• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Dividen Payout Ratio - Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Ter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Dividen Payout Ratio - Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Ter"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Pengertian Dividen Payout Ratio

Pembagian laba perusahaan kepada para pemegang saham disebut

pembagian dividen. Karena dividen yang diterima oleh pemegang saham

jumlahnya tergantung pada jumlah lembar saham yang dimiliki. Indikator yang

digunakan untuk menguji kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen

yaitu Dividend Payout Ratio, hal tersebut berdasarkan kebijakan dividen dengan rasio konstan (Sutrisno 2003: 306).

Menurut Munawir (2004: 236) bahwa “Dividend Payout Ratio mengukur bagian laba yang diperoleh untuk per lembar saham umum yang akan dibayarkan

dalam bentuk dividen”. Warsono (2003:275) mengatakan bahwa “Dividend Payout Ratio merupakan hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa”. Menurut Gitman (2003) “Dividend Payout Ratio adalah persentase yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas.”

Dividend Payout Ratio menurut Brigham dan Houston (2001:69) adalah persentase dari laba bersih yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada

(2)

Dividend Payout Ratio ini ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun, penentuan Dividend Payout Ratio berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak. Rasio untuk menghitung Dividend Payout Ratio menurut Gitman (2003) adalah:

𝐷𝐷𝑖𝑖𝑣𝑣𝑖𝑖𝑑𝑑𝑒𝑒𝑛𝑛𝑑𝑑𝑃𝑃𝑎𝑎𝑦𝑦𝑜𝑜𝑢𝑢𝑡𝑡𝑅𝑅𝑎𝑎𝑡𝑡𝑖𝑖𝑜𝑜= X 100% =...%

2.2. Jenis-jenis Dividen

Menurut Baridwan (2004: 429) ada lima jenis dividen yaitu

a. Dividen Kas

Dividen yang paling umum dibagikan oleh Perseroan Terbatas

adalah dalam bentuk kas yang perlu diperhatikan oleh pimpinan

perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya deviden kas

ialah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk

pembagian dividen kas.

b. Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividends)

Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain

kas, dividen dalam bentuk ini disebut Property Dividend. Aktiva yang dibagikan biasa berbentuk surat-surat berharga perusahaan

lain yang dimiliki oleh perseroaan terbatas, barang dagangan

atau aktiva-aktiva lain.

c. Dividen Utang(Script Dividend)

Dividen utang timbul apabila saldo kas yang tidak mencukupi

(3)

akan mengeluarkan Script Dividend yaitu perjanjian tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan dating.

Script Dividend ini mungkin berbunga mungkin juga tidak. d. Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan

pengembalian modal. Dividen Likuidasi ini dicatat dengan

rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan

sebagai pengurang modal saham. Apabila perusahaan membagi

dividen likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahu

mengenai berapa jumlah pembagian laba dan berapa

pengembalian modal, sehingga para pemegang saham bisa

mengurangi rekening investasi.

e. Dividen Saham

Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa

dipungut pembayaran kepada pemegang saham.

2.3. Kebijakan Dividen

2.3.1. Pengertian Kebijakan Dividen

Bambang (2001:281) mendefinisikan kebijakan dividen yaitu: “Politik

dividen adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning)

antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai

dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan, yang berarti pendapatan

(4)

(2003:390) menyatakan ”Kebijakan dividen adalah rencana tindakan yang harus

diikuti dalam membuat keputusan dividen .”

Kebijakan dalam pembagian dividen masih menjadi masalah kontroversi,

karena apakah pemegang saham lebih suka perusahaan membagikan laba sebagai

dividen tunai atau perusahaan membeli kembali saham atau menggunakan

kembali laba itu dalam operasi atau biasa disebut laba ditahan.

Manajemen mempunyai dua alternatif perlakuan terhadap penghasilan

bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan : 1) dibagi kepada para pemegang saham

perusahaan dalam bentuk dividen, dan 2) diinvestasikan kembali ke perusahaan

sebagai laba ditahan (retained earning). Pada umumnya sebagai EAT di bagi

dalam bentuk dividend dan sebagian lagi di investasikan kembali. Artinya,

manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya EAT yang dibagikan

sebagai dividen. Pembuatan keputusan tentang dividen ini disebut sebagai

kebijakan dividen.

Menurut Sutrisno (2003:306) ada beberapa bentuk pemberian dividen

tunai atau cash dividend yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan dividen tersebut adalah :

a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil

Kebijakan pemberian dividen stabil ini artinya dividen akan

diberikan secara perlembarnya untuk jangka waktu tertentu

walaupun laba yang diperoleh berfluktuasi. Dividen stabil ini

dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang

(5)

dividen juga ditingkatkan. Untuk selanjutnya dipertahankan selama

beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen stabil ini banyak

dilakukan selama beberapa tahun dan dilakukan oleh banyak

perusahaan, karena beberapa alasan yakni bisa meningkatkan harga

saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap

mempunyai resiko yang kecil, bisa memberikan kesan kepada para

investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa

yang akan datang, akan menarik investor yang memanfaatkan

dividen untuk keperluan konsumsi,sebab dividen selalu dibayarkan.

b. Kebijakan Dividen Meningkat

Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada

pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan

pertumbuhan yang stabil.

c. Kebijakan Dividen dengan Rasio Konstan

Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya meliputi besarnya

laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh

semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya

bila laba kecil dividen yang dibayarkan kecil. Dasar yang digunakan

sering disebut dividend payout ratio. Rasio pembayaran dividen adalah persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan

kepada pemilik dalam bentuk tunai, dihitung dengan membagi

dividen kas per saham dengan laba per saham (Ridwan S. Sundjaja

(6)

d. Kebijakan pemberian Dividen regular yang Rendah Ditambah Ekstra

Kebijakan pemberian dengan cara ini, perusahaan menentukan

jumlah pembayaran dividen perlembar yang dibagikan kecil,

kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya

mencapai jumlah tertentu.

2.3.2. Teori-teori Kebijakan Dividen

Menurut Sjahrial (2008:311), terdapat lima teori dari preferensi investor

mengenai kebijakan dividen yang dapat mempengaruhi pandangan kita terhadap

kebijakan dividen yaitu:

a. Teori “Dividen Tidak Relevan”

Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani & Miller

mengenai dividen tidak relevan dengan menunjukkan bahwa

adanya : biaya emisi saham baru akan mempengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan daripada menerbitkan saham baru. Ada kemunhgkinan laba

ditahan tidak cukup besar sehingga perusahaan harus

menerbitkan saham baru. Ada kemungkinan laba ditahan tidak

cukup besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham baru.

Semakin besar target laba ditahan, semakin kecil kemungkinan

perusahaan menerbitkan saham baru. Karena biata modal sendiri

ditentukan oleh besar-kecilnya laba ditahan ditentukan dividen

(7)

b. Teori “The Bird In The Hand”

Gordon dan Litner menyatakan bahwa :”Biaya Modal Sendiri

(Ks) perusahaan akan naik jika DPR (Dividend Payout Ratio) rendah karena investor lebih suka menerima dividen dibanding

capital gain, karena dividen yield lebih pasti”.

c. Teori Perbedaan Pajak

Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Karena

adanya pajak terhadap dividends dan capital gains. Para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.

d. Teori “Signaling Hypothesis”

Bukti empiris menyebutkan: Jika ada kenaikan dividen sering

diikuti dengan kenaikan harga saham. Demikian pula sebaliknya.

Menurut Modigliani & Miller kenaikan dividen biasanya

merupakan sesuatu”signal(tanda)” kepada para investor bahwa manjemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik

di masa mendatang. Sebaliknya suatu penurunan dividen atau

kenaikan dividen yang dibawah normal (biasanya) diyakini

investor sebagai tanda(signal) bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diiwaktu mendatang.

e. Teori “Clientele Effect”

(8)

perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan

penghasilan pada saat itu lebih menyukai suatu dividend payout ratio (DPR) yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat itu lebih senang jika

perusahaan menahan sebagian laba bersih perusahaan.

2.3.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dividen

Menurut Sjahrial (2008:305) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividen, faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Posisi likuiditas perusahaan

Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen

yang dibayarkan.

2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang

Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar utang

maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin

kecil.

3. Rencana perluasan usaha

Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang

dana yang dapat dibayarkan untuk dividen.

4. Pengawasan terhadap perusahaan

Kebijakan pembiayaan : untuk ekspansi dibiayai dengan dana

(9)

2.3.4. Prosedur pembayaran Dividen

Prosedur pembayaran dividen yang sebenarnya sebagai berikut (Brigham

dan Houston, 2001 : 84 ) :

a. Tanggal pengumuman (declaration date)

Tanggal deklarasi, yaitu tanggal pada saat dividen secara resmi

diumumkan oleh Dewan Direksi.

b. Tanggal pencatatan pemegang saham (holder of record date) Tanggal pencatatan, yaitu tanggal yang menunjukkan kapan

buku transfer ditutup untuk menentukan investor mana yang

akan menerima pembayaran dividen. Biasanya tanggal

pencatatan adalah 2 atau 3 minggu setelah tanggal

pengumuman, pada tanggal tersebut disiapkan daftar

pemegang saham saat itu.

c. Tanggal ex-dividen(ex-dividend date)

Tanggal ex-dividen, yaitu tanggal dimana saham

diperdagangkan tanpa hak menerima dividen, dalam teori

tanggal ex-dividen adalah tanggal setelah tanggal pencatatan.

Namun, dalam praktik pasar modal memajukan tanggal

pencatatan untuk memberikan kesempatan pemindahan

kepemilikan saham.

d. Tanggal pembayaran

Tanggal pembayaran, yaitu tanggal dimana perusahaan

(10)

pembayaran biasanya jatuh tempo empat hingga enam minggu

setelah tanggal pengumuman.

2.3.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio

Kebijakan dividen suatu perusahaan dapat tercermin pada dividend payout ratio-nya. Dividend payout ratio adalah rasio pembayaran dividen sebagai hasil kebijakan dividen perusahaan yang berguna bagi penilaian saham jika earnings perusahaan diketahui. Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi perusahaan

dalam menetapkan dividend payout ratio.

Beberapa faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio, antara lain yang telah dikemukakan oleh Riyanto (2001 : 267), bahwa kebijakan dividen itu

dipengaruhi oleh likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan dan tingkat pengawasan. Menurut Hanafi (2004, hal. 378) dividend payout ratio dipengaruhi oleh kesempatan investasi, profitabilitas, likuiditas, akses ke pasar uang, stabilitas pendapatan dan pembatasan- pembatasan.

Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat profitabilitas adalah ROA. Munawir (2001: 89) menyebutkan bahwa “Return on Assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan”.

Menurut Munawir (2004: 70) indikator likuiditas diukur dengan Cash Ratio dan Current Ratio. Sedangkan menurut K.R.Subramanyam, dkk (2005:36) memproksikan leverage melalui Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Baskin (1989) dalam Endang (2003) pertumbuhan perusahaan

(11)

Parthington (1989) dalam Sunarto dan Kartika (2003) dalam penelitiannya

menunjukkan beberapa variabel yang mempengaruhi penentuan dividen yaitu:

profitabilitas, stabilitas dividen dan earning, likuiditas dan cash flow, investasi, dan pembiayaan.Brigham (1983) yang dikutip dalam Amalia (2008) faktor-faktor

yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio adalah Debt to Total Asset, Cash Ratio, Size, Return On asset, Growth, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Growth.

DeAngelo dan Skinner (2004) dalam International Research Journal of Finance and Economics mengatakan profitabilitas merupakan investasi peluang dan ukuran akan membuat dampak yang besar pada penentuan pembayaran

dividen oleh entitas. Faktor- faktor yang mempengaruhi dividen juga diungkapkan

dalam penelitian empiris Bagus (2006), Robi (2011), dan Fira (2009) bahwa

Return On Asset mempengaruhi pembayaran dividen yang dicerminkan melalui Dividen Payout Ratio. Vicky (2011) dan Prihantoro (2003) mengungkapkan bahwa Cash Ratio memiliki pengaruh yang positif terhadap Dividend Payout Ratio. Nur hidayat (2006) memaparkan bahwa Current Ratio memiliki pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. RB Atok (2007), Abd.Kadir (2010), dan Rini (2007) mengungkapkan bahwa Debt to Total Asset dan Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Disebutkan dalam penelitian Juwariyah (2003) dan Fira (2009) bahwa Growth Potential berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio.

Dari hasil literatur yang telah disebutkan dan dari teori-teori pendukung,

(12)

1. Profitabilitas, terdiri dari ROA

2. Likuiditas, terdiri dari Cash Ratio, Current Ratio, Cash Flow, dan kebutuhan dana untuk membayar hutang.

3. Debt to Total Asset, 4. Debt to Equity Ratio, 5. Size,

6. Tingkat pertumbuhan (Growth Potential), 7. Tingkat pengawasan,

8. Kesempatan investasi,

9. Akses ke pasar uang,

10.Stabilitas pendapatan,

11.Pembatasan- pembatasan,

12.Stabilitas dividen dan earning, 13.Kepemilikan Manajerial,

14.Kepemilikan Institusional.

Penelitian ini akan memfokuskan pada faktor-faktor yang berpengaruh

pada penetapan Dividend Payout Ratio yang antara lain adalah : Cash Ratio, Return On Asset, Gowth, firm size, Debt To Equity Ratio dan Net Profit Margin.

a. Cash Ratio

Menurut Munawir (2004: 70) Cash Ratio menunjukkan kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia ditambah

(13)

Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Brigham, 1983) dalam Amalia (2008).

Brittain (1966) dan Partington(1989) dalam Usman(2006) dan Fira (2009)

mengungkapkan bahwa ketersediaan uang kas menunjukkan tingkat dividen yang

dibagikan. Dengan semakin meningkatnya cash ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen yang diharapkan oleh investor.

Oleh karena dividen merupakan “cash outflow”, maka makin kuat posisi kas

perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen

(Riyanto 2001: 267).

Posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus

dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan menentukan besarnya dividen

yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Posisi kas dihitung

berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah

pajak (Stanley dan Geoffrey, 1987 dalam Prihantoro, 2003). Dengan semakin

meningkatnya cash ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen tunai (cash dividend) yang diharapkan oleh investor Parthington (1989) dalam Tsaniyah (2009).

Hal ini didukung oleh penelitian Prihantoro (2003) bahwa Cash Ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio. Namun hal demikian tidak didukung oleh penelitian Nur (2006) yang menyatakan

(14)

CR= X 100% =...%

b. Profitability (ROA)

Mamduh dan Abdul (2000:75 ) menyatakan bahwa Return On Asset adalah Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih

berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Return On Asset diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total assetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk

operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan probabilitas perusahaan.

Menurut Hanafi (2004: 375) perusahaan yang mempunyai aliran kas atau

profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika jika aliran kas tidak baik. Bagi investor jangka

panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima

dalam bentuk dividen (Sartono 2001: 122).

Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena

itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan.

Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan

setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan

(15)

Hal ini didukung dengan hasil penelitian Fira (2009) bahwa Rasio Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap dividen. Hal ini berati bahwa semakin tinggi ROA maka akan meningkatkan Dividend Payout Ratio (DPR). Hal ini tidak didukung oleh Happy (2006) bahwa Return On Asset (ROA) tidak mempengaruhi kebijakan manajemen dalam membayarkan dividen.

Oleh karena itu dividen yang diambilkan dari keuntungan bersih akan

mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai

dividen (Sudarsi, 2002 : 79). Sehingga ROA dapat dirumuskan sebagai berikut

(Yuniningsih 2002):

ROA=

X 100%

=...%

c. Growth Potential

Growth Potential adalah potensi pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio selisih total assets pada tahun t dengan total assets pada tahun t-1

terhadap total assets pada t-1. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan,

semakin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai perluasan, semakin besar

kebutuhan dana dimasa mendatang, semakin mungkin perusahaan menahan

pendapatan, bukan membayarkannya sebagai dividen (Rendhi, 2010).

Menurut Baskin (1989) dalam Endang (2003) pertumbuhan perusahaan

(16)

dalam Endang (2003) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan yang tinggi

cenderung akan mengembangkan perusahaan menjadi lebih besar. Hal yang sama

juga dikemukakan oleh Alli et al (1993) yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi ditunjukkan dengan adanya kesempatan

investasi yang banyak.

Riyanto (2001:267) makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan,

makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai

pertumbuhanya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan

pendapatanya daripada dibayarkan sebagai dividen dengan mengingat batasan -

batasan biayanya. Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan melalui aktiva,

dimana menurut Ang (1997) dalam Fira (2009) semakin besar asset maka

diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan.

Pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih disukai untuk mengambil

keuntungan pada investasi yang memiliki prospek yang baik. Semakin tinggi

tingkat pertumbuhan perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana

untuk membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan

datang, akan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak

membayarkannya sebagai dividen.

Hasil penelitian Juwariyah (2008) mengatakan bahwa jika suatu

perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi maka perusahaan dapat

memenuhi kewajibannya dalam membayar dividen. Namun tidak sejalan dengan

(17)

terhadap Dividen Payout Ratio.Growth Potential dalam penelitian prihantoro (2003) dirumuskan sebagai berikut:

Growth Potential = X 100% =...%

d. Firm Size

Ukuran perusahaan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

keputusan pembagian dividen. Suatu perusahaan yang sudah mapan akan

memiliki akses yang mudah menuju pasar modal sehingga mampu memperoleh

dana yang lebih besar dan perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen

yang lebih tinggi (Suherli dan Harahap, 2004).

Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan yang

ditentukan oleh beberapa hal antara lain total penjualan, total aktiva, dan rata-rata

tingkat penjualan perusahaan. Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan

memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru

dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memilki akses ke

pasar modal.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fira (2009). Namun,

hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Juwariyah (2008) dimana

hasil penelitiannya menyatakan firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

(18)

e. Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang

jangka pendek dan hutang jangka panjang dibandingkan dengan modal sendiri.

Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar aktiva perusahaan dibiayai dengan

modal asing atau hutang dampak penggunaan modal sendiri. Munawir (2004:70).

Peningkatan utang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang

tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan,

akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar deviden (Sudarsi

2002).

Hal ini didukung oleh penelitian empiris Rini (2008) dimana perusahaan

lebih memilih untuk menggunakan pembiayaan internal daripada eksternal, dan

akan mengadaptasi target rasio pemabayaran mereka ke dalam peluang investasi

hal ini didukung oleh teori pecking order dari Myers (1984). Sejalan dengan penelitian Vicky (2011) bahwa DER memiliki pengaruh terhadap Dividen Payout Ratio. Namun kontradiktif terhadap penelitian empiris oleh Lisa Marlina dan Clara Danica (2009), menyatakan bahwa DER secara parsial tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Debt to Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut (Sri sudarsi 2002) :

DER= X 100% =...%

f. Net Profit Margin

Net Profit Margin menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

(19)

dalam menekan biaya operasi pada periode tertentu. Net Profit Margin (NPM) dipilih

karena merupakan rasio yang memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang

saham sebagai prosentase dari penjualan (Brigham dan Houston, 2001:89).

Hasil Penelitian Yudhayanto (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan antara Net Profit Margin (NPM) terhadap Dividend Payout Ratio

(DPR). Namun tidak sesuai dengan penelitian siswanto (2012) yang menyatakan

bahwa Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh tehadap Dividend Payout Ratio

(DPR). Menurut Brigham dan Houston (2001: 89) NPM dapat dihitung dengan

rumus:

NPM = x 100% =...%

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian Prihantoro (2003) dengan judul Estimasi Pengaruh Dividen

Payout Ratio Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Variabel independennya adalah posisi kas (cash ratio), potensi pertumbuhan,ukuran perusahaan, rasio hutang dan modal, profitabilitas, kepemilikanterhadap deviden payout ratio. Hasil penelitiannya hanya cash ratio yang berpengaruh terhadap Divided payout ratio. Penelitian Hidayat (2006) dengan judul Analisis Faktor – Faktor Yang

(20)

Penelitian Fira (2009) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio. Varibel independen Cash ratio, growth, firm size, Return On Asset (ROA), Debt to Total Asset(DTA), dan Debt to Equity Ratio (DER). Penelitian mengungkapkan bahwa return on asset dan firm size berpengaruh terhadap dividend payout ratio.

Penelitian Happy (2006) dengan judul Analisa Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Deviden Payout Ratio Pada Perusahaan Go Public Yang Listed

Di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2001-2003. Variabel independen cash positon, profitabilitas, growth, ukuran perusahaan dan debt to equity ratio. Hasil penelitiannya adalah profitabilitas yang diukur dengan return on asset dan growth tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.

Penelitian Juwariyah (2008) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang

Memengaruhi Dividen Payout Ratio Pada Industri Property Dan Real Estat Di

BEI. Variabel independen cash position, debt to equity ratio,growth potential profitability dan size. Mengemukakan bahwa growth berpengaruh terhadap dividend payout ratio sementara size tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.

Penelitian Vicky (2011) dengan judul Analisis Faktor – Faktor Yang

(21)

Penelitian Lisa dan Danica (2009) dengan judul Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio. Variabel independen Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Assets. Mengemukakan bahwa Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.

Penelitian Siswanto (2012) dengan judul Pengaruh Firm Size, Roe, Roi, Growth Dan Npm Terhadap Dividend Payout Ratio. Variabel independen Firm Size, Roe, Roi, Growth dan Npm. Mengemukakan bahwa Net Profit Margin tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.

Penelitian Yudhayanto (2012) dengan judul Pengaruh Net Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity, Earning Per Share Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

(22)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti &

Tahun

Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Hanya cash ratio yang mempengaruhi dividend Bursa Efek Jakarta.

Variabel Dependen: ratio, total debt to total asset, earning firm size, Return On Asset (ROA), Debt to

Total Asset(DTA), dan Debt to Equity

Ratio (DER).

Penelitian mengungkapkan bahwa return on asset dan

firm size berpengaruh dan debt to equity

ratio

Mengemukakan bahwa return on asset dan growth potential tidak berpengaruh

(23)

Sumber : Data yang diolah, 2015

Nama Peneliti &

Tahun

Judul Penelitian Variabel

Penelitian cash position, debt to equity ratio,growth ratio sementara size tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio

Lisa dan To Equity Ratio, Dan

Return On Assets

Mengemukakan bahwa Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio

(24)

2.5. Kerangka Konseptual

Hubungan antara cash ratio terhadap dividend payout ratio adalah semakin kuat posisi aktiva lancarnya maka semakin tinggi perusahaan membayar

dividen. Sementara hasil penelitian Risaptoko (2007) mengatakan bahwa kas yang

besar membuat perusahaan memiliki modal yang besar untuk menjalankan

operasional perusahaan. Dengan modal yang besar perusahaan dapat dengan

leluasa melakukan aktivitas pada proyek-proyek yang dapat memberikan tingkat

kembalian yang tinggi sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan untuk

membagikan keuntungan dalam bentuk dividen untuk mempertahankan

investornya agar tidak berpindah menjadi investor pada perusahaan lain.

Hubungan antara Return on Asset terhadap dividend payout ratio adalah Return on Asset berpengaruh terhadap dividend payout ratio, dimana bila terjadi kenaikan Return on Asset maka DPR akan semakin tinggi. Return on Asset yang tinggi menunjukkan kemampuan membayar dividen tinggi sehingga DPR tinggi.

Penghasilan yang tinggi melalui asset yang dimiliki yang tercermin dari (ROA) menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen yang tercermin dari

DPR. Return on Asset mengalami peningkatan karena laba yang dihasilkan berupa earning after tax juga mengalami kenaikan. Sehingga berpengaruh terhadap kenaikan Return on Asset.

Hubungan antara growth terhadap dividend payout ratio adalah pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih disukai untuk mengambil keuntungan

pada investasi yang memiliki prospek yang baik. Semakin tinggi tingkat

(25)

membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang,

akan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak

membayarkannya sebagai dividen.

Hubungan antara firm size terhadap dividend payout ratio adalah ukuran perusahaan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan

pembagian dividen. Suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses

yang mudah menuju pasar modal sehingga mampu memperoleh dana yang lebih

besar dan perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih

tinggi.

Hubungan antara Debt to Equity Ratio terhadap dividend payout ratio adalah semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar aktiva perusahaan dibiayai

dengan modal asing atau hutang dampak penggunaan modal sendiri. Munawir

(2004:70). Peningkatan utang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih

yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban

perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar

deviden (Sudarsi 2002).

Hubungan antara Net Profit Margin terhadap dividend payout ratio adalah Net Profit Margin menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi

perusahaan dalam menekan biaya operasi pada periode tertentu. Sehingga

(26)

Sumber : Data yang diolah, 2015

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6. Hipotesis

Menurut Mudrajat (2003: 48) hipotesis adalah suatu penjelasan sementara

tentang perilaku, fenomena atau kejadian yang diteliti. Atas dasar tujuan, landasan

teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran teoritis (KPT) diatas, maka

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. H1 : terdapat pengaruh cash Ratio terhadap dividend payout ratio. 2. H2 : terdapat pengaruh Return On asset terhadap dividend payout ratio. 3. H3 : terdapat pengaruh Growth terhadap dividend payout ratio.

4. H4 : terdapat pengaruh Firm Size terhadap dividend payout ratio.

5. H5 : terdapat pengaruh debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio. H7

H4

H6 H5 H3 H2 Cash Ratio (x1)

Net Profit Margin(x6) DER (x5)

Return On Asset (x2)

Growth (x3)

Firm Size(x4)

Dividend Payout Ratio (DPR) (Y)

(27)

6. H6 : terdapat pengaruh Net Profit Margin terhadap dividend payout ratio. 7. H7: terdapat pengaruh secara simultan CR,ROA, Gowth, FS, DER, NPM

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pupuk padat, adalah sebagai berikut: (1) Kotoran padat ternak kambing yang sebaiknya digunakan ialah yang telah hancur

Capaian Program Jumlah ketersediaan cakupan (jenis) sarana dan prasarana perkantoran/aparatur secara memadai dan sesuai dengan

Model penjadwalan produksi merupakan suatu model yang bertujuan untuk mendapatkan jadwal urutan produksi ketika pesanan masuk ke bagian lini produksi coklat dan powder,

Mereka menemukan hubungan yang jelas antara tingginya paparan testosteron terlihat dari panjang jari manis yang lebih panjang daripada jari telunjuk dengan nilai uji matematika yang

Sumedang Tahun Ajaran 2015/2016. Pemerolehan data didapat dari pedoman wawancara, format observasi kinerja guru dan format penilaian aktivitas siswa. Pengolahan data

[r]

Hasil Evaluasi penyebab gagalnya lelang adalah Dari dua penyedia jasa yang menawar.. Tidak ada yang lulus di Evaluasi Teknis,

Peningkatan nilai rasio H 0 /D 0 billet ataupun besar deformasi yang terjadi tidak serta merta berpengaruh pada besar peningkatan nilai kekerasan rata-rata (sifat mekanik)