sebesar Rp. 1.000.000.

(26)

Bantuan tunai bersyarat tahap berikutnya akan diberikan jika anggota keluarga peserta PKH memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program. Bukti bahwa anggota keluarga peserta PKH telah memenuhi komitmen harus diverifikasi dalam formulir verifikasi kesehatan oleh pendamping dan disahkan oleh petugas kesehatan.

B. Kewjiban Peserta PKH

Peserta PKH akan mendapatkan bantuan tunai bersyarat apabila peserta PKH memenuhi komitmen yang telah ditetapkan. Kewajiban peserta PKH adalah:

1. Menghadiri pertemuan awal

Pertemuan awal yang dikoordinasi oleh UPPKH Kecamatan diselenggarakannya di tingkat kecamatan. Tempat pertemuan diupayakan di lokasi terdekat tempat tinggal calon peserta. Tujuan pertemuan ini adalah untuk :

a. Sosialisasi PKH yang meliputi :

1)Menginformasian tujuan, besaran bantuan, mekanisme dan hal-hal yang terkait dengan PKH.

2)Menjelaskan komitmen (kewajiban) yang harus dilakukan oleh calon peserta PKH untuk dapat menerima bantuan tunai bersyarat.

(27)

4)Menjelaskan sanksi dan konsekuensinya apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program.

b. Melakukan kunjungan awal ke pusat pelayanan kesehatan.

c. Mematuhi komitmen untuk mengunjungi Pemberi Pelayanan Kesehatan (PKK), sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. d. Memeriksa dan memperbaiki data pribadi peserta PKH yang ada

dalam Formulir Validasi serta ditandatangani oleh peserta PKH. e. Mengumulkan semua formulir validasi yang sudah

ditandatangani oleh peserta PKH sebagai bukti kesiapan mereka mengikuti semua ersyaratan dan ketentuan yang ditetapkan PKH.

f. Menjelaskan tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan serta tempat pelayanan kesehatan terdekat yang bisa dimanfaatkan oleh peserta PKH.

g. Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas pelaksanaan PKH.

h. Memfasilitasi pembentukan kelompok peserta PKH dan pemilihan ketua kelompok.

i. Menjelaskan kewajiban ketua kelompok dalam PKH.

(28)

2. Melakukan Kunjungan Awal ke Posyandu

Segera setelah pertemuan awal, seluruh peserta PKH wajib melakukan kunjungan awal ke posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya. Tujuannya untuk:

a. Dicatat data kesehatan anggota keluarganya pada awal rogram. b. Mendapat informasi jadwal kunjungan berikutnya bagi setiap

anggota keluarga peserta PKH yang ditentukan oleh kader posyandu atau petugas kesehatan lainnya sesuai persyaratan yang disajikan pada tabel 1.

3. Mematuhi Komitmen untuk Mengunjungi Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

Tabel 1 pada bab 2 berisi daftar persyaratan yang berlaku bagi setiap anggota keluarga eserta PKH. Kolom pertama menunjukkan sasaran peserta PKH, kolom kedua merinci persyaratan atau kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap anggota rumah tangga peserta PKH, dan kolom ketiga adalah jenis fasilitas kesehatan yang perlu dimanfaatkan oleh setiap peserta untuk memenuhi komitmennya.

(29)

Tabel 1. Pada bab 2 Persyaratan Peserta PKH Kesehatan

Sasaran [1]

Peserta (Kewajiban peserta)** [2] care) sebanyak minimal 4 kali (yaitu K1 di trisemester I, K2 di trisemester II, K3 dan K4 di trisemester III) selama masa kehamilan.

- Mereka akan

(30)

Comblo, Polio, Campak,

Hepatitis B, TT ibu hamil

• Buku register (kohort ibu

Proses melahirkan bayi harus ditolong tenaga kesehatan terlatih.

Ibu Nifas Ibu yang telah melahirkan harus melakukan pemeriksaan atau

diperiksa kesehatannya setidaknya 3 kali pada minggu

ke-I, minggu ke-II dan minggu ke-IV.

Bayi Usia 0-11 Bulan

- Bayi baru lahir/neonatus (0-28 hari) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali yaitu: 2 kali sebelum 7 hari (KNI, KN2) dan satu kali pemeriksaan lagi pada usia bayi 7-28 hari (KSN).

(31)

lengkap (Jadwal pemberian imunisasi disajikan pada tabel 2).

Bayi Usia 6-11 Bulan

Mendapatkan satu suplemen kapsul vitamin A 100,000IU. Anak Usia

1-5 Tahun

- Anak berusia 1-5 tahun dimonitor tumbuh kembang dengan

melakukan penimbangan secara rutin setiap bulan. - Mendapatkan vitamin A

200,000IU sebanyak 2 kali setahun pada bulan Febuari dan Agustus. Anak Usia

5-6 Tahun

Anak berusia 5-6 tahun dimonitor tumbuh kembang

dengan melakukan penimbangan secara rutin setiap

3 bulan. Catatan:

**= Kewajiban yang ditetapkam dalam PKH yang akan diverifikasi untuk mendapatkan bantuan PKH.

Namun demikian, PPK diberi keleluasaan dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pemberian pelayanan kesehatan yang kini berlaku (misalnya, pemberi vaksin TT bagi anak usia sekolah dan wanita subur, penimbangan setiap bulan bagi anak usia -5 tahun,dll)

(32)

Ringkasan hak dan kewajibab peserta PKH dibidang kesehatan disajikan dalam tabel 2 pada bab 2 berikut ini:

Tabel 2. Pada bab 2 Ringkasan Kewajiban Peserta

a.

b.

c.

d.

Bayi 0-11 bulan

Balita 1-5 tahun

Anak 5-7 tahun

Ibu hamil

• Memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan

• Timbang badan

• Monitor tumbuh kembang • Imunisasi lengkap

• Khusus 6-11 bulan kapsul biru vitamin A 100,000IU

• Timbang berat badan setiap bulan

• Monitor tumbuh kembang • Kapsul merah vitamin A

200,000IU: Febuari dan Agustus (2x/tahun)

• Timbang berat badan setia bulan

• Monitor tumbuh kembang 2x pertahun

(33)

e.

f.

g.

Ibu melahirkan

Ibu nifas

Bayi baru lahir 0-28 hari

• Tablet Fe

• Imunisasi TT (Tetanus Toksoid)

• Ditolong tenaga kesehatan terlatih

• Diperiksa 3 kali yaitu minggu I, II, IV

• Bayi baru lahir (neonatus) diperiksa 3 kali sebelum umur 28 hari yaitu 2 kali sejak lahir sampai umur 7 hari (KNI dan KN2) dan sekali ketika neonatus umur 8-28 hari (KN3)

C. Sanksi dan Pengurangan Bantuan

Peserta PKH yang tidak memenuhi komitmen kesehatan akan dikenakan sanksi perngurangan bantuan. Penghitungannya dilakukan dalam satu tahap penyaluran (3 bulan), maka bantuan yang diterima akan berkurang:

1. Pengurangan bantuan sebesar 10% setiap bulannya.

(34)

Rincian pengurangan dana dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Pada bab 2 Pengurangan Dana

Anggota Rumah Tangga

Tidak Mematuhi Komitmen

Bulan ke 1 Bulan ke 2 Bulan ke 3 Total Pengurangan

Seluruh 10% 10% 10% 100%

Sebagian/Tanggung Renteng

10% 10% 10% 30%

Ketentuan diatas berlaku secara tanggung renteng untuk seluruh anggota keluarga Peserta PKH. Artinya, bila ada satu saja anggota RTSM/KSM tidak memenuhi kewajiban di bidang kesehatan maka akan dilakukan pengurangan bantuan sebesar seperti tabel di atas. Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi kondisi akibat bencana alam, bencana sosial, ketiadaan dokter, bidan dan obat-obatan serta pusat layanan tutup (tidak memberikan layanan).

2.6.3.2.Hak dan Kewajiban Peserta PKH Bidang Pendidikan

(35)

Jika peserta PKH memiliki anak usia 7-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar, maka peserta diwajibkan mendaftarkan anak tersebut kesatuan pendidikan yang menyelenggarakan program Wajib Belajar 9 tahun/pendidikan kesetaraan. Apabila anak yang bersangkutan bekerja/pekerja anak atau telah meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama, maka anak tersebut harus mengikuti program remedial untuk mempersiapkannya kembali ke satuan pendidikan. Dalam rangka pelaksanaan remedial dimaksud satuan pendidikan harus menyediakan program remedial. Apabila anak dengan usia tersebut di atas masih buta aksara, maka diwajibkan untuk mengikuti pendidikan keaksaraan fungsional di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terdekat. Berikut ini dijelaskan hak dan kewajiban peserta PKH dalam bidang pendidikan.

A. Hak peserta PKH

(36)

Tabel 4. Pada bab 2 Skenario Bantuan PKH komponen Pendidikan

Skenario Bantuan Bantuan per RTSM per tahun

Bantuan bagi RTSM yang memiliki: a. Anak usia

SD/MI/SDLB/Salafiyah Ula/Paket A

b. Anak usia

SMP/MTs/SMPLB/Salafiyah Wustha/Paket

Rp. 500.000

Rp. 1.000.000

Bantuan tunai bersyarat akan dibayarkan kepada peserta setia tiga bulan melalui bayar. Bantuan diterima langsung oleh ibu, nenek,bibi atau perempuan dewasa yang mengasuh anak usia 7-18 tahun terdaftar disekolah dan/atau belum menyelesaikan pendidikan dasar.

Bagi anak usia 7-18 tahun yang berada diluar sistem sekolah atau tidak terdaftar maka pendamping berkewajiban untuk memberikan advokasi melalui berbagai program pemerintah dari kementrian/lembaga lain sehingga anak tersebut kembali kedalam sistem sekolah.

(37)

Untuk tahap berikutnya, bantuan tunai PKH komponen pendidikan akan diberikan jika anak-anak dari keluarga peserta PKH sudah memenuhi komitmen pendidikan yang ditetapkan yakni kehadiran minimal 85% dikelas/kelompok belajar. Sebagai bukti bahwa anak-anak telah memenuhi komitmen pendidikan, diperoleh dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh pendamping dan tenaga pendidik (guru/tutor) dan diketahui oleh kepala sekolah/ketua penyelenggara satuan pendidikan.

Anak peserta PKH yang terdaftar disekolah formal, diprioritaskan untuk menerima Bantuan Siswa Miskin (BSM). Sesuai persyaratan yang ditetapkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan (Surat Edaran Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Mencegah, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor.728/C2/Beasiswa Bagi Siswa Miskin Jenjang Sekolah Dasar) dan Bantuan Beasiswa Miskin dari Kementrian Agama (Pedoman Bantuan Beasiswa Prestasi, Tahun 2008).

B. Kewajiban Peserta PKH

Untuk bisa menerima hak (bantuan tunai bersyarat), peserta PKH diharuskan memenuhi kewajiban atau komitmen yang ditetapkan. Kewajiban yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Menghadiri Pertemuan Awal

(38)

tersebut. Pendamping mengundang guru-guru dan petugas Fasilitas Pendidikan, Petugas Kesehatan, Bidan, dan aparat setempat untuk menghadiri pertemuan tersebut.

Tujuan pertemuan awal adalah tersebut.

a. Menginformasikan tujuan, tingkat bantuan, mekanisme dan lainnya mengenai PKH serta membagikan bahan-bahan program (buku saku peserta PKH, brosur PKH, dll);

b.Menjelaskan hak dan kewajiban ibu peserta PKH;

c. Menjelaskan komitmen yang harus dilakukan oleh calon peserta PKH untuk dapat menerima bantuan;

d.Menjelaskan sanksi dan konsekuensinya apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program;

e. Menjelaskan perlunya melakukan pendaftaran ke sekolah/satuan pendidikan bagi anak-anak yang belum terdaftar, khusus peserta PKH;

f. Membantu peserta PKH mengisi formulir validasi data (perbaikan data pribadi peserta);

(39)

h. Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas pelaksanaan PKH;

i. Memfasilitasi pembentukan kelompok peserta PKH dan memfasilitasi pemilihan Ketua Kelompok;

j. Menjelaskan kewajiban Ketua Kelompok dalam PKH.

2. Mendaftarkan Anak ke Satuan Pendidikan

Setelah dilakukan pertemuan awal dan validasi oleh pendamping, peserta PKH harus mendaftarkan kembali anggota rumah tangga ke satuan pendidikan apabila ditemukan :

a. Anak usia sekolah (7-15 tahun) yang belum terdaftar disekolah, maka ibu, nenek, bibi, atau perempuan peserta PKH harus segera mendaftarkan anak tersebut ke sekolah SD/SDLB/MI/Salafiyah Ula/Paket A atau

SMP/SMPLB.MTs/Salafiyah Wustha/SMP Terbuka/Paket B atau satuan pendidikan setara SD atau

SMP.

(40)

setara dengan SMP atau pesantren salafiyah setara SD/SMP.

c. Anak usia 7-15 tahun dan usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar dan diketahui bahwa mereka bekerja baik di sektor formal maupun informal, maka peserta PKH dapat mendaftarkan anaknya ke sekolah/ satuan pendidikan atau mengikutkan anak tersebut ke dalam program persiapan pendidikan seperti Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (LPKSA). Selanjutnya apabila anak-anak tersebut telah siap untuk belajar mereka harus didaftarkan kembali ke satuan pendidikan formal maupun non-formal.

Pendamping diwajibkan mendampingi peserta PKH yang akan melakukan pendaftaran anak ke satuan pendidikan. Selanjutnya informasi nama sekolah dan/atau nama penyelenggara pendidikan non-formal harus dimutakhirkan (update data) oleh pendamping PKH untuk keperluan pelaksanaan program lebih lanjut.

3. Mematuhi Komitmen

Kewajiban peserta PKH selanjutnya adalah mematuhi komitmen atau persyaratan yang ditetapkan dalam program,yaitu:

(41)

Peserta PKH yang memiliki anak usia 7-18 tahun harus mendaftarkan anak tersebut di sekolah SD/SDLB/Salafiyah Ula atau SMP/SMPLB/Salafiyah wuatha/SMP terbuka atau pendidikan kesetaraan. Jika sudah terdaftar disatuan pendidikan, anak tersebut harus mengikuti kehadiran minimal 8 hari belajar setiap bulannya selama setahun pelajaran berlangsung.

Untuk keperluan pembuktian tingkat kehadiran (verifikasi) apabila jumlah hari sekolah dalam satu bulan adalah 20-22 hari, jumlah maksimal ketidak hadiran anak disekolah yang diperbolehkan adalah 3 hari.

Pengecualian diberikan kepada peserta didik:

1) Absen karena sakit atau terjadinya bencana alam didaerah setempat.

2) Absen karena sakit lebih dari 3 hari secara berturut-turut, peserta didik diwajibkan memberikan surat keterangan sakit yang dikeluarkan oleh dokter atau petugas kesehatan setempat.

(42)

4) Peserta didik yang mengalami disabulitas, verifikasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik. Pengkondisian ini dilakukan oleh pendamping dan petugas layanan pendidikan.

Tabel 5 berikut ini contoh menghitung batas maksimal ketidakhadiran anak disatuan pendidikan menurut jumlah hari efektif sekolah yang berlangsung dalam satu bulan berjalan.

Tabel 5. Pada bab 2 Jumlah Maksimal ketidakhadiran anak disatuan pendidikan

Jumlah Hari Efektif Sekolah Dalam Satu Bulan

Jumlah Hari Maksimal Ketidak Hadiran Disatuan

Pendidikan

22 hari 3 hari

19 hari 2 hari

13 hari 1 hari

(43)

b. Peserta PKH yang memiliki anak dengan kemampuan terbatas.

Peserta PKH yang memiliki anak disabilitas (tuna daksa, keterbelakangan mental, keterbatasan penyerapan dan sejenisnya) memiliki pengecualian dalam hal kewajiban komitmen kehadiran/tatap muka. Ringkasan hak dan kewajiban peserta PKH pendidikan disajikan dalam tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Pada bab 2 Ringkasan Hak dan Kewajiban Peserta PKH

Hak Peserta PKH Kewajiban Peserta PKH

Memperoleh bantuan tunai bersyarat

1. Menghadiri pertemuan awal untuk mengikuti sosialisasi program, perbaikan data peserta (jika ada),

penandatanganan perjanjian komitmen, dll

2. Mendaftarkan anak ke satuan pendidikan

3. Jika anak sudah terdaftar di satuan pendidikan, anak harus mengikuti kehadiran dikelas minimal 85% dan hari efektif sekolah dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung.

(44)

Bagi anak-anak peserta PKH yang tidak memenuhi komitmen kehadiran 85% dari belajar efektif setiap bulan akan dikenakan sanksi melalui pengurangan bantuan. Perhitungan dilakukan dalam triwulan (3 bulan), maka besaran bantuan yang akan diterima akan berkurang dengan rincian:

1. Pengurangan bantuan adalah 10% setiap bulan sebelum pembayaran periode berikutnya.

2. Peserta tidak akan menerima bantuan jika seluruh anggota memenuhi kewajiban selama 3 bulan berturut-turut.

Rincian pengurangan dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

Tabel 7. Pada bab 2 Mekanisme Pengurangan Bantuan

Anggota Rumah Tangga

Tidak Mematuhi Komitmen

Bulan ke 1 Bulan ke 2 Bulan ke 3 Total Pengurangan

Seluruh 10% 10% 10% 100%

Sebagian/Tanggung Renteng

10% 10% 10% 30%

Tanggung-Renteng berarti bila salah satu saja anggota RTSM/KSM tidak memenuhi kewajiban dibidang kesehatan atau pendidikan, maka akan dilakukan pemotongan sebesar ketentuan yang disebutkan diatas. Ketentuan di atas tidak berlaku bagi ketidakhadiran yang diakibatkan sakit, bencana alam, bencana sosial, dan tidak adanya kegiatan belajar mengajar.

(45)

2.7.1 Defenisi Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa kesejahteraan sosial merujuk pada suatu kondisi, dengan kondisi mana manusia, baik individu, kelompok maupun komunitas mampu memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehingga dapat mencapai dan menikmati hidup layak sebagai makhluk yang memiliki harkat dan martabat (Siagian, dan Agus, 2012: 108).

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial juga ditegaskan bahwa penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, dan perlindungan sosial.

2.8 Kerangka Pemikiran

(46)

Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals atau MDGs).

PKH adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangan Miskin (RTSM) melalui ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) dibidang pendidikan dan kesehatan.

PKH dijalankan sebagai pelaksanaan dari UU no. 40 tahun 2004 tentang Jaminan Sosial. UU no. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Inpres no. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Perpres no. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan, UU no. 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia.

(47)

Bagan Alir Pikir

Program Keluarga Harapan (PKH)

Peserta Penerima Bantuan Program Keluarga Harapan di Desa Landuh Kecamatan Rantau

Kabupaten Aceh Tamiang

RESPON

(48)

2.9 Defenisi Konsep dan Operasional

2.9.1 Defenisi Konsep

Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138). Dimana peneliti memberikan batasan mengenai konsep-konsep penelitian untuk menghindari kesalahpahaman arti dan konsep penelitian yang digunakan. Adapun batasan konsep didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Respon adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh panca indrea. Respon biasanya diwujudkan dalam bentuk prilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Teori behaviorisme menggunakan istilah respon yang dipasangkan oleh rangsangan dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Respon adalah prilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsangan dari lingkungan. Jika rangsangan dan respon dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan.

2. Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana seseorang melihat seseuatu, sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita.

(49)

obyek, maupun kelompok tertentu. Sikap juga mencerminkan jiwa seseorang. Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain melalui prilaku.

4. Partisipasi adalah berasal dari bahasa latin, yaitu pars, yang artinya bagian dan capere (sipasi), yang artinya mengambil. Bila digabungkan berarti mengambil bagian. Dalam bahasa inggris, participate berarti mengambil bagian atau mengambil peranan.

5. Kemiskinan sebagai suatu kondisi adalah suatu fakta dimana seseorang atau kelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedangkan sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau kelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sesuai manusia.

6. Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Miskin/Keluarga Sangat Miskin (RTSM/KSM) yang ditetapkan sebagai peserta PKH.

(50)

agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

2.9.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian dapat diukur sehingga transformasi dari unsur konsep kedunia nyata. Defenisi operasional adalah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa mupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya mentransformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011: 141).

Respon peserta Program Keluarga Harapan (PKH) terhadap pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) dapat diukur dari:

1. Persepsi peserta mengenai pelaksanaan PKH dapat diukur dengan:

a. Pengetahuan peserta tentang bagaimana pelaksanaan PKH di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang.

b. Pengetahuan peserta tentang manfaat PKH.

2. Sikap peserta PKH terhadap pelaksanaan PKH di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang:

a. Penilaian peserta terhadap pelaksanaan PKH di Desa Landuh.

(51)

c. Peserta mengharapkan atau tidak mengharapkan pelaksanaan PKH di Desa Landuh.

3. Partisipasi peserta terhadap pelaksanaan PKH di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang:

a. Intensitas keterlibatan peserta dalam pelaksanaan PKH di Desa Landuh

b. Kualitas keterlibatan peserta dalam pelaksanaan PKH di Desa Landuh.

Gambar

Tabel 2. Pada bab 2 Ringkasan Kewajiban Peserta
Tabel 3. Pada bab 2 Pengurangan Dana
Tabel 4. Pada bab 2 Skenario Bantuan PKH komponen Pendidikan
Tabel 5. Pada bab 2 Jumlah Maksimal ketidakhadiran anak disatuan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Lebar efektif (We) dapat dihitung untuk pendekat dengan pulau lalulintas, seperti pada Gambar 3.1 dan untuk pendekat tanpa pulau lalulintas bagian kanan dari Gambar 3.1.... dalam

Dengan adanya definisi dari komunikasi tersebut interaksi sosial merupakan induk dari terjadinya komunikasi yang terjadi antara mahluk sosial satu dan yang lainnya

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut bahwa dalam pengujian secara simultan, ditemukan bahwa kinerja

Beton aspal adalah tipe campuran pada lapisan penutup konstruksi perkerasan jalan yang mempunyai nilai struktural dengan kualitas yang tinggi, terdiri atas agregat

Program layanan ini merupakan bentuk perhatian Baznas Kota Bogor kepada masyarakat yang memerlukan sentuhan dan uluran tangan kita semua untuk pemenuhan tempat

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan tingkat nyeri gout arthritis di UPT PSTW Jombang.. Kata kunci : Lansia, nyeri

Hasil dari penelitian ini adalah pengaplikasian strategi komunikasi agar performa organisasi dapat efektif adalah dengan enam hal yaitu komunikasi yang terbuka dalam

Kerjasama atau kolaborasi merupakan salah satu ciri penting pembelajaran masa depan yang lebih banyak mengedepankan kemampuan individual, namun kemampuan ini kemudian disinergikan