HASIL BELAJAR MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN
MODEL
PROBLEM BASED LEARNING
DAN GAYA KOGNITIF
FIELD
INDEPENDENT
SERTA GAYA KOGNITIF
FIELD DEPENDENT
PADA
SISWA KELAS X SMA 95 JAKARTA
Oleh:
Andi Nur Qalbi, Ratna Komala, Rusdi
Prodi Magister Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Indonesia E-mail: anurqalbi2043@gmail.com
Abstrak. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model yang memfokus-kan siswa pada proses pemecahan masalah dalam pembelajaran, pada penelitian ini gaya kognitif yang diteliti adalah kognitif field independent (FI) dan field dependent (FD). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model PBL dan gaya kognitif terhadap hasil belajar materi keanekaragaman hayati. Metode yang digunakan eksperimen dengan desain faktor 2x2, subjek penelitian siswa kelas X IPA SMAN 95 Jakarta. Populasi 140 siswa, dimana sampel kelas PBL berjumlah 70 orang siswa diambil masing-masing 19 (FI) dan 19 (FD) dengan teknik Simple random sampling. Hasil yang diperoleh setelah pengujian Anava 2 arah yakni, 1) terdapat pengaruh model PBL dan gaya kognitif terhadap hasil belajar materi keanekaragaman hayati siswa kelas X, 2) terdapat pengaruh antara gaya kognitif FI dan FD terhadap hasil belajar siswa, 3) serta terdapat interaksi antara model pembelajaran PBL dan dan gaya kognitif FI dan FD terhadap hasil belajar materi keanekaragaman hayati dengan nilai.
Kata kunci: Field dependent dan field independent, gaya belajar, keanekaragaman hayati.
Perkembangan informatika, dan fenomena yang terjadi di lingkungan siswa saat ini telah berkembang dengan cepat dan kompleks. Kemudahan mengakses informasi oleh siswa perlu arahan dan pembatasan oleh suatu sistem pendidikan. Guru dalam penerapan pendidikan tidak mampu menggali potensi siswa dalam merespon dan membatasi informasi global. Guru belum terampil mem-bangun analisis berfikir kritis siswa untuk menciptakan sikap empati dan tang-gungjawab terhadap lingkungan hidup seha-ri-harinya. Dalam hal demikian Thobroni (2015) menyatakan pemilihan media dan pe-nerapan model pembelajaran yang tidak tepat akan menjadi kendala siswa memahami materi pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan hendaknya berbasis problem solving yang relevan dengan teori yang di-ajarkan di kelas. Untuk dapat memotivasi rasa keingintahuan dan rasa percaya diri
sis-wa dalam mengaktualisasikan pengetahuan yang dimilikinya. Salah satu model yang da-pat mendukung hal tersebut adalah model pe-mbelajaran Problem Based Learning (PBL). Menurut Marlinda (2016) model pem-belajaran PBL adalah model yang menuntut siswa berfikir kreatif, inovatif, dan produktif dalam menentukan fakta empiris. Pengguna-an suatu model pembelajarPengguna-an tentunya memi-liki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Model PBL sebagai model pembelajaran yang mengajak siswa terlibat aktif dalam me-relevansikan pengetahuan dasar yang dimi-likinya untuk memecahkan masalah dalam materi pelajaran yang disuguhkan oleh guru. Menurut Haqwi (2014) guru memainkan peranan penting pada penerapan PBL dan membantu siswa mencapai tujuan pembelajarannya.
dan kretivitas analisa guru terhadap materi dan lingkungan belajar untuk dikaji dalam tugas pemecahan masalah. Ma’bud (2016) pada penerapan model PBL guru tidak menyampaikan banyak informasi kepada siswa, tetapi siswa mengembangkan pemikir-an mereka sendiri melalui pengkajipemikir-an masalah. Fokus target pada model ini adalah kreativitas pemecahan masalah oleh siswa. Menurut Diana (2016) PBL mengarahkan siswa mendalami suatu pembelajaran dan secara intrinsik tertaris mencoba memahami apa yang sedang dipelajari. Maka dari itu, penggunaan PBL tepat dalam menciptakan konteks perubahan pembelajaran yang meningkatkan hasil pembelajaran siswa (Abbey, 2017).
Selain PBL terdapat beberapa model pembelajaran yang banyak diterapkan dalam menganalisis masalah salah satunya adalah
Discovery learning. Imas (2014) mendefi-nisikan model Discovery learning adalah suatu model yang diterapkan pada bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk finalnya. Joy (2014) menyatakan discovery learning
adalah model pembelajaran dimana siswa mengkorelasikankan dasar pengetahuan da-lam mengeksplorasi pembelajaran di ling-kungan belajarnya. Kelebihan discovery learning sebagai model penemuan dari pem-belajaran konvensional dalam mengem-bangkan kemampuan komunikasi matematik (Erinawati, 2014).
Menurut Rusman (2012) sintak PBL adalah: 1) berorientasi pada masalah, 2) me-ngorganisasi siswa untuk belajar, 3) Penye-lidikan mandiri atau kelompok, 4)mengem-bangkan dan menyajikan hasil karya, 5) me-nganalisis dan mengevaluasi proses peme-cahan masalah, 6)melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses yang siswa gu-nakan. Dan menurut Imas (2014) sintak
model pembelajaran Discovery Learning
adalah:1) pemberian rangsangan, 2) identifi-kasi masalah, 3) pengumpulan data, 4) pe-ngolahan data, 5) pembuktian, 6) menarik kesimpulan.
Andreas (2013) menyatakan bahwa setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda, termasuk diantaranya dalam proses pembelajaran. Ebrahimi (2013) Gaya kognitif adalah ciri-ciri kognitif dan afektif yang merupakan indikator bagaimana siswa memahami, berinteraksi dengan lingkungan dan menanggapi materi pembahasan. Poitras (2015) pendekatan gaya kognitif juga men-dukung model pembelajaran dalam mening-katkan pengajaran siswa teknik mesin selama empat tahun terakhir. Gaya kognitif di-maksudkan sebagai pola berfikir siswa yang dapat terkontrol oleh kondisi lingkungan be-lajarnya. Marlisa (2015) membagi gaya nitif menjadi dua kelompok yaitu gaya kog-nitif field dependent (FD) dan field inde-pendent (FI). Ghufron (2012) selain dipan-dang dari krakteristik belajar (FI) dan (FD) dibedakan atas pengaruh lingkungan sosial dan perilaku sosial siswa dalam belajar. Wijnen (2016) model PBL dapat merangsang penggunaan strategi pembelajaran yang efektif untuk strategi pengolahan diri diukur dengan gaya kognitif kognitif. Suatu gaya kognitif dapat mempengaruhi cara berfikir siswa terhadap suatu meteri pembelajaran di kelas (Rante, 2015).
lingkungan, dan sebaliknya individu (FD) cenderung lebih mudah dipengaruhi ling-kungan. (c) (FI) dalam menyelesaikan tugas atau memecahkan suatu masalah membu-tuhkan keterampilan lebih, maka individu (FD) cenderung menghasilkan proses lebih baik dibanding dengan (FI).
Manikam (2016) Biodiversitas meru-pakan ilmu yang mengkaji keseluruhan vari-asi mahluk hidup yang meliputi gen, jenis, dan kesatuan ekologis mahluk hidup di tempat hidupnya. Keanekaragaman hayati sebagai pola variasi mahluk hidup yang di-golongkan berdasarkan tingkat kesamaan ciri fisiologis, genetik, habitat dalam garis besar-nya digolongkandalam tiga tingkatan keane-karagaman hayati.
Menurut Murningtyas (2016) Keane-karagaman hayati dibagi atas: 1) Keanekara-gaman hayati tingkat gen adalah keanekara-gaman yang diakibatkan oleh perbedaan ge-netik, 2) Keanekaragaman hayati tingkat Je-nis adalah keanekaragaman ciri yang berbeda satu dengan lainnya pada suatu Ekosistem, 3) Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem mencakup bentuk dan susunan bentang alam daratan maupun peraiaran dimana organisme hidup dan berinteraksi. Zona Persebaran Keanekaragaman hayati di Indonesia meliputi zona Oriental (Sumatra, Kalimanta dan Jawa), Zona Peralihan (Sulawesi dan Nusatenggara) dan Zona Australia (Maluku, Papua, Australia). Perbedaa geografi zona tersebut mengakibatkan adanya variasi keanekaragaman sebagai ciri flora dan fauna endemik pada suatu wilayah geografis. Usaha pelestarian keanekaragaman hayati menurut Riandari (2015) pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati di alam dibagi menjadi pelestarian in-situ (habitat asli) seperti taman nasional, dan hutan lindung dan pelestarian ex-situ (diluar habitat
asli) seperti kebun koleksi, kebun botani, kebun binatang, dan kebun plasma nutfah.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah eks-perimen dengan desain penelitian factorial
2x2. populasi penelitian ini menggunakan
purpossive sampling dimana populasi pene-litian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 95 Jakarta berjumlah 216 siswa. Sampel diambil menggunakan (Simple ran-dom sampling) dimana jumlah keseluruhan siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 143 siswa dibagi menjadi (2 kelas perlakuan, dan 2 kelas kontrol), masing-masing kelas terdiri atas 35 orang siswa dengan total sampel kelas eksperimen PBL 70 orang dan kelas kontrol Discovery learning 70 orang, responden yang dipakai 27% dari 70 orang siswa yakni 19 orang siswa dengan gaya kog-nitif field independent (FI) dan 19 orang sis-wa dengan gaya kognitif field dependent
(FD). Data yang dianalisis diperoleh dari ni-lai hasil belajar siswa pada materi Keaneka-ragaman Hayati dengan aspek penilaian me-nurut Anderson (2001) meliputi domain kog-nitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan untuk gaya kognitif dengan soal kuosioner gaya kognitif kognitif. Pengujian normalitas menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov, Uji homogenitas menggunakan Uji Bartlett, dan teknik statistik hipotesis yang digunakan yakni dengan uji f ANAVA 2 arah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Prasyarat Analisis Data
Uji Normalitas
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan SPSS 20 dirangkum pada Tabel 1.
Uji Homogenitas
nilai rata-rata antar kelompok perlakuan. Hasil pengujian dengan uji Bartlett pada α = 0,05 pada dk = 3. Hasil perhitungan homo-genitas disajikan pada Tabel 2.
Hasil Uji Hipotesis
Hasil uji hipothesis menggunakan ANAVA 2 arah untuk melihat perbedaan pengaruh perlakuan model PBL dan model
discovery learning serta gaya kognitif terha-dap hasil belajar siswa, hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 3.
Pengukuran Interaksi
Hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran
dan gaya kognitif terhadap hasil belajar sis-wa, maka dilakukan uji lanjut dengan Tuc-key. Perhitungan uji Tuckey dapat dilihat pada Tabel 4.
Secara keseluruhan hasil uji Tuckey menunjukkan enam kombinasi perbandingan rata-rata gaya kognitif siswa (sesuai dengan desain ANAVA faktorial 2x2), maka dari nilai Q hitung > Q tabel diartikan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar materi keanekaragaman hayati. Untuk melihat interaksi antara model PBL dan model disco-very learning dengan gaya kognitif siswa dapat dilihat pada Gambar 6.
Tabel 1. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Penelitian
Kelompok Hasil belajar Kolmogorov-Smirnov Kesimpulan Statistik Df Sig.
1 A1B1 0,982 19 0,390 Normal
2 A1B2 0,731 19 0,893 Normal
3 A2B1 0,626 19 0,402 Normal
4 A2B2 0,562 19 0,883 Normal
Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Kelompok Data X2Hitung X2Tabel Kesimpulan
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
4,08 7,82 Homogen
Tabel 3. ANAVA 2 Jalur model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar siswa
Sumber Varians JK dk RJK Fhit Ft
Model PBL (A) 105447,79 1 105447,79 50,32 4,2
Gaya Kognitif FI/FD (B) 78662,50 1 78662,50 37,53
Interaksi AB 36278,41 1 36278,41 17,31
Dalam Kelompok 150894 72 2095,75
Total 371282 75
Tabel 4. Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Tuckey
Hipotesis statistik Qhitung Qtabel α=5%
Q1= Ho : μA1B1= μA2 B2 Ha : μA1B1> μA2B2 17,52
4, 20
Q2= Ho : μA1B1= μA1 B2 Ha : μA1B1> μA1B2 15,73
Q3= Ho : μA1B1 = µA2B1 Ha : μA1B1> μA2B1 11,81
Q4= Ho : μA2B1= μA2B2 Ha : μA2B1< μA2B2 5,72
Q5= Ho : μA2B1= μA1B2 Ha : μA2B1< μA1B2 3,92
Gambar 6. Interaksi Model Pembelajaran dan Gaya kognitif (FI) (FD)
Pengaruh model PBL dan Discovery learn-ing dan gaya kognitif terhadap hasil bela-jar materi Keanekaragaman Hayati
Berdasarkan hasil pengelompokkan nilai hasil belajar siswa, nilai tertinggi pem-belajaran dengan model PBL sebesar 93,33 dan nilai terendah sebesar 43,33 (Gambar 3.). Sedangkan untuk nilai tertinggi pembela-jaran dengan model discovery learning
sebesar 83,33 dan nilai terendah sebesar 43,33. 75% dari total siswa memiliki nilai hasil belajar siswa yang tergolong tinggi (Gambar 3.).
Berdasarkan nilai di atas diketahui sis-wa yang mengikuti pembelajaran dengan model PBL memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti model
Discovery learning. Terdapat pengaruh an-tara pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar pada materi keanekaragaman hayati siswa kelas X SMA, dimana PBL diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman hayati. Suprijono (2012) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pe-ngertian, sikap-sikap, apresiasi dan keteram-pilan yang diukur setelah penerapan proses pembelajaran di kelas.
Kelemahan model Discovery sebagai model yang digunakan pada kelas kontrol
memiliki beberapa kelemahan, salah satunya memakan waktu lama dalam proses pene-rapannya sehingga ketuntasan materi terka-dang diabaikan oleg guru. Rosarina (2016)
Discovery learning sebagai model alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Suardin (2014) kelebihan model PBL mem-beri kesempatan kepada siswa untuk aktif dan berinisiasi mandiri dalam menyelesaikan masalah. Dibuktikan dengan hasil belajar yang diperoleh pada penerapan PBL lebih baik dibandingkan dengan Discovery learning (Pranoto, 2017).
Pengaruh antara gaya kognitif (field inde-pendent dan field dependent) terhadap ha-sil belajar materi Keanekaragamana hayati
Berdasarkan pengelompokkan skor ga-ya kognitif siswa, nilai tertinggi gaga-ya kognitif siswa dengan model PBL sebesar 83,13 dan nilai terendah sebesar 64,38. Sedangkan untuk skor gaya kognitif siswa dengan model
discovery learning sebesar 64,38 dan nilai terendah sebesar 47,50.
Berdasarkan nilai hasil belajar materi keanekaragaman hayati menunjukkan bahwa siswa yang tergolong (FI) mendapatkan hasil lebih tinggi daripada siswa (FD). Hasil ter-sebut didukung oleh pendapat Carrington (2012) Semakin tinggi kemampuan siswa 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90
PBL DL
Field independen
Field dependen 83,33
66,67
57,72
dalam menganalisis, semakin mudah ia da-lam memecahkan soal-soal Biologi yang membutuhkan level berfikir lebih tinggi. Menindak lanjuti hasil penelitian ini, telah mendukung teori dimensi field Independent
dan dependent bahwa pendekatan gaya kognitif FI dan FD bermanfaat jika diterap-kan untuk permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan (Eggen, 2012).
Interaksi antara model PBL dan gaya kog-nitif terhadap hasil belajar materi Keane-karagaman Hayati.
Hasil analisis menunjukkan terdapat pengaruh model pembelajaran dengan hasil belajar siswa. Dari uji Anava 2 arah pene-rapan Model Pembelajaran didapatkan dari Fhitung (22,85) menujukkan terdapat
perbe-daan pengaruh model pembelajaran PBL dan model discovery learning. Pada nilai anava 2 arah dari gaya kognitif didapatkan 40,78 menunjukkan terdapat perbedaan pengaruh gaya kognitif (FD) dan (FI) terhadap hasil belajar siswa. Pengujian interaksi didapatkan nilai 6,18 yang menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar siswa p<6,18 (Tabel 3). Diduga bahwa PBL mem-berikan dampak positif untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran, dan pengembangan pengetahuan (Karlina, 2014).
Berdasarkan hasil observasi, yang menemukan rendahnya hasil belajar biologi siswa di SMAN 95 Jakarta. dikarenakan guru
tidak mengenal krakteristik gaya kognitif siswanya. Penelitian ini telah memberi gam-baran gaya kognitif siswa yang diduga menjadi faktor yang mempengaruhi hasil bel-ajar biologi siswa SMA 95 Jakarta. Uchenna (2015) menyatakan banyak siswa yang be-lum mengetahui gaya kognitif mereka. Selain strategi dan gaya belajar, motivasi dan kedi-siplinan siswa yang rendah juga mempe-ngaruhi hasil belajar Biologi. dimana gaya kognitif FI dan FD mempengaruhi hasil bela-jar siswa yang saling berhubungan dengan informasi saintifis siswa (Javad, 2013).
PENUTUP Kesimpulan
Terdapat pengaruh antara model pem-belajaran PBLdan model pembelajaran Dis-covery learning terhadap hasil belajar materi keanekaragaman hayati siswa kelas X SMA. Terdpat pengaruh gaya kognitif terhadap hasil belajar materi keanekaragaman hayati kelas X SMA. Terdapat interaksi antara mo-del pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar materi keanekaragaman hayati kelas X SMA
Saran
Penelitian ini diharapkan dapat men-jadi bahan informasi dalam memajukan sis-tem pembelajaran di kelas. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran gaya kognitif yang perlu dikenali oleh guru dalam memudahkannya melakukan pendekatan terhadap siswa dalam proses pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Abbey, Erict.The Use of Problem Based Learning in the Teaching and Learning of Holticultural Production. Journal of Agricultural Education and Extension Competence for Rural Innovation and Transformation.13. (1)61-78.
Anderson, L. dan Krathwol, D. A., 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing: A Revision of Bloom’s
Taxonomy of Educational Objectives. Boston: Pearson Education Group.
Diana, Dolmans. 2016. Deep surface learn-ing in Problem Based Learnlearn-ing a review of the literature. Journal of Adv in Health Sci. Edu.
Ebrahimi, A. 2013. The Effect of Field Dependence Independence Cognitive Style on Education Inductive Grammar Teaching. Iran. Journal of Academic Research Progressive Education & Development. 2. (4):44-52.
Eggen, P. dan Kauchak. 2012. Strategi & Model Pembelajaran Edisi Keenam Terjemahan. Jakarta : Indeks.
Erinawati, E. 2014. Pengaruh Model Pem-belajaran Discovery learning terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Motifasi Belajar Siswa SMA 3 Surakarta. Jurnal Pembelajaran Inter-aktif. 1. (1): 122-128.
Ghufron, N. M. 2012. Gaya kognitif Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Haqwi, Al. 2014. Learning Outcome and
Tutoring in Problem Based Learning How do Undergraduate Medical Stu-dent Percive Them.International Jour-nal of Health Science Qassim Uni-versity. 8. (2): 126-132.
Imas, K. dan Berlin, S. 2014. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerap-anya. Surabaya: Kata Pena.
Javad, M. 2013. Learning Employing Educa-tional multimedian in field dependent & Field independent Cognitive Style.
Universal Journal of Educational Research. 1. (4): 298-302.
Joy, 2014. Impact of Discovery- Based Learning Method on Senior Secondary School Physics. Journal of Research & Method in Education. 4. (3): 32-36.
Karlina, F. 2014. Pengaruh PBL Bermedia Muatan Lokal & Gaya kognitif terha-dap Hasil Belajar Siswa pada Materi Klasifikasi Zat. Sains Education Jour-nal. Jambi. 3. (2): 8-11.
Marlinda, D. 2016. Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dengan Maind Mapping Ditin-jau Dari Gaya kognitif pada Materi Operasi Aljabar. Elektronik Jurnal. 4. (6): 654-663.
Marlisa, I. 2015. Pengaruh Strategi REACT ditinjau dari Gaya Kognitif terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Prestasi Belajar & Apresiasi Siswa Terhadap Matematika. Jurnal Riset Pendidikan Matematika. 1. (2): 186-196.
Ma’bud, 2016. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Palu yang Mengikuti Model Pembelajaran Berbasis Masalah & Model Inkuiri untuk Gaya kognitif yang Berbeda. E-Jurnal Mitra Sains. 4. (1): 236-305. Murningtyas, et al. 2016. Indonesia
Bio-diversity Strategy and Plan 2015-2020. Cet I. Tim Penyusun Bappenas, KLHK, LIPI. Jakarta.
Pranoto. 2017. Perbandingan Model Pem-belajaran Problem Based Learning dan
Discovery Learning terhadap kratifitas keaktifan siswa kelas X SMA. Jurnal Bioedukasi. 10. (1): 18-22.
Poitras, Gerard. (2015). A Cognitive Aprenticeship Approach to Enginering Education the Role of Learning Style.
A Journal of Higer Education Engine-ering Academy. 6. (1): 62-72.
Rosarina, 2016. Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Wujud benda. Jurnal Pendidikan Fisi-ka. 1. (1).371-380.
Riandari, H. 2015. Biologi 1 untuk Kelas X SMA dan MA. Solo: PT Tiga serangkai. Rusman, 2012. Model-model Pembelajaran dalam Mengembangkan Profesional-isme Guru Seri Menejement Sekolah Bermutu. Cet III. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suardin, 2014. Penerapan Metode Discovery Learning dan PAKEM pada Materi Sistem Pencernaan untuk Meningk-atkan Hasil Belajar Biologi Siswa Ke-las VIII SMP Negeri 2 Labuan. Jurnal Pembelajaran Kreatif. 4. (3): 254-261.
Suprijono, A. 2010. Model-Model Pembe-lajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya
Thobroni, M. 2015. Belajar & Pembelajaran Teori Praktik Cet I. Yogyakarta: Arus Media.
Uchenna, B. 2015. Field dependence- Field independence Cognitive Style, Gender Career Choice & Academic Achieve-ment of Secoundary School Student in Emohua Local Government Area of Rivers State. Departement Education Psychology. Journal of Education & Practice. 6. (10): 76-86.