commit to user
i
PERANCANGAN PROMOSI
CV. GRAFINDO WRF
MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Sarjana Seni pada Jurusan Desain Komunikasi Visual
Disusun oleh :
FAHRIZAL C0706022
JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Konsep karya Tugas Akhir dengan judul STRATEGI PROMOSI DAN PERIKLANAN
CV. GRAFINDO WRF MELALUI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL disetujui untuk dipertahankan di hadapan penguji
Pembimbing I, Pembimbing II,
Jazuli Abdin munib, S.Sn Anugrah Irfan Ismail, S.Sn NIP. 197505162002121001 NIP. 198307022008121003
Mengetahui Koordinator TA,
commit to user
iii
PENGESAHAN
Konsep Karya Tugas Akhir
STRATEGI PROMOSI DAN PERIKLANAN
CV. GRAFINDO WRF MELALUI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL Dinyatakan Lulus Ujian Tugas Akhir oleh Tim Penguji
dalam Sidang Ujian Tugas Akhir Pada hari ...,...2011
Tim Penguji,
Ketua Sidang Ujian Tugas Akhir
Drs. M. Suharto, M.Sn ( ) NIP. 19561220 198603 1 003
Sekretaris Sidang Ujian Tugas Akhir
Esty Wulandari, S.Sos, M.Si ( )
NIP. 19791109 200801 2 015
commit to user
iv
PERSEMBAHAN
commit to user
v
MOTTO
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan bimbingan serta ridho yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tugas Akhir ini dengan lancar, tak lupa pada kesempatan
ini pula tak lupa penulis ucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan baik materiil maupun spirituil kepada:
1. Drs. Riyadi Santosa.M.Ed.P.hD selaku Dekan FSSR UNS.
2. Drs. M. Suharto. M.Sn selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual
3. Jazuli Abdin munib, S.Sn selaku Pembimbing I, dan Koordinator Tugas Akhir
4. Anugrah Irfan Ismail, S.Sn selaku Pembimbing II
5. Hermansyah Muttaqin, S.Sn selaku Pembimbing Akademik.
6. Bambang Purwadi, S.IP selaku staff bidang akademik Jurusan Desain
Komunikasi Visual.
7. Mas Loreng dan mbak marni sebagai owner CV. Grafindo.
8. Teman-teman Desain komunikasi Visual FSSR UNS, dan wisma seni TBS
9. Semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak
mendukung penulis selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan konsep tugas
akhir ini masih banyak kekurangan dan banyak hal yang harus penulis pelajari.
Oleh karena itu penulis sangat mengharap adanya saran dan kritik yang
membangun dan dapat membuat lebih baik. Akhirnya penulis berharap bahwa apa
yang telah penulis susun dapat memberi manfaat yang baik bagi siapa saja yang
membaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, 23 November 2011
Penulis,
commit to user
2. Pengertian antara periklanan, publisitas, propaganda ... 17
commit to user
ix
E. Unique Selling Prepositioning ... 47
BAB IV KONSEP KREATIF PEMIKIRAN DESAIN ... 50
A. Metode Perancangan ... 50
B. Konsep Kreatif ... 51
C. Standard Visual ... 58
1. Logo ... 59
2. Illustrasi ... 61
D. Pemilihan Media ... 65
E. Media Placement ... 69
F. Prediksi Biaya ... 71
BAB V VISUALISASI KARYA………... 73
BAB VI PENUTUP………. 103
DAFTAR PUSTAKA………. 105
commit to user
x
STRATEGI PROMOSI DAN PERIKLANAN CV. GRAFINDO WRF MELALUI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL
Fahrizal1
Jazuli Abdin munib, S.Sn2, Anugrah Irfan Ismail, S.Sn3
ABSTRAK
Fahrizal, 2011. Pengantar Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Promosi
CV. Grafindo (wood and rattan furniture) melalui Komunikasi Visual. Pameran bertaraf international seperti iffina yg diikuti olah produsen furniture dari seluruh indonesia merupakan sarana yg baik guna memasarkan produk furniture dan mengenalkan merk grafindo pada konsumen, permasalahan yang dikaji adalah bagaimana menciptakan sebuah media komunikasi visual yang terarah, efektif, dan efisien dalam upaya mempromosikan produk CV. Grafindo sehingga dapat tercapainya tujuan yang ingin dicapai, memilih dan membuat materi promosi yang tepat sesuai karakter CV. Grafindo, dan menyajikan materi promosi yang menarik, agar menarik konsumen untuk menentukan pembelian pada produk furniture CV. Grafindo.
Pentingnya Strategi kreatif perancangan pameran dan promosi CV. Grafindo agar merk dan produk yang diusung mudah diingat oleh konsumen guna menentukan proses penentuan pembelian suatu produk. Maka dari itu perlu adanya PERANCANGAN PROMOSI CV. GRAFINDO WRF MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
1
Mahasiswa Jurusan Deskomvis, Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS dengan NIM C0706022 2
Jazuli Abdin munib, S.Sn, sebagai Pembimbing I 3
commit to user
xi
THE PROMOTION PLANNING OF CV. GRAFINDO WRF THROUGH THE VISUAL COMMUNICATION MEDIA
Fahrizal4
Jazuli Abdin munib, S.Sn5, Anugrah Irfan Ismail, S.Sn 6
ABSTRACT
Fahrizal, 2011. Introduction of this Final Project entitled the Design
Promotion of CV.Grafindo (wood and rattan furniture) through Visual Communication. The International exhibition like IFFINA who were attended by manufacturers of furniture from all over in Indonesia is good tool for marketing the product of CV Grafindo such as furniture and to introduce its brand to the consumers, On the other side, the problem we face is about how to create a visual communications media directly, effectively, and efficiently as the efforts to promote the product of CV . Grafindo, so that the goals can be achieved, to choose and to create the right promotion material which is regarding to the basic character of CV. Grafindo, and for presenting an attractive promotion materials, in order to attract the consumers to decide purchasing the furniture products of CV. Grafindo.
The importance of the creative strategic in the design promotion & exhibition of CV Grafindo is to make the customers always remember its brand and its product easily in order to decide the process of purchasing of the products. That's why we need the PROMOTIONAL DESIGN of CV GRAFINDO THROUGH the VISUAL COMMUNICATION DESIGN.
4
Student of Visual Communication Design Department, Faculty of Letters, Sebelas Maret University, Student Number C0706022
5
Jazuli Abdin munib, S.Sn, as The First Consultant
6
Fahrizal1
Jazuli Abdin munib, S.Sn2, Anugrah Irfan Ismail, S.Sn3
ABSTRAK
Fahrizal, 2011. Pengantar Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Promosi CV. Grafindo (wood and rattan furniture) melalui Komunikasi Visual. Pameran bertaraf international seperti iffina yg diikuti olah produsen furniture dari seluruh indonesia merupakan sarana yg baik guna memasarkan produk furniture dan mengenalkan merk grafindo pada konsumen, permasalahan yang dikaji adalah bagaimana menciptakan sebuah media komunikasi visual yang terarah, efektif, dan efisien dalam upaya mempromosikan produk CV. Grafindo sehingga dapat tercapainya tujuan yang ingin dicapai, memilih dan membuat materi promosi yang tepat sesuai karakter CV. Grafindo, dan menyajikan materi promosi yang menarik, agar menarik konsumen untuk menentukan pembelian pada produk furniture CV. Grafindo.
Pentingnya Strategi kreatif perancangan pameran dan promosi CV. Grafindo agar merk dan produk yang diusung mudah diingat oleh konsumen guna menentukan proses penentuan pembelian suatu produk. Maka dari itu perlu adanya PERANCANGAN PROMOSI CV. GRAFINDO WRF MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
1
Mahasiswa Jurusan Deskomvis, Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS dengan NIM C0706022
2
Jazuli Abdin munib, S.Sn, sebagai Pembimbing I 3
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Banyaknya produsen furniture dari berbagai daerah yang memiliki keunikan
tersendiri pada produk mereka mendorong kesadaran para produsen furniture
untuk lebih mengutamakan promosi produk mereka melalui berbagai ajang
pameran guna mendongkrak minat masyarakat dan dunia luar terhadap produk
buatan dalam negeri. Namun dalam pelaksanaanya para produsen furniture tidak
begitu memperhatikan perlunya kontribusi desain komunikasi visual dalam
perancangan promosi pameran.
Produsen furniture lebih terfokus pada produk dan tema yang akan mereka
usung dalam pemeran namun mengesampingkan kampenye guna menarik minat
masyarakat untuk datang pada acara pemeran dan stan yang mereka buat. Padahal
seharusnya dalam sebuah perancangan pameran perlu adanya media pendukung
pameran yang menarik dan kreatif sehingga masyarakat lebih mengetahui
informasi dan promosi yang ditawarkan dari setiap stan produsen furniture. Dalam
hal ini para produsen furniture perlu lebih memperhatikan aspek promosi
pendukung stan mereka guna menarik minat konsumen dan target market mereka.
Maka perlu adanya perancangan promosi pameran yang kreatif dan menarik
dalam sebuah public indoor exhibition.
Dalam hal ini CV.GRAFINDO WRF (wood rattan and furniture) sebagai
commit to user
rumput ilalang dan akar tumbuhan mencoba menghadirkan sebuah terobosan
dalam industri furniture. Namun pada pelaksanaannya mereka belum
memasukkan unsur desain komunikasi visual dalam pameran mereka guna
menarik minat calon konsumen baik dari dalam dan luar negeri. Maka dari itu
perlunya kontribusi desain komunikasi visual dalam memberikan strategi promosi
public indoor exhibition dan media pendukung pameran merupakan target utama
dalam mengenalkan CV.GRAFINDO WRF pada masyarakat. Maka tujuan
penulisan kolokium ini penulis ingin mencoba memberikan solusi dalam
perancangan strategi promosi dan pameran CV.GRAFINDO WRF dengan
bersentuhan langsung dengan subyek analisa dan konsumen serta target market
mereka guna menentukan konsep yang akan diusung dengan mengutamakan
efisiensi dan tema yang akan diangkat dalam pameran inacraft sebagai sarana
pengenalan produsen furniture dalam negeri pada dunia luar. Maka dari itu judul
penulisan kolokium ini adalah ” PERANCANGAN PROMOSI CV. GRAFINDO
WRF MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL ”.
B.
Permasalahan
Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang strategi Promosi guna mengenalkan CV.GRAFINDO
WRF kepada masyarakat dengan menggunakan media komunikasi visual?
2. Bagaimana memilih media promosi yang cocok, efektif dan efisien untuk
commit to user
C.
Tujuan
Tujuan perancangannya adalah :
1. Merancang strategi kreatif Promosi guna mengenalkan CV.GRAFINDO WRF
dan menentukan media pendukung pameran melalui desain komunikasi visual
yang tepat.
1) Daerah sasaran : Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya.
2) Iklim : Tropis
b. Psikografi meliputi
1) Masyarakat yang mencari produk furniture.
2) Distributor dan eksportir furniture.
3) Kolektor furniture.
c. Demografi
Target market menurut demografi adalah :
1) Jenis Kelamin : pria dan wanita
commit to user 3) Pekerjaan : segala profesi
4) Sosial Ekonomi : menengah ke atas
5) Agama : semua agama dan kepercayaan
6) Pendidikan : SLTA, Sarjana dan sederajat
2. Target Audience
a. Geografi
1) Daerah sasaran : kota-kota besar di Indonesia.
2) Iklim : Tropis
b. Psikografi meliputi
1) Masyarakat yang ingin mengamati perkembangan produk furniture di
Indonesia.
2) Perusahaan forwarding furniture.
3) Seniman dan Kolektor furniture.
c. Demografi
Target market menurut demografi adalah :
1) Jenis Kelamin : pria dan wanita
2) Usia : 20-60 tahun
3) Pekerjaan : segala profesi
4) Sosial Ekonomi : menengah ke atas
5) Agama : semua agama dan kepercayaan
commit to user E. Target Karya
1. ATL (Above The Line)
a. Iklan Koran
b. Public Indoor Exhibition
c. Sign Board
e. Administration and Management Forms, meliputi:
1) Nota penjualan
2) form
f. Stationery, meliputi:
1) Letterhead (kop surat)
2) Envelope (amplop)
3) Business Card (kartu nama)
4) Clear Folder (map)
commit to user
6) Paper bag
F.
Metode Penelitian
Metode penciptaan dan perancangan yang penulis gunakan ada 3 (tiga) cara,
yaitu:
1. Metode Observasi
Penulis secara langsung datang ke CV.GRAFINDO WRF untuk mengamati,
melihat lokasi serta situasi dan kondisi lapangan.
2. Metode Wawancara
Penulis melakukan wawancara mendalam (in depth interviewing) yang
dilakukan secara formal dan nonformal kepada direktur utama
CV.GRAFINDO WRF beserta para manajer.
3. Metode Pustaka (Studi Pustaka)
Penulis menggunakan sarana pustaka dari beberapa buku, majalah, dan artikel
yang dapat memperkuat hasil analisis ini. Selain itu penulis melakukan
pencarian melalui situs Internet yang berhubungan langsung dengan
commit to user
mnusia, yang meliputi unsur rasio ; yaitu unsur logika, akal, perhitungan, metode,
obyektif. Dan unsur rasa ; yaitu unsur kreasi, intuisi, selera, nilai-nilai keindahan,
dan sebagainya. Desain dalam perkembangannya ditafsirkan oleh berbagai
kebutuhan, berdasarkan nilai guna dan pembidangan setiap profesi, dan hal ini
tampak secara sederhana terlihat dalam pengertian desain. Menurut kamus
Webster ada banyak makna menjelaskan satu kata ini. Desain mempunyai arti ;
gagasan awal, rancangan, perencanaan, pola, susunan, rencana, proyek, hasil yang
tepat, produksi, membuat, mencipta, menyiapkan, menyusun, meningkatkan,
pikiran, maksud dan kejelasan ( A Bawceet Book, 1974 ; 207 )
2. Komunikasi
Komunikasi berawal dari kata comunicare ; yang berarti memberitahukan,
berpartisipasi, menjadi milik bersama. Dalam kalimat yang lain disebutkan
commit to user
ide-ide, nilai-nilai, untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan
itu menjadi milik bersama (commones).
Komunikasi dibagi menjadi 2 bagian :
a. Komunikasi langsung atau komunikasi yang berjalan tanpa menggunakan
alat (media) atau disebut pula dengan proses primer, seperti contoh
komunikasi yang berbentuk bahasa, gerakan-gerakan yang mempunyai arti
khusus, ataupun aba-aba.
b. Komunikasi tidak langsung ; kebalikan dari komunikasi langsung, yaitu
dalam prosesnya menggunakan alat (media) atau disebut juga dengan
proses sekunder. Dalam kegiatan ini orang menggunakan mekanisme media
untuk melipat gandakan jumlah penerima pesan dengan tujuan utama untuk
menghadapi hambatan-hambatan, seperti hambatan geografis dan
sebagainya.
Dalam prosesnya komunikasi membutuhkan komponen-komponen
pentingdidalamnya, yaitu : komunikator, komunikan, juga media. Sehingga
pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan-pesan.
3. Visual
Visual merupakan hal-hal yang berhubungan dengan dunia penglihatan (visi)
dengan kata lain segala hal yang hal yang tampak,dapat disaksikan, dan direspon
oleh indera penglihatan (mata).
Dari berbagai penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa desain
commit to user
melalui media bantu yang bersifat visual (tidak menggunakan media yang bersifat
auditory).
4. Tinjauan Promosi
Kata PROMOSI berasal dari bahasa latin, yaitu Promovera (Promotion) yang
dalam bahasa Inggris diterjemahkan: to move forward advance, dimana
terjemahan secara fungsional sasaran promosi adalah merangsang pembelian di
tempat, (immediately stimulating purchase), kata tersebut pertama kali digunakan
oleh Daniel Strach (Renald Khasali, 1995: 10)
Kata promosi mempunyai arti untuk memberitahu, membujuk atau
mengingat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989: 68), promosi difungsikan
sebagai kelanjutan dari publikasi sehingga para calon konsumen tidak hanya
mengenal produk yang ditawarkan, tetapi juga mau berbuat atau bertindak sesuai
dengan pesan yang disampaikan dalam alat promosi tersebut
Promosi menjadi salah satu faktor penentu berhasil tidaknya suatu program
pemasaran, meskipun sebuah produsen bisa menciptakan suatu produk yang
bagus, dengan kwalitas yang tinggi, kemasan yang baik, logo yang menarik, dan
lain-lain, tetapi bila tidak ditunjang dengan adanya upaya promosi akan sulit
untuk dapat meraih kesuksesan dari hasil penjualan di pasaran. Melalui promosi
dapat dijelaskan kepada para calon konsumen mengenai keunggulan dari produk
tersebut dan lebih mengena kepada sasaran
Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam perencanaan promosi menurut G. A.
Schmoll (dalam Oka A. Yoeti, 1990 : 59) adalah sebagai berikut :
commit to user
b. Menciptakan dan merumuskan pesan promosi yang akan dilancarkan.
c. Memilih dan menyeleksi saluran komunikasi dan media massa yang akan
digunakan.
d. Menyediakan anggaran promosi untuk memperlancar kegiatan promosi
dalam bermacam-macam pasar.
e. Membuat program pelaksanaan promosi yang akan dilakukan
Setiap usaha pasti memiliki tujuan, dan berikut ini merupakan beberapa
tujuan dari sebuah promosi :
a. Melahirkan atau meningkatkan kesadaran pembeli akan suatu produk atau
merek
b. Mempengaruhi sikap pembeli terhadap suat perusahaan, produk atau
merek
c. Meningkatkan penetrasi merek dalam suatu segmen yang dipilih
d. Meraih peningkatan penjualan dari pangsa pasar untuk konsumen sasaran
dan calon konsumen sasaran
e. Mendorong pembeli agar mau kembali membeli suatu merek
f. Menggiring pembeli untuk mencoba suatu merek baru
g. Menarik konsumen-konsumen baru
Setiap manusia mempunyai karakteristik mental maupun fisik yang
berbeda-beda, oleh sebab itu sangat diperlukan sekali perencanaan yang matang agar
sebuah promosi dapat berhasil seperti yang diinginkan, untuk tercapainya
commit to user
sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Resep promosi (Promotion Mix) yang
sampai sekarang banyak dianut adalah :
a. Periklanan (advertising)
b. Penjualan personal (personal selling)
c. Promosi penjualan (sales promotion)
d. Publisitas (publicity) (Rhenald Khasali, 1995 : 10)
Begitu pula untuk menetapkan sasaran dan tujuan diperlukan pemikiran.
Perencanaan merupakan penentu tujuan dan mengidentifikasikan metode yang
tujuannya agar dapat dicapai. Semua perencanaan perlu pemikiran cermat dan
bermetode. Pemikiran yang cermat dan bermetode dengan sendirinya adalah hasil
sampingan yang bermanfaat dari suatu perencanaan. (Frans Gromang, 1989 : 45)
Secara konvensional, perencanaan didahului oleh analisis mengenai kekuatan,
kelemahan, peluang, bahaya atau resiko yang dihadapi. (Joe Setyawan, 1993 :
dapat diindra yang berfungsi sebagai perantara, sarana, alat untuk proses
commit to user
6. Media Promosi
Media promosi meliputi segenap perangkat yang dapat memuat atau
membawa pesan - pesan penjualan kepada calon konsumen yang menjadi sasaran.
Media pada komunikasi periklanan ini dapat dibedakan atas 2 media yaitu :
a. Media Lini Atas (above the line), merupakan jenis iklan yang
mengharuskan pembayaran komisi kepada biro iklan. Media lini atas ini
meliputi :
1) Televisi
Merupakan media audio visual yang dapat menjangkau khalayak
secara luas dan mempengaruhi daya persepsi masyarakat akan segala
informasi yang ditayangkan.
Merupakan media yang difungsikan sebagai media dengan segmen
tertentu dengan informasi sesuai pasar yang dituju. Majalah ini dapat
digunakan sebagai media penyampaian iklan yang bagus karena
penggunaan bahan yang bermutu tinggi sehingga citra produk yang
commit to user
4) Out door (media luar ruang)
Fungsi utama media ini adalah sebagai iklan untuk mengingatkan atau
sebagai media sekunder untuk mendukung kampanye di media cetak
maupun elektronik (pengulang kampanye dari media utama). Media ini
dapat bertahan selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan
tahunan, contoh : billboard, baliho, spanduk, neonsign, street banner
dan lain sebagainya.
b. Media Lini Bawah (below the line), merupakan media-media yang tidak
memberi komisi dan pembayaran sepenuhnya berdasarkan biaya-biaya
operasi plus sekian persen keuntungan. Media ini dapat merupakan media
yang bersifat menunjang atau melengkapi dan sering dicampur adukkan
dengan pengertian media above the line sebagai media primer dan below
the line sebagai media sekunder, tergantung pada apa yang akan
diiklankan. Adapun media lini bawah / below the line ini meliputi dari
direct mail, pameran-pameran, promosi penjualan, perangkat display
ditempat penjualan langsung ( point-of-sale ), selebaran pengumuman /
media yang lain seperti kalender, folder, stiker, poster, dan lain-lain.
(Philip Kotler, 1994 : 380).
Peluncuran suatu kelompok produk-produk baru esensial bagi sebagian besar
sukses perusahaan serta bagi pertumbuhan jangka panjang. Walaupun telah
dilakukan berbagai investasi raksasa serta berbagai upaya untuk memperkenalkan
produk dan jasa-jasa baru, banyak di antaranya yang tidak pernah sukses. Adalah
tidak mungkin menunjukkan secara tepat, presentase ide-ide serta produk baru
commit to user
mereka tentang sukses. Namun demikian, estimasi angka kegagalan secara tipikal
berkisar antara 35 hingga 45 persen, dan angka tersebut mungkin saja meningkat.
Seorang spesialis komunikasi pemasaran dalam suatu organisasi memiliki
sejumlah tanggung jawab untuk menjamin sukses dari produk baru. Barangkali,
hal ini dapat paling baik disadari dengan mengkonseptualisasi proses, dimana para
konsumen menjadi penguji coba dan pembeli ulang (trial and repeat)
produk-produk baru. Dengan kata lain, pencapaian sukses produk-produk baru mensyaratkan
bahwa para konsumen melakukan percobaan pembelian dari suatu merek baru dan
setelah itu menjadi pembeli ulang jangka panjang. Pemikiran tentang pembelian
berdasarkan coba-coba dan pembelian ulang (trial and repeat) secara khusus tepat
untuk kelompok barang-barang paket konsumen yang tidak mahal, namun bahkan
barang-barang tahan lama yang mahal seperti mobil dicoba melalui test drive, lalu
pembelian ulang terjadi saat konsumen berada di pasar untuk membeli mobil baru
berikutnya. Model dalam Bagan 1 menunjukkan dengan gambar lingkaran, tiga
tahap utama yang dilalui seorang individu untuk menjadi pengadopsi sebuah
produk baru. Tahap-tahap tersebut adalah tahap penyadaran (awareness), tahap uji
coba (trier), dan pembeli ulang (repeater). Kotak-kotak di sekeliling lingkaran,
adalah sebagian besar perangkat komunikasi yang berperan dalam menggerakkan
konsumen dari tahap penyadaran awal, melalui tahap uji coba produk, dan
commit to user
Bagan 1. Model Proses Adopsi Produk Baru
Langkah pertama dalam memfasilitasi adopsi adalah membuat konsumen
sadar akan keberadaan produk baru. Bagan 1 menunjukkan bahwa ada empat
variabel yang mempengaruhi kelas kesadaran (awareness class): sampel-sampel
gratis, kupon-kupon periklanan, dan distribusi. Tiga variabel pertama adalah
variabel-variabel komunikasi pemasaran yang berbeda, dan yang keempat,
distribusi, berhubungan erat bahwa bagian penjualan bertanggungjawab untuk
meningkatkan perolehan distribusi, menyediakan dukungan bagi para pengecer
(reseller), serta menata ketersediaan material P-O-P bagi perdagangan.
Peluncuran produk baru yang sukses memerlukan kampanye periklanan khusus
yang efektif, distribusi produk yang tersebar luas yang didukung dengan material
P-O-P, dan dalam kasus kelompok barang-barang yang tidak mahal,
commit to user
Begitu seorang konsumen sadar tentang suatu merek atau produk baru,
terdapat peningkatan kemungkinan bahwa si konsumen pada akhirnya akan
mencoba penawaran baru tersebut. Kupon-kupon, distribusi, dan harga adalah
variabel-variabel yang mempengaruhi kelas penguji-coba (trier class). Untuk
barang-barang yang tahan lama, pengujian mungkin melibatkan test drive bagi
produk mobil baru, atau mengunjungi toko komputer untuk memperoleh
pengalaman partisipasi aktif dengan mesin seperti iMac. Dalam kasus penawaran
barang-barang yang tidak mahal, percobaan lebih mungkin dengan melibatkan
pembelian merek baru, guna menguji karakteristik kinerjanya, baik itu rasanya,
kemampuannya membersihkan, atau manfaat-manfaat lain yang berkaitan.
Pembelian ulang, yang dilakukan oleh kelas pembeli ulang (repeater class),
merupakan fungsi dari empat kekuatan utama: periklanan, harga, distribusi, serta
kepuasan produk. Dengan demikian, para konsumen lebih mungkin untuk terus
membeli suatu merek khusus manakala iklan mengingatkan mereka tentang
produk tersebut, yakni bila harga dianggap rasional, jika barangnya mudah
didapat di gerai toko eceran, dan bila kualitas produk dianggap memuaskan.
Berbagai komunikasi pemasaran memainkan peran utama dalam
mempengaruhi lima karakteristik yang berhubungan dengan inovasi (innovation
related), yang menunjang sikap konsumen terhadap produk-produk baru, dan
karena itu, mereka kemungkinan akan mengadopsi produk-produk yang inovatif:
a. Keunggulan-keunggulan relatif
b. Kecocokan (compability)
c. Kompleksitas
commit to user e. Bisa diobservasi
(Terence A. Shimp, 2003: 268-270)
B.
Iklan
1. Pengertian Iklan
Iklan merupakan salah satu bentuk kegiatan promosi yang paling
dikenal karena fungsinya sebagai instrumen pemasaran dengan daya
jangkau yang sangat luas bagi perusahaan yang memproduksi barang atau
jasa. Sifat dan tujuan iklan cukup beragam, sesuai dengan produsen dan
target marketnya. Namun pada umumnya, suatu perusahaan beriklan untuk
mendapatkan respons atau reaksi secara langsung maupun tidak langsung
dari audiens. Dalam hal tertentu, iklan juga bertujuan untuk lebih
mengembangkan kesadaran audiens terhadap brand/merek serta sebagai
sebuah upaya untuk membentuk suatu citra positif bagi barang atau jasa
yang dihasilkannya. (http://deskomers01.com)
2. Perbedaan Antara Periklanan, Publisitas, PropagAnda dan Promosi Kalau kita mendengar istilah iklan, selalu terdapat banyak penafsiran
sehingga menimbulkan kesimpangsiuran pengertian, misalnya istilah “iklan”
dengan “periklanan”. Sebenarnya istilah-istilah tersebut adalah sama,
masing-masing mempunyai tujuan yang sama dalam kegiatannyapun diperkuat atau sering
commit to user
Advertising (periklanan) menurut Howard Stephenson, periklanan adalah
suatu kegiatan yang mempergunakan atau menyewa tempat pada salah satu media
komunikasi, dimana suatu perusahaan yang akan memperkenalkan hasil produksi
barang atau jasanya yang baru.
Jadi suatu kegiatan periklanan sebagai penyebar informasi yang berhubungan
dengan suatu gagasan, pelayanan atau produk untuk mendorong tindakan sesuai
dengan tujuan dari advertiser. (Tams. Djayakusumah, 1982: 6-7)
Sedangkan yang dimaksud dengan publisitas adalah tugas untuk
menginformasikan kepada umum (publik) hal ini dilakukan dengan memberikan
informasi sebanyak mungkin tentang suatu kegiatan dalam sebuah instansi atau
organisasi.
Setelah dibahas mengenai perbedaan dari periklanan dengan publisitas, maka
perlu kita membahas perbedaan periklanan dengan propaganda. Propaganda pada
umumnya bergerak dalam bidang idea atau ideologi sedang periklanan bergerak
dalam bidang transaksi barang atau jasa. Propaganda adalah suatu usaha sistematis
yang dilakukan oleh individu atau I ndividu-individu yang berkepentingan untuk
mengontrol sikap kelompok individu lainnya dengan jalan menggunakan sugesti.
(Tams. Djayakusumah, 1982: 23)
3. Aspek-aspek Penting dalam Iklan
Periklanan adalah sebuah bisnis yang besar. Ralph S. Alexander dalam
Morisan (2007:14) mendefinisikan iklan atau advertising sebagai any paid form of
non personal communication about an organization, product, service, or idea by
commit to user
produk, jasa atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui). Secara
umum, periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi
komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya. Adapun
beberapa fungsi periklanan menurut Terrence A. Shimp (2003:357-361) dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Informing
Periklanan membuat konsumen sadar akan keberadaan merek-merek
baru, menginformasikan mereka tentang berbagai fitur dan manfaat
merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Singkatnya
fungsi periklanan sebagai sumber informasi bertujuan untuk meningkatkan
TOMA – Top of Mind Awareness (puncak kesadaran dalam benak
konsumen).
b. Persuading
Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk
mencoba produk atau jasa yang diiklankan.
c. Reminding
Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam
ingatan para konsumen.
d. Adding Value
Periklanan memberi nilai tambah merek dengan mempengaruhi persepsi
konsumen. Mempengaruhi persepsi konsumen merupakan nilai tambah
commit to user
e. Assisting (mendampingi)
Upaya-upaya lain dari perusahaan periklanan hanyalah salah satu alat dari
bauran komunikasi pemasaran. Periklanan dapat membantu perwakilan
penjualan, meningkatkan hasil dari komunikasi pemasaran lainnnya, juga
bisa meningkatkan efektivitas transaksi harga. Peran utama periklanan
adalah pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya perusahaan dalam
komunikasi pemasaran.
Sebagai upaya untuk bisa memenuhi ke 5 fungsi tersebut di atas, dalam
membuat iklan perlu dipertimbangkan strategi media. Tom Duncan dalam
Morissan (2007: 168) mendefinisikan strategi media sebagai ideas about
how media objectives will be accomplished through the selection of various
combination media (ide atau gagasan mengenai bagaimana tujuan media
akan dicapai melalui seleksi berbagai kombinasi media). Strategi media itu sendiri
terdiri dari empat kegiatan yang saling berkaitan, strategi tersebut antara lain:
(Terrence A. Shimp, 2003: 7)
a. Memilih audiens sasaran.
Kegagalan untuk mengidentifikasi audiens secara tepat dapat
menyebabkan hilangnya konsumen yang prospektif. Untuk dapat
menetapkan segmentasi yang tepat, dalam memilih audiens sasaran
terdapat empat faktor utama yang harus dianalisa secara jeli, yaitu:
1) Faktor geografis
2) Demografis
3) Pemakaian produk
commit to user b. Menspesifikasi tujuan media.
Tujuan media harus dirumuskan secara khusus. Para perencana media
setidaknya harus mencari jawaban untuk kelima pertanyaan berikut:
1) Berapa jumlah audiens yang harus menyimak pesan periklanan selama
masa tertentu (isu jangkauan).
2) Seberapa seringkah audiens harus dihadapkan pada periklanan (isu
frekuensi).
3) Seberapa banyakkah periklanan total yang diperlukan untuk mencapai
tujuan tertentu (isu bobot).
4) Bagaimana anggaran periklanan harus dialokasikan sepanjang waktu
(isu kontinuitas).
5) Apa cara yang paling murah untuk mencapai tujuan lainnya (isu
biaya).
c. Memilih kategori media dan sarana.
Setiap media memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Setiap
pemasar harus jeli memilih media yang sesuai dengan target audiens yang
akan dibidik.
d. Membeli media.
Suatu strategi media yang baik harus menyatakan bagaimana media dapat
membantu menciptakan pengalaman merek (brand experience) bagi
konsumen dan calon konsumen. Sifat dan tujuan iklan berbeda antara satu
commit to user
4. The End of the Line (Mengakhiri Istilah ATL vs BTL)
Sebenarnya istilah Line (yang berarti garis) dalam ATL dan BTL itu berawal
dari kategorisasi dalam neraca keuangan. Kategori pertama berlaku bagi kegiatan
pemasaran yang kena komisi biro iklan. Ini dimasukkan dalam cost of sales dan
dikurangi sebelum ditentukan gross profit. Kategori kedua untuk kegiatan
pemasaran non iklan yang tidak kena komisi. Biayanya dimasukkan dalam biaya
operasional dan dikurangi sebelum ditentukan net profit.
Kedua jenis budget tersebut dipisahkan dengan sebuah garis (line). Yang
mengandung unsur komisi, ditulis di bagian atas neraca, disebut sebagai Above the
line (ATL). Sisanya, dijadikan satu di bawah garis tadi, disebut kelompok Below
the line (BTL). Sudah banyak yang melupakan definisi awal komunikasi ATL vs
BTL tersebut.
Dalam banyak tulisan, ATL dan BTL dijelaskan perbedaannya sebagai
berikut:
Above the line (ATL) Below the line (BTL)
Target audiens luas Target audiens terbatas
Lebih untuk menjelaskan sebuah
konsep atau ide. Tidak ada
interaksi langsung dengan
Sale (POS) materials, Consumer promotion,
commit to user
Saat ini, dimana landscape media sudah bergeser secara dramatis dengan
munculnya media-media baru, terutama yang berbasis teknologi tinggi (Internet
dan mobile phone), beda ATL vs BTL semakin kabur. Persoalannya, karakteristik
media baru tidak eksklusif lagi. Internet media, karena fiturnya yang sangat kaya
(disebut dengan rich media), bisa mencakup target audiens yang luas sekaligus
spesifik; mempunyai fasilitas interaksi secara langsung.
Situasi dalam pemasaran modern ini yang mengharuskan Strategic Brand
Planner berfikir integrasi dalam disain pesan dan alokasi medianya. Integrasi
kegiatan komunikasi secara simultan ini dikenal dengan sebutan IMC (Integrated
Marketing Communication).
a. Istilah TTL (Through the Line)
Jika kita perhatikan di sekitar kita, memang banyak kegiatan yang
tidak bisa dikatakan eksklusif lagi. Ada kegiatan ATL yang mengandung
unsur BTL. Atau sebaliknya, BTL yang mengandung unsur ATL. Contoh
ATL dengan BTL adalah iklan sebuah brand di majalah yang sekaligus
ditempeli sample produknya. Sedangkan contoh BTL dengan ATL:
kegiatan event di outlet tertentu yang disebarluaskan lewat iklan radio dan
sms.
Wilayah abu-abu atau grey area itulah yang mendorong timbulnya
istilah baru, yaitu Through the Line atau TTL. Istilah ini secara harafiah
berarti cakupan dari ujung satu ke ujung lainnya. Istilah TTL
commit to user
periklanan yang ingin membuat gambaran kongkrit terhadap segmen jasa
kreatif komunikasi yang ditawarkannya.
ATL bukan lagi khusus berbicara strategi di TVC, radio, billboard,
baliho. BTL tidak lagi hanya berbicara media poster, direct mail, brosur,
dan sejenisnya. Tapi lebih dari itu semua ATL dan BTL sebagai sebuah
strategi baru dalam pendekatan brand marketing yang terintegrasi yang
mendobrak pasar dengan pendekatan thematic, yaitu menjadikan sebuah
brand “market leader” dengan pendekatan Long Terms advertising atau
bersifat jangka panjang dan bertujuan meningkatkan brand image dengan
hitungan waktu tertentu. Sedang media yang digunakan, TVC, radio,
billboard tidak menutup kemungkinan menggunakan juga brosur, direct
mail dan sejenisnya.
Dalam melihat media sudah tidak lagi melihat apakah ATL atau BTL,
semua bisa dipakai termasuk dengan penggunaan Internet Marketing,
Unconventional Media atau Ambient Media. Bahasa verbal maupun visual
yang digunakan lebih bersifat umum dan tidak terlalu mengarah pada
penjualan yang menuntut call to action secara langsung. Sedangkan
tactical diartikan sebagai strategi mendobrak pasar dengan aksi-aksi yang
lebih cenderung melibatkan target audience atau dengan bahasa yang lebih
sering dipakai adalah melakukan brand activation dan inilah trough the
line advertising (TTL).
b. AwarenessandImage Building vs Brand Activation
Kerancuan dalam penggunaan istilah ATL dan BTL perlu dijadikan
commit to user
kegiatan komunikasi pemasaran dengan pembagian ATL/BTL? Jika kita
mengacu pada situasi historis pada saat istilah ATL dan BTL muncul, itu
adalah sebuah usaha klasifikasi yang relevan pada saat tersebut. Biro iklan
pada saat itu terfokus pada kegiatan-kegiatan ATL, sehingga dalam
klasifikasi budget unsur komisi jelas masuk dalam ATL saja. Saat ini,
sudah terjadi pergeseran yang cukup signifikan dalam percaturan di dunia
jasa periklanan/komunikasi. Muncul banyak agensi baru yang
memposisikan diri sebagai IMC Agency. Dalam konteks ini, seringkali
tidak berlaku lagi komisi. Mereka bahkan menawarkan jasa sebagai
strategic partner perusahaan yang komitmennya direalisasikan dalam
bentuk fixed retainercost (biaya jasa tetap tiap bulannya).
Dengan situasi baru seperti sekarang ini, dimana jasa yang
ditawarkan oleh biro iklan dan biro pendukung kegiatan komunikasi
non-iklan sudah sangat terfragmentasi, penggunaan istilah komunikasi ATL vs
BTL menjadi tidak relevan lagi, dan sudah waktunya ditinggalkan.
Adapun istilah baru, TTL, menurut saya tidak akan menjadi solusi untuk
memperjelas perbedaan konsep dan prinsip dalam kegiatan komunikasi
pemasaran. Mungkin ada baiknya mulai sekarang kita lupakan saja istilah
Line. Forget the line! It is the end of the line.
Sebagai gantinya, sebaiknya kegiatan komunikasi pemasaran dibagi
dari segi tujuan komunikasi itu sendiri. Dalam proses brand building, ada
dua tahap penting yang cukup signifikan bedanya yaitu (1) tahap
Awareness and Image Building dan (2) tahap Interest, Trial dan Loyalty
commit to user
Perspektif Strategic Brand Planner dalam menyusun Integrated
Marketing Communications (IMC), sebaiknya lebih didasari oleh tujuan
komunikasi brand. Maka, akan lebih bermakna bila kita mulai
menyiapkan sebuah format baru dalam template budgeting pemasaran.
Tidak lagi membagi budget komunikasi dengan kategori budget ATL dan
BTL, tetapi membagi budget dengan kategori baru yaitu (1) Budget untuk
Awareness and Image Building, dan (2) Budget untuk Brand Activation.
Sekali lagi, Forget about the Line!. (http://amaliamaulana.com)
C.
Tinjauan CV. Grafindo Wood Rattan Furniture
Furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi
sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan
sesuatu dalam bentuk meja atau tempat menaruh barang di permukaannya. Misalnya
furniture sebagai tempat penyimpan biasanya dilengkapi dengan pintu, laci dan rak,
contoh lemari pakaian, lemari buku dll. Furniture dapat terbuat dari kayu, bambu, logam,
plastik dan lain sebagainya. Furniture sebagai produk artistik biasanya terbuat dari kayu
pilihan dengan warna dan tekstur indah yang dikerjakan dengan penyelesaian akhir yang
halus.
Sejauh ini industri furniture mebel Indonesia masih memiliki pamor bagus
dalam perdagangan dunia. Pada ajang pameran tunggal bertajuk “Indonesia
Paviliun” yang berlangsung selama 18-22 Maret 2007 di Shenzen - Cina,
furniture asal Indonesia banyak diminati oleh para pembeli internasional.
commit to user
menjadi pemasok furniture dan kerajinan Indonesia dengan nilai transaksi
mencapai sekitar US$ 100 juta .
Pemerintah juga telah mengupayakan untuk mengembangkan industri
furniture. Terlebih sektor ini telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu dari
10 komoditas unggulan ekspor Tanah Air. Ini didukung baik oleh aspek kualitas
dan desain produk yang diminati oleh konsumen luar negeri, ketersedian bahan
baku maupun sumber daya manusia yang terampil.
Demikian juga dari sisi pangsa pasar nasional, industri mebel lokal masih
menguasai 70% pasar mebel domestik. Tetapi pangsa pasar ini terancam oleh
impor mebel asal China yang pertumbuhannya mencapai 200% per tahun dalam
satu tahun terakhir. Peningkatan impor mebel asal China yang terjadi tiap tahun
terutama untuk segmen mebel murah, untuk pasar menengah ke bawah.
Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF) sebagai salah satu produsen utama
futniture di Indonesia. Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF) mempunyai
konsumen di seluruh dunia mencakup negara-negara di kawasan wilayah eropa,
seperti Spanyol, Italia, Perancis, karena untuk wilayah eropa dalam pemesanan
lebih continue, walaupun untuk saat ini ada juga dari Amerika.
Sejak berdiri tahun 2004, Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF)
berkembang secara cepat dengan mempekerjakan 35 tenaga karyawan kerja yang
terlatih di kantor dan pabrik. Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF) dapat
menghasilkan produk - produk yang sangat beragam dengan dukungan tenaga
kerja yang terlatih dikombinasikan dengan peralatan produksi yang memadai serta
kondisi tempat produksi yang cukup mendukung. Grafindo Wood Rattan
commit to user
fiurniture. Dalam bidang industri meubel, grafindo WoodRattanFurniture (WRF)
dalam produksi telah banyak menghasilkan beraneka ragam furniture dari rotan.
Di dunia perdagangan furniture internasional isu-isu dan syarat ramah
lingkungan sudah menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi. Banyak
negara-negara Eropa dan Amerika yang bahkan menjadi sertifikasi ecolabeling sebagai
“harga mati” untuk barang-barang yang masuk ke negaranya.
Indonesia termasuk negara yang menerapkan kebijakan itu, meski
prosentasenya masih belum besar. Tapi kesadaran akan pentingnya sertifikasi
ramah lingkungan semakin lama makin menjadi kebutuhan yang penting. Isu
lingkungan hidup global menjadi salah satu bahan diskusi utama dalam sidang
Council ke 8 International Tropical Timber Organization (ITTO) yang
berlangsung di Bali pada tahun 1990. Salah satu hasil penting dari sidang tersebut
adalah komitmen untuk terlaksananya pengelolaan hutan yang lestari paling
lambat pada tahun 2000. Mulai tahun 2000, akan dilakukan pemberian label
(ecolabeling) atau sertifikat bagi produk-produk yang terbuat dari kayu tropis.
Manfaat produk yang sudah bersertifikasi secara langsung dapat dirasakan
adalah kemudahan dalam melakukan promosi dan bertambahnya apresiasi para
importir dan pembeli terhadap perusahaan. Sertifikasi ekolabel juga memberi
manfaat positif bagi manajemen internal perusahaan berupa meningkatnya
efisiensi manajemen akibat dari penataan sistem produksi yang lebih baik, sesuai
dengan kriteria dan indikator sertifikasi ekolabel.
Tak cuma itu, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Seperti
membentuk wacana dan opini, bahwa citra produk furniture rotan Indonesia tidak
commit to user
kayu dan plastik seperti image yang saat ini terbentuk ditengah masyarakat. Untuk
semua itu perlu dilakukan kampanye yang komprehensif bahwa produk rotan
Indonesia adalah produk ramah lingkungan (environmentally-friendly) karena
rotan adalah hasil hutan yang dapat dibudidayakan (renewable resources).
Dengan pameran diharapkan mampu membawa perubahan positif terhadap
perdagangan produk furniture dan handicraft di Indonesia. prospek
pengembangan industri mebel nasional masih besar, sebab pangsa pasar Indonesia
terhadap ekspor dunia masih relatif kecil.
Meskipun demikian dengan nilai ekspor mencapai urutan 12 dunia dan total
pendapatan mencapai $ US 2 milyar, Indonesia menjadi pemasok terbesar untuk
pasar Amerika, Eropa Barat, terutama Jerman, Belanda, Perancis, Belgia,
kemudian Jepang. Angkanya cenderung naik setiap tahun. Meski untuk pasar
dunia, Indonesia baru mengisi sekitar 2-3 % dari ekspor furniture dunia.
“Jadi, prospek pengembangan industri mebel nasional masih besar, sebab
pangsa pasar Indonesia terhadap ekspor dunia masih relatif kecil. Kita punya
commit to user
30
BAB III
IDENTIFIKASI DATA
A.
Gambaran Umum Perusahaan
1. GRAFINDO (Wood Rattan Furniture) a. Profil Perusahaan
Tahun berdiri : Agustus 2004
E-mail : grafindo_rattanindonesia@yahoo.com
Website : grafindowrf.com
Pimpinan : Ny. Marni
Jumlah karyawan : 30 orang
Telp : 081329050995
b. Alamat
Jalan : Blimbing, Gatak, Sukoharjo Rt 07/03
Kota : Sukoharjo
Provinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 57472
2. Sejarah berdirinya Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF)
Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF) merupakan salah satu perusahaan
ekspor yang bergerak di bidang industri furniture. Berdirinya Grafindo Wood
Rattan Furniture (WRF) adalah atas ide dari Ny. Marni dengan dua rekannya
commit to user
usaha industri tersebut. Sebelum pendirian Grafindo Wood Rattan Furniture
(WRF), mereka adalah rekanan kerja pada sebuah perusahaan rotan di daerah
Blimbing, Gatak, Sukoharjo. Selanjutnya, pada bulan Agustus tahun 2004, Ny.
Marni dengan dua rekannya memutuskan untuk keluar dari perusahaan dimana
mereka bekerja dan kemudian mendirikan sebuah perusahaan ekspor di bidang
industri rattan dan furniture dengan nama Grafindo Wood Rattan Furniture
(WRF).
Berbekal pengalaman yang sudah mereka miliki dan dengan modal yang
cukup, mereka memberanikan diri untuk menjalankan perusahaan, dan dengan
cepat perusahaan tersebut mendapatkan pangsa pasar di luar negeri. Dalam proses
produksi mereka mengolah sendiri bahan mentah menjadi produk jadi, walaupun
jika dalam pemesanan jumlah besar pada pembuatan kerangka, Grafindo Wood
Rattan Furniture (WRF) masih memerlukan bantuan pembuatan pada
pengrajin-pengrajin kecil. Penjualan produk, dipasarkan pada distributor-distributor yang
ada di daerah Eropa seperti Spanyol, Italia, dan Perancis. Dalam pangsa pasar
Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF) tidak hanya memasarkan produknya
pada pasar luar negeri saja, tetapi juga memasarkannya pada pasar dalam negeri.
Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF) untuk saat ini lebih banyak
memasarkan produknya di wilayah Eropa dan Asia Karena untuk wilayah Eropa
dan Asia dalam pemesanan lebih continue, meskipun sekarang ini ada yang dari
Amerika. Untuk pemasaranya Grafindo masih menggunakan media internet, Ikut
aktif dalam pameran dagang, mengundang calom pedagang ke perusahan, serta
commit to user Logo
Sumber: Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF) Sukoharjo tahun 2010
Logo perusahaan pada awalnya hanya digunakan sebagai stempel pada surat
dan kontrak kerja. Sedang dalam makna filosofi dan maksud dari logo tersebut
hanya memiliki maksud keberanian dan semangat dalam bekerja.
commit to user
Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF) adalah perusahaan ekpor yang
bergerak dalam bidang furniture berlokasi Blimbing, Gatak, Sukoharjo. Grafindo
Wood Rattan Furniture (WRF) berdiri dengan Akta No. 103 tanggal 1 Oktober
2004 yang disyahkan oleh notaris Pujiastuti Pangestu, SH dengan SK Menteri
Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 3 Mei 1991, No. C29-HT 0301
1991. Grafindo terdaftar dengan TDP: 1117470488 oleh Kepala Kantor
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Sukoharjo tanggal 22 November
2004.
Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF) berdiri di area tanah seluas + 1500
m2. terletak di Desa Blimbing, Gatak, Sukoharjo. Keuntungan Grafindo Wood
RattanFurniture (WRF) sehubungan dengan lokasi adalah sebgai berikut :
a. Segi Ekonomis
Lokasi perusahaan yang strategis memudahkan dalam distribusi
bahan baku yang diperlukan.
b. Segi Teknis
Lokasi perusahaan yang cukup luas, sehingga membuat pekerja
merasa lebih nyaman dalam proses pengerjaan produksi.
c. Segi Sosial
Lokasi perusahaan yang memudahkan dalam penyediaan sumber daya
manusia yang memiliki keahlian pada bidang-bidang di perusahaan.
4. Stuktur Organisasi
Stuktur organisasi merupakan susunan, wewenang, tanggung jawab dari
commit to user
dalam suatu organisasi terdapat hubungan diantara staf satu dan yang lain.
Hubungan ini akan terjalin baik, jika terorganisasi dan setiap bidang dapat
menjalankan tugasnya masing- masing sesuai dengan tugas yang didapat.
Stuktur organisasi pada Grafindo WoodRattanFurniture (WRF)dapat dilihat
adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1 Bagan Stuktur Organisasi Grafindo WRF
Sumber: Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF) Sukoharjo tahun 2010
Bagan stuktur dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Direktur
Direktur disini mempunyai tanggung jawab selain memimpin perusahaaan
juga mengontrol kerja karyawan dan memberikan keputusan akhir
terhadap suatu permasalahan.
b. Administrasi dan Umum
Bertanggung jawab mengenai setiap pembukuan atas kegiatan yang terjadi
commit to user c. Keuangan
Bertanggung jawab untuk membuat laporan keuangan dari setiap transaksi
yang terjadi pada perusahaan dalam setiap periode akutansi.
d. Pemasaran
Bertugas dalam pengiriman barang dan membagi order dan pemasok.
e. Kepala Produksi
Bagian ini bertugas penuh dalam produksi barang dari bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi yang siap ke gudang dan
mengkoordinasikan bagian yang ada di bawahnya.
f. Packing
Mempunyai tugas dalam pengepakan, atau packing dari barang- barang,
pembuatan packing list hingga menata dan mengelompokkan barang.
5. Produk yang dihasilkan
Grafindo WoodRattanFurniture (WRF) adalah perusahaan yang bergerak di
bidang furniture. Dalam bidang industri furniture, Grafindo Wood Rattan
Furniture (WRF)telah banyak menghasilkan beraneka ragam furniture dari rotan.
Beberapa hasil yang ada sebagai berikut :
a. Kursi teras dan arm chair untuk beranda outdoor.
b. Kursi tamu atau sofa untuk interior rumah.
c. Kursi taman untuk interior.
d. Kursi dan meja makan.
commit to user 6. Proses Produksi
Dalam proses produksi Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF)
menggunakan metode job order costing, yaitu melakukan kegiatan produksi
sesuai dengan pesanan yang diterima. Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF)
melakukan proses produksinya mulai pemotongan rotan, mendesain, menganyam,
pewarnaaan, finishing, packing dan pengiriman. Beberapa alat-alat yang
digunakan seperti : Compresor, Mesin cat dan Bor mesin, dll. Sementara bahan
baku beberapa bahan baku diperoleh dari luar kota. Misal, enceng gondok untuk
bahan baku anyaman diperoleh dari kota Surabaya, hal ini dilakukan mengingat
kualitas enceng gondok di daerah tersebut lebih baik dari daerah lain.
Bahan baku dan bahan penolong tersebut digunakan dalam proses produksi
dari barang mentah atau barang setengah jadi menjadi bahan jadi. Bagan alur
commit to user
a. Bahan baku dan bahan penolong dikeluarkan dari gudang untuk dibuat
rangka sesuai dengan desain pesanan yang diterima.
b. Bahan baku dan bahan penolong dari gudang yang sudah dibuat rangka,
kemudian dianyam sesuai dengan desain pesanan yang diterima.
c. Hasil perangkaan dan penganyaman kemudian diproses lebih lanjut untuk
pengamplasan, yang bertujuan memperhalus produk pesanan, dan
kemudian dilanjutkan ke pengecatan atau pewarnaan yang disesuaikan
dengan desain pesanan.
d. Produk yang telah selesai pada bagian Finishing kemudian dipacking
commit to user
Setiap karyawan bisa menyelesaikan produk pesanan dalam waktu yang
berbeda- beda. Hal tersebut tergantung pada bentuk produk pesanan dan bagian
masing- masing, seperti :
a. Bagian rangka, dalam 1 hari dapat menyelesaikan produk pesanan sampai
2-3 buah rangka kursi.
b. Bagian anyaman, dalam 1 hari dapat menyelesaikan produk pesanan
sampai 2 buah kursi.
c. Bagian finishing, dalam 1 hari dapat menyelesaikan produk pesanan
sampai 20- 30 buah kursi.
d. Bagian packing, dalam 1 hari dapat menyelesaikan produk pesanan sampai
30 buah.
7. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam proses pelaksanaan
kegiatan perusahaan. Karyawan yang bekerja di perusahaan Grafindo Wood
RattanFurniture (WRF)berjumlahkan 35 orang yang terdiri dari :
a. Pimpinan perusahaan : 1 orang.
b. Bagian Administrasi : 1 orang.
commit to user d. Bagian pemasaran : 1 orang.
e. Bagian produksi : 30 orang
Bagian produksi tersebut terdiri dari :
1) Bagian supliyer : 4 orang.
Langkah awal dalam menentukan strategi pemasaran haruslah mengetahui
dahulu faktor-faktor berikut ini :
a. Pengetahuan tentang pasar dari produk yang dihasilkan.
b. Pengetahuan tentang hal apa saja yang akan ditawarkan kepada konsumen.
c. Pengetahuan tentang konsumen dan calon konsumen.
Setelah mengetahui faktor-faktor terebut langkah yang harus diambil adalah :
a. Memperkenalkan keunggulan dan keistimewaan produk.
b. Memantapkan posisi dan terus dapat menanamkan image perusahaan
kepada konsumen
c. Membidik promosi yang tepat dan efektif.
9. Promosi Yang pernah Dilakukan
Promosi akan menunjang keberadaan dan eksistensi dari suaru perusahaan.
commit to user
dibenak masyarakat. Namun, promosi yang dilakukan dirasa masih sangat kurang.
Promosi yang pernah dilakukan oleh Grafindo diantaranya adalah :
a. Pembuatan Website
Sumber: Grafindo Wood Rattan Furniture (WRF) Sukoharjo tahun 2010
b. Mengikuti pameran-pameran yang berskala lokal, nasional, maupun
internasional.
Pameran yang pernah diikuti antara lain :
1) iffina The Gateway of Green Furniture & Rattan Lifestyle 2008
2) International Furniture & Craft Fair Indonesia 2009 (IFFINA 2009),
selama 5 hari pada tanggal 11-15 Maret 2009, di JIExpo Kemayoran,
Jakarta (PRJ).
B.
Kompetitor
Industri furniture merupakan bisnis yang cukup menjanjikan. Tak heran jika
di Surakarta sendiri banyak perusahaan-perusahaan furniture yang berdiri, baik
yang berskala kecil, menengah maupun besar. Sebagai perusahaan baru yang
commit to user
kompetitor-kompetitor lain dirasa sudah diambang mata. Adapun beberapa
competitor tersebut diantaranya adalah :
1. Sekunder :
Jalan : jl. raya solo-purwodadi km15
Kota : sragen- jawa tengah
Provinsi : Jawa Tengah
Telp : 0271 6811458
Fax : 0271 6811455
4) Company Preview
PT. Yosogira Furniture berdiri tahun 2003. Bergerak dibidang
mebel. Biasa menerima berbagai jenis barang mebel dengan segala
commit to user
kayu dan Rotan untuk sasaran ekspor kita adalah wilayah
negara-negara Eropa.
5) Pomosi Yang pernah Dilakukan
Pembuatan catalog produk :
6) Produk yang dihasilkan
1) Coffee Table
2) Chevei & Dranel
3) Bamboo Focdih Chair
commit to user
5) Conjole For Drawer
b. Surya Abadi Furniture 1) logo Perusahaan
2) Profil Perusahaan
Telepon : 0271-789203, 7001601
Fax : 0271- 789203
E-mail : sales@banana_furniture.com
Website : www.banana_furniture.com
Contact Peron 1 : Haryanto
Posisi CP 1 : Direktur
Jalan : Trangsan Rt 1 Rw 5 Gatak Sukoharjo
Kota : Sukoharjo
Provinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 57557
4) Company Preview
Perusahaan tersebut mengeksport barang produksinya ke Italia,
commit to user
rotan tetapi juga menerima pesanan furniture yang berbahan baku kayu
dan Rotan. Single Foam, Single Face, Box Carton merupakan kemasan
yang sering digunakan dalam pengiriman.
5) Pomosi Yang pernah Dilakukan
Pembuatan dengan alamat : www.banana_furniture.com
6) Produk yang dihasilkan
a) Living chair
b) Dining Chair
c) Dining Table Knock Down
d) Cabinet
C.
Analisis SWOT
Dengan melihat berbagai data diatas (obyek penelitian dan competitor), maka
diperlukan analisis SWOT. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities),namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats),
commit to user
Analisis SWOT dapat digunakan sebagai alat mengidentifikasi berbagai
factor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Proses
pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi, dan kebijaksanaan perusahaan.
Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa kinerja perusahaan dapat
ditentukan oleh kombinasi lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Kedua
faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.
1. Analisa Lingkungan Internal (Analisa Kekuatan dan Kelemahan)
Adalah analisa yang mengkaji kemampuan pemasaran, keuangan
produksi, dan organisasi unit usaha.
a. Kekuatan (strength)
Adalah suatu keunggulan sumber data, ketrampilan, kemampuan
lainnya terhadap pesaing.
b. Kelemahan (weakness)
Adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
ketrampilan, dan kemampuan yang serius akan menghalangi kinerja
efektif perusahaan.
2. Analisa Lingkungan Eksternal (Analisa Peluang dan Ancaman)
Adalah analisa yang digunakan untuk memonitor kekuatan lingkungan
makro (demografi / ekonomi, teknologi, politik / hukum, dan sosial / budaya)
dan pelaku lingkungan mikro utama (pelanggan, pesaing, saluran distribusi,
commit to user
a. Peluang (Opportunity) adalah suatu bidang kebutuhan pembeli dimana
perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan.
b. Ancaman (threat) adalah tantangan akibat kecenderungan atau
perkembangan yang kurang menguntungkan yang akan mengurangi
penjualan dan laba jika tidak dilakukan tindakan pemasaran defensive.
Dengan mengetahui keunggulan dan kelemahan produk maka akan
menjadi lebih mudah untuk mengetahui hal apa yang dapat ditonjolkan dalam
perencanaan promosi Grafindo Wood Rattan Furniture.
D.
Positioning
Positioning dapat diartikan sebagai suatu proses atau upaya untuk
menempatkan suatu produk, merk, perusahaan, individu, atau apa saja dalam
malam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaran atau konsumennya.
(Rhenald Kasali, 1995 : 157)
Strategi positioning (penempatan citra produk) merupakan hasil persepsi
tentang suatu produk atau merk yang dikonsumsikan dalam benak konsumen.
Strateginya adalah dengan memperlihatkan karakteristik produk dalam benak
konsumen untuk membedakan dengan competitor lain.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam usaha menjalankan
positioning Grafindo Wood Rattan Furniture diantaranya adalah :
1. Ketatnya persaingan antar perusahaan furniture yang saling berebut
commit to user
2. Grafindo Wood Rattan Furniture merupakan perusahaan furniture yang
menkombinasikan olahan limbah eceng gondok dan limbah kayu dengan
rotan.
3. Menawarkan produk-produk yang lebih ekonomis, dengan desain modern
tanpa mengesampingkan nilai-nilai seni yang ada.
4. Untuk memperjelas dan mempertegas posisi Grafindo Wood Rattan Furniture
diantara kompetitornya dengan menonjolkan produk, dalam hal ini
pengolahan limbah eceng gondok dan limbah kayu dengan rotan yang
berbeda dengan perusahaan furniture lain.
Melihat hal diatas, maka posisi Grafindo Wood Rattan Furniture adalah
menjadikan Grafindo Wood Rattan Furniture sebagai pilihan utama perusahaan
penghasil furniture yang mengkombinasikan olahan limbah eceng gondok dan
limbah kayu dengan rotan. Dan juga produk-produk yang dihasilkan perusahaan
ini dapat dijadikan sebagai alternative ketika konsumen mengalami kejenuhan
dengan furniture-furniture yang beredar di pasaran.
E.
USP (Unique Selling Preposition)
USP adalah keunikan yang dimiliki suatu perusahaan / produk yang secara
tidak langsung akan membentuk karakteristik dari perusahaan / produk itu sendiri.
Sehingga akan membedakan dengan perusahaan /produk lain. Adapun keunikan
yang dapat dijadikan keunggulan Grafindo Wood Rattan Furniture disbanding
commit to user
· Grafindo Wood Rattan Furniture sebagai pilihan utama perusahaan penghasil
furniture yang mengkombinasikan olahan limbah eceng gondok dan limbah
kayu dengan rotan yang ramah lingkungan (environmentally-friendly) karena
rotan adalah hasil hutan yang dapat dibudidayakan (renewable resources).
Dan pilihan optional dari bahan alami seperti rumput ilalang dan akar
tumbuhan.Produk-produk yang dihasilkan Grafindo Wood Rattan Furniture
dapat dijadikan sebagai alternative ketika konsumen mengalami kejenuhan
commit to user
50
BAB IV
KONSEP PEMIKIRAN DESAIN
A.
Metode Perancangan
Perancangan dapat diartikan dengan proses pembuatan dari merancang atau
mendesain yaitu menciptakan bentuk, yang mengandung kaidah, rasa nilai artistic
dari wujud termaksud. Perancangan promosi untuk CV. Grafindo mencakup
berbagai media promosi karena perusahaan tergolong baru dan belum banyak
yang mengetahui keberadaannya. Promosi yang pernah dilakukan masih sangat
kurang (dalam hal ini terlihat dari pengamatan dan survey yang dilakukan) dan
wawancara yang dilakukan kepada responden membuktikan bahwa masyarakat
masih belum banyak yang mengetahui tentang CV. Grafindo. Media iklan yang
akan digunakan harus relevan dan memperhitungkan media apa saja yang akan
dipakai dalam perancangan promosi kali ini, serta memperhatikan sekmentasi dari
pasar yang dituju.
Langkah awal perancangan adalah melakukan riset produk furniture melalui
wawancara dan observasi lapangan. Setelah itu menganalisis data produk dan
produk kompetitor hingga mengenali karakteristik produk secara mendalam. Dari
hasil analisis, produk dapat diposisikan sesuai dengan karakter yang dimiliki
(positioning), kemudian dapat ditemukan USP (Unique Selling Proposition).
Setelah matang dengan analisis produk, langkah selanjutnya adalah menggali
Target Market (TM) menjadi Target Audience (TA). TM dan TA adalah (calon)