• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Sistem keuangan merupakan salah satu kreasi yang paling krusial dalam

masyarakat modern dewasa ini. Tidak dapat dibayangkan, ketiadaan sistem keuangan

akan membawa perekonomian ke era terbelakang. Sistem pembayaran dan

intermediasi tidak mungkin akan terlaksana tanpa adanya sistem keuangan. Tugas

utama sistem keuangan dalam perekonomian modern adalah memindahkan dana dari

penabung kepada peminjam yang membutuhkan dana untuk membeli barang-barang

dan jasa-jasa serta melakukan investasi dalam bentuk peralatan-peralatan baru

sehingga perekonomian dapat tumbuh dan pada akhirnya akan meningkatkan standart

kehidupan. Sistem keuangan dapat diartikan sebagai kumpulan institusi, pasar,

ketentuan perundangan, peraturan-peraturan, dan teknik-teknik dimana surat-surat

berharga diperdagangkan, tingkat bunga ditetapkan, dan jasa-jasa keuangan (financial services) dihasilkan serta ditawarkan keseluruh bagian dunia. (Rose, 2000).

Sistem perbankan merupakan salah satu yang termasuk didalam sistem

keuangan, yang pada dasarnya merupakan tatanan perekonomian dari suatu negara

yang memiliki peran utama dalam menyediakan fasilitas jasa keuangan. Peranan

perbankan selain sebagai lembaga penghimpun dana dari masyarakat, Bank juga

merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan. Bank mempunyai peran yang

sangat penting dalam perekonomian yaitu sebagai perantara dibidang keuangan yang

(2)

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara. Perkembangan bank di

suatu negara dapat dijadikan sebagai tolok ukur kemajuan dari negara tersebut.

Bank mempunyai fungsi sebagai penyalur dana, dengan menghimpun dana

dari pihak yang mempunyai kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada

pihak yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Fungsi sebagai penyedia

dana ini menyebabkan pengaruh dominan perbankan terhadap perekonomian dalam

hubungannya dengan pendanaan organisasi bisnis atau perusahaan.

Dalam praktiknya bank dibagi dalam beberapa jenis. Jika ditinjau dari segi

fungsinya bank dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu: Bank Sentral, Bank Umum,

dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank sentral merupakan bank yang mengatur

berbagai kegiatan yang berhubungan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan

disuatu negara. Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan ketentuan perundangan, dalam

kegiatannya menghimpun dana, dapat menerima tabungan dan deposito berjangka,

namun tidak dibenarkan menerima simpanan giro dan tidak diperkenankan

memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum, berdasarkan

peraturan, dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dalam bentuk

simpanan giro, tabungan, dan deposito berjangka, lalu menyalurkannya kepada

masyarakat terutama dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Bank umum

dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Baik bank

umum maupun BPR dapat menjalankan kegiatan perbankan konvensional dan

(3)

pemerintah, bank-bank umum swasta, bank-bank umum asing dan bank umum

koperasi. Bank-bank umum pemerintah adalah Bank Negara Indonesia 1946, Bank

Tabungan Negara, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Ekspor Impor

Indonesia.

Bank Mandiri sebagai bank konvensional yang mempunyai aset bank terbesar,

dimana bank ini lahir dari penggabungan empat bank BUMN yaitu Bank Exim, Bank

Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), dan Bank Pembangunan Indonesia

(Bapindo). Penggabungan ini dilakukan Bank Indonesia karena ketidakmampuan

bank dalam menghadapi krisis moneter di tahun 1997. Dengan merestrukturisasi bank

tersebut, bertujuan agar kinerja Bank Mandiri lebih baik dan dapat membantu

menstabilkan perekonomian. Volume usaha bank Mandiri dari tahun ke tahun

mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Bank Mandiri berfokus pada segmen

korporasi, komersial, mikro dan ritel, serta pembiayaan konsumen dengan strategi

yang berbeda di setiap bisnisnya dan bersinergi dengan seluruh segmen pasar yang

ada. Berdasarkan data yang dikemukakan di Bursa Efek Indonesia total aset Bank

Mandiri mengalami peningkatakan setiap tahunnya, Hingga Desember 2012, total

aset Bank Mandiri telah mencapai Rp.635,6 triliun, dimana jumlah ini naik dari total

aset di tahun 2008 (sebesar Rp.358,4 triliun), atau tumbuh 14,85%. Ini mengukuhkan

posisi Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia. Kredit Bank Mandiri juga

tumbuh menjadi Rp.388,8 triliun di tahun 2012, meningkat 23,02% dari kredit tahun

2008 yang sebesar Rp.174,4 triliun. Selain menjadi bank pemberi pinjaman terbesar

(4)

terbesar di Indonesia dengan dana pihak ke tiga sebesar Rp.482,9 triliun di tahun

2012. Meningkat sebanyak14,33% dari tahun 2008 yaitu sebesar Rp.289,1 triliun

(www.bankmandiri.co.id). Salah satu momen penting adalah suksesnya Bank Mandiri

melakukan rights issue pada Februari 2011 untuk memperkuat permodalan bank. Dengan ini, modal Bank Mandiri telah mencapai Rp.62,7 triliun, meningkat dari

tahun ke tahun dan menjadi bank pertama di Indonesia yang meraih gelar Bank

Internasional, sesuai dengan Banking Architecture atau Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

Selain Bank Mandiri Konvensional di Indonesia terdapat juga Bank Syariah

Mandiri, yaitu Bank Mandiri yang menjalankan fungsinya berdasarkan

prinsip-prinsip syariah. Bagi perbankan konvensional, keuntungan diperoleh dari selisih

bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan, dengan bunga pinjaman atau

kredit yang disalurkan. Sedangkan bagi yang berdasarkan prinsip syariah, keuntungan

bukan diperoleh dari bunga melainkan dari sistem bagi hasil.

Bank Syariah Mandiri merupakan bank syariah kedua yang berdiri di Indonesia

setelah Bank Muamalat Indonesia. Secara khusus perkembangan Bank Syariah

Mandiri sangat pesat, berdasarkan laporan keuangan Bank Syariah Mandiri dapat

dilihat jumlah aset yang dimilikinya pada periode tahun 2008-2012 yaitu sebesar

Rp.17,06 triliun di tahun 2008 naik menjadi Rp.54,23 triliun di tahun 2012 atau naik

rata-rata 34,04% per tahun, pembiayaan yang disalurkan tahun 2008 dari Rp.13,278

triliun meningkat menjadi Rp.43,45 triliun ditahun 2012 atau naik rata-rata 34,05%

(5)

menjadi Rp.47,41 triliun di tahun 2012 atau naik rata-rata 34,41%

(www.syariahmandiri.co.id).

Bank Mandiri merupakan bank terbesar di Indonesia dalam jumlah pinjaman

aset dan deposit. Nasabah Bank Mandiri yang terdiri dari berbagai segmen

merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia. Berdasarkan sektor usaha,

nasabah Bank Mandiri bergerak dibidang usaha yang sangat beragam. Sedangkan

Bank Syariah Mandiri merupakan bank syariah kedua yang di buka setelah Bank

Muamalat yang merupakan bank BUMN pertama yang menggunakan istilah dual banking dimana bank-bank islam dapat berdampingan dengan bank-bank konvensional. Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri memiliki perbedaan yang

terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan

sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank konvensional justru

kebalikannya. Sistem bagi hasil yang diterapkan dalam produk-produk perbankan

syariah menyebabkan bank tersebut relatif mempertahankan kinerjanya dan tidak

terlalu terpengaruh oleh tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga beban

operasional lebih rendah dari bank konvensional (Rindawati: 2007). Berikut disajikan

data rasio keuangan dari Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri pada tahun 2008

(6)

Tabel 1.1

Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri Rasio

(%)

Bank Syariah Mandiri Bank Mandiri

2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat perbandingan dari rasio keuangan Bank Syariah

Mandiri dengan Bank Mandiri. Dari segi permodalan, Bank Mandiri lebih unggul

daripada Bank Syariah Mandiri. Sedangkan dari segi likuiditas, Bank Syariah

Mandiri lebih unggul daripada Bank Mandiri dan lebih memenuhi standar peraturan

BI yaitu antara 85%-110%. Dari segi BOPO tidak terdapat perbedaan yang cukup

besar antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri. Namun dari segi ROE Bank

Syariah Mandiri lebih unggul dibandingkan dengan Bank Mandiri yang artinya

kinerja Bank Syariah Mandiri dalam mengelola modal yang tersedia untuk

menghasilkan laba lebih baik dibanding Bank Mandiri, sedangkan dengan rasio ROA

Bank Syariah Mandiri dengan Bank Mandiri tidak terdapat perbedaan yang cukup

besar.

Dalam beberapa hal baik bank konvensional maupun bank syariah memiliki

(7)

syarat-syarat untuk memperoleh pembiayaan dan lain sebagainya. Dengan prinsip sistem

bagi hasil membuat bank syariah menjadi solusi terhadap negative spread yang dialami oleh bank konvensional, karena konsekuensi dari sistem bunga yang

ditetapkan oleh bank konvensional menjadikan bank harus menanggung rugi akibat

kegiatan usaha penghimpunan dananya pada saat suku bunga kredit lebih rendah

dibandingkan dengan suku bunga simpanan (dana pihak ketiga yang disimpan di

bank).

Walaupun seperti yang dilihat keadaan Bank Mandiri Konvensional maupun

Bank Syariah Mandiri mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, namun sebenarnya

ada berbagai risiko yang harus dihadapi dalam kegiatan operasionalnya. Seperti yang

telah diketahui, semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula resiko yang

dihadapinya.

Risiko dan Bank adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan satu sama lainnya,

baik bank konvensional maupun bank yang ber opersi dalam prinsip syariah tidak

luput dari berbagai macam risiko, tanpa adanya keberanian untuk mengambil risiko

maka tidak akan pernah ada bank, dalam artian bahwa bank muncul karena

keberanian untuk berisiko dan bahkan bank mampu bertahan karena berani

mengambil risiko. Namun jika risiko tersebut tidak dikelola dengan baik, bank dapat

mengalami kegagalan bahkan pada akhirnya mengalami kebangkrutan. Menurut

Idroes (2008:21), pada dasarnya risiko yang dihadapi dapat dibagi dua kelompok

besar, yaitu risiko finansial dan risiko nonfinansial. Risiko finansial terkait dengan

(8)

nonfinansial terkait pada kerugian yang tidak dapat dikalkulasikan secara jelas jumlah

uang yang hilang. Kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya risiko dapat

berdampak kepada stakeholder yaitu: pemegang saham, karyawan dan nasabah serta berdampak juga kepada perekonomian di suatu negara secara umum.

Meningkatnya risiko yang dihadapi oleh perbankan disebabkan oleh semakin

pesatnya perkembangan kondisi perbankan dan semakin kompleksnya kegiatan usaha

perbankan. Industri perbankan adalah suatu industri yang erat dengan risiko, terutama

karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat yang diputar dalam bentuk berbagai

investasi seperti kredit, pembelian surat-surat berharga dalam bentuk-bentuk

penanaman dana dan lainnya.

Perbankan sebagai salah satu bidang usaha yang mendukung perkembangan

perekonomian suatu negara dan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan

rakyat. Sukses tidaknya suatu perbankan dipengaruhi oleh banyak aspek, diantaranya

aspek manajemen, pemasaran, sumber daya manusia dan juga kondisi keuangan yang

dimilikinya.

Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan

perusahaan pada saat ini dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008: 7). Laporan

keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan yang dituangkan

dalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam bentuk mata

uang asing. Laporan keuangan merupakan alat yang paling penting untuk

(9)

keuangan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, baik oleh

pihak manajemen ataupun dari pihak eksternal.

Melalui analisis laporan keuangan pada perbankan dapat menunjukkan

tingkat risiko keuangan atau prediksi kebangkrutan perbankan. Kebangkrutan

tersebut dapat dihitung dengan menghitung rasio-rasio keuangan sehingga dapat

diukur sehat atau tidaknya suatu perbankan. Analisis Z-Score dikembangkan oleh Professor Edward Altman (1968) dengan tujuan untuk mendeteksi apakah

suatu perusahaan dalam kondisi diambang kebangkrutan. Oleh karena itu,

analisa ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat risiko keuangan suatu

perusahaan. Keberadaan Bank Mandiri dalam perekonomian nasional dan daerah

sangat penting dalam upaya meningkatkan taraf hidup rakyat melalui

penghimpunan dan penyaluran dana terutama usaha kecil dan mikro. Oleh

karena itu, berdasarkan uraian yang dikemukakan sebelumnya, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Komperatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaaan risiko

(10)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis perbedaan risiko keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank

Syariah Mandiri

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dan lembaga terkait dalam

menentukan kebijakan menganalisa mengenai kelangsungan kehidupan

perusahaan khususnya perbankan yang di gunakan untuk deteksi dini akan

adanya kebangkrutan.

2. Bagi peneliti

Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat memperoleh pengetahuan,

menambah wawasan dan kemampuan dalam analisis risiko keuangan

perusahaan, khususnya perbankan.

3. Bagi pihak lain

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi bagi

peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di masa yang

Gambar

Tabel 1.1 Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri

Referensi

Dokumen terkait

Artikel ini menyajikan respon masyarakat Madura terhadap wisata yang memiliki potensi ekonomi. Namun, dianggap tidak memiliki cara yang halal bahkan thayyiban. Paradigma

Untuk penyederhanaan hasil analisa kekuatan struktur tersebut dibandingkan dengan batas ijin yang diberikan oleh regulasi, dalam analisa ini menggunakan standart BKI yaitu

Pelecehan seksual pada penelitian ini diungkap melalui skala, yang terdiri dari dua bentuk atau karakteristik pelecehan seksual, yaitu tingkah laku yang berupa

Warna yang dihasilkan pada sediaan berwarna keruh, hal tersebut dapat disebabkan karena warna dari zat aktif yaitu alumunium sulfat yang berwarna putih keruh, sehingga

Ho = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah larva dengan cuaca di kawasan KBW bagi semua zon kesihatan WPKL. Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala Karunia dan Hidayah- Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Analisis Hubungan Faktor Rumah Sakit

Penyerapan Perbekalan yang Digunakan untuk Penangkapan Ikan Tahun 2015 - 2019.

Dengan dilakukan nya Reverse Engineering pada sistem internet banking yang ada pada sebuah bank, diharapkan dapat mengetahui SRS pada fi- tur-fitur umum yang perlu dimiliki