• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA A. Pengaturan Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah Dalam Hukum Positif Indonesia - Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pengguna Ijazah Palsu Dalam Pemilihan Kepala Desa Kabu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA A. Pengaturan Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah Dalam Hukum Positif Indonesia - Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pengguna Ijazah Palsu Dalam Pemilihan Kepala Desa Kabu"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA

A. Pengaturan Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah Dalam

Hukum Positif Indonesia

1. Pengertian Ijazah Palsu

Berdasarkan Pasal 61 Undang-ndang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem bahwa ijzah adalah salah satu bentuk sertifikat selain sertifikat kompetensi yang diberikan kepada perserta didik.29 Sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan30 Setelah ujian yang diselengarakan oleh satuan pendidikan 31 yang terakreditasi.32

R.Soesilo dalam penjelasan Pasal 263 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak menyebutkan secara eksplisit pengertian ijazah palsu, akan tetoi”surat palsu” yang artinya surat yang isinya bukan semesti (tidak benar) atau surat yang sedemikian rupa sehingga menunjukan asal surat itu yang tidak benar.

Pendidikan Nasional, dapat disimpulkaDalam Kamus standar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian ijazah adalah sertifikat tanda lulus atau surat tanda tamat belajar. Sedangkan pengertian palsu adalah tidak asli lagi,tiruan atau lancung.

29

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dari melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Pasal 1 angka 4 UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas)

30

Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan (Pasal 1 angka 8 UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas)

31

Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan (Pasal 1 angka 10 UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas)

32

(2)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sostem Pendidikan Nasional juga tidak menyebutkan secara ekplisit pengertian ijazah palsu. Hanya pada Pasal 61 Berpedoman pada ketentuan Pasal 61 ayat (2) Undang-undang Nomor 20 Tahnu 2003 dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087/U/2002 tersebut maka pengertian ijazah palsu adalah ijazah yang diberikan kepada orang yang tidak terdaftar sebagai peserta didik, tidak lulu ujian kelulusan, ujian diselenggrakan oleh satuan pendidikan yang tidak terakreditas, atau ijazah yang dikeluarkan/diterbitkan oleh satuan pendidikan yang tidak terakreditasi.33

33

) Undang-undang Nomor 20 Tahnu 2003 dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Pasal (61) angka (2)

(3)

2. Jenis-Jenis Ijazah Palsu

Ijazah Palsu dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yakni :34 a. Blanko ijazah yang palsu

Yang termasuk dalam jenis ini adalah : karakteristik, bahan, kualitas, nomor seri, pencetakan blanko dan lain-lain tidak dikeluarkan oleh instansi atau lembaga yang berwenang dan atau tidak sesuai dengan tahun penerbitannnya.

b. Isi Ijazah yang palsu

Yang termasuk dalam jenis ini adalah :

1) Ijazah yang bersangkuatan tidak diterbitkan oleh instansi/lembaga atau pejabat yang berwenang. Misalnya : Ijazah tersebut dikeluarkan oleh Sekolah yang suda tutup (tidak aktif lagi), atau ijazah tersebut ditandaytangani oleh orang yang tidak menjabat Kepala Sekolah lagi pada watu penandatanganan.

2) Ijazah tersebut dikeluarkan tidak sesuai dengan tahun penerbitannya. Misalnya nomor seri ijazah tersebut adalah untuk tahun 1979, tetapi ternyata dikeluarkan Tahun 1980 , jadi sangat tidak lazim dengan satu tahun memperoleh ijzah

3) Ijzah tersebut tidak terdaftar pada pada Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan yang tercatat sebagai yang mengeluarkannnya.

4) Yang bersangkutan terdaftar sebagai siswa/mahasiswa pada Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidiklan akan tetapi tidak pernah kuliah/sekolah maupun ujian tetapi memperoleh.

5) Yang bersangkutan mempunyai kartu peserta ujian dan ikut ujian tetapi tidak terdaftar sebagai peserta ujian. Misalnya si A ingin memperoleh ijzah persamaan, lalu mendaftar ke Dinas Pendidikan untuk mengikuti ujian persamaan, ternyata pendaftaran sudah tutup, lalu si A bekerjasama denganoknum tertentu, sehingga sia A tetap diberikan kartu peserta ujian

34

(4)

dan ikud walaupun tidak gterdaftar sebagai peserta ujian tetap, dan ijazah dikeluarkan atas nama si A tersebut.

6) Nomor Induk yang tercantum dalam ijazah bukan atas nama yang bersangkutan akan tetapi atas nama orang lain. Misalnya nomor induk 1406, keluar 2 (dua) ijazah yakni atas nama si A dan si B. Ternyata setelah diteliti memberik imbalan sejumlah uang/materi tertentu, dimana yang bersangkutan tercatat secara administartif dengan lengkap dan sempurna di Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan tersebut sepert halnya yang dilakukan terhadap mahasiwa/siswa yang masuk ke Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan itu secara normal. Walaupun catatan tersebut sebagian/keseluruhan adalah fiktif, tetapi karena dibuat dengan lengkap maka jauh kemungkinannya dicurigai. Untuk ijazah jenis ini memamng sulit untuk dibuktikan saebagai ijzah palsu,karena bahan-bahan sebagai alat bukti nyaris tidak mungkin di dapat. Hanya pada Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan yang system administrasi cukup baik, kemungkinan melacak kepalsuan ijzah yang system admisntrasinya cukup baik, kemungkian melacak kepalsuan ijzah ini masih dimungkinkan. Misalnya dengan mengkonflik pemilik ijzah tersebut dengan dosen-dosen/guru-guru dari setiap mata kuliah/mata pelajaran dari tingkat/kelas permulaan sampai tingkat/kelas akhir atau mengkonfrontir dengan catatan-catatan tertulis yang sah dari dosen-dosen/guru-guru tersebut mengenai hasil ujiannya dan lain-lain yang disimpan dalam admistrasi Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan tersebut..

(5)

3. Unsur-unsur Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah Dalam Putusan PN REG.No.197/Pid.B/2011/PN.Stb, PT REG. No.431/Pid/2011/PT.Mdn, MA-RI REG. No.579K/Pid/2012

Berdasarkan Fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan pengadilan sebagaimana diuraikan diatas, maka pembuktian Unsur-sunsur tindak pidana yang yaitu melanggar Pasal 263 ayat(2) KUHPidana, dengan unsur-unsur :

Pasal 263 ayat (2) : Dipidana dengan pidana yang sma, barangsiapa dengan sengaja memakai surat palsu atau yang dipalsukan dapat menimbulkan kerugian

Unsur-unsur sebagai berikut : a) Unsur-Unsur Obyektif :

a) Perbuatan : Memakai

b) Obyeknya : Surat Palsu ; Surat Yang di Palsukan c) Pemakaian surat tersebut dapat menimbulkan kerugian; b) Unsur Subyektif : dengan sengaja.

a. Barang siapa;35

Unsur barang siapa dalam perkara ini menunjukan kepada sunjek atau pelaku tindak pidana, dari fakta-fakta yang terungkap dipetrsidangan yaitu dari keretangan saksi-saksi keterangan terdakwa, keterangan ahli petunjuk dan barang bukti bahwa pelaku tindak pidana adalah terdakwa SUPRIADI,yang identitasnya sesuai dengan identitas terdakwa dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum, dan terdakwa mengerti akan Surat Dakwaan yang telah dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum dan tidak ada mengajukan keberatan atas Surat Dakwaan tersebut, dan selama dalam proses persidangan berlasung tidak dijumpai dalam diri terdakwa adanya alasan pemaaf atau pembenar atas perbuatan terdakwa sehingga ats diriu terdakwa dapat diminta pertanggungjawabannya.

35

(6)

Untuk dapat menyatakan pelaku terbukti telah memenuhi unsur “dengan sengaja” yang terdapat di dalam rumusan tindak pidana yang diatur dalam Pasal 263 ayat (2) KUHP itu, hakim tidak perlu menggantungkan diri pada adanya pengakuan dari pelaku yang dalam praktek memang sulit diharapkan, melainkan hakim dapat menarik kesimpulan dari keterangan-keterangan yang diberikan oleh pelaku sendiri atau dari keterangan-keterangan yang diberikan oleh para saksi atau dari bukti-bukti lain.

Dengan demikian unsur ini telah terbukti.

b. Memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah asli;

Bahwa pada tanggal 5 s/d 9 November 2009 terdakwa te;lah mendaftarkan doiri sebagai Bakal Calon Kepala Desa Kebun Balok Keacamatan Wampu LKabupaten Langkat dengan menggunakan STT/Ijazah yang dikeluarkan Sekolah Menengah Pertama Insani Medan Medan Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 8 Juni 1980 yang menurut saksi Ahli dari Dinas P & P Provinsi Sumatera Utara FDrs.H.Irsyad Tanjung,M.Si, setelah menelito STTB/Ijazah atas nama SUPRIADI (terdakwa) menyatakan terdapat kejanggalan, yang mana seharusnya bertulisan Surat Tanda Taman Belajar akan tetapi Surat Tanda Taman Belajar dan STTB/Ijazah atas anam terdakwa tidak Terdakwa tidak mempunyai nomor seri Ijazah dan tidak berlogo burung garuda dan izin Kanwil P & K Sumatera Utara : 361/05.I/A-P2D/79 tidak ada terdaftar di Dinas P & P Provinsi Sumatera Utara dan Sekolah Insani Medan juga tidak ada sama sekali dan STTB/Ijazah atas nama SUPRIADI (terdakwa) diduga illegal/tidak sah menutut hukum.

(7)

c. Jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian ;

Dalam unsur ini yang perlu dibuktikan adalah penggunaan surat (ijazah) tersebut harus dapat mendatangkan kerugian.Kata ”dapat” maksudnya tidak perlu kerugian itu betul-betul sudah terjadi, baru kemungkinan saja akan adanya kerugian itu sudah cukup membuktikan unsur ini. Jika ternyata penggunaan surat (ijazah) tersebut oleh pelaku tidak dapat mendatangklan kerugian, maka pelaku tidak terbukti memenuhi unsur ini, sehingga tidak ada alasan untuk menghukum, oleh karenanya harus dibebaskan.

Yang menjadi pertanyaan, kerugian yang bagaimana dan kerugian siapa yang dimkasud disni? Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak Menyebutkan secara tegas kerugian yang bagaimana yang dapat dihukum. Menurut R.Soesilo : yang di artikan dengan Kerugian materil (kerugian berbentuk uang), akan tetapi juga kerugian dilapangan kemasyarakatan, kesusilaan, kehormatan dan sebagainya.

Bahwa terdakwa menggunakan STTB/Ijazah untuk mencalonkan diri sebagai Kepala Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat dan terpilih sebagai pemenangnya, telah mengakibatkan kerugian bagi Bakal Calon Kepala Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten :Langkat periode 2009-2014 yang lainnya antara lain menimbulkan kerugian bagi saksi Legimin dan saksi Nuriadi.

(8)

4. Pengaturan Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah Dalam Hukum Positif Indonesia

a. Ketentuan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Perbuatan pemalsuan dapat digolongkan pertama – tama dalam kelompok kejatahan ”Penipuan” ; hingga tidak semua perbuatan adalah pemalsuan. Perbuatan pemalsuan tergolong kelompok kejahatan penipuan apabila seseorang memberikan gambaran tentang sesuatu gambaran atas barang seakan – akan asli atau benar, sedangkan sesungguhnya atau kebenaran tersebut tidak dimilikinya. Karena gambaran data ini orang lain terpedaya dan mempercaya bahwa keadaan yang digambarkan atas barang / surat / data tersebut adalah benar atau asli. Pemalsuan terhadap tulisan / data terjadi apabila isinya atau datanya ,

Dalam berbagai jenis perbuatan pemalsuan yang terdapat dalam KUHP dianut:36

1) Di samping pengakuan terhadap azaz hak atas jaminan kebenaran/keaslian sesuatu data/surat/tulisan, perbuatan pemalsuan terhadap data/surat/tulisan tersebut harus “dilakukan dengan tujuan jahat”.

2) Berhubungan tujuan jahat dianggap terlalu luas harus mempunyai “niat/maksud” untuk menciptakan anggapan atas sesuatu yang dipaslukan sebagai yang asli atau benar.

Suatu perbuatan pemalsuan dapat dihukum apabila terhadap jaminan/kepercayann dalam hal mana :37

36

37

(9)

1) Pelaku mempunyai niat/maksud dengan menggambarkan keadaan yang tidak benar itu seolah-olah benar mempergunakan sesuatu data yang tidak asli seolah-olah asli, hingga orang lain terpedaya.

1) Unsur niat/maksud tidak perlu meliput unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain (sebaliknya dari bebagai jenis perbuatan penipuan)

2) Tetapi perbuatan tersebut harus menimbulkan sesuatu bahaya umum yang khusus dalam pemalsuan data/surat dan sebagainya,dirumuskan dengan masyarakat “kemungkian kerugian”dihubungkan dengan sifat daripada data/surat tersebut.

Tindak pidana penggunaan ijazah palsu dalam Pasal 263 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di atas, maka yang menjadi unsur-unsurnya adalah :

Dipidana dengan pidana yang sma, barangsiapa dengan sengaja memakai surat palsu atau yang dipalsukan dapat menimbulkan kerugian

Unsur-Unsur Pasal 263 ayat (2): a. Subjektif : Dengan sengaja. b. Objektif :

Perbuatan : Memakai

Obyeknya : Surat Palsu ; Surat Yang di Palsukan Pemakaian surat tersebut dapat menimbulkan kerugian; a) Unsur dengan sengaja

(10)

melakukan (menggunakan surat/ijazah) itu harus mengetahui benar-benar bahwa surat (ijazah) yang ia gunakan itu palsu atau menggunakan surat palsu tersebut dimaksud atau termasuk dalam niatnya sipelaku. Jika ia tidak tahu akan hal itu atau tidak dimaksud ia tidak dapat dihukum.38

Menggunakan artinya memakai atau menyerahkan kepada orang lain atau ditempat dimana serta tersebut dibutuhkan. Sudah dianggap sebagai mempergunakan dalam rancangan KUHP Belanda mula-mula disebutkan bahwa surat adalah “surat-surat yang dapat membuktikan sesuatu”. Sehubungan dengan hal ini menurut Wirjono Prodjodikoro39

b) Unsur jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian

perumusan ini dianggap terlalu luas, oleh karena setiap surat dapat membuktikan sesuatu. Jadi sifat demikian berarti bahwa surat-surat itu harus memiliki kekuatan pembuktian, dan mengenai kekuatan pembuktian ada peraturan, baik dalam hukum acara pidana.

Menurut R.Soesilo : yang di artikan dengan Kerugian materil (kerugian berbentuk uang), akan tetapi juga kerugian dilapangan kemasyarakatan, kesusilaan, kehormatan dan sebagainya

38

Soesilo,R. 1983. Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-Delik Khusus. Bogor: Politeia. hal 28

39

(11)

b. Ketentuan Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas

Pasal 1 butir 2 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional juga merumuskan definisi mengenai Pendidikan Nasional, yaitu pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Demi mewujudkan ketertiban, keadilan dan kepastian hukum sebagaimana dijelaskan di atas, maka pengaturan pemidanaan terhadap penggunaan ijazah palsu telah diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bab XX tentang Ketentuan Pidana Pasal 68 dan 69).

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman, melalui Sistem pendidikan nasional terdiri dari komponen-komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Tindak pidana penggunaan ijazah palsu diatur dalam Pasal 68 ayat (2), dan Psal 69 ayat (1) dan (2) Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(12)

memenuhi persyaratan dipidana dengan piadan penjara paling lama lima tahun

dan/atau pidana denda paling banyak Rp.500.000.000,(lima ratus juta rupiah).40

a. Setiap Orang

Dari Ketentuan pasal 68 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tersebut, maka yang menjadi unsur-unsurnya adalah :

b. Menggunakan ijzah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi yang diperoleh dari satuan pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan.

Ad.a. Unsur : Setiap Orang 41

Pada unsur ini “mempergunakan” artinya sama dengan yang dimkasud dalam Pasal 137 ayat (4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 dan dalam Pasal 263 KUHP. Dan dalam unsur ini yang dipergunakan oleh sipelaku harus berupa ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi yang diperoleh dari satuan pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan. Apabila ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi diperoleh dari satuan pendidikan yang memenuhi persyaratan, maka si pelaku tidak terbukti Unsur “setiap orang” disini adalah sama dengan dengan yang diatur dalam pasal 137 ayat (4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003, dan Dalam Pasal 263 KUHP, yakni menunjukan pada subyek hukum pidana (kasus penggunaan ijazah palsu) yang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Ad.b Unsur Menggunakan ijzah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi yang diperoleh dari satuan pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan

40

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 68 ayat (2)

41

(13)

memenuhi unsur ini, oleh karenanya terhadap sipelaku tidak dapat diterapkan Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 .

Berpedoman pada ketentuan Pasal 61 ayat (2) dan Pasal 62 ayat (1),(2) dan (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yaitu:

(1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah atau pemerintah daerah.

(2) Syarat-syarat untuk memperoleh izin meliputi isi pendidikan, jumlah dan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan, sistem evaluasi dan sertifikasi, serta manajemen dan proses pendidikan.

(3) Pemerintah atau pemerintah daerah memberi atau mencabut izin pendirian satuan

Terakreditas dibuktikan dengan sertifikat akreditas yakni surat yang menyatakan pengakuan dan penghargaan atas status dan kelayakan suatu sekolah atau perguruan tinggi melalui proses pengukuran dan penilaian kinerja sekolah atau perguruan tinggi mencakup seluruh komponen berdasarkan standar yang diterapkan Badan Akreditas Nasional untuk jenjang pendidikan tertentu, dan dapat dipergunakan dalam penentuan jenjang akreditas sekolah.

Dalam Pasal 69 ayat (1) yaitu : Setiap orang yang menggunakan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi yang terbukti palsu dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan/atau pidana

denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah.42

a. Perbuatannya : menggunakan

Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 69 ayat 1 adalah

b. Obyeknya : Ijazah palsu, sertifikat kompetensi palsu, gelar akademik palsu, profesi palsu, vokasi palsu.

Lima obyek tindak pidana Pasal 69 ayat (1) : ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, vokasi yang kesemuanya palsu. Sesungguhnya dalam ayat (1) unsur sengaja dan melawan hukum disebabkan (melekat) karena isi kelima obyek tersebut palsu, sedangkan subyek hukum yang melakukan perbuatan (menggunakan) yang menjadikan objek-objek tersebut palsu.

42

(14)

B. Ruang Lingkup Pembuktian

I. Sistem pembuktian

II. Bukti, Barang Bukti dan Alat Bukti III. Prinsip-Prinsip Pembuktian Pidana

Andi Hamzah mendefinisakan pembuktian sebagai upaya mendapatkan keterangan-keterangan melalui alat-alat bukti dan barang bukti guna memperoleh suatu keyakinan atas benar tidaknya perbuatan pidana yang didakwakan serta dapat mengetahui ada tidaknya kesalahan pada diri terdakwa.43

Lain lagi dengan M. Yahya Harahap, S.H., dia beranggapan bahwa yang dimaksud dengan pembuktian adalaha ketentuan yang membatasi sidang pengadilan dalam usahanya mencari dan mempertahankan kebenaran.44 Proses pembuktian atau membuktikan mengandung maksud dan usaha untuk menyatakan kebenaran atas sesuatu peristiwa, sehingga dapat diterima akal terhadap kebanran peristiwa tersebut.45

Menurut R.Wirjono Prodjodikoro adalah

46

I. Adapun jenis- jenis sistem pembuktian menurut KUHP adalah:

“ Kebenaran biasanya hanya mengenai keadaan-keadaan yang tertentu yang sudah lampau. Makin lama waktu lampau itu,makin sukar bagi Hakim untuk menyatakan atas keadaan-keadaan itu. Oleh karena roda pengalaman di dunia tidak mungkin diputarbalikan lagi, maka kepastian seratus persen, bahwa apa yang akan diyakini oleh Hakim tentang suatu keadaan, betul-betul sesuai dengan kebenarannya,tidak mungkin dicapai. Maka acara pidana sebetulnya hanya dapat menunjukan jalan untuk berusaha guna mendekati sebanyak mungkin persesuaian antara keyakinan Hakim dan kebenaran sejati. Untuk mendapat keyakinan ini, Hakim membutuhkan alat-alat guna menggambarkan lagi keadaan-keadaan yang sudah lampau itu.”

Sistem pembuktian terdiri dari dua kata, yaitu kata “sistem” dan “pembuktian”. Secara etimologis, kata “sistem” merupakan hasil adopsi dari kata asing “system” (Bahasa Inggris) atau “systemata” (Bahasa Yunani) dengan arti “suatu kesatuan yang tersusun secara terpadu antara bagian-bagian

43

Hamzah, Andi. 1987. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. hal 77.

44

Harahap, Yahya. 1993. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta: Pustaka Kartini. hal 22.

45

Prodjohamidjojo, Martiman. 1983.Jakarta: Ghalia

Indonesia. hal 1

46

(15)

kelengkapannya dengan memiliki tujuan secara pasti” atau “seperangkat komponen yang bekerja sama guna mencapai suatu tujuan tertentu”.47

Didalam hukum acara pidana terdapat pihak-pihak yang terlibat dalam rangka membuktikan kebenaran terhadap perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa. Sebagai contoh kita lihat didalam Undang-Undang No.08 tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana. Didalam Pasal 1 Undang-Undang No.08 tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pembuktian terdapat elemen-elemen yang menjadi bagian dalam usaha pencarian kebenaran materiil, yaitu :48

Elemen-elemen inilah yang menjadi bagian-bagian dalam sistem pembuktian. Artinya elemen-elemen inilah yang membentuk suatu kesatuan yang

47

Diambil dari http://www.karyatulisilmiah.com/pengertian-sistem.html

48

Undang-Undang No.08 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, Pasal 1 ayat :

1. Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

6. a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

8. Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.

13. Penasihat hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasar undang-undang untuk memberi bantuan hukum.

(16)

tersusun secara terpadu untuk mencari kebenaran terhadap perbuatan pidana yang didakwakan serta dapat mengetahui ada tidaknya kesalahan pada diri terdakwa.

Selanjutnya, dalam rangka menerapan “pembuktian“ atau “hukum pembuktian” Hakim lalu bertitik tolak kepada “sistem pembuktian” dengan tujuan mengetahui bagaimna cara meletakan suatu hasil pembuktian terhadap perkara yang sedang diadilinya. Untuk itu, secara teoritik guna penerapan sistem pembuktian, pada asanya dikenal 3(tiga) teori tentang sistem pembuktian, yaitu berupa :

a. Sistem pembuktian menurut undang-undang secara positif atau (Positief

Wettelijke Bewijs Theorie)49

Sistem pembuktian positif bergantung keapada alat-alat bukti sebagaimana Hakim dapat mempergunakan kekuatan alat-alat bukti tersebut atau tidaknya perkara yang sedang diadili, karena sistem ini menganut ajaran bahwa bersalah tidaknya terdakwa didasarkan kepada ada tiadanya alat-alat bukti sah menurut undang-undang yang dapat dipakai membuktikan kesalahan terdakwa. Teori positif wetteljik sangat mengabaikan dan sama sekali tidak mempertimbangkan keyakinan hakim.

Jadi sekalipun hakim yakin akan kesalahan yang dilakukan terdakwa, akan tetapi dalam pemeriksaan dipersidangan pengadilan perbuatan terdakwa tidak didukung alat bukti yang sah menurut undang-undang maka terdakwa harus dibebaskan.

Menurut M.Yahya Harahap yaitu “ Pembuktian menurut undang-undang secara positif keyakianahakim tidak ikut ambil bagian dalam membuktikan

49

(17)

kesalahan terdakwa. Keyakinan hakim dalam sistem ini, tidak ikud berperan menentukan salah atau tidaknya terdakwa. Sistem ini berpedoman pada prinsip pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan undang-undang. Untuk membuktikan salah atau tidaknya terdakwa semata-mata bergantung kepada alat-alat bukti yang sah. Asal sudah dipenuhi syarat-syarat dan ketentuan pembuktian menurut undang-undang, sudah cukup menentukan kesalahan terdakwa tanpa mempersoalkan keyakinan hakim. Apakah hakim yakin atau tidak tentang kesalahan terdakwa, bukan menjadi masalah. Pokoknya apabila sudah dipenuhi cara-cara pembuktian dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang, hakim tidak lagi menanyakan keyakinan hati nuraninya akan kesalahan terdakwa. Dalam sistem ini, hakim seolah-olah robot pelaksana undang-undang yang tidak memiliki hati nurani. Hati nuraninya seolah-olah tidak ikut hadir dalam menentukan salah atau tidaknya terdakwa. Meskipun demikian, dari satu segi si9stem ini mempunyai kebaikan. Sistem ini benar-benar menurut hakim,suatu nkewajiban mencari dan menemukan kebenaran salah atau tidaknyaterdakwa sesuai dengan tatacara pembuktian dengan alat-alat bukti yang telah ditentukan undang-undang. Hakim semata-mata berdiri tegak pada nilai pembuktian obyektif tanapa mencampuradukan hasil pembuktian yang diperoleh di persidangan dengan unsur subyektif keyakinan. Sekali hakim majelis menemukan hasil pembuktian yang obyektifsesuai dengan cara dan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang, mereka tidak perlu lagi menanya dan menguji hasil pembuktian tersebut dengan keyakinan hati nuraninya.”50

b. Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim belaka atau(Conviction Intime/ conviction Raisonce)

Kemudian dalam perkembangannya dengan titik tolak aspek negatif dan positif mana baik secara teoritik dan praktik sistem pembuktian menurut undang-undang secara positif (Positief Wettelijke Bewijs Theorie) sudah tidak pernah diterapkan lagi.

51

Pada sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim, hakim dapat menjatuhkan putusan perdasarkan “ keyakinan” belaka dengan tidak terikat oleh suatu peraturan. Teori ini menyatakan bahwa mengambil keputusan semata-mata berdasarkan keyakinan pribadinyan. Walaupun tidak ada alat bukti, Hakim dapat menjatuhkan pidana dan hakim tidap perlu menyebutkan alasan-alasan

50

M.Yahya Harapan dikutip dari buku Mulyadi, Lilik. S.H.2007. Op cit. hal 194

51

(18)

putusannya. Dalam sistem ini hakim mempunyai kebebasan penuh untuk menjatuhkan putusan. Subyektifitas hakim sangat menonjol dalam sistem ini.52

Sistem pembuktian Conviction In Ralsone masih juga mengutamakan penilaian keyakinan hakim sebagai dasar satu-satunya alasan untuk menghukum terdakwa, akan tetapi keyakinan hakim disini harus disertai pertimbangan hakim yang nyata dan logis, diterima oleh akal pikiran yang sehat.

Keyakinan hakim mempunyai 2 (dua) bentuk polarisasi, yaitu : “Conviction

Intime“ dan “conviction Raisonce” .

Sistem pembuktian “Conviction Intime“ kesalahan terdakwa bergantung kepada “keyakinan” belaka, sehingga hakim tidak terikat oleh suatu peraturan.

53

Keyakinan hakim tidak perlu didukung alat bukti sah karena memang tidak diisyaratkan, Meskipun alat-alat bukti telah ditetapkan oleh undang-undang tetapi hakim bisa menggunakan alat-alat bukti di luar ketentuan undang-undang. Yang perlu mendapat penjelasan adalah bahwa keyakinan hakim tersebut harus dapat dijelaskan dengan alasan yang logis dan masuk akal. Keyakinan hakim dalam sistem pembuktian convition in raisone harus dilandasi oleh "reasoning" atau alasan dan alasan itu sendiri harus 'reasonable" yakni berdasarkan alasan-alasan yang dapat diterima oleh akal dan nalar, tidak semata-mata berdasarkan keyakinan yang tanpa batas. Sistem pembuktian ini sering disebut dengan system pembuktian bebas.

54

52

Hamzah, Andi. 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia (Edisi Revisi),(Jakarta: Sinar Grafika. hal 252

53

Harahap, Yahya. 1993. Op cit. hal 256

54

(19)

Kelemahan pada sistem ini terletak pada terlalu banyak memberikan kepercayaan kepada hakim, kepada ken-kesan perseorangan sehingga sulit untuk melakukan pengawasan. Hal ini terjadi di praktik Peradilan Prancis yang membuat pertimbangan berdasarkan metode ini, dan banyak mengakibatkan putusan bebas yang aneh.

Akan tetapi, penerapan keyakinan hakim tersebut dilakukan secara selektif dalam arti keyakinan hakim ”dibatasi” denan harus didukung oleh “alasan-alasan jelas dan rasional” dalam mengambil keputusan.55

c. Sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif (Negatif

Wettelijke Bewijs Theorie)

Menurut teori ini hakim hanya boleh menjatuhkan pidana apabila sedikit-dikitnya alat-alat bukti yang telah di tentukan undang-undang didukung pula oleh adanya keyakinan hakim terhadap eksistensinya alat-alat bukti tersebut.56

Teori pembuktian menurut undang-undang negative tersebut dapat disebut dengan negative wettelijk istilah ini berarti : wettelijk berdasarkan undang-undang sedangkan negative, maksudnya adalah bahwa walaupun dalam suatu perkara terdapat cukup bukti sesuai dengan undang-undang secara terbatas atau disebut juga dengan system undang-undang secara negative sebagai intinya yang dirumuskan dalam Pasal 183, dapat disimpulkan sebagai berikut :57

55

Mulyadi, Lilik. S.H.2007. Op cit. hal 196

56Ibid.

hal 197

57

(20)

a) Tujuan akhir pembuktian untuk memutus perkara pidana, yang jika memenuhi syarat pembuktian dapat menjatuhkan pidana;

b) Standar tentang hasil pembuktian untuk menjatuhkan pidana.

Kelebihan sistem pembuktian negatif (negative wettelijk) adalah dalam hal membuktikan kesalahan terdakwa melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, hakim tidak sepenuhnya mengandalkan alat-alat bukti serta dengan cara-cara yang ditentukan oleh undang-undang, tetapi harus disertai pula keyakinan bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana. Keyakinan yang dibentuk ini harus berdasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari gat bukti yang ditentukan dalam undang-undang.

Sehingga dalam pembuktian benar-benar mencari kebenaran yang hakiki bukti itu sehingga akan memperlambat waktu dalam membuktikan bahkan memutuskan suatu perkara, karena di lain pihak pembuktian harus melalui penelitian. Tetapi dengan mencari kebenaran melalui penelitian tersebut, maka kebenaran yang terungkap benar-benar dapat dipertanggung jawabkan, dan merupakan kebenaran yang hakiki.

II. Bukti, Barang Bukti dan Alat Bukti

(21)

1) Bukti

KUHAP tidak menjelaskan apa itu bukti. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, bukti ialah suatu hal atau peristiwa yang cukup untuk memperlihatkan kebenaran suatu hal atau peristiwa. Tindakan penyidik membuat BAP Saksi, BAP Tersangka, BAP Ahli atau memperoleh Laporan Ahli, menyita surat dan barang bukti adalah dalam rangka mengumpulkan bukti. Dengan perkataan lain bahwa :58

Barang bukti ialah benda baik yang bergerak atau tidak bergerak, yang berwujud maupun yang tidak berwujud yang mempunyai hubungan dengan tindak pidana yang terjadi.

a. Berita Acara Pemeriksaan Saksi; b. Berita Acara Pemeriksaan Tersangka;

c. Berita Acara Pemeriksaan Ahli/Laporan Ahli;

d. Surat dan Barang bukti yang disita, kesemuanya mempunyai nilai sebagai bukti.

2) Barang Bukti

59

Adapun benda-benda yang dapat dikenakan penyitaan adalah :

Agar dapat dijadikan sebagai bukti maka benda-benda ini harus dikenakan penyitaan terlebih dahulu oleh penyidik dengan surat izin ketua pengadilan negeri yang di dalam daerah hukumnya benda yang dikenakan penyitaan berada..

60

a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruhnya atau sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana.

58

(22)

b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya.

c. Benda yang dipergunakan menghalang-halangi penyidikan tindak pidana.

d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana.

e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.

3) Alat Bukti

KUHAP juga tidak memberikan pengertian mengenai apa itu alat bukti. Akan tetapi pada Pasal 183 KUHAP disebutkan ”Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.

Rumusan pasal ini memberikan kita garis hukum, bahwa :

a. Alat bukti diperoleh dari hasil pemeriksaan di sidang pengadilan b. Hakim mengambil putusan berdasarkan keyakinannya.

c. Keyakinan hakim diperoleh dari minimal dua alat bukti yang sah. Adapun alat bukti yang sah sebagaimana Pasal 184 KUHAP ialah :61 i. Keterangan saksi

Menurut Pasal 1 butir 27 KUHAP62

61

Pasal 184 KUHAP

62

Pasal 1 butir 27 KUHAP Undang-Undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.

, keterangan saksi adalah salah satu alat

(23)

Mengenai hal yang berhubungan dengan tata cara pemeriksaan, bahkan mengenai ruang lingkup pemeriksaan saksi sudah banyak dibicarakan. Syarat-syarat menjadi seorang saksi menurut Andi Hamzah adalah bahwa, ”Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi”.63 Akan tetapi ada kekecualian menjadi seorang saksi, sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 168 KUHAP.64

Saksi wajib disumpah sebelum memberikan kesaksiannya di sidang pengadilan. Dalam hal saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji tersebut, KUHAP masih mengikuti peraturan lama (HIR), dimana ditentukan bahwa pengucapan sumpah merupakan syarat mutlak suatu kesaksian sebagai alat bukti. Dalam Pasal 160 Ayat (3) KUHAP,65 dikatakan bahwa sebelum memberikan keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut cara agamanya masing-masing, bahwa seorang saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya. Dan pengucapan sumpah itu merupakan syarat mutlak suatu kesaksian, Pasal 161 Ayat (1) dan (2) KUHAP.66

Penjelasan Pasal 161 Ayat (2), menunjukkan bahwa pengucapan sumpah merupakan syarat mutlak seorang saksi sebagaimana yang dikatakan oleh Andi .

63

Hamzah, Andi. 2008., Op. cit. hal. 268.

64

Kekecualian ditentukan lain dalam undang-undang, maka tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:

a. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;

b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;

c. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.

65

Ibid, hal. 78, berbunyi: Sebelum memberikan keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut cara agamanya masing-masing, bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya.

66

(24)

Hamzah sebagai berikut: 67

1) Diterima sebagai alat bukti sah.

”Keterangan saksi atau ahli yang tidak disumpah atau mengucapkan janji, tidak dapat dianggap sebagai alat bukti yang sah, tetapi hanyalah merupakan keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim.”

Berdasarkan pemaparan tersebut di atas mengenai keterangan saksi, maka dapat dikatakan syarat-syarat sahnya keterangan saksi menurut M. Yahya Harahap adalah:

a. Harus mengucapkan sumpah atau janji;

b. Keterangan saksi tersebut harus bernilai sebagai bukti; c. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan; d. Keterangan saksi saja dianggap tidak cukup;

e. Keterangan saksi harus terdiri dari beberapa orang saksi dan apa yang dipersaksikan itu harus saling berhubungan satu sama yang lainnya.

Jadi, agar keterangan saksi atau kesaksian mempunyai nilai serta kekuatan pembuktian, perlu diperhatikan beberapa pokok ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang saksi, artinya agar keterangan seorang saksi dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang memiliki nilai kekuatan pembuktian harus dipenuhi syarat-syarat keterangan saksi seperti yang dijelaskan di atas.

Nilai Kekuatan Pembuktian Keterangan Saksi. Yang memenuhi syarat sah keterangan saksi (4 syarat) :

2) Mempunyai nilai kekuatan pembuktian bebas (bersifat tidak sempurna dan tidak mengikat).

(25)

3) Tergantung penilaian hakim (hakim bebas namun bertanggung jawab menilai kekuatan pembuktian keterangan saksi untuk mewujudkan kebenaran hakiki).

4) Sebagai alat bukti yang berkekuatan pembuktian bebas, dapat dilumpuhkan terdakwa dengan keterangan saksi a de charge atau alat bukti lain.

ii. Keterangan Ahli

Menurut Pasal 1 butir 28 KUHAP68

Dalam terjemahan yang dikemukakan oleh Andi Hamzah, seseorang dapat memberikan keterangan sebagai ahli jika ia mempunyai pengetahuan, keahlian, pengalaman, latihan, atau pendidikan khusus yang memadai untuk memenuhi syarat sebagai seorang ahli tentang hal yang berkaitan dengan keterangannya.

, keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

69

a) Mempunyai nilai kekuatan pembuktian bebas

Keterangan yang diberikan oleh orang memiliki keahlian tentang hal yang diperlukan membuat terang suatu perkara pidana untuk kepentingan pemeriksaan Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyelidik atau penuntu umum yang dituangkan dalam bentuk suatu laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan atau pekerjaan.

Nilai Kekuatan Pembuktian Keterangan Ahli :

b) Tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang mengikat atau menentukan

68

Pasal 1 butir 28 KUHAP

69

(26)

c) Penilaian sepenuhnya terserah pada hakim iii. Surat

Menurut Pasal 187 KUHAP, Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat

(1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:70

a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat

umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan.

c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan

keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dan padanya;

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi

dari alat pembuktian yang lain.

Surat Keterangan dari seorang ahli :

1. Memuat pendapat berdasarkan keahliannya. 2. Mengenai suatu hal atau suatu keadaan 3. Yang diminta secara resmi dari padanya

4. Dibuat atas sumpah jabatan, atau dikuatkan dengan sumpah Contoh : Visum et Repertum

Ada 2 bentuk surat :

1. Surat Authentik/ Surat Resmi

a. Dibuat oleh pejabat yang berwenang, atau oleh seorang ahli atau dibuat menurut ketentuan perundang-undangan,

b. Dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah. 2. Surat Biasa/Surat Di Bawah Tangan

70

(27)

Hanya berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain. Contoh : Izin Bangunan, Akte Kelahiran, Paspor, Kartu Tanda Penduduk, Ijazah, Surat Izin Mengemudi, dll.

Nilai Kekuatan Pembuktian Surat:

a. Mempunyai nilai kekuatan pembuktian bebas

b. Tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang mengikat atau menentukan (lain halnya dalam acara perdata)

c. Penilaian sepenuhnya terserah keyakinan hakim iv. Petunjuk

Menurut Pasal 188 KUHAP ayat (1), 71

i. apabila belum mencukupi minimum alat bukti dalam Pasal 183 KUHAP, yaitu minimal dua alat bukti.

Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

petunjuk baru dapat digunakan:

ii. apabila sudah ada alat bukti lain.

iii. Perbuatan, atau kejadian atau keadaan.Karena persesuainnya satu dengan yang lain.

iv. Persesuainnya dengan tidak pidana itu sendiri.

v. Menunjukkan telah terjadi suatu tindak pidana, dan, Siapa pelakunya. Sumber perolehan petunjuk hanya diperoleh dari :

a) Keterangan saksi b) Surat

71

(28)

c) Keterangan terdakwa d) Keterangan ahli

e) Petunjuk bukan alat bukti yang berdiri sendiri. v. Keterangan Terdakwa

Menurut Pasal 189 ayat (1) KUHAP, Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang dilakukan atau yang ia ketahui sendiri atau ia alami sendiri. Keterangan terdakwa saja, tidak dapat mengakhiri perkara. maksudnya yaitu harus dibuktikan dengan alat bukti lain.

Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain. Terhadap bunyi Pasal 189 Ayat (2), M. Yahya Harahap mengatakan, bentuk keterangan yang dapat diklasifikasikan sebagai keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang adalah:72

a. Lakukan, atau

1) Keterangan yang diberikannya dalam pemeriksaan penyidikan 2) Keterangan itu dicatat dalam berita acara penyidikan;

3) Serta berita acara penyidikan itu ditandatangani oleh pejabat penyidik dan terdakwa

Tentang perbuatan yang ia sendiri :

b. Ketahui atau c. Alami

d. Keterangan yang terdakwa berikan di luar sidang pengadilan dapat digunakan membantu menemukan bukti di sidang.

e. Keterangan Terdakwa Diluar Sidang

72

(29)

Dapat digunakan membantu menemukan bukti disidang asalkan: • Didukung oleh suatu alat bukti yang sah.

• Mengenai hal yang didakwakan kepadanya.

Contoh : Berita Acara Tersangka oleh penyidik. Nilai Kekuatan Pembuktian Keterangan Terdakwa

a) Mempunyai nilai kekuatan pembuktian bebas hakim tidak terikat dengan keterangan yang bersifat pengakuan utuh/ murni sekalipun pengakuan harus memenuhi batas minimum pembuktian.

b) Harus memenuhi asas keyakinan hakim.

c) Dalam Acara Perdata suatu pengakuan yang bulat dan murni melekat penilaian kekuatan pembuktian yang sempurna, mengikat dan menentukan.

III. Prinsip-Prinsip Pembuktian Pidana Prinsip-prinsip pembuktian antara lain:73

a) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

Prinsip ini terdapat pada Pasal 184 ayat (2) KUHAP yang berbunyi: “Hal-hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan” atau disebut dengan istilah notoire feiten.

Secara garis besar fakta notoir dibagi menjadi dua golongan, yaitu:74

1) Sesuatu atau peristiwa yang diketahui umum bahwa sesuatu atau peristiwa tersebut memang sudah demikian halnya atau semestinya demikian. Yang

73

74

(30)

dimaksud sesuatu misalnya, harga emas lebih mahal dari perak. Dan yang dimaksud dengan peristiwa misalnya, pada tanggal 17 Agustus diadakan peringatan hari kemerdekaan Indonesia.

2) Sesuatu kenyataan atau pengalaman yang selamanya dan selalu mengakibatkan demikian atau selalu merupakan kesimpulan demikian. Misalnya, arak adalah termasuk minuman keras yang dalam takaran tertentu bisa menyebabkan seseorang mabuk (Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003: 20).

3) Menjadi saksi adalah kewajiban

Kewajiban seseorang menjadi saksi diatur pada penjelasan Pasal 159 ayat (2) KUHAP yang menyebutkan: “Orang yang menjadi saksi setelah dipanggil ke suatu sidang pengadilan untuk memberikan keterangan tetapi dengan menolak kewajiban itu ia dapat dikenakan pidana berdasarkan ketentuan undang-undang yang berlaku. Demikian pula dengan ahli.”

b) Satu saksi bukan saksi (unus testis nullus testis)

Prinsip ini terdapat pada Pasal 185 ayat (2) KUHAP yang berbunyi: “Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya”.

Menurut KUHAP, keterangan satu saksi bukan saksi tidak berlaku bagi pemeriksaan cepat. Hal ini dapat disimpulkan dari penjelasan Pasal 184 KUHAP sebagai berikut: “Dalam acara pemeriksaan cepat, keyakinan hakim cukup

(31)

c) Pengakuan terdakwa tidak menghapuskan kewajiban penuntut umum membuktikan kesalahan terdakwa.

Prinsip ini merupakan penegasan dari lawan prinsip “pembuktian terbalik” yang tidak dikenal oleh hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia.

Menurut Pasal 189 ayat (4) KUHAP yang berbunyi: “Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang

didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti lain”.

d) Keterangan terdakwa hanya mengikat pada dirinya sendiri

Prinsip ini diatur pada Pasal 189 ayat (3) KUHAP yang berbunyi: “Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri”.

Ini berarti apa yang diterangkan terdakwa di sidang pengadilan hanya boleh diterima dan diakui sebagai alat bukti yang berlaku dan mengikat bagi diri terdakwa sendiri (Adnan Paslyadja, 1997: 8-15).

(32)

C. Sistem Pembuktian Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah (Studi Putusan

PN.REG.No.197/Pid.B/2011/PN.Stb,PT.REG.No.431/Pid/2011/PT.Md

n, MA-RI REG. No.579K/Pid/2012)

Sistem Pembuktian Yang Dianut Indonesia, Pasal 183 KUHAP ”Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.

Adapun alat bukti yang sah sebagaimana Pasal 184 KUHAP ialah : 1. Keterangan saksi

2. Keterangan ahli 3. Surat

4. Petunjuk

5. Keterangan terdakwa.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan dari keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan terdakwa serta barang bukti sebagai berikut :75

1. Legimin, di Stabat, 43 Tahun/14 Mei 1967, Laki-laki, Indonesia, Jln.Utama Dusun V Expetite Desa Kebun Balok Kec.Wampu Kabupaten Langkat, Islam, Wiraswasta, SMK, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

I.Keterangan saksi-saksi

a. Bahwa benar pada tanggal 5 s/d 9 November 2009 dimulai Pendaftran Bakal Calon Kepala DEsa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat.

75

(33)

b. Bahwa benar Bakal Calon Kepala Desa Kebun Balok yang mendaftar sebanyak 5 orang antara lain bernama NURIADI, SUNYOTO, JONTARI, terdakwa dan saksi.

c. Bahwa benar persyaratan untuk mendaftar sebagai Bakal Calon Kepala Desa Kebun Balok antra lain Foto Copy Ijazah sekurang-kurangnya tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama(SLTP) atau sederajat yang dibuktikan dengan STTB/Ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.

d. Bahwa benar pada tanggal 14 Desember 2009 Pemilihan Calon Kepala Desa Kebun Balok dilaksnakan dan yang terpilih sebagai pemenangnya adalah terdakwa dengan suara 791 suara.

e. Bahwa benar setelah diumumkan pemenangnya Bakal Calon Kepala Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat yakni pada tanggal 15 Desember 2009 saksi mendapat informasi bahwa STTB/Ijazah SMP atas nama SUPRIADI (terdakwa) di duga palsu.

f. Bahwa untuk mengetahui kepastian STTB/Ijazah terdakwa palsu, saksi membawa fotocopy Ijazah atas nama SUPRIADI (terdakwa ) ke Dinas P & P Provinsi Sumatera Utara .

g. Bahwa benar saksi ada bertemu dengan bapak Drs.H.Irsyad Tanjung,M.Si dari Dinas P & P Provinsi Sumatera Utara.

(34)

i. Bahwa benar sebelumnya terdakwa dilantik menjadi Kepala Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat, saksi sudah tahu STTB/Ijazah melik terdakwa palsu.

j. Bahwa benar saksi mengetahui terdakwa SUPRIADI ikud mendaftar menjadi Calon Kepala Desa Kebun Balok Keacamatan Wampu Kabupaten Langkat untuk periode 2009-2014 pada hari terakhir pendaftran sehingga para Calon Keoala Desa lainnya tidak seempat melihat berkas administrasi terdakwa.

k. Bahwa benar dengan terpilihnya terdakwa sebagai Kepala Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat saksi mersa dirugikan.

2. Nuriadi, di Bayumas, 42 Tahun, Laki-laki,Indonesia, Dusun VIII Bukit Ayu Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat, Islam, Wiraswasta, SMA, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

a. Bahwa benar saksi kenal dengan terdakwa SUPRIADI karena sama-sama mencalonkan diri sebagai Kepala Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat untuk periode 2009-2014 dan pada saat itu ada 5(lima) Bakal Calon Kepala Desa Kebun Balok Keca,atan Wampu Kabupaten Langkat periode 2009-2014 tewrdiri dari : LEGIMIN, NURIADI(ia sendiri), SUNYOTO dan JONTARI

(35)

c. Bahwa benar persyaratan untuk mendaftar sebagai Bakal Calon Kepala Desa Kebun Balok antara lain Foto copy Ijazah sekurang-kurangnya tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau sederajat yang dibuktikan dengan STTB/Ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.

d. Bahwa benar pada tanggal 14 Desember 2009 dilakukan Pemilihan Kepala Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat dari pukul 08.00 Wib s/d 17.00 Wib dan pada saat sore diketahui pemenangnya ada;lah SUPRIADI.

e. Bahwa benar saksi mengetahui Ijazah terdakwapalsu dari LEGIMIN setelah Pilkades.

f. Bahwa benar dengan terpilihnya terdakwa sebagai Kepala Desa Kebun Balok Keacamatan Wampu Kabupaten Langkat saksi merasa dirugikan materil yang saksi tidak ingat jumlahnya.

3. Sangudi, di Gohor Lama, 42 tahun/01 November 1968, Laki-laki, Indonesia, Dusun IV Tanjung Belibis Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat, Islam, Karyawan, STM, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagi berikut:

(36)

Kabupaten Langkat periode 2009-2014 terdiri dari : LEGIMIN, NURIADI, SUNYOTO, JONTARI dan terdakwa SUPRIADI;

b. Bahwa benar saksi menerima Surat Keputusan dari PBD selaku Ketua Panitia Pilkades Kebun Balok Keacamatan Wampu Kabupaten Langkat periode 2009-2014;

c. Bahwa benar selama 5(lima) hari dari tanggal 5 s.d 9 November 2009 dimulainya pelaksanaan Pendaftaran Bakal Calon Keapal Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat periode 2009-2014;

d. Bahwa benar pada tanggal 15 November 2009 dilakukan penelitian berkas Bakal Calon Keapal Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat periode 2009-2014;

e. Bahwa benar pada tanggal 16 November 2009 dilakukan penyampaian daftar nama Calon Keapal Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat periode 2009-2014 dan berkas adminstrasi persyaratan Calon Kardes Kepada Tim Pengawas Keacamatan wampum;

f. Bahwa benar pada tanggal 17 s/d 18 November 2009 dilakukan penelitian berkas adminstrasi persyaratan Calon Keapal Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat yang diadakan di Kecamatan Wampu;

(37)

h. Bahwa benar saksi selaku Ketua Panitia Pilkades tidak mengetahui STTB/Ijazah atas nama SUPRIADI (terdakwa) palsu dari Calon Kades bernama LEGIMIN Cs;

i. Bahwa benar saksi tidak mengetahui terdakwa SUPRIADI pernah sekolah di SMP Swasta Insani, tetapi saksi pernah menanyakan pada terdakwa hal tersebut dan terdakwa SUPRIADI menjawab pernah mengikuti ujian selama 1(satu) minggu dan menerima STTB/Ijazah;

j. Bahwa benar STTB/Ijazah atas nama SUPRIADI di duga palsu saksi ketahui setelah terdakwa terpilih sebagai pemenang Pilkades;

k. Bahwa benar selisih suara terdakwa dengan calon kades yang lainnya terlalu jauh;

l. Bahwa benar saksi selaku Ketua Panitia tidak pernah mengeluarkan Surat Pengaduan ke Polres Langkat;

m. Bahwa benar saksi ada menanyakan kepada terdakwa mengenai STTB/Ijazah yang diduga tersebut dan dijawab terdakwa kita buktikan saja;

n. Bahwa benar saksi ada melayangkan Surat ke Bapak Bupati;

(38)

4. Fathan Nur.S.Sos, di Stabat, 41 tahun/27Agustus 1969, Laki-laki,Indonesia, Jl Balam Kompleks Perumahan Pemda Langkat Kelurahan Kwala Bingaai Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, Islam, PNS,S-1, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

a. Bahwa benar selaku Sekretaris Tim Pengawas Panitia Pilkades tingkat Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat;

b. Bahwa benar salah satu tugas saksi adalah mengadakan seleksi administrasi berkas bakal calon Kepala Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat dan pemberitahuan hasil lulus seleksi bakal calon Kepala Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat kepada panitia tingkat Desa;

c. Bahwa benar persyaratan untuk mendaftar sebagai Bakal Kepala Desa Kebun Balok antara lain Foto copy Ijazah sekurang-kurangnya tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau sederajat yang dibuktikan dengab STTB/Ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang;

d. Bahwa benar saksi tidak mengetahui terdakwa SUPRIADI pernah sekolah di SMP swasta Insani;

e. Bahwa benar saksi sudah pernah melihat STTB/Ijazah asli terdakwa SUPRIADI;

(39)

g. Bahwa benar saksi mengetahui STTB/Ijazah terdakwa diduga palsu setelah terdakwa terpilih sebagai pemenang Pilkades persisnya di hari kedua setelah pemenangnya pilkades diumumkan;

h. Bahwa saksi mengetahui STTB/Ijazah atas anam terdakwa palsu karena ada protes dari Legimin peserta Calon Kades yang kalah suaranya dengan terdakwa;

i. Bahwa benar terdakwa dilantik sebagai Kades di Gedung Serbaguna.

5. Drs.Arwin, di Binjai, 53 tahun/23 Juli 1956, laki-laki, Indonesia, Kompleks Wahikiki Blok D No.5 Medan Tuntungan, Islam, PNS, S-1, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

a. Bahwa benar saksi Tim Pembina Pilkades tingkat Kabupaten;

b. Bahwa benar salah satu tugas saksi adalah membuat surat jadwal tahapan kegiatan Pilkades ke tingkat kecamatan;

c. Bahwa benar Bakal Calon Kepala Desa Kebun balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat periode 2009-2014 ada lima( lima) yaitu : SUPRIADI, NURIADI, LEGIMIN, JONTARI, dan SANGUDI;

(40)

e. Bahwa benar saksi tidak mengetahui apakah STTB/Ijazah local ataupun bukan local dapat menjadi Bakal Calon Kepala Desa.

I. Keterangan ahli76

Drs.H.irsyad Tanjung, M.Si,di Kedai Durian, 50 tahun/1960, Laki-Laki, Indonesia, Jl.Sidodame No.52 Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kecamatan Medan Timur, Islam PNS, S-2, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

a. Bahwa benar saksi lihat dengan cermat dan jelas bahwa Fotocopy STTB/Ijazah 2010, SUPRIADI lahir di Binjai 29 Agustus 1960 yang dikeluarkan oleh ke Sekolah SMP INSANI tanggal 8 Juni 1960 adalah STTB yang Blangko STTB bukan Balngko STTB yang diterbitkan Depniknas RI, Blangko Ijazah/STTBnya diterbitkan oleh Diknas RI memakai nomor seri dan pada bagian tengah atas ada logo burung garuda, jadi berdasarkan uraian diatas saksi menegaskan bahwa Ijazah/STTB SMP atas nama terdakwa SUPRIADI adalah Ijazah/STTB local bukan Ijazah/STTB Negara;

b. Bahwa benar yang dimaksud dengan Ijazah local adalah Ijazah yang bias berlaku di sekolah itu saja, tidak bias berlaku diluar sekolah yang mengerluarkan Ijazah tersebut.

c. Bahwa benar cara seseorang memperoleh Ijzah/STTB SD, SMP dan SMA sederajat/setara harus menempuh pendidikan sesuai dengan jenjangnya,

(41)

untuk jenjang SD menempuh pendidikan selama 6 tahun, untuk SMP dan SMA menempuh pendidkan selama 3 tahun, dinyatakan lulus Ujian Sekolah dan Ujian Negara/Nasional;

d. Bahwa benar secara formal seseorang yang tidak menempuh pendidikan tidak dapat memperoleh Ijazah/STTB, tetapi dapat dengan cara lain yaitu melalui pendidikan setara yang namanya Pendidikan Jalur Non-Formal atau istilahnya PLS (Pendidikan Luar Sekolah);

e. Bahwa benar yang dimaksud dengan Pendidiklan Non-Formal/PLS adalah pendidikan yang diperuntuhkan bagi Warga Negara Indonesia yang tidak berkesempatan mengikuti Pendidikan Formal yang dilaksanakan oleh sanggar, kegiatan belajar dibawah Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Istilah umum untuk Jalur Pendidikan Non Formal adalah kejar paket, paket A untuk SD, paket B untuk SMP dan paket C untuk SMA;

f. Bahwa benar setelah saksi liat dan teliti Ijazah/STTB SMP atas nama terdakwa SUPRIADI adalah Ijazah/STTB Formal, kemudian saksi menjelaskan lagi dalam Ijazah/STTB tersebut bertulisan SURAT TANDA TAMAN BELAJAR yang seharusnya bertulisan SURAT TANDA TAMAT BELAJAR, kemudian EVALUASI BELAJAR TAHAP AKHIR (EBTA) diselenggarakan pada tanggal 3 Mei s/d 9 Mei dan saksi hitung selama 7 hari, yang mana EBTA tidak pernah dilaksanakan pada hari Minggu (hari libur)

(42)

menyelenggarakan dapat juga dilakukan dibawah lembaga PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat);

h. Bahwa benar system belajar adalah melihat situasi orang yang belajar, jika peserta belajar bekerja pada siding hari maka belajar dilaksanakan pada malam hari dan sebaliknya jika peserta belajar bekerja pada malam hari maka kegiatan belajar dilaksanakan pada siang hari. Untuk pelaksanaan ujiannya sama dengan Pendidikan Formal yaitu setelah 6 Bulan belajar dilaksanakan ujian semester, kemudian setelah 1 tahun mengikuti ujian semester untuk naik kelas, paling cepat peserta yang lulus akan diberikan Ijazah/STTB(Surat Tanda Taman Belajar). Namun perbedaan dengan pendidikan dormal yaitu yang menandatangani Ijazah/STTB untu Pendidikan non-Formal Kepala Dinas Kabupaten/Kota sedangkan Pendidikan Formal Ijazah.STTB-Formal Kepala Dinas Kabupaten/Kota sedangkan Pendidikan Formal Ijzah/STTB-nya ditandatangani oleh kepala sekolah yang bersangkutan;

(43)

j. Bahwa benar setelah saksi melakukan pengecekan pada arsip SK Ijin Operasional SMP INSANI Medan tidak terdaftar pada arsip dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, dan Dinas P & P Provinsi telah membuat surat secara resmi kepada Polres Langkat dengan Nomor : 421.5/2400/Dikmeti/22/2010 tanggal 7 Juni 2010 menerangkan sebagai berikut :

1) Berdasarkan arsip SK Ijin Operasional SMP Swasta yang ada pada dinas P & P Provinsi tidak terdapat SMP Swasta INSANI Medan; 2) Bahwa STTB/Ijazah atas nama terdakwa SUPRIADI bertulisan

SURAT TANDA TAMAT BELAJAR;

3) Surat Kanwil P dan K Sumut Nomor : 361/05.I/A-P2D/79 tidak ada pada arsip Dinas P & P Provinsi;

4) Jika diperhatikan pada Ijazah/STTB terdakwa SUPRIADI pada tulisan ijin Kanwil P & K Sumut Nomopr: : 361/05.I/A-P2D/79. Kemudian tanggal dikeluarkan Ijzah/STTB tanggal 8 Juni 1980, jadi sangat tidak lazim dengan 1 tahun terdakwa SUPRIADI memperoleh Ijzah/STTB.

II. Surat 77

a. 1 (satu) lembar Ijazah/STTB SMP Sekolah INSANI Medan atas nama SUPRIADI;

b. 1 (satu) le,mbar Fotocopy Ijazah/STTB SMP Sekolah INSANI Medan atas nama SUPRIADI yang telah dilegalisir oleh Pengadilan Medan;

(44)

c. Dokumen Calon Kades Kebun Balok Ta 2009 atas nama SUPRIADI.

III. Petunjuk78

Adanya persesuaian antara keterangan saksi-saksi dengan keterangan terdakwa dan didukung dengan adanya barang bukti yang saling berhubungan satu sama lainnya sehingga merupakan petunjuk yang menyatakan bahwa benar telah terjadi tindak pidana dengan sengaja menimbulkan kerugian bagi orang lain.

IV. Keterangan terdakwa.79

Supriadi; di Binjai, 50 tahun/29 agustus 1960, Laki-laki, Indonesia, Dusun IX Mekar Sari Tahun XX Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat, Islam, Wiraswasta(Kepala Desa Kebun Balok), SMP, pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

a. Bahwa benar terdakwa ikud menjadi Bakal Calon Kepala Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat periode 2009-2014;

b. Bahwa benar pada tanggal 5 s/d 9 November 2009 pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa Kebun Balok dimulai dan yang lulus seleksi administrasi, Ujian tertulis/wawancara tingkat Kabupaten Langkat tanggal 2 Desember 2009 yang lulus sebanyalk 5 orang yaitu : NURIADI, LEGIMIN, JONTARI, SANGUDI dan terdakwa sendiri;

c. Bahwa benar berdasarkan sesuai Peraturan Bupati Langkat Nomor: 18 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa

78ibid

(45)

di Kabupaten Langkat Pasal 9 ayat 4 huruf (f) berbunyi : Fotocopy Ijazah dibuktikan dengan (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) sederajat/setara yang dibuktikan dengan STTB/Ijazah yang disahkan pelh Pejabat yang berwenang, tidak dibenarkan surat dari pihak manapun juga;

d. Bahwa benar terdakwa mendaftar sebagai Calon Kepala Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat pada hari terakhir/penutupan;

e. Bahwa benar pada tanggal 14 Desember 2009 dilakukan jadwal Pemilihan Kades dan hasil pemilihan Kepala Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat peiode 2009-2014 dengan hasil pemenangnya adalah terdakwa;

f. Bahwa benar pada tanggal 11 Januari 2010 terdakwa sudah dilantik menjadi Kepala Desa Kebun Balok Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat yang dilantik oleh Bupati Langkat;

g. Bahwa benar Ijazah/STTB diperoleh terdakwa setelah mengikuti pembelajaran Non-Formal selama 2 bulan dari teman terdakwa yang bernama Alm.Darwis Situmorang;

Referensi

Dokumen terkait

Vertebrae thoraks bagian dorsal ular buhu kanan ular pucuk kiri pengamatan metode rebus dengan kamera digital……….. Vertebrae thoraks ventral ular buhu bagian kanan ular pucuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kinerja Pegawai terhadap Kualitas Pelayanan Pada Kantor Camat Tapa Kabupaten Bone Bolango, dari Rumusan masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis zeolit dari abu dasar batubara melalui reaksi peleburan dengan padatan NaOH yang dilanjutkan dengan perlakuan hidrotermal dengan

Dalam sepuluh tahun mendatang, bila percepatan penyebaran HIV/AIDS tidak dapat dikurangi, maka akan menjadi ancaman kesehatan masyarakat yang sangat besar (termasuk

[1] Istilah Rokoko juga bisa diartikan sebagai kombinasi kata "barocco" (bentuk teratur dari mutiara, kemungkinan berasal dari kata "baroque") dan kata

Prinsip Pertolongan Pertama pada korban gigitan ular adalah, meringankan sakit, menenangkan pasien dan berusaha agar bisa ular tidak terlalu cepat menyebar ke seluruh tubuh sebelum

Manajemen Produksi yang digunakan oleh Kompas TV adalah agar memperoleh kemasan acara yang sesuai dengan yang direncanakan dan terus melakukan evaluasi terhadap

Apabila tindak pidana lingkunganhidup dilakukan oleh atas nama badanusaha atau perusahaan maka tuntutanpidana dan sanksi pidana dijatuhkankepada badan usaha atau