• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pengertian-pengertian - PPN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "A. Pengertian-pengertian - PPN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

PPN merupakan pajak atas konsumsi yang dikenakan kepada setiap tingkat penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP). PPN hanya dikenakan kepada pertambahan nilainya saja. Nilai tambah adalah suatu nilai yg merupakan hasil penjumlahan biaya produksi atau distribusi yg meliputi biaya penyusutan, bunga modal, gaji/upah, sewa telepon, listrik serta pengeluaran lainnya dan laba yg diharapkan pengusaha. Secara sederhana, nilai tambah di bidang perdagangan dapat juga diartikan sebagai selisih antara harga jual dengan harga beli barang dagangan.

Contoh:

Pabrik benang  Pabrik tekstil  Pabrik Garmen  Pedagang Besar Garmen  Pedagang Eceran  Konsumen

Pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi tsb di atas dikenakan PPN. PPN yang harus dibayar dilakukan dengan mekanisme kredit pajak.

A. Pengertian-pengertian

1. Daerah Pabean adalah wilayah RI yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku UU Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan.

2. Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan PPN.

3. Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

(2)

6. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.

7. Ekspor adalah setiap kegiatan mengeluarkan barang dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean.

8. Pajak Masukan (PM) adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP dan atau penerimaan JKP fan atau pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean dan atau impor BKP.

9. Pajak Keluaran (PK) adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, atau ekspor BKP.

B. Objek PPN

Pada prinsipnya semua barang dan jasa merupakan objek PPN, karena PPN dikenakan atas konsumsi barang dan atau jasa di dalam Daerah Pabean. Namun demikian, dengan pertimbangan ekonomi, sosial dan budaya, ada barang dan jasa tertentu yang tidak dipungut serta dikecualikan dari pengenaan PPN dan dibebaskan dari pungutan PPN.

Suatu penyerahan barang dapat dikenakan pajak apabila memenuhi unsur-unsur: a. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP).

b. Daerah Pabean.

c. Dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaan. d. Yg melakukan harus Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Objek PPN:

1. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha. 2. Impor BKP

3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha. 4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah

pabean.

5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean. 6. Ekspor BKP oleh PKP.

Termasuk dalam pengertian penyerahan BKP :

1. Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian.

2. Pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing.

3. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang.

(3)

5. Persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan.

6. Penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak antar Cabang.

7. Penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi.

Tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP:

1. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

2. Penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang.

3. Penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak antar Cabang, dalam hal Pengusaha Kena Pajak memperoleh ijin pemusatan tempat pajak terutang.

Jenis barang yang tidak dikenakan PPN:

1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, meliputi:

a. minyak mentah (crude oil); b. gas bumi;

c. panas bumi; d. pasir dan kerikil;

e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara;

f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak; dan

g. barang hasil pertambangan dan pengeboran lainnya yang diambil langsung dari sumbernya.

2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, meliputi:

a. beras; b. gabah; c. jagung; d. sagu; e. kedelai; dan

f. garam baik yang berjodium maupun yang tidak berjodium.

3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.

(4)

PP Nomor 12 Tahun 2001

Atas penyerahan BKP tertentu yg bersifat strategis berupa barang hasil pertanian oleh petani atau kelompok petani, dibebaskan dari pengenaan PPN.

Kelompok jasa yang tidak dikenakan PPN:

1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik, meliputi; a. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi. b. Jasa dokter hewan.

c. Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan fisioterapi. d. Jasa kebidanan dan dukun bayi.

e. Jasa paramedis dan perawat.

f. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium.

2. Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi:

a. Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo.

b. Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial. c. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan.

d. Jasa Lembaga Rehabilitasi kecuali yang bersifat komersial. e. Jasa pemakaman termasuk krematorium.

f. Jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial. g. Jasa pelayanan sosial lainnya kecuali yang bersifat komersial.

3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko

4. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi, meliputi:

a. Jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan beserta perubahannya, kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (perjanjian), serta anjak piutang.

b. Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi. c. Jasa Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi.

5. Jasa di bidang keagamaan, meliputi: a. Jasa pelayanan rumah ibadah.

b. Jasa pemberian khotbah atau dakwah. c. Jasa lainnya di bidang keagamaan.

6. Jasa di bidang pendidikan, meliputi:

(5)

b. Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus-kursus.

7. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan

8. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan

9. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air

10. Jasa di bidang tenaga kerja, meliputi: a. Jasa tenaga kerja.

b. Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang Pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut.

c. Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja.

11. Jasa di bidang perhotelan, meliputi:

a. Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap.

b. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hotel.

12. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan, pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, pembuatan Kartu Tanda Penduduk.

C. Subjek PPN

Subjek PPN dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

2. Bukan Pengusaha Kena Pajak (Bukan PKP) a. Siapapun yang mengimpor BKP.

b. Siapapun yang memanfaatkan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

c. Siapapun yang membangun sendiri tidak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya.

Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP):

1. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sbg Pengusaha Kena Pajak. 2. Memungut PPN dan PPn BM yg terutang.

3. Menyetor PPN dan PPn BM yg terutang. 4. Melaporkan PPN dan PPn BM yg terutang.

(6)

Dasar Pengenaan Pajak adalah nilai berupa uang yang dijadikan dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

PPN terutang = Tarif Pajak x DPP

Jenis-jenis DPP PPN

1. Harga jual, untuk penyerahan BKP. 2. Penggantian, untuk penyerahan JKP. 3. Nilai impor, untuk impor BKP. 4. Nilai ekspor, untuk ekspor BKP. 5. Nilai lain yang ditetapkan Menkeu.

 Harga Jual

adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak

Contoh:

Harga jual Rp 100 juta Biaya pemasangan Rp 5 juta Diskon 10% (Rp 10 juta) DPP Rp 95 juta

 Penggantian

adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

 Nilai Impor

adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini.

Nilai Impor = harga impor (CIF) + BM + BM Tambahan PPN = 10% x Nilai Impor

Contoh:

Harga CIF USD 20,000.00

Bea Masuk 30%

Kurs sesuai KMK USD 1 Rp 8.000,00

Nilai CIF dalam Rp Rp 160.000.000,00

(7)

Nilai Impor Rp 208.800.000,00

PPN Rp 20.800.000,00

 Nilai Ekspor

adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.

PPN = 0% x Nilai Ekspor

 Nilai Lain

adalah suatu Nilai yang Ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang.

 Pemakaian Sendiri

DPP = Harga Pokok (Harga jual atau Penggantian – laba bruto) PPN = 10% x Harga Pokok Penjualan

 Pemberian Cuma-Cuma

DPP = Harga Pokok (Harga jual atau Penggantian – laba bruto) PPN = 10% x Harga Pokok Penjualan

 Penyerahan Rekaman Suara/Gambar

DPP = Perkiraan harga jual rata-rata

PPN = 10% x Perkiraan harga jual rata-rata

 Penyerahan Film Ceritera

DPP = Perkiraan harga jual rata-rata

PPN = 10% x Perkiraan harga jual rata-rata

 Persediaan BKP yang tersisa saat pembubaran perusahaan (sepanjang

PM atas perolehan aktiva tsb menurut ketentuan dapat dikreditkan) DPP = Harga Pasar Wajar

PPN = 10% x Harga Pasar Wajar

 Penyerahan Jasa Biro Perjalanan/Wisata

DPP = 10% x Jumlah tagihan atau jumlah yg seharusnya ditagih PPN = 1% x Jumlah tagihan atau jumlah yg seharusnya ditagih

 Penyerahan Jasa Pengiriman Paket

DPP = 10% x Jumlah tagihan atau jumlah yg seharusnya ditagih PPN = 1% x Jumlah tagihan atau jumlah yg seharusnya ditagih

 Penyerahan Kendaraan Bermotor Bekas

(8)

 Penyerahan Jasa Anjak Piutang

DPP = 5% x Jumlah seluruh imbalan berupa service charge, provisi, dan diskon

PPN = 0,5% x Jumlah seluruh imbalan berupa service charge, provisi, dan diskon

E. Saat dan tempat terutang pajak Saat terutangnya PPN adalah pada saat

1. Penyerahan BKP/JKP 2. Impor BKP

3. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean 4. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean

5. Ekspor BKP

6. Pembayaran, dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP/JKP atau sebelum pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabean

7. Pada saat lain yang ditetapkan Dirjen Pajak, dalam hal saat terutangnya pajak sukar ditetapkan atau terjadi perubahan ketentuan yang dapat menimbulkan ketidakadilan

F. Faktur pajak dan pengkreditan Pajak Masukan

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak (PPN/PPn BM) yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP; atau bukti pungutan pajak (PPN/PPn BM) karena impor BKP yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

1. Jenis-jenis faktur pajak: a. Faktur pajak standar

Faktur pajak standar harus memuat:

 Nama, alamat, NPWP yg menyerahkan BKP/JKP.  Nama, alamat, NPWP pembeli BKP atau penerima JKP.

 Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan

potongan harga.

 PPN yg dipungut

 Pajak Penjualan atas Barang Mewah yg dipungut.  Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak.

b. Faktur pajak gabungan

Faktur pajak gabungan adalah faktur pajak standar yg meliputi seluruh penyerahan BKP/JKP yg terjadi selama satu bulan takwim untuk pembeli BKP/penerima JKP yg sama.

(9)

 Faktur pajak sederhana dibuat dalam hal terjadi penyerahan BKP/JKP

secara langsung kepada konsumen akhir atau kepada pembeli BKP/penerima JKP yg tidak diketahui identitasnya secara lengkap.

 Bisa berupa bon kontan, faktur penjualan, segi cash register, karcis,

kuitansi, atau tanda bukti penyerahan atau pembayaran lainnya yg sejenis.

 Faktur pajak sederhana minimal harus memuat:

- Nama, alamat dan NPWP yg menyerahkan BKP/JKP. - Jenis dan kuantum BKP/JKP yg diserahkan.

- Jumlah harga jual atau penggantian yg sudah termasuk PPN atau besarnya PPN dicantumkan tersendiri.

- Tanggal pembuatan faktur pajak sederhana.

 PPN yg tercantum dalam faktur pajak sederhana tidak dapat

dikreditkan oleh pembeli BKP/penerima JKP.

d. Dokumen-dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai faktur pajak standar oleh Dirjen Pajak, terdiri dari:

 PIB (Pemberitahuan Impor Barang) yg dilengkapi dengan SSP (Surat

Setoran Pajak) atau bukti pungutan pajak oleh Ditjen BC atas impor BKP.

 PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) yg telah difiat muat oleh Ditjen

BC dengan dilampiri invoice yg merupakan kesatuan yg tak terpisahkan dengan PEB tsb.

 SPPB (Surat Perintah Penyerahan Barang) yg dibuat/dikeluarkan oleh

Bulog/Dolog untuk penyaluran tepung terigu.

 PNBP (Paktur Nota Bon Penyerahan) yg dibuat/dikeluarkan oleh

Pertamina untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM.

 Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa

telekomunikasi.

 Ticket atau tagihan surat muatan udara (Airway bill) atau delivery bill

atas penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri.

 SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud

atau JKP dari luar Daerah Pabean.

 Nota penjualan jasa yg dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa

kepelabuhan.

 Tanda pembayaran atau kuitansi listrik.

2. Saat pembuatan faktur pajak

Saat pembuatan atau penerbitan faktur pajak selambat-lambatnya:

a. Pada saat diterima pembayaran, dalam hal pembayaran mendahului penyerahan.

(10)

c. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan.

d. Pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan (invoice) kepada pemungut PPN.

e. Faktur pajak gabungan yang merupakan faktur pajak standar harus dibuat selambat-lambatnya pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP/JKP.

3. Pengkreditan pajak masukan

Prinsip dasar pengkreditan pajak masukan:

a. Pajak masukan (PM) dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan pajak keluaran (PK) yang dipungut dalam masa pajak yang sama.

b. Apabila tidak dapat dikreditkan pada masa pajak yang sama (misal: faktur pajak diterima terlambat), PM tersebut masih bisa dikreditkan pada masa pajak berikutnya, selambat-lambatnya 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan, sepanjang:

 Belum dibebankan sebagai biaya atau tidak ditambahkan (dikapitalisasi) kepada harga perolehan BKP/JKP.

 Belum dilakukan pemeriksaan.

c. Dalam hal pada suatu masa pajak belum terdapat pajak keluaran (misal: belum ada produksi), pajak masukan tetap dapat dikreditkan.

d. Jika PK lebih besar dari pada PM, maka selisihnya harus disetor ke kas negara selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.

e. Jika PM lebih besar dari pada PK, maka kelebihan tsb dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya atau diminta kembali (direstitusi).

f. PM yg dapat dikreditkan, adalah PM atas perolehan BKP/JKP yg berhubungan langsung dengan kegiatan usaha (produksi, manajemen, distribusi, dan pemasaran) dari BKP/JKP yg diserahkan/dijual.

Pajak Masukan yg tidak dapat dikreditkan:

1. PM yg dibayar sebelum Pengusaha dikukuhkan sbg PKP.

2. PM atas perolehan BKP/JKP yg tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.

3. PM atas perolehan dan pemeliharaan mobil jenis sedan, jeep, station wagon, van dan combi kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.

4. PM yg tercantum dalam faktur pajak sederhana.

5. PM yg tercantum dalam faktur pajak standar yg tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan PPN.

6. PM yg dibayar setelah ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak. 7. PM yg belum dikreditkan dalam SPT yg diketemukan dalam

(11)

8. PM atas perolehan BKP/JKP untuk menghasilkan penyerahan BKP/JKP yg mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN atau ditanggung pemerintah.

G. Pemungut PPN

Pemungut PPN (pembeli khusus) terdiri dari:

 Bendaharawan pemerintah baik pusat maupun daerah, yang dananya dari APBN/APBD

 Badan-badan tertentu (Pertamina, BUMN/BUMD, perusahaan kontrak karya atau kontrak bagi hasil di bidang pertambangan, bank pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah)

 Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

Referensi

Dokumen terkait

Untuk metode plugs (Phillips 1994 in Kiswara 2004), pengambilan bibit dilakukan beserta substratnya menggunakan corer (PVC paralon) berdiameter 10 cm dengan kedalaman

Dari data di bawah, juga dapat diketahui bahwa jumlah responden Dharmasraya yaitu 35 % mempunyai minat terhadap demokrasi eletoral, sebanyak 35% kadang-kadang berminat

Regulasi Kementerian Perhubungan yang berkaitan Parkir yang ada hanya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.4 Tahun 1994 tentang Tata Cara Parkir Kendaraan Bermotor di

Bentuk dan adalah abjad yang sering muncul, namun analisis frekuensi akan lebih akurat jika dilakukan langsung terhadap teks dengan aksara Batak karena akan

Dalam kasus sistem pendukung keputusan pada rekomendasi promosi kenaikan jabatan ini, metode Profile Matching (Pencocokan Profil) merupakan proses membandingkan

Pertumbuhan pengguna telepon seluler di perkotaan stabil hanya 5-7%, masyarakat lebih memilih menggunakan satu telepon seluler yang harganya jauh lebih mahal asal

Studi Interaksi antara Komodo (Varanus komodoensis) dengan Burung Gosong (Megapodius freycinet) di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo Nusa Tenggara Timur.. Bogor :

Berdasarkan hasil dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dalam pertandingan quarter final Yonex Sunrise Hongong Open 2015 melawan Chen Long, Lee Chong Wei berhasil