• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi 2.1.1 Pengertian implementasi - Implementasi Program Corporate Social Responsibiliti (CSR) Oleh PT. Sorikmas Mining Di Desa Banua Rakyat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi 2.1.1 Pengertian implementasi - Implementasi Program Corporate Social Responsibiliti (CSR) Oleh PT. Sorikmas Mining Di Desa Banua Rakyat"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Implementasi

2.1.1 Pengertian implementasi

Wibisono (2007) menyebutkan bahwa implementasi program CSR dipengaruhi oleh cara pandang dan strategi yang dipilih perusahaan untuk melaksanakan aktivitas tanggung jawab sosialnya. Nurdiana (2008) mengemukakan bahwa implementasi CSR merupakan pelaksanaan program- program aktivitas CSR yang telah dibuat dan direncanakan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan pada lingkungan dan masyarakat.

(2)

Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara yaitu: “Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat-pejabat kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” ( Wahab, 2001:65).

Implementasi merupakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Tindakan tersebut dilakukan baik oleh individu, pejabat pemerintah ataupun swasta. Dunn mengistilahkannya implementasi secara lebih khusus, menyebutnya dengan istilah implementasi kebijakan dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik. Menurutnya implementasi kebijakan (Policy Implementation) adalah pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu (Dunn, 2003:132).

Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan suatu program, Subarsono dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi), mengutip pendapat G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan program-program pemerintah yang bersifat desentralistis. Faktor-faktor tersebut di antaranya:

1) Kondisi lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi kebijakan, yang dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosio kultural serta keterlibatan penerima program.

2) Hubungan antar organisasi

(3)

3) Sumberdaya organisasi untuk implementasi program

Implementasi kebijakan perlu didukung sumberdaya baik sumber daya manusia (human resources) maupun sumber daya non-manusia (non human resources).

4) Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana

Yang dimaksud karakteristik dan kemampuan agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program. ( Subarsono, 2005:101).

Menurut Sobana (2005: 2) implementasi kebijakan merupakan suatu sistem pengendalian untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan dari tujuan kebijakan. Implementasi kebijakan meliputi semua tindakan yang berlangsung antara pernyataan atau perumusan kebijakan dan dampak aktualnya Berdasarkan pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa implementasi pada prinsipnya tidak hanya terbatas pada proses pelaksanaan suatu kebijakan namun juga melingkupi tindakan-tindakan atau prilaku individu-individu dan kelompok pemerintah dan swasta, serta badan-badan administratif atau unit birokrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dalam mencapai tujuan, akan tetapi juga mencermati berbagai kekuatan politik, sosial, ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap sasaran yang ingin dicapai. Dengan demikian, implementasi kebijakan dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi setelah suatu program dirumuskan, serta apa dampak yang timbul dari program kebijakan itu.

(4)

dalam buku Joko Widodo yang berjudul Good Governance telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Elemen tersebut antara lain mencakup:

1. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu. 2. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.

3. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, dan bukan apa yang bermaksud akan dilakukan.

4. Kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah mengenai sesuatu masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).

5. Kebijakan publik (positif), selalu berdasarkan pada peraturan perundangan tertentu yang bersifat memaksa (otoritatif) (Widodo, 2001;190)

2.1.2 Tahap Implementasi

Dalam pembuatan suatu sistem pasti ada tahap implementasi. yang dimaksud dengan implementasi adalah merupakan realisasi sistem yang berdasarkan pada desain yang telah dibuat. tahapan implementasi dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu sebagai berikut

1. Membuat dan menguji basis data & jaringan

Pada tahap ini adalah tahap dimana menguji basis data dan jaringan yang telah ada pada sistem dan harus diimplementasikan sebelum pemasangan program komputer.

(5)

Tahap yang kedua adalah tahap membuat dan menguji program. Pada tahap ini rencana yang telah ada dikembangkan lagi menjadi lebih rinci dan dilakukan pengujian terhadap program tersebut.

3. Memasang dan menguji sistem baru.

Pada tahapan yang ketiga ini dilakukan uji coba terhadap sistem baru tersebut, untuk meyakinkan bahwa sistem tersebut sudah terpenuhi.

4. Mengirim sistem baru kedalam sistem operasi.

Tahapan yang keempat atau tahapan yang terakhir adalah untuk menggantikan sistem yang lama dengan sistem baru yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini sistem sudah siap untuk dioperasikan.

2.2 Corporate Social Responsibility

2.2.1 Pengertian Corporate Social Responsibility

(6)

Sekitarnya”. Diharapkan melalui tulisan ini dapat memperluas wawasan pembaca tentang Corporate Social Responsibilities.

Corporate Social Responsibility versi Indonesia sering diartikan sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau ”Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha”. CSR dapat diartikan juga tindakan yang timbul dari beberapa tindakan sosial yang baik, di luar minat perusahaan yang dilakukan dengan hukum (McWilliam dan Siegal : 2001). Beberapa isu yang berkaitan dengan konsep dan penerapan CSR ini adalah isu Sustainable Development, Good Corporate Governance (GCG), Protokol Kyoto, Millenium Development Goals, dan Triple Bottom Line. Pemerintah juga mengatur CSR ini dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan UU tersebut, Bab V Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, pasal 74 ayat (1) disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Hubungan CSR dengan Sustainable Development Pembangunan berkelanjutan biasa diartikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Di Indonesia, pembangunan berkelanjutan menjadi masalah yang rumit. Diperlukan pergeseran paradigma yang bersifat parsial-fragmentatik menjadi paradigma holistik-integratif.

(7)

dan memberikan keuntungan berkelanjutan. CSR dapat meningkatkan reputasi perusahaan dimana masyarakat akan menghargai perusahaan tersebut dengan terus menyediakan sumber daya kepada perusahaan. Hubungan timbal balik antara perusahaan dan masyarakat akan melestarikan kelangsungan hidup perusahaan.

Hasnas dalam Prayogo (2008:60), menjelaskan perbedaan tiga teori, yakni stockholder theory, stakeholder theory, dan the contract social theory. Ketiga teori ini dilihat sebagai sebuah perkembangan dalam pemikiran tentang CSR. Pertama stockholder theory merupakan pemikiran dari kubu Milton Friedman, yakni menekankan kepentingan stockholder (pemilik atau investor) atas terciptanya profit dari kegiatan bisnis korporasi dalam satu pernyataannya Friedman dalam Prayogo (2008:60) juga menekankan bahwa: “there is no one and only one social responsibility of business to use its resources and engage activities designed to increase its profits so long as it stays within the rules of the game, which is to say, engage in open and free competition, without deception or fraud”.

(8)

dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta terus menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.

Substansi keberadaan CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat di sekitarnya. Ada enam kecenderungan utama yang semakin menegaskan arti penting CSR, yaitu meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin, posisi negara yang semakin berjarak kepada rakyatnya, semakin mengemukanya arti kesinambungan, semakin gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari publik yang terkadang bersifat anti-perusahaan, tren ke arah transparansi, harapan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi (B. Tamam Achda).

Lantos menggunakan klasifikasi Carrol sebagai dasar untuk melihat pelaksanaan CSR pada perusahaan yaitu:

1. Tanggung Jawab Ekonomi

Tanggung jawab ekonomi artinya bahwa tetap menguntungkan bagi pemegang saham, menyediakan pekerjaan yang bagus bagi para pekerjanya, dan menghasilkan produk yang berkualitas bagi pelanggannya.

2. Tanggung Jawab Hukum

Setiap tindakan perusahaan harus mengikuti hukum dan berlaku sesuai aturan permainan 3. Tanggung Jawab Etik

Menjalankan bisnis dengan moral, mengerjakan apa yang benar, apa yang dilakukan harus fair dan tidak menimbulkan kerusakan

(9)

Memberikan kontribusi secara sukarela kepada masyarakat, memberikan waktu, dan uang untuk pekerjaan yang baik.

CSR diterapkan kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek-aspek perilaku perusahaan (firm’s behaviour), termasuk kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci:

1. Good corporate governance: etika bisnis, manajemen sumberdaya manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja;

2. Good corporate responsibility: pelestarian lingkungan, pengembangan masyarakat (community development), perlindungan hak azasi manusia,perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya.

Dengan demikian, perilaku atau cara perusahaan memerhatikan dan melibatkan shareholder, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM, lembaga internasional dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek ekonomi, lingkungan dan sosial bisa dijadikan indikator atau perangkat formal dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan. Namun, CSR seringkali dimaknai sebagai komitmen dan kegiatan-kegiatan sektor swasta yang lebih dari sekadar kepatuhan terhadap hukum.

(10)

Tripple Bottom Lines (profit, planet dan people) yang digagas Elkington (1998). Saya menambahkannya dengan satu line tambahan, yaitu procedure. Dengan demikian, CSR adalah “Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional” (Suharto, 2008).

Dengan demikian, perilaku atau cara perusahaan memerhatikan dan melibatkan shareholder, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM, lembaga internasional dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek ekonomi, lingkungan dan sosial bisa dijadikan indikator atau perangkat formal dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan. Namun, CSR seringkali dimaknai sebagai komitmen dan kegiatan-kegiatan sektor swasta yang lebih dari sekadar kepatuhan terhadap hukum.

2.2.2 Model Implementasi Corporate Social Responsibility

Setelah mengetahui pihak – pihak yang menjadi pemangku kepentingan lengkap dengan kepentingan maupun indikator kepuasan masing–masing pihak, maka langkah selanjutnya adalah merancang bentuk kerjasama yang paling tepat yang akan ditempuh. Suatu hal yang perlu dipahami adalah bahwa berbicara tentang implementasi tanggung jawab sosial perusahaan kita sedang berbicara tentang aktivitas kerja sendiri.

(11)

itu, lingkungan fisik juga harus menjadi perhatian tersendiri dengan indikator tunggal perhatian, yaitu kelestarian lingkungan.

Dengan demikian dapatlah di pahami bahwa implementasi tanggung jawab perusahaan dan saling bekerjasama yang padu diantara semua pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Walaupun banyak pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut, namun fokus tanggung jawab sosial perusahaan adalah kesejahteraan masyarakat (Siagian,Agus, 2005-2011:91-94).

Ada yang melatarbelakangi munculnya pemikiran mengikutsertakan unsur pemerintah dalam model implementasi tanggung jawab sosial perusahaan? Kajian mendalam perihal garis pemikiran diatas setidaknya dilatarbelakangi dua hal, yaitu :

1. Asas ideology Welfare State yang dianut oleh hamper semua Negara didunia saat ini melahirkan asumsi, bahwa pemerintah sebagai personipikasi Negara memiliki kepentingan dan komitmen yang kuat dalam mensejahterakan masyarakatnya. Oleh karena itu perumusan dan penetapan kebijakan yang berkenaan dengan kesejahteraan masyarakat sepatutnya mengikutsertakan unsure pemerintah.

2. Tanggung jawab social perusahaan adalah suatu kewajiban perusahaan dianggap sebagai bagian dari performa perusahaan yang secara menyeluruh telah diatur dalam hokum dimana pemerintah merupakan pihak yang dimiliki kepentingan komitmen atas berlakunya, hal ini merupakan Konsekuensi logis dari Negara sebagai satu – satunya organisasi yang berdaulat.

(12)

pihak tersebut adalah Perusahaan – Masyarakat – Pemerintah. Melibat tiga pihak dalam bentuk kerjasama dalam proses pelaksanaan tanggung jawab perusahaan diharapkan dapat memaksimalkan kepuasan bagi perusahaan masyarakat.

Harus diuakui keterkaitan antara tiga pihak (perusahaan – masyarakat- pemerintah) adalah suatu pemikiran yang mengikut kebiasaan, sehingga oleh banyak pihak diasumsikan sebagai pemikiran yang konvensional. Namun, model tersebutlah oleh banyak pihak dianggap masih tetap sesuai untuk dilaksanakan hingga saat ini.

Hal yang penting dipahami adalah, antara perusahaan, masyarakat dan pemerintah dalanm konteks implementasi tanggung jawab sosial perusahaan dihubungkan garis kepentingan timbal balik. Setidaknya ada tiga bentuk kepentingan yang melibatkan tiga pihak tersebut dalam suatu kerjasama, yaitu:

1. Secara Konstitusional perusahaan adalah mitra pemerintah dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam, sebagaimana diatur dalam pasal 33 UUD 1945. Sehubungan dengan praktek bisnisnya dalam mengelola sumber daya alam, maka perusahaan tergantung pemerintah, khususnya dalam rangka memperoleh izin usaha.

2. Perusahaan merupakan institusi yang senantiasa member dukungan kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan kewajiban lainya sehingga pemerintah memiliki biaya operasional dalam melakukan pengelolahan pemerintahan dan pembangunan nasional. Artinya, sumber utama penerimaan pajak adalah apajak, dan sumber utama pajak adalah para pelaku usaha atau badan – badan usaha.

(13)

masyarakat setempat terhadap perusahaan dipengaruhi pula oleh perilaku perusahaan dalam member manfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat.

Dalam upaya mencapai efektivitas implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, Saidi dan Abidin mengemukakan sedikitnya 1 model atau pola yang secara umum dapat dilaksanakan di indonesia, yaitu:

1. Model keterlibatan langsung.

Perusahaan sendiri yang secara langsung mengimplementasikan program tanggung jawab social perusahaanya, tanpa tanpa keterlibatan pihak lain.

Rogovsky (2000) mengemukakan bahwa implementasi tanggung jawab sosial

perusahaan yang memiliki efektivitas yang tinggi hanya dapat dicapai jika pelaku usaha

tidak lagi berperan hanya sebagai dermawan. Sikap seperti ini menurutnya berdampak

negatif, yaitu melestarikan keuntungan pada uang kontribusi. Dalam konteks pelaksanaan

tanggung jawab sosial perusahaan, semestinya dapat dibangun suatu relasi dalam bentuk

mitra kerjasama antara perusahaan dengan masyarakat setempat dalam upaya mencapai

tujuan bersama

Rogovsky menyusun table yang menggambarkan manfaat pengelibatan masyarakat

setempat oleh perusahaan dalam mengimplementasikan program tannggung jawab sosial

perusahaan sebagai berikut:

Table 2.1

(14)

Masyarakat setempat pada Perusahaan Perusahaan pada masyarakat setempat

Reputasi yang lebih baik

Izin beroperasi secara sosial

Mampu menggunakan pengetahuan dan

tenaga kerja lokal

Keamanan yang lebih terjamin

Infrastruktur dan lingkungan sosial ekonomi

yang lebih baik

Menarik dan menjaga pribadi yang efisien

dan memiliki komitmen yang tinggi

Menarik pekerja, pemasok, pemberi

pelayanan dan konsumen setempat yang

berkualitas

Laboratorium kajian pembaruan organisasi

Peluang pencipta kesempatan kerja,

pengalaman kerja dan program latihan

Pembagian penanaman modal bagi

masyarakat, pengembangan rangka asas

Keterampilan perdagangan

Efesiensi teknik dan pribadi pekerja yang

terlibat

Keterwakilan ekonomi sebagai strategi

ptomosi bagi prakarsa masyarakat setempat

2.2.3 Konsekwensi penerapan Model implementasi

(15)

yang dikemukakan, Model tanggung jawab sosial perusahaan setidaknya ada dua alas an dari argumentasi seperi ini, yakni:

Model yang terbaik diterpkan adala model yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Sementara masyarakat Indonesia sangat beraneka ragam, baik ditinjau dari aspek budaya, wawasan dan pendidikan keterampilan sosial ekonomi maupun kohesi sosialnya. Semuanya merupakan variable pengaruh terhadap model implementasi program tanggung jawab social. Penerapan suatu model implementasi program tanggung jawab social menuntut berbagai konsekwensi logis yang justru menjadi prasyarat implementasi dari model tersebut. Oleh karena itu hal terpenting bukanlah penetapan model yang bagaimana yang dianut dalam model implementasi program tanggung jawab social. Hal ini yang paling penting adalah berbagai konsekwensi logis yang mengikuti penetapan implementasi model dimaksud. Berikut ini diuraikan contoh – contoh model implementasi program tanggung jawab sosial dengan konsekwensi logisnya :

1. Model perusahaan- Msyarakat

(16)

tanggung jawab sosial ditumpangkan pada unit manager hubungan masyarakat. Kecenderungan ini menimbulkan image negative bagi masyarakat atau setidaknya kalangan yang paham, bahwa pelaksanaan program tanggung jawab sosial hanya sebagai lipstik.

Sesungguhnya perusahaan tersebut tidak memiliki niat yang tulus dalam memberikan khidmat atas kehadiran perusahaan tersebut bagi kehidupan masyarakat setempat. Disamping itu kebijakan menjadi program dan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan merupaka wujud dari sikap mental instan dari pelaku usaha. Cara berpikir tersebut sangat keliru, karena image masyarakat terhadap perusahaan tidak boleh di iringi dan dipaksa melalui media massa.Namun image sesungguhnya jauh lebih agung dari sekedar opini public (Siagian, Suriadi, 2005-2011 :93-103).

2.3 Perusahaan

2.3.1 Pengertian Perusahaan

(17)

Secara umum perusahaan (business) adalah suatu organisasi di mana sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output) bagi pelanggan. Tujuan dari perusahaan secara umum ialah laba/keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut.

Setiap perusahaa memiliki budaya tertentu yang tercermin dari perilaku para pegawainya, kebijakan – kebijakan yang diterapkan dan peraturan- peraturan yang harus ditaati bersama. Budaya perusahaan adalah apa yang dialami oleh masing – masing pegawaui sebagai bagian dari lingkungan berbasis tertentu. Deal &Kennedy (1982) dalam bukunya Corporate Cultures, mendefenisikan empat elemen budaya perusahaan, yaitu lingkungan bisnis, nilai –nilai, cerita – cerita kepahlawanan, dan ritual-ritual. Mccarty dan Steck (1989) menambahkan beberapa aspek lagi, yaitu hakekat industri,demografi para pekerja, persepsi perusahaan, masalah-masalah para pegawai di perusahaan. Aspek –aspek tersebut berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, apakah perusahaan tersebut merupakan kantor pusat atau kantor cabang, apakah para individu yang bekerja diperusahaan itu menyukai pekerjaanya, dan apakah para pegawai mampu menyeimbangkan antara tekanan pekerja dan keluarga (suharto,2007:96).

(18)

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Bagi perusahaan 1. Meningkatkan Citra Perusahaan

Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih mengenal perusahaan sebagai

perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat.

2. Memperkuat“Brand”Perusahaan

Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen dengan cara

membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran konsumen akan

keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi brand perusahaan

3. Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan.

Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu mengerjakan

sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah

daerah, masyarakat, dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi

yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut.

4. Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya

Jika CSR dilakukan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai kesempatan

menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga dapat membedakannya dengan

pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang sama.

5. Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh Perusahaan

Memilih kegiatan CSR yang sesuai dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan

kreativitas. Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi

dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi

(19)

6. Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi Perusahaan.

Para investor saat ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya berinvestasi pada

perusahaan yang telah melakukan CSR. Demikian juga penyedia dana, seperti

perbankan, lebih memprioritaskan pemberian bantuan dana pada perusahaan yang

melakukan CSR.

7. Meningkatkan Harga Saham

Pada akhirnya jika perusahaan rutin melakukan CSR yang sesuai dengan bisnis utamanya dan melakukannya dengan konsisten dan rutin, masyarakat bisnis, pemerintah, akademisi, maupun konsumen akan makin mengenal perusahaan. Maka permintaan terhadap saham perusahaan akan naik dan otomatis harga saham perusahaan juga akan meningkat (Sinarharapan.co.id)

2.3.4 Peraturan Perundangan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(20)

dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang dilaksanakan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Pengaturan tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut dimaksudkan untuk: 1. Meningkatkan kesadaran Perseroan terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosial dan

lingkungan di Indonesia.

2. Memenuhi perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan.

3. Menguatkan pengaturan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan sesuai dengan bidang kegiatan usaha Perseroan yang bersangkutan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai: 1. Tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh Perseroan dalam

menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan Undang-Undang.

2. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dilakukan di dalam ataupun di luar lingkungan Perseroan.

3. Tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan yang memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya. 4. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan disusun dengan memperhatikan

kepatutan dan kewajaran.

(21)

6. Penegasan pengaturan pengenaan sanksi Perseroan yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

7. Perseroan yang telah berperan dan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat diberikan penghargaan oleh instansi yang berwenangan.

2.3.5 Pandangan Dunia Usaha Terhadap CSR di Indonesia

Ada satu pertanyaan mendasar yaitu “Motivasi apa yang melatarbelakangi kalangan dunia usaha / perseroan terbatas dalam menerima konsep CSR?. Menurut Yusuf Wibisono, dalam bukunya “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR” mengatakan bahwa ada 3 (tiga) kategori perusahaan dalam menerapkan CSR di Indonesia.

Pertama, sekedar basa-basi dan keterpaksaan. Artinya CSR dipraktekkan karena faktor eksternal (external driven). Juga karena reputation driven. Yang masih hangat dalam ingatan kita, misalnya saat bencana tsunami di Aceh dan Sumut terjadi. Korporasi besar dan kecil seperti dikomando untuk berebut memberikan bantuan uang, medis, sembako dan lain-lain. Kemudian perusahaan berlomba-lomba menginformasikan kontribusinya melalui media massa.

(22)

ecolabelling , suatu tanda bukti bahwa kayunya diambil secara bijaksanan dengan memperhatikan lingkungan, seperti tidak menebang kayu seenaknya tanpa upaya peremajaan.

Ketiga, bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance. CSR dipraktekkan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan usaha. Dengan demikian, CSR bukan lagi sekedar aktifitas tempelan yang kalau terpaksa bisa dikorbankan demi mencapai efisiensi, namun CSR merupakan nyawa korporasi. CSR disikapi secara strategis dengan melakukan alignment antara inisiatif CSR dengan strategi korporasi.

2.4 Triple Bottom Line

(23)

pemenuhan kesejahteraan masyarakat (People) , Serta turut berperan aktif dalam menjamin pemeliharaan dan pelestarian lingkungan (Planet).

Elkington menegaskan , ketiga unsur tersebut senantiasa berada dalam kondisi kait- mengakait. Interaksi saling terkait di antara ketiga unsur tersebut selanjutnya dilukiskan Elkington dalam bentuk segitiga sebagai berikut:

People

Planet Profit

Lukisan ini menegaskan bahwa suatu perusahaan tidak boleh lagi dihadapkan pada unsur tanggung jawab yang berpijak pada suatu garis saja, yaitu berupa aspek ekonomi yang senantiasa hanya diukur berdasarkan keadaan keuangan sebagai gambaran dari tingkat dan besarnya keuntungan perusahaan. Bagaimanapun perusahaan senantiasa dihadapkan pada tanggung jawab lainya adalah memperhatikan aspek sosial, khususnya kesejahteraan masyarakat lokal dan pemeliharaan serta pelestarian lingkungan sebagai umpan balik dari eksploitasi terhadap sumber daya alam (Elkington,1998).

(24)

Mencapai keuntungan memang selalu menjadi tanggung jawab ekonomi yang utama dari menajemen jajaran eksekutif perusahaan yang senantiasa harus di pertanggung jawabkan kepada pemegang saham (Nugroho,2006).

Selain pemegang saham bagi perusahaan mmng sangan penting dalam upaya menjamin keberlangsungnya hidup perusahaan, terutama dalam rangka ekpensi usaha yang selama ini menjadi unsur filosopis setiap pelaku usaha.Dalam upaya meningkatkan keuntungan, maka perusahaan dituntut maupun meningkatkan produtivitas dan melakukan pula penghematan. Dengan cara seperti ini perusahaan akan memperoleh nilai tambah optimum dan memiliki keuntungan / keunggulan dalam kancah persaingan yang makin ketat sebagai syarat bagi pengembangan perusahaan tersebut (Nugroho,2006:74).

(25)

rasional disisni adalah pemikiran komporatif seputar Cost dan benefit atas kehadiran suatu perusahaan terhadap kehidupan masyarakat lokal.

Lingkungan adalah satu unsur yang senantiasa terkait dengan kehidupan kita. Semua aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh semua mahluk di bumi ini senantiasa baerkaitan dengan lingkungan. Bahkan semua sumber daya yang digunakan oleh semua unsur dalam tiap – tiap aktivitas ekonominya secara pasti bersumber dan terdapat pada lingkungan. Manusia merupakan mahluk ciptaan tuhan yang maha Esa paling sempurna, karena diperlengkapi dengan akal atau pikiran, perasaan dan kehendak. Sebagai mahluk tuhan paling sempurna, maka manusia memilki kuasa untuk mengelola lingkungan. Sebagai manusia dengan lingkungan adalah berupa kaitan sebab – akibat. Hal ini jika berarti manusia memelihara lingkungan maka lingkungan pun akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia itu. Sebaiknya jika manusia merusak lingkungan maka manusia pun akan menerima dampak neghatifnya. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh manusia, sepadan dengan perilaku manusia tadi. Apakah manusia akan menerim,a manfaat atau justru menderita, segalanya tergantung kepada bagaimana manusia memperlakukannya (Siagian,2008:76).

(26)

1. Mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya

2. Menyediakan pedoman tentang penerjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-kegiatan yang efektif

3. Memilih praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional. ISO 26000 Guidance standard on social responsibility secara konsisten mengembangkan tanggung jawab sosial maka masalah social responsibility akan mencakup 7 (tujuh) isu pokok yaitu:

1. Pengembangan masyarakat 2. Konsumen

3. Praktek kegiatan institusi yang sehat 4. Lingkungan

5. Ketenagakerjaan 6. Hak asasi manusia

7. Organizational governanceial perusahaan yang diberi

Prinsip-prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar bagi pelaksanaan yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggung jawab sosial menurut ISO 26000 meliputi:

1. Kepatuhan kepada hukum

2. Menghormati kepada instrument/ badan-badan internasional 3. Menghormati stakeholders dan kepentingannya

(27)

6. Perilaku yang beretika

7. Melakukan tindakan pencegahan

8. Menghormati dasar-dasar hak asasi manusia

Terkait dengan ISO 26000 ini, pada proses sebelumnya telah ada pula pihak yang menyebarluaskan asas-asas utama yang dapat digunakan sebagai acuan implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan. Asas-asas utama tersebut dirangkum oleh (Alyson dari University of Bath Inggris) pada tahun 1998 menjadi 16 asas meliputi:

a. Pengutamaan oleh perusahaan

Artinya pengakuan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan sebagai prioritas tertinggi perusahaan sekaligus dijadikan sebagai penentu utama pembangunan berkesinambungan. Berdasarkan asas ini, maka perusahaan seharusnya membuat kebijakan program dalam menjalankan operasi ekonomi perusahaannya dengan cara yang bertanggung jawab sosial.

b. Pengelolaan terpadu

Pihak perusahaan dituntut memadukan kebijakan program, dan aktivitas ekonomi sebagai implementasi program ke dalam setiap aktivitas ekonominya sebagai suatu unsur pengelolaan dalam semua fungsi pengelolaan.

c. Proses perbaikan dan penyempurnaan

(28)

d. Pendidikan pekerja

Pihak perusahaan tidak hanya memanfaatkan tenaga dan ketrampilan para pekerja. Lebih dari itu, pihak perusahaan harus meningkatkan ketrampilan para karyawan, dengan melaksanakan secara bertahap dan sistematis pendidikan dan pelatihan serta senantiasa meningkatkan motivasi karyawan agar terciptanya hubungan yang baik antara perusahaan dengan karyawan.

e. Pengkajian

Pihak perusahaan dituntut melakukan kajian berkenaan dengan dampak social sebelum memulai suatu aktivitas ekonomi atau proyek baru dan sebelum menutup lokasi pabrik. Kajian ini ditekankan karena setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan pihak perusahaan senantiasa terkait atau berpengaruh, baik ke arah perusahaan maupun ke luar dari perusahaan. Perusahaan diharapkan mengkaji segala resiko yang akan dan telah terjadi di sekitar perusahaan dan segera menanggulangi keadaan tersebut.

f. Produk dan pelayanan

Pihak perusahaan dituntut untuk senantiasa mengembangkan produk dan pelayanan yang tidak berdampak negatif secara sosial maupun lingkungan. Berdampak negatif kepada lingkungan dapat menyebabkan keruskan pada lingkungan hidup sekitar perusahaan dan mengakibatkan terjadinya masalah terhadap kehidupan masyaraat sekitar.

g. Informasi publik

(29)

h. Fasilitas dan operasi

Pihak perusahaan harus mengembangkan, merancang, dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan aktivitas ekonomi yang mempertimbangkan hasil penelitian dan kajian berkenaan dengan dampak social. Hal ini dianggap perlu, karena setiap kajian itu, hasil kajian terkini harus diketahui dan digunakan oleh perusahaan dalam semua praktek ekonominya.

i. Penelitian

Perusahaan diharapkan tidak hanya sebagai pengguna hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai pihak, melainkan harus mendukung atau melakukan penelitian tentang dampak sosial bahan baku yang akan digunakan pada proses produksi.

j. Pencegahan

Dampak dari suatu aktivitas ekonomi sering harus dibayar mahal oleh masyarakat melalui bencana yang ditimbulkan oleh perusahaan. Oleh karena itu tindakan pencagahan terhadap bencana harus selalu diutamakan.

k. Mitra kerja dan pemasok

Pihak perusahaan tidak cukup hanya mengimplementasikan tanggung jawab social dalam aktivitas ekonomi mereka. Lebih jauh lagi, perusahaan harus secara aktif mendorong pihak lain untuk ikut serta dalam pengimplementasian tanggung jawab sosial perusahaan ini, termasuk mitra kerja dan pemasok.

l. Siap menghadapi keadaan darurat

(30)

m. Implementasi pengalihan yang terbaik

Kesempatan bagi suatu perusahaan untuk melakukan aktivitas ekonomi di suatu tempat ada kalanya terbatas. Keadaan seperti ini biasanya terjadi bagi perusahaan yang menggunakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Pada situasi

seperti ini perusahaan melakukan pengembangan dan pengalihan kegiatan ekonomi yang bertanggung jawab terhadap sosial dan lingkungan sekitar.

n. Memberi kontribusi

Perusahaan harus memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dengan keberlangsungan perusahaan tersebut

o. Keterbukaan

Pihak perusahaan harus mengembangkan sifat keterbukaan baik kepada pekerjanya dan masyarakat sekitar. Sifat keterbukaan ini sangat diperlukan guna memberikan efek percaya di depan karyawan dan masyarakat setempat.

p. pencapaian dan pelaporan

(31)

2.5 Kerangka Pemikiran

Implementasi program CSR terkait dengan cara pandang terhadap kegiatan CSR yang dimiliki oleh perusahaan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni faktor eksternal (reputation driven dan market driven) dan faktor internal (memenuhi kewajiban). Cara pandang perusahaan PT.SORIKMAS MINING terhadap kegiatan CSR dan strategi pelaksanaan CSR mempengaruhi implementasi kegiatan CSR oleh perusahaan tersebut. Strategi pelaksanaan program-program yang dimaksud dapat berupa kerjasama dengan pihak ketiga, yayasan milik perusahaan atau dilakukan oleh perusahaan itu sendiri.

Strategi pelaksanaan program CSR dipengaruhi oleh standar yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan CSR tersebut. Selain dipengaruhi oleh strategi yang dipilih dan cara pandang yang digunakan oleh PT.Sorikmas mining untuk melihat konsep CSR, implementasi aktivitas CSR dipengaruhi oleh keefektifan organisasi yang dimliki oleh perusahaan tersebut dengan konsep organisasi sebagai alat pencapaian tujuan. Suatu organisasi dikatakan memiliki tingkat keefektifan yang tinggi apabila organisasi tersebut berhasil melakukan pencapaian tujuan berdirinya organisasi tersebut.

(32)

internal, dan komunikasi. Aspek-aspek yang selanjutnya diukur dalam penelitian ini adalah aspek-aspek yang mempengaruhi efektivitas implementasi kegiatan CSR, antara lain evaluasi.

Dalam rangka pelaksanaan program CSR, tentu perusahaan menyusun tahapan-tahapan, seperti sosialiasi, perencanaan program, dan implementasi program di masing-masing bidang. Melalui sosialisasi, pihak perusahaan mengenalkan perusahaan berikut program CSRnya kepada masyarakat yang menjadi kelompok sasar program. Tahap ini sangat penting agar masyarakat memahami apa sesungguhnya program CSR tersebut.

Selanjutnya melalui perencanaan program, pihak perusahaan berupaya menerima masukan dari masyarakat tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan. Tujuannya adalah agar kagiatan yang akan dilaksanakan dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Dalam pelaksanaan perencanaan ini, pihak perusahaan harus mampu memotivasi masyarakat untuk mau secara terbuka mengajukan usul atau pendapat agar dalam diri mereka terbangun rasa memiliki terhadap program yang akan dilakukan.

Setelah perencanaan program dilakukan, maka pihak perusahaan dengan bekerja sama dengan masyarakat kemudian melaksanakan program tersebut. Dalam pelaksanaan program, tentu perusahaan melibatkan masyarakat. Hal ini merupakan akibat wajar dari prinsip pembangunan yang menjadikan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan.

(33)

Gambar 2.1 Bagan Alir Pikiran

2.6 Definisi konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara fenomenal sosial yang akan dikaji. Untuk menghindari salah pengertian atas maka konsep – konsep yang dijadikan objek penelitian , maka seseorang

PT. SORIKMAS MINING

UU PERSEROAN TERBATAS

PROGRAM CSR

TAHAPAN DAN BIDANG I. Sosialisasi

II. Perencanaan III.Imlementasi:

1.Peningkatan sosial ekonomi 2.Keagamaan

3.Kesehatan 4.Pendidikan 5.Lingkungan 6.Infrastruktur

KELOMPOK SASAR: MASYARAKAT DESA BANUA RAKYAT

(34)

peneliti harus menegaskan dan membatasi maka konsep – konsep yang dilteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan maka konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep, Secara sederhana defenisi diartikan sebagai batasan arti. Perumusan defenisi konsep dalam suaru penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah satu pengertian atas konsep yang diteliti .Dengan kata lain, peneliti berupaya mengiring para pembaca hasil penelitian untuk memekai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh sipeneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian,2011 : 136-138). Untuk lebih memahami pengertian tentang konsep – konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Implementasi merupakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Tindakan tersebut dilakukan baik oleh individu, pejabat pemerintah ataupun swasta. Dunn mengistilahkannya implementasi secara lebih khusus, menyebutnya dengan istilah implementasi kebijakan dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik. Menurutnya implementasi kebijakan (Policy Implementation) adalah pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu (Dunn, 2003:132).

(35)

procedure. Dengan demikian, CSR adalah “Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yangtepat dan profesional” (Suharto, 2008).

3. PT.Sorikmas Mining adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang Tambang yang bersifat lintas provinsi, kecamatan dan kabupaten. Perusahaan ini bukanlah perusahaan yang khusus bertujuan meningkatkan kondisi masyarakat, tetapi akan berkewajiban berpartisifasi untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat disekitar pertambangan.

4. Proses pelaksanaan CSR meliputi kegiatan yang dilakukan mulai dari sosialisasi, perencanaan kegiatan hingga pelaksanaan kegiatan untuk masing-masing bidang.

2.7 Definisi operasional

Defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep – konsep, baik berupa objek, peristiwa, maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan defenisi operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep kedunia nyata sehingga konsep–konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011:141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional proses pelaksanaan CSR adalah sebagai berikut :

1. Tahap sosialisasi: Pada tahap ini pihak perusahaan mengenalkan program kepada masyarakat, meliputi:

(36)

b. Diundang atau tidak masyarakat menghadiri c. Kehadiran masyarakat

d. Materi sosialisasi

e. Tingkat kepuasan masyarakat atas pelaksanaan sosialisasi

2. Tahap perencanaan: Pada tahap ini pihak perusahaan bersama masyarakat merencanakan kegiatan CSR, meliputi:

a. Ada tidaknya perencaaan dilakukan

b. Diundang atau tidak masyarakat menghadiri c. Kehadiran masyarakat

d. Ada tidaknya usul masyarakat

e. Jenis atau bentuk-bentuk usul masyarakat

f. Tingkat kepuasan masyarakat atas pelaksanaan perencanaan 3. Implementasi bidang peningkatan sosial ekonomi, meliputi:

a. Jenis-jenis kegiatan

b. Tingkat kesuaian kegiatan dengan kebutuhan masyatakat c. Kegiatan yang sangat sesuai

d. Kegiatan yang sesuai e. Kegiatan yang tidak sesuai f. Kegiatan yang sangat tidak sesuai

g. Tingkat kepuasan masyarakat atas pelaksanaan kegiatan 4. Implementasi bidang keagamaan, meliputi:

a. Jenis-jenis kegiatan

(37)

c. Kegiatan yang sangat sesuai d. Kegiatan yang sesuai e. Kegiatan yang tidak sesuai f. Kegiatan yang sangat tidak sesuai

g. Tingkat kepuasan masyarakat atas pelaksanaan kegiatan 5. Implementasi bidang kesehatan, meliputi:

a. Jenis-jenis kegiatan

b. Tingkat kesuaian kegiatan dengan kebutuhan masyatakat c. Kegiatan yang sangat sesuai

d. Kegiatan yang sesuai e. Kegiatan yang tidak sesuai f. Kegiatan yang sangat tidak sesuai

g. Tingkat kepuasan masyarakat atas pelaksanaan kegiatan 6. Implementasi bidang pendidikan, meliputi:

a. Jenis-jenis kegiatan

b. Tingkat kesuaian kegiatan dengan kebutuhan masyatakat c. Kegiatan yang sangat sesuai

d. Kegiatan yang sesuai e. Kegiatan yang tidak sesuai f. Kegiatan yang sangat tidak sesuai

g. Tingkat kepuasan masyarakat atas pelaksanaan kegiatan 7. Implementasi bidang lingkungan, meliputi:

(38)

b. Tingkat kesuaian kegiatan dengan kebutuhan masyatakat c. Kegiatan yang sangat sesuai

d. Kegiatan yang sesuai e. Kegiatan yang tidak sesuai f. Kegiatan yang sangat tidak sesuai

g. Tingkat kepuasan masyarakat atas pelaksanaan kegiatan 8. Implementasi bidang infrastruktur, meliputi:

a. Jenis-jenis kegiatan

b. Tingkat kesuaian kegiatan dengan kebutuhan masyatakat c. Kegiatan yang sangat sesuai

d. Kegiatan yang sesuai e. Kegiatan yang tidak sesuai f. Kegiatan yang sangat tidak sesuai

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Alir Pikiran

Referensi

Dokumen terkait

Melalui kegiatan diskusi, siswa mampu membuat laporan tertulis hasil wawancara menggunakan kosa kata baku dan kalimat efektif dengan benar.. Bagian-bagian tubuh hewan

Sutomo Surabaya Pemetaan daerah rawan penumonia Sistem Informasi Geografis Guna Pemetaan Data Kejadian Penyakit Untuk Keperluan Surveilens dan Kewaspadaan Dini Di

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan media pembelajaran Buku Saku Fusion Food sebagai sumber belajar di SMK, (2) mengetahui penilaian ahli materi dan ahli

idikator, (4) kesesuaian LKS dengan tujuan pembelajaran, (5) penggunaan kalimat yang disesuaikan dengan kecerdasan dan bahasa anak, (6) cerita yang di gunakan dalam LKS memiliki

Dalam merancang alat penyimpan dan pendingin susu dengan memanfaatkan sumber energi dari biogas ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan, diantaranya

Dalam penelitian ini, penulis memperoleh suatu titik temu dari fenomena gerhana bulan penumbra dari kajian ilmu astronomi, kemudian implikasi dari fenomena ini terhadap

Untuk pertumbuhan Industri Manufaktur Besar dan Sedang (y-on-y) triwulan IV tahun 2015 Provinsi Gorontalo terjadi kenaikan sebesar 4,32 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel kepuasan kerja dan komitmen organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai bank Kalsel baik