• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep dan Pengembangan Kurikulum. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep dan Pengembangan Kurikulum. docx"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep dan Pengembangan Kurikulum

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Telaah Kurikulum” yang diampu oleh Dr. M. Hanif, M.M.,M. Pd

Oleh:

Iis Wahyuningsih 14231022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan tugas yang berjudul “Konsep dan Pengmbangan Kurikulum“ dapat selesai dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan tugas ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Novi Triana Habsari, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN.

2. Bapak Dr. M. Hanif, M.M.,M. Pd selaku pembimbing yang telah sabar dan meluangkan waktu untuk memberi bimbingnan dan arahan kepada penyusun dalam menyelesaikan tugas ini.

3. Teman – teman dari prodi sejarah yang telah memberikan semangat, yang tidak bisa penyusun ungkapkan satu persatu. Serta berbagai pihak yang telah membantu selama proses penyusunan tugas ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini, masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak dan semoga tugas ini bermanfaat. Aamiin.

Madiun, April 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iii BAB I KONSEP DASAR KURIKULUM...1

A. Pengertian Kurikulum... B. Posisi Kurikulum dalam Sistem Pendidikan ... C. Fungsi dan Kegunaan Kurikulum... D. Teori Kurikulum...

BAB II PENGEMBANGAN KURIKULUM...

A. Makna Pengembangan Kurikulum ... B. Landasan Pengembangan Kurikulum... C. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum... D. Model-model Pengembangan Kurikulum... E. Pendekatan Sistem dalam Pengembangan Kurikulum...

BAB III MATA PELAJARAN SEJARAH DALAM BERBAGAI KURIKULUM...

A. Sejarah dalam Kurikulum tahun 1974/1975...

B. Sejarah dalam Kurikulum tahun 1984/1985...

C. Sejarah dalam Kurikulum tahun 1994/1995...

D. Sejarah dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)... E. Sejarah dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)... F. Sejarah dalam K-13 dan Edisi Revisi...

(4)

BAB I

KONSEP DASAR KURIKULUM

A. Pengertian Kurikulum

Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata

courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya (curriculum is the entire schoool program and all the people involved in it). Program tersebut berisi mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun), SMA/SMK/MA (tiga tahun) dan seterusnya.

Secara terminologis, istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik disekolah untuk memperoleh ijazah. Implikasi dari pengertian tersebut adalah :

a) Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran adalah kumpulan warisan budayadan pengalaman-pengalaman masa lampau yang mengandung nilai-nilai positif untuk disampaikan kepada generasi muda. Mata pelajaran tersebut harus mewakili semua aspek kehidupan dan semua domain hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.

b) Peserta didik harus mempelajari dan menguasai seluruh mata pelajaran c) Mata pelajaran tersebut hanya dipelajari disekolah secara terpisah-pisah d) Tujuan akhir kurikulum adalah untuk memperoleh ijazah.

(5)

school’s effort to influence learning, whether in the classroom, on the playground, or out of school. Pengertian ini lebih luas lagi dari pengertian sebelumnya, kurikulum tidak hanya mata pelajaran dan pengalaman melainkan semua upaya sekolah untuk mempengaruhi peserta didik belajar, baik di kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah. Akhirnya, Harold B. Alberty juga memahami kurikulum sebagai all of the activities that are provided for the student by the school.

Simpulan yang didapatkan dari pengertian-pengertian para ahli tersebut, yaitu kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi didalam kelas, dihalaman sekolah maupun diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

B. Posisi Kurikulum dalam Sistem Pendidikan

Pendidikan di indonesia telah diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Dalam Penjelasan atas UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan produktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Untuk mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, harus ada suatu alat yang disebut dengan kurikulum. Dengan demikian, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Disinilah awal dari kedudukan kurikulum dalam sistem pendidikan nasional. Kedudukan ini sekaligus menunjukkan peran strategis kurikulum pendidikan, baik pendidikan formal, pendidikan nonformal maupun pendidikan informal, pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Selagi ada manusia di dunia ini, selagi itu pula kurikulum harus ada. Tidak ada pendidikan jika tidak ada kurikulum. Kedudukan kurikulum dalam sistem pendidikan nasional dipandang sangat strategis dan vital karena kurikulum akan mengarahkan semua kegiatan pendidikan, termasuk sarana dan prasarana serta orang-orang yang terlibat didalamnya untuk mencapai tujuan pendidikan.

(6)

C. Fungsi dan Kegunaan Kurikulum 1. Fungsi Kurikulum

Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru kurikulum itu berrfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsu sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu:

a. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)

Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted,

yaitu maampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, siswa pun harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.

b. Fungsi Integrasi (the integrating function)

Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-prbadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.

c. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)

Fungsi differensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.

d. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)

(7)

e. Fungsi Pemilihan (the selective function)

Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memlilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi differensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya, kesempatan bagi sisiwa tersebut untuk memlilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel.

f. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)

fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang dimlikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

2. Kegunaan Kurikulum

Kegunaan kurikulum dibagi menjadi tiga, yaitu: kegunaan kurikulum bagi guru, kegunaan kurikulum bagi sekolah, dan kegunaan kurikulum bagi masyarakat.

1). Kegunaan kurikulum bagi guru

a. Kurikulum sebagai pedoman bagi guru dalam merancang, malaksanakan, dan menilai kegiatan pembelajaran.

b. Membantu guru untuk memperbaiki situasi belajar.

c. Membantu guru menunjang situasi belajar ke arah yang lebih baik.

d. Membantu guru dalam mengadakan evaluasi kemajuan kegiatan belajar mengajar e. Memberikan pengertian dan pemahaman yang baik bagi guru untuk menjalankan

tugas sebagai pengajar yang baik di kelas.

f. Mendorong guru untuk lebih kreatif dalam penyelenggaraan program pendidikan. 2). Kegunaan kurikulum bagi sekolah

a. Kurikulum dijadikan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuanpendidikan, baik itu dalam tujuan nasional, institusional, kurikuler, maupun dalam tujuan instruksional. Dengan adanya suatu kurikulum maka tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah tertentu dapat tercapai.

b. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan (KTSP).

(8)

3). Kegunaan kurikulum bagi masyarakat

a. Sebagai acuan untuk berpartisipasi dalam membimbing putra/putrinya di sekolah (dalam hal ini orang tua sebagai bagian dari masyarakat).

b. Dengan mengetahui suatu kurikulum sekolah, masyarakat dapat berpartisipasi dalam rangka memperlancar program pendidikan, serta dapat memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan program pendidikan di sekolah. 4). Kegunaan kurikulum bagi Orang Tua

Bagi orang tua, kurikulum berkegunaan sebagai bentuk adanya partisipasi orang tua dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan putra putrinya. Bantuan yang dimaksud dapat berupa konsultasi langsung dengan sekolah/guru mengenai masalah-masalah menyangkut anak-anak mereka. Bantuan berupa materi dari orang tua anak dapat melalui lembaga BP-3. Dengan membaca dan memahami kurikulum sekolah, para orang tua dapat mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan anak-anak mereka, sehingga partisipasi orang tua ini pun tidak kalah pentingnya dalam menyukseskan proses belajar mengajar disekolah.

5). Kegunaan kurikulum bagi Siswa itu sendiri

Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun merupakan suatu persiapan bagi anak didik. Anak didik diharapkan mendapatkan sejumlah pengalaman baru yang dikemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak, agar dapat memenuhi bekal hidupnya nanti. Kalau kita kaitkan dengan pendidikan Islam, pendidikan mestinya diorientasikan kepada kepentingan peserta didik, dan perlu diberi bekal pengetahuan untuk hidup pada zamannya kelak.

D. Teori Kurikulum

(9)

adalah hal-hal yang berkaitan dengan penentuan keputusan, penggunaan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kurikulum, dan lain-lain.

Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan manusia. Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh sejumah kecakapan pekerjaan. Pendidikan berupaya mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna. Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk dapat terjun dalam kehidupan sangat bermacam-macam, bergantung pada tingkatannya maupun jenis lingkungan. Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu. Hal-hal itu merupakan tujuan kurikulum. Untuk mencapai hal-hal itu ada serentetan pengalaman yang harus dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta pengalaman-pengalaman tersebut itulah yang menjadi bahan kajian teori kurikulum.

Perkembangan teori kurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis Caswell. Dalam peranannya sebagai ketua divisi pengembang kurikulum di beberapa negara bagian di Amerika Serikat (Tennessee, Alabama, Florida dan Virginia), ia mengembangkan konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau pekerjaan (society centered) maka Caswell mengembangkan kurikulum yang bersifat interaktif. Dalam pengembangan kurikulumnya, Caswell menekankan pada partisipasi guru, berpartisipasi dalam menentukan kurikulum, menentukan struktur

organisasi dari penyusunan kurikulum, dalam merumuskan pengertian kurikulum, merumuskan tujuan, memilih isi, menentukan kegiatan belajar, desain kurikulum, menilai hasil, dan sebagainya.

Ralph W. Tylor (1949) sebagaimana dikutip Sukmadanata mengemukakan empat pertanyaan pokok yang menjadi inti kajian kurikulum: 1) Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah? 2) Pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai tujuan tersebut? 3) Bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif? 4) Bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?.

Beauchamp merangkumkan perkembangan teori kurikulum antara tahun 1960 sampai dengan 1965. la mengidentifikasi adanya enam komponen kurikulum sebagai bidang studi, yaitu: landasan kurikulum, isi kurikulum, desain kurikulum, rekayasa kurikulum, evaluasi dan penelitian, dan pengembangan teori.

(10)

kurikulum dilukiskan sebagai proses bagaimana memelihara dan mengembangkan strukturnya. Ada sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam analisis struktural-fungsional ini. Topik dan subtopik dari pertanyaan ini menunjukkan fenomena-fenornena kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan itu menyangkut: (1) pertanyaan umum tentang fenomena kurikulum, (2) sistem kurikulum, (3) unit analisis dan unsur-unsurnya, (4) struktur sistem kurikulum, (5) fungsi sistem kurikulum, (6) proses kurikulum, dan (7) prosedur analisis struktural-fungsional. Alizabeth S. Maccia sebagaimana dikutip Sukamadanata dari hasil analisisnya menyimpulkan adanya empat teori kurikulum, yaitu: (1) teori kurikulum, (2) teori kurikulumformal, (3) teori kurikulum evaluasional, dan (4) teori kurikulum praksiologi.

Mauritz Johnson (1967) membedakan antara kurikulum dengan proses pengembangan kurikulum. Kurikulum merupakan hasil dari sistem pengembangan kurikulum, tetapi sistem pengembangan bukan kurikulum. Menurut Johnson, kurikulum merupakan seperangkat tujuan belajar yang terstruktur. Jadi, kurikulum berkenaan dengan tujuan dan bukan dengan kegiatan. Berdasarkan rumusan kurikulum tersebut, pengalaman belajar anak menjadi bagian dari pengajaran.

Sukmadanata mengemukakan tiga unsur dasar kurikulum, yaitu aktor, artifak, dan pelaksanaan. Aktor adalah orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum. Artifak adalah isi dan rancangan kurikulum. Pelaksanaan adalah proses interaksi antara aktor yang melibatkan artifak. Studi kurikulum menurut Frymier meliputi tiga langkah; perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

(11)

BAB II

PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Makna Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengertian kurikulum yang semakin luas membuat para pelaksana kurikulum memberikan batasan sendiri terhadap kurikulum. Namun perbedaan pengertian tersebut tidak menjadi masalah yang besar terhadap pencapaian tujuan pendidikan, apabila pengembangan kurikulum didasarkan pada landasan dan prinsip-prinsip yang mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan kurikulum yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional. Perwujudan prinsip, aspek dan konsep kurikulum terletak pada guru. Sehingga guru memiliki tanggung jawab terhadap tercapainya tujuan kurikulum itu sendiri.

Oleh sebab itu, seorang pelaksana kurikulum perlu mengetahui dan melaksanakan beberapa landasan dan prinsip-prinsip menjadi pedoman dalam pengembangan kurikulum. Namum hal ini sering diabaikan oleh para pelaksana kurikulum, sehingga pencapaian tujuan pendidikan tidak optimal. Hal ini yang mendasari penulis untuk menyusun makalah ini. Makalah ini memaparkan apa yang menjadi landasan- landasan dan prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses pengembangan kurikulum.

B. Landasan Pengembangan Kurikulum

(12)

teori-teori belajar (learning theory). Senada dengan pendapat Robert S. Zais, Ralph W. Tyler (dalam Ornstein dan Hunkins, 1988) mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek yang melandasi suatu kurikulum.

1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis mengacu pada pentingnya filsafat dalam melaksanakan, membina, dan mengembangkan, kurikulum di sekolah. Dalam pengertian umum, filsafat adalah cara berpikir yang radikal, menyeluruh, dan mendalam (Socrates) atau suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-sedalamnya. Plato menyebut filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang kebenaran. Fisafat berupaya mengkaji berbagai masalah yang ddihadapi manusia, termasuk masalah pendidikan. Menurut Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, dan pendidikan di Indonesia pada khususnya. Ketiga system filsafat tersebut, yaitu idealisme, realisme, dan pragmatisme.

Filsafat akan menentukan arah kemana siswa dibawa. Filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing kearah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau yang dianut oleh perorangan (dalam hal ini guru) akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Falsafah yang dianutoleh suatu negara bagaimanapun akan mewarnai tujuan pendidikan di negara tersebut. Dengan demikian, tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan negara lainnya, disesuaikan dengan falsafah yang dianut oleh negara-negara tersebut. Tujuan pendidikan pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya dicapai. Tujuan ini memuat pernyataan-pernyataan (statements) mengenai kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa selaras dengan sistem nilai dan filsafat yang dianut.

(13)

2. Landasan Psikologis

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, sedangkan kurikulum adalah upaya menentukan program pendidikan untuk mengubah perilaku manusia. Oleh sebab itu, pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku itu harus dikembangkan.

a. Perkembangan Siswa dan Kurikulum

Anak sejak lahir sudah memperlihatkan keunikan-keunikan seperti pernyataan dirinya dalam bentuk tangisan atau gerakan tertentu. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebenarnya sejak lahir anak telah memiliki potensi untuk berkembang. Bagi aliran yang sangat percaya dengan kondisi tersebut sering menganggap anak sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil. J.J Rosseau, seorang ahli pendidikan bangsa Perancis termasuk yang fanatik berpandangan seperti itu. Ia berpendapat bahwa segala sesuatu itu adalah baik dari tangan Tuhan, akan tetapi menjadi rusak karena tangan manusia. Ia percaya bahwa anak harus belajar dari pengalaman langsung. Pendapat lain mengatakan bahwa anak itu adalah hasil dari pengaruh lingkungan. Hal ini bertentangan dengan pandangan Rosseau.

Selain kedua pandangan itu, ada juga yang berpandangan bahwa perkembangan anak merupakan perpaduan antara pembawaan dan lingkungan. Aliran ini mengakui akan kodrat manusia yang memiliki potensi sejak lahir, namun potensi ini akan berkembang menjadi baik dan sempurna berkat pengaruh lingkungan. Aliran ini disebut aliran konvergensi dengan tokohnya William Stern. Pandangan terakhir dikembangkan oleh Havighurst dengan teorinya tentang tugastugas perkembangan.

b. Psikologi Belajar dan Kurikulum

Psikologi belajar berkaitan dengan bagaimana individu/siswa belajar. Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubahan perilaku naik pada aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotor (keterampilan) yang terjadi karena proses pengalaman.

(14)

(faculty theory), teori behaviorisme, dan teori organismik atau cognitive gestalt field.

Pengertian mengajar menurut teori daya adalah melatih siswa dalam daya-daya tersebut. Cara mempelajarinya pada umumnya melalui hafalan dan latihan. Menurut teori gestalt, peran guru yaitu sebagai pembimbing bukan penyampai pengetahuan, dan siswa berperan sebagai pengolah bahan pelajaran. Teori ini banyak mempengarui praktik pelaksanaan kurikulum di sekolah, prinsipnya adalah:

a). Belajar itu berdasarkan keseluruhan b). Belajar adalah pembentukan kepribadian c). Belajar berkat pemahaman

d). Belajar berdasarkan pengalaman

e). Belajar adalah suatu proses perkembangan f). Belajar adalah proses berkesinambungan

g).Belajar akan lebihh berhasil jika dihubungkan dengan minat, perhatian,dan kebutuhan siswa.

3. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis mengarahkan kajian mengenai kurikulum yang dikaitkan dengan masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu pengetahuan.

1) Kurikulum dan Masyarakat

Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang terorganisasi yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya. Kurikulum sebagai program atau rancangan pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat, bukan hanya dari segi isi programnya tetapi juga dari segi pendekatan dan strategi pelaksanaanya. Penerapan teori, prinsip, dan hukum yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum harus sesuai dengan kondisi masyarakat setempat sehingga hasil belajar yang dicapai siswa akan lebih bermakna dalam hidupnya.

2) Kurikulum dan Kebudayaan

(15)

karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga hal. Pertama, ide, konsep, gagasan, nilai, norma, dan peraturan, kedua, Kegiatan dan ketiga Benda hasil karya manusia. Sekolah mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para siswa dengan salah satu alat yang disebut kurikulum. Kurikulum pada dasarnya merupakan refleksi dari cara orang berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itu, dalam mengembangkan suatu kurikulum guru perlu memahami kebudayaan.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Iptek

Pengaruh iptek cukup luas, meliputi segala bidang kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan, keamanan, dan pendidikan. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat ini maka kurikulum harus berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi.

C. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

1. Prinsip relevansi

Secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).

(16)

Dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.

3. Prinsip kontinuitas

Adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.

4. Prinsip efisiensi

Mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.

5. Prinsip efektivitas

Mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

D. Model-Model Pengembangan Kurikulum

Model adalah pola-pola penting yang berguna sebagai pedoman untuk melakukan suatu tindakan. Model dapat ditemukan dalam hampir setiap bentuk kegiatan pendidikan, seperti model pengajaran, model adtninistrasi, model evaluasi, model supervisi dan model lainnya. Menggunakan model pada perkembangan kurikulum dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Banyak sekolah/fakultas mempunyai rancangan untuk satu tahun, mereka telah memikirkan polanya untuk memecahkan masalah pendidikan atau prosedur yang tidak dapat dihindari, walaupun begitu mereka tidak mempunyai lebel kegiataanya sebagai rancangan.

Beberapa Model

(17)

Perkembangan kurikulum merupakan proses pembuatan keputusan yang terencana dan untuk merevisi produk dari keputusan tersebut berdasar pada evaluasi berkelanjutan. Sebuah model dapat mengatur proses. Menurut Taba apabila seseorang memahami perkembangan kurikulum sebagai tugas yang membutuhkan keteraturan, maka harus diketahui aturan ketika keputusan dibuat dan bagaimana cara keputusan-keputusan tersebut dibuat, untuk memastikan bahwa semua pertimbangan yang relevan telah tercakup dalam keputusan-keputusan tersebut.

1. Model Tyler

Model Tyler adalah model yang paling dikenal bagi perkembangan kurikulum dengan perhatian khusus pada fase perencanaan, dalam bukunya Basic Principles of Curriculum and Instruction. The Tyler Rationale, suatu proses pemilihan tujuan pendidikan, dikenal luas dan dipraktekkan dalam lingkungan kurikulum.Walaupun Tyler mengajukan suatu model yang komprehensif bagi perkembangan kurikulum, bagian pertarna dari model Tyler, pemilihan tujuan, mendapat banyak perhatian dari pendidik lain.

Tyler menyarankan perencana kurikulurn (1) mengidentifikasi tujuan umurn dengan mengumpulkan data dari tige sumber, yaitu pelajar, kehidupan diluar sekolah dan mata pelajaran. Setelah mengidentifikasi beberapa tujuan umurn, perencana (2) memperbaiki tujuan-tujuan ini dengan menyaring melalui dua saringan, yaitu filsalat pendidikan dan filsafat sosial di sekolah, dan pembelajaranpsikologis. (3) tujuan umum yang lolos saringan menjadi tujuan-tujuan pengajaran.

Sumber data yang dimaksud Tyler adalah

a) Kebutuhan dan minat siswa; dengan meneliti kebutuhan dan minat siswa, pengembang kurikulum mengidentifikasi serangkaian tujuan yang potensial.

b) analisa kehidupan kontemporer di lingkungan lokal dan masyarakat pada skala besar merupakan iangkah selanjutnya dalam proses merumuskan tujuan-tujuan umurn; dari kebutuhan masyarakat mengalir banyak tujuan pendidikan yang potensial. c) mata pelajaran.

(18)

yang mungkin diterapkan telah ditentukan, diperlukan proses penyaringan untuk rnenghilangkan tujuan yang tidak penting dan bertentangan.

1) Saringan Filsafat; Tyler menyarankan guru untuk membuat garis besar nilai yang merupakan komitmen sekolah.

2) Saringan Psikologis; untuk menerapkan saringan psikologis, guru harus mengklarifikasi prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Psikologi pembelajaran tidak hanya mencakup temuan-temuan khusus dan jelas tetapi juga melibatkan rumusan dari teori pembelajaran yang membantu menggarisbawahi asal usul proses pembelajaran, bagaimana proses itu terjadi, pada kondisi seperti apa, bagaimana mekanismenya dan sebagainya.

2. Model Taba

Taba menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots approach) bagi perkembangan kurikulum. Taba percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan bukan diberikan oleh pihak berwenang. Menurut Taba guru harus memulai proses dengan menciptakan suatu unit belajar mengajar khusus bagi murid-murid mereka disekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum umum. Karena itu Taba menganut pendekatan induktif yang dimulai dengan hal khusus dan dibangun menjadi suatu rancangan umum.

Menghindari penjelasan grafis dari modelnya, Taba mencantumkan lima langkah urutan untuk mencapai perubahan kurikulum, sebagai berikut :

1. Producing Pilot Units (membuat unit percontohan) yang mewakili peringkat kelas atau mata pelajaran. Taba melihat langkah ini sebagai penghubung antara teori dan praktek 2. Testing Experimental Units (menguji unit percobaan). Uji ini diperlukan untuk

mengecek validitas dan apakah materi tersebut dapat diajarkan dan untuk mcnetapkan batas atas dan batas bawah dari kemampuan yang diharapkan.

3. Revising and Consolidating (revisi dan konsolidasi). Unit pembelajaran dimodifikasi menyesuaikan dengan keragaman kebutuhan dan kemampuan siswa, sumber daya yang tersedia dan berbagai gaya mengajar sehingga kurikulum dapat sesuai dengan semua tipe kelas.

(19)

5. Installing and disseminating new units(memasang dan menyebarkan unit-unit baru).Mengatur pelatihan sehingga guru-guru dapat secara efektif mengoperasikan unit belajar mengajar di kelas mereka.

3. Model Wheeler

Menurut Wheller, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses ynag membentuk lingkaran yang terjadi secara terus menerus. Dimana ada lima fase (tahap). Setiap tahap merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis atau berturut. Artinya, kita tidak mungkin dapat menyelesaikan tahapan kedua manakala tahapan pertama belum terselesaikan. Namun demikian, manakala setiap tahap sudah selesai dikerjakan, kita akan kembali pada tahap awal. Deikian proses pengembangan sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung.

Wheller berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas lima tahap, yakni: a. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan

yang bersifat normatif yang mengandung tujuan filosofis (aim)atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis (goals). Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yakni tujuan mudah di ukur ketercapianya. b. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk

mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama.

c. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengelaman belajar.

d. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar. e. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.

Dari langkah-langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan Wheller, maka tampak bahwa pengembangan kurikulum membentuk sebuah siklus (lingkaran). Pada hakikatnya setiap tahapan pada siklus membentuk sebuah sistem yang terdiri dari komponen-komponen pengembangan yang saling bergantung satu sama lainnya.

5. Model Dynamic Skilbeck

Menurut Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic, adalah model pngembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased Curriculum Development).

(20)

memahami lima elemen pokok yang dimulai dari mennganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian.

Skilbeck menganjurkan model pengembangan kurikulum yang ia susun dapat dijadikan alternative dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah. Menurut Skilbeck langkah-langakah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:

a) Menganalisis sesuatu b) Memformulasikan tujuan c) Menyususn program

d) Interpretasi dan implementasi

e) Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi

6. Model Saylor, Alexander, Dan Lewis

Model ini membentuk curriculum planning process (proses perencanaan kurikulum). Untuk mengerti model ini, kita harus menganalisa konsep kurikulum dan konsep rencana kurikulum mereka. Kurikulum menurut mereka adalah "a plan for providing sets of learning opportunities for persons to be educated" ; sebuah rencana yang menyediakan kesempatan belajar bagi orang yang akan dididik. Namun, rencana kurikulum tidak dapat dimengerti sebagai sebuah dokumen tetapi lebih sebagai beberapa rencana yang lebih kecil untuk porsi atau bagian kurikulum tertentu.

A. Tujuan, Sasaran dan Bidang Kegiatan

Model ini menunjukkan bahwa perencana kurikulum mulai dengan menentukan atau menetapkan tujuan sasaran pendidikan yang khusus dan utama yang akan mereka capai. Saylor, Alexander dan Lewis, mengklasifikasi serangkaian tujuan ke dalam empat (4) bidang kegiatan dimana pembelajaran terjadi, yaitu : perkembangan pribadi, kompetensi social, ketrampilan yang berkelanjutan dan spesialisasi.

Setelah tujuan dan sasarn serta bidang kegiatan ditetapkan, perencana memulai proses merancang kurikulum. Diputuskan kesempatan belajar yang tepat bagi masing-masing bidang kegiatan dan bagaimana serta kapan kesempatan ini akan disediakan.

B. Cara Pengajaran

(21)

memilih metode bagaimana kurikulum dapat dihubungkan dengan pelajar. Guru pada tahap ini harus dikenalkan dengan istilah tujuan pengajaran. Sehingga guru dapat memerinci tujuan pengajaran sebelum memilih strategi atau cara presentasi.

C. Evaluasi

Akhirnya perencana kurikulum dan guru terlibat dalam evaluasi. Mereka harus memilih teknik evaluasi yang akan digunakan. Saylor, Alexander dan Lewismengajukan suatu rancangan yang mengijinkan :

(1) evaluasi dari seluruh program pendidikan sekolah, termasuk tujuan, subtujuan, dan sasaran; keefektifan pengajaran akan pencapaian siswa dalam bagian tertentu dari program, juga

(22)

BAB III

MATA PELAJARAN SEJARAH DALAM BERBAGAI KURIKULUM A. Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurikulum tahun 1974/1975

Tema pengembangan kurikulum 1975 adalah untuk menyelaraskan kurikulum SMP/SMA dengan kebijaksanaan baru di bidang pendidikan nasional, dan inovasi di bidang sistem belajar mengajar dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.

Kurikulum 1975 memandang proses pembelajaran sebagai suatu sistem dengan diperlunya disusun satuan pelajaran. Sistem ini membawa konsekuensi pada pelaksanaan penilaian kemajuan belajar siswa. Sejalan dengan pendekatan ini, kurikulum SMP tahun 1975 menuntut dilakukannya penilaian kemajuan belajar siswa pada setiap akhir satuan pelajaran yang terkecil dan memperhitungkan nilai terakhir yang akan dimasukkan dalam laporan kemajuan siswa (rapor). Sistem ini memungkinkan guru untuk mengikuti kemajuan belajar siswa dengan frekuensi yang lebih tinggi, dan akan mendorong siswa untuk belajar berkelanjutan secara aktif.

Kurikulum SMP 1975 berlaku berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 008-D/U/1975 tertanggal 17 januari 1975 tentang pembakuan Kurikulum Sekolah Mengah Umum tingkat Pertama. Kurikulum SMP 1975 tersusun atas tiga macam program pendidikan, yaitu:

1. Program pendidikan umum wajib diikuti oleh semua siswa dan meliputi pendidikan agama, pendidikan moral pancasila, pendidikan olah raga dan kesehatan, dan pedidikan kesenian

2. Program pendidikan akademis wajib diikuti oleh semua siswa dan meliputi bahasa indonesia, bahasa daerah, bahasa inggris, Ilmu pengetahuan sosial, matematika dan ilmu pengetahuan alam.

3. program pendidikan keterampilan terdiri atas pendidikan keterampilan pilihan terikat, pilihan bebas.

Dalam kurikulum SMP 1975, mata pelajaran sejarah terintegrasi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dimana IPS termasuk kedalam program pendidikan akademis yang wajib diikuti oleh semua siswa. Jam pelajaran untuk setiap minggunya untuk masing-masing kelas adalah 4 jam.

Kurikulum Sekolah Menengah Atas 1975 lahir berdasarkan surat keputusan Mneteri pendidikan dan kebudayaan RI (syarif Thayeb) nomor 008-E/U/1975 tertanggal 17 januari 1975. Didalam Buku Kurikulum SMA Tahun 1975, dijelaskan bahwa Garis-garis Besar Program Besar Pengajaran (GBPP) meliputi:

(23)

2. Bidang studi Pendidikan Moral Pancasila, 3. Bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial,

4. Bidang studi Bahasa (bahasa Indonesia, bahasa inggris, bahasa asing), 5. Bidang studi olahraga dan kesehatan,

6. Bidang studi ilmu pengetahuan alam, 7. Bidang studi matematika,

8. Bidang studi kesenian (seni tari, seni rupa, seni musik, seni drama)

9. Bidang studi keterampilan (jasa, teknik, kerajinan, pendidikan kesejahteraan keluarga, pertanian dan maritim)

Dilihat dari GBPP kurikulum SMA tahun 1974 dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran sejarah masih menjadi satu dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dimana lulusannya diharapkan menguasai pengetahuan dasar dan memiliki pengetahuan tentang berbagai unsur kebudayaan dan tradisi nasional.

B. Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurikulum tahun 1984/1985

Latar belakang perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 diantaranya, yaitu terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah, terdapat ketidakserasian anatara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik, terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah, terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan disetiap jenjang, pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja. Atas dasar perkembangan itu maka menjelang taun 1983 dianggap tidak ada kesesuaian antara kebutuhan atau tuntunan masyarakat dan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975. Oleh karena itu, diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975.

Lama pendidikan pada jenjang SMP adalah tiga tahun senilai dengan beban belajar 222 kredit. Program pendidikan pada kurikulum SMP 1984 terdiri atas program inti dan program pilihan. Program inti wajib diikuti oleh semua siswa dan mencakup kurang lebih 85% (186 kredit) dari keseluruhan program pendidikan dalam kurikulum 1984 SMP. Program inti dalam kurikulum 1984 SMP terdiri atas mata pelajaran sebagai

5. Pendidikan sejarah nasional indonesia dan sejarah dunia 6. Pendidikan pengetahuan sosial

(24)

8. Pendidikan seni

Program Pilihan merupakan program paling utama, dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dalam bidang keterampilan, kesenian olahraga dan bahasa daerah. Program pilihan untuk SMP mencakup 15% (36 kredit) dari keseluruhan program.

Didalam Kurikulum 1984 SMP mulai terdapat Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) yang berdiri sendiri dan dilaksanakan mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah. Jam pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa ini setiap minggunya untuk masing-masing kelas adalah 2 jam dan hanya dilaksanakan selama 3 semester, yaitu ketika semester genap.

Program pendidikan pada kurikulum SMA 1984 terdiri atas program inti dan program khusus. Program inti merupakan program pendidikan yang wajib bagi semua siswa dengan mengacu pada kepentingan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Program inti dalam kurikulum SMA mencakup mata pelajaran:

1. Pendidikan agama

Mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa diwajibkan selama 6 semester dengan jumlah waktu seluruhnya 12 jam pelajaran sedangkan mata pelajaran sejarah diwajibkan selama 1 atau 2 semester dengan waktu seluruhnya 4 jam pelajaran, dengan catatan mata pelajaran sejarah mencakup baik sejarah dunia maupun sebagian sejarah indonesia yang materinya tidak mencakup dalam Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa. Materi pokoknya, yaitu:

1. Kehidupan manusia prasejarah di indonesia, asia dan australia 2. Peradaban kuno di asia, afriak, eropa, dan amerika

3. Kebudayaan asia dan hubungannya dengan indonesia

(25)

5. Perkembangan agama kristen

6. Gerakan renaissance, humanisme dan masa pencerahan 7. Isme-isme besar di dunia

14. Pertumbuhan dan perkembangan negara-negara asia tenggara

15. Penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan pengaruhnya dalam masyarakat. Program khusus diadakan dengan bertitik tolak pada perbedaan bakat dan minat perorangan serta kebutuhan lingkungan. Program khusus untuk SMA mencakup kurang lebih 40 persen dari program keseluruhan. Program khusus dari kurikulum 1984 SMA terdiri dari dua jenis, yaitu program A dan program B.

C. Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurikulum tahun 1994/1995

Dengan berlakunya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional serta sekalaian peraturan pemerintah sebagi pedoman pelaksanaannya, maka kurikulum sekolah menengah umum perlu disesuaikan dengan peraturan perundangan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ditetapkan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 061/U/1993 tanggal 25 Februari tentang Kurikulum Sekolah Menengah Umum.

Adapun program pengajaran sekolah menengah umum terdiri atas program pengajaran umum dan program pengajaran khusus. Program pengajaran umum diselenggarakan di kelas I dan II SMU, sedangkan program pengajaran khusus diadakan di kelas III SMU. Program pengajaran umum mencakup bahan kajian dan pelajaran yang disusun dalam mata pelajaran sebagai berikut:

1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2. Agama

3. Bahasa dan Sastra Indonesia

4. Sejarah Nasional dan Sejarah Umum 5. Bahasa Inggris

6. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

7. Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika, Biologi, Kimia) 8. Ilmu Pengetahuan Sosial (ekonomi, sosiologi, geografi) 9. Pendidikan Seni

(26)

hingga masa kini, menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta rasa bangga sebagai warga negara indonesia, dan memperluas wawasan hubungan masyarakat antarbangsa di dunia. Bahan kajian sejarah nasional meliputi kehidupan dan perkembangan masyarakat indonesia dari masa kuno, masa tradisional, proklamasi kemerdekaan, serta upaya bangsa indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan sampai dengan masa mengisi kemerdekaan. Bahan kajian sejarah umum mencakup perkembangan baru negara-negara asia, eropa, amerika sampai dengan perang dunia II, proses perubahan dan kecenderungan pembentukan tata kehidupan dunia baru dan perkembangan ilmu dan pengetahuan dan teknologi. Jumlah jam pelajaran pendidikan sejarah perjuangan bangsa yaitu 2 jam pelajaran setiap minggunya, dengan satu jam pelajaran lamanya 45 menit.

Mata pelajaran sejarah budaya dimaksudkan untuk menanamkan pemahaman tentang adanya keterkaitan perkembangan budaya masyarakat pada masa lampau, masa kini dan mendatang sehingga siswa menyadari dan menghargai hasil dan budaya pada masa lampau dan masa kini. Bahan kajian sejarah budaya berisi kajian tentang perkembangan kebudayaan di indonesia dan diluar indonesia dari masa prasejarah hingga masa kini, perkembangan dan kecenderungan unsur-unsur budaya mutakhir, serta perananan kebudayaan dalam pembangunan nasional. Mata pelajaran sejarah budaya diajarkan pada program bahasa dengan jumlah jam pelajarannya yaitu 5 jam pelajaran setiap minggunya.

D. Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi

Untuk memahami tentang pengertian kurikulum berbasis kompetensi (KBK), perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian dari

kompetensi itu sendiri, Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.” Kay (1977) mengemukakan bahwa kompetensi selalu dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan “bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan.

(27)

performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

Dalam KBK, proses pembelajaran difokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi oleh peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam kurikulum berbasis kompetensi terdapat 9 mata pelajaran yang diajarkan yaitu, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan pengetahuan sosial, bahasa Indonesia, matematika, IPA, kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani, dan ditambahi kegiatan yang mendukung kebiasaan, dan muatan lokal.

Mata pelajaran sejarah nasional dan sejarah umum serta dalam program bahasa terdapat sejarah budaya, mulai kurikulum KBK ditiadakan. Mata pelajaran ini kemudian diintegrasikan kedalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan pengetahuan sosial.

E. Mata Pelajaran sejarah dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(28)

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan. KTSP memberikan kesempatan kepada sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terdapat 11 mata pelajaran yang diajarkan, sebagai berikut; pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani, seni budaya dan keterampilan, mulok, dan pengembangan diri.

1) Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban bangsa indonesia. materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa indonesia di masa depan.

2) Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa.

3) Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari

4) Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggungjawab dalam memelihara keseimbangan dan keselarasan lingkungan hidup.

b. tujuan

mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Membangun kesadran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupkan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan

2) Melatih daya kritis untuk memahami fakta sejarah secara besar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan

(29)

4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadapa proses terbentuknay bangsa indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga kini dan masa yang akan datang 5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai

bagian dari bangsa indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.

c. ruang lingkup

mata pelajaran sejarah untuk sekolah menengah atas meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. prinsip dasar ilmu sejarah

2. peradaban awal masyarakat dunia dan indonesia 3. perkembangan negara-negara tradisional di indonesia 4. Indonesia pada masa penjajahan

5. Pergerakan kebangsaan

6. Proklamasi dan perkembangan negara-negara kebangsaan

F. Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurikulum 2013 dan Edisi Revisi

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang sedang dalam tahap perencanaan dan saat ini sedang dalam proses pelaksanaan oleh pemerintah, karena ini merupakan perubahan dari struktur kurikulum KTSP. Perubahan ini dilakukan karena banyaknnya masalah dan salah satu upaya untuk memperbaiki kurikulum yang kurang tepat.

Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.

Meskipun silabus sudah di kembangkan oleh pemerintah pusat , namun guru tetap dituntut untuk dapat memahami seluruh pesan dan makna yang terkandung dalam silabus, terutama untuk kepentingan operasionalisasi pembelajaran. Oleh karena itu, kajian silabus tampak menjadi penting, baik dilakukan secara mandiri maupun kelompok sehingga diharapkan para guru dapat memperoleh perspektif yang lebih tajam, utuh dan komprehensif dalam memahami seluruh isi silabus yang telah disiapkan tersebut.

(30)

Untuk jam pelajaran dan pembelajaran dalam kurikulum 2013 nanti, untuk SD yang semula 10 mata pelajaran akan menjadi enam mata pelajarann yakni Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, serta Kesenian. Di lain pihak, materi IPA dan IPS menjadi tematik di pelajaran-pelajaran lainnya. Untuk Siswa SMP dari 32 jam menjadi 38 jam pelajaran per minggu. Mengacu kurikulum baru, jumlah mata pelajaran SMP yang semula 12 nanti menjadi 10 mata pelajaran. Mata ajar muatan lokal dan pengembangan diri akan melebur ke dalam mata pelajaran seni budaya dan prakarya.

Referensi

Dokumen terkait

untuk mengatur ukuran dan menggeser pada lokasi yang benar. Untuk memperbesar ukuran garis skala atau tanda arah Utara, ubah nilai atribut “size”, untuk unsur lainnya Anda

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sampai saat ini, sehingga dengan kemampuan dan semangat yang penulis

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan UNO Stacko efektif untuk meningkatkan kemampuan mengenal nilai tempat anak berkesulitan belajar.. Kata kunci:

Gács Jánostól és Lackó Máriától tudom, hogy amikor egyetemi szakdolgozatuk témájául egy kényes kérdést, a központi tervezők magatartásának modellezését

Dari hasil pembuatan dan pengujian alat ukur konsumsi energi disimpulkan hasil pengukuran yang didapatkan pada alat ukur konsumsi energi hampir sama dengan alat

Dari grafik hubungan antara Hi/gT 2 dan perubahan kemiringan n diperoleh bahwa pada kondisi stroke dan variasi yang sama, semakin kecil periode gelombang (T), pada kondisi MSL dan

Skripsi yang berjudul “ Analisis Faktor – Faktor Pertimbangan Konsumen Dalam Membeli Buku – Buku Rohani Kristen Protestan Di Rhema Bookstore Semarang “ ini digunakan