• Tidak ada hasil yang ditemukan

Re nca na Te r p a d u d a n Pr ogr a m I nv e s ta s i I nfr a s tr uktur J a ngka Me ne nga h (RPI 2 -J M) Kota Ta nge r a ng 2015 -2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Re nca na Te r p a d u d a n Pr ogr a m I nv e s ta s i I nfr a s tr uktur J a ngka Me ne nga h (RPI 2 -J M) Kota Ta nge r a ng 2015 -2019"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-1

5.1 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TANGERANG

Dalam Sistem Perkotaan Nasional, Kota Tangerang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional

(PKN) sebagaimana yang dikemukakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang telah

ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008. Penetapan Kota Tangerang

sebagai PKN ini sudah tertuang di dalam Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang serta Rencana

Struktur Ruang Wilayah Provinsi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Provinsi Banten Tahun 2010-2030.

Beberapa faktor yang mendasari penetapan Kota Tangerang sebagai PKN tersebut

adalah:

a. Kota Tangerang sebagai bagian dari Kawasan Megapolitan Jabodetabek;

b. Kota Tangerang sebagai pintu gerbang provinsi dari segi transportasi udara;

c. Kota Tangerang sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju

kawasan internasional karena adanya Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta; dan

d. Fungsi Kota Tangerang yang diarahkan untuk kegiatan perumahan, perdagangan dan

jasa skala nasional, industri nonpolutan dan berorientasi pasar, dan difungsikan sebagai

pusat pengembangan kegiatan ekonomi unggulan.

Rencana struktur ruang wilayah Kota Tangerang meliputi:

a. sistem pusat pelayanan;

b. sistem jaringan transportasi;

c. sistem jaringan energi dan kelistrikan;

d. sistem jaringan telekomunikasi;

e. sistem jaringan sumber daya air; dan

f. sistem infrastruktur perkotaan.

Rencana struktur ruang wilayah kota digambarkan dalam peta Rencana Struktur

Ruang Kota Tangerang sebagaimana terlihat pada gambar 5.1.

BAB. V

(2)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-2

Gambar. 5.1.

(3)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-4

A. SISTEM PUSAT PELAYANAN

Rencana sistem pusat pelayanan dimaksudkan untuk memperjelas hirarki kota sesuai dengan

struktur kota yang ditetapkan sehingga diperoleh suatu sistem pemanfaatan ruang yang optimal

untuk setiap bagian kota. Dalam realitanya, pengembangan sistem pusat pelayanan akan

mempermudah masyarakat kota untuk mendapatkan pelayanan sarana dan prasarana perkotaan.

Pembagian sistem pusat pelayanan dilakukan atas dasar pertimbangan sebagai berikut :  Fungsi Kota Tangerang yang diarahkan untuk kegiatan perumahan, perdagangan dan jasa

skala nasional, industri nonpolutan dan berorientasi pasar, dan difungsikan sebagai pusat

pengembangan kegiatan ekonomi unggulan.

 Penetapan Kota Tangerang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dalam Rencana Sistem Perkotaan Nasional

 Jangkauan pelayanan secara fungsional  Aksesibilitas antar kawasan dan antar wilayah  Kelengkapan dan pemusatan sarana dan prasarana  Efisiensi pemanfaatan lahan

Dalam pengembangan ke depannya, Sistem Pusat Pelayanan Kota Tangerang 20 tahun

depan, dimana direncanakan 4 Pusat Pelayanan Kota (PPK), 3 Sub Pusat Pelayanan Kota

(SPPK), dan 6 Pusat Lingkungan (PL). Pusat pelayanan kota meliputi:

a. PPK I sebagai Pusat Kota Baru memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan,

perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional ditetapkan di Kecamatan

Tangerang;

b. PPK II memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional

dan perumahan kepadatan menengah tinggi ditetapkan di Kecamatan Cibodas;

c. PPK III memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan

regional dan perumahan kepadatan menegah rendah ditetapkan di Kecamatan Pinang; dan

d. PPK IV memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan

(4)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-5

PPK dikembangkan dengan konsep “green heart” yaitu jantung kota yang hijau. Konsep green heart ini diharapkan akan menjadi citra baru bagi Kota Tangerang, yang benar-benar menanamkan konsep

back to nature. Program green heart adalah sebuah upaya dalam mewujudkan kota yang hijau dan rindang, penuh pepohonan serta sehat yang merupakan bentuk komitmen Pemerintah Kota

Tangerang dalam meningkatkan kualitas lingkungan. Kota hijau, merupakan konsep pembangunan

yang pro-lingkungan dimana di dalam perwujudannya, dibutuhkan kepedulian dari seluruh

lapisan masyarakat.

Subpusat Pelayana Kota meliputi:

a. SPPK I memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa, perumahan kepadatan menegah,

perumahan kepadatan tinggi, industri konveksi/tekstil skala kecil dan rumah tangga ditetapkan

di Kecamatan Ciledug;

b. SPPK II memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa, perumahan kepadatan menengah tinggi,

dan industri terpadu berwawasan lingkungan ditetapkan di Kecamatan Periuk; dan

c. SPPK III memiliki fungsi sebagai penunjang kegiatan Bandar Udara Internasional

Soekarno – Hatta, industri kecil dan menengah yang ramah lingkungan, dan perumahan

kepadatan rendah ditetapkan di Kecamatan Benda.

Pusat lingkungan meliputi:

a. PL I ditetapkan di Kelurahan Kreo Kecamatan Larangan;

b. PL II ditetapkan di Kelurahan Karang Mulya Kecamatan Karang Tengah;

c. PL III ditetapkan di Kelurahan Batuceper Kecamatan Batuceper;

d. PL IV ditetapkan di Kelurahan Neglasari Kecamatan Neglasari;

e. PL V ditetapkan di Kelurahan Cimone Kecamatan Karawaci; dan

f. PL VI ditetapkan di Kelurahan Jatake Kecamatan Jatiuwung.

Untuk lebih jelas mengenai sistem pusat pelayanan Kota Tangerang dapat dilihat pada Tabel

(5)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-6

1. PUSAT KOTA BARU Pusat pemerintahan Kota

Tangerang

Pusat Perdagangan dan Jasa Perkantoran

Pusat perdagangan dan jasa Permukiman

Regional & Kota

3. PUSAT KOTA ALAM SUTRA Perkantoran

Pusat perdagangan dan jasa Permukiman

Regional & Kota

4. PUSAT KOTA CIPONDOH Perkantoran

Pusat perdagangan dan jasa Permukiman

Regional & Kota

B. SUB PUSAT KOTA

1. CILEDUG Perdagangan dan Jasa

Permukiman

Kota dan Lokal

2. PERIUK Perdagangan dan jasa

Permukiman Industri Non Polutan

Kota dan Lokal

3. BENDA Perdagangan dan Jasa

Permukiman Industri non polutan

Kota dan Lokal

Regional

3. NEGLASARI Perdagangan dan jasa

Permukiman

5 KARANG TENGAH Permukiman

Perdagangan dan jasa Pusat Tanaman Hias

Kota dan Lokal

Regional

6 JATIUWUNG Industri Non Polutan

(6)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-7

Gambar 5.2

(7)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-8

B. SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI

Transportasi merupakan kegiatan yang berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi maupun

sosial. Oleh karenanya kegiatan tersebut perlu diarahkan pada terwujudnya sistem jaringan

transportasi yang andal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib,

aman, lancar, nyaman, efisien dan selamat dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan

dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta mendukung pola

distribusi.

Dalam rangka mengembangkan sistem jaringan transportasi Kota Tangerang yang efektif dan efisien

memang secara ideal seluruh program dapat dilaksanakan secara simultan namun hal tersebut

sudah barang tentu sangat sulit untuk diwujudkan mengingat berbagai keterbatasan baik dari segi

waktu maupun penganggaran, oleh karena itu guna mewujudkan kegiatan transportasi dapat

berjalan sesuai yang diharapkan maka rencana dalam mengembangkan sistem jaringan

transportasi Kota Tangerang adalah sebagai berikut:

a. sistem jaringan transportasi darat;

b. sistem jaringan perkeretaapian; dan

c. simpul transportasi udara.

Rencana sistem jaringan transportasi Kota Tangerang dijelaskan lebih rinci dalam peta

Rencana Sistem Jaringan Transportasi dapat dilihat pada Gambar

C. SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT

Rencana Pengembangan sistem jaringan transportasi darat meliputi:

a. sistem jaringan jalan;

b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan

(8)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-9

Gambar 5.3

(9)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-10

1) Sistem Jaringan Jalan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah

Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, telah ditetapkan mengenai sistem, fungsi dan status jalan di

wilayah perkotaan. Dalam peraturan tersebut ditetapkan fungsi jalan yang dikelompokkan ke dalam

jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan, baik dalam sistem jaringan jalan primer

dan sistem jaringan jalan sekunder. Sedangkan menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan

nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

Jalan nasional terdiri atas jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang menghubungkan

antaribukota provinsi, jalan tol, dan jalan strategis nasional. Jalan provinsi terdiri atas jalan kolektor

primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota, jalan kolektor

primer yang menghubungkan antaribukota kabupaten atau kota, dan jalan strategis provinsi. Jalan

kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat

pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan

antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota. Di dalam

RTRW Kota Tangerang tidak semua fungsi jalan ditetapkan hanya pada tingkatan jalan arteri

dan jalan kolektor, dengan perincian :

1. Jalan Arteri Primer adalah jalan nasional dalam sistem jaringan jalan primer, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di

tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud

pusat- pusat kegiatan, yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan

jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya

guna.

2. Jalan Kolektor Primer adalah jalan provinsi dalam sistem jaringan jalan primer, dengan

peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di

tingkat provinsi, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud

pusat- pusat kegiatan, yang berfungsi melayani angkutan pengumpulan atau pembagi

dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk

(10)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-11

3. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan kota dalam sistem jaringan jalan sekunder, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kota, dengan

menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, yang berfungsi melayani angkutan

utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan

masuk dibatasi secara berdaya guna.

4. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan kota dalam sistem jaringan jalan sekunder,

dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kota,

dengan menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota, yang

berfungsi melayani angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak

sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Atas dasar pengertian-pengertian tersebut di atas dan rencana sistem pusat pelayanan kota, maka

direncanakan pengembangan jalan sebagai berikut :

a. jaringan jalan arteri primer meliputi ruas jalan Batas Kota dengan DKI Jakarta–Jalan Daan

Mogot–Jalan Merdeka–Jalan Gatot Subroto– Batas Kota dengan Kabupaten Tangerang;

b. jaringan jalan arteri sekunder meliputi:

1. Jalan Benteng Betawi;

2. Jalan Imam Bonjol;ruas Jalan Oto Iskandardinata–Jalan KS. Tubun;

3. Jalan M. Toha;

4. Jalan Prabu Kiansantang;

5. Jalan Prabu Siliwangi;

6. Jalan Pajajaran;mruas Jalan Teuku Umar–Jalan Proklamasi;

7. Jalan Bouraq (Lio Baru);

8. Jalan Pembangunan 3; ruas Jalan Juanda–Jalan Merpati–Jalan Garuda;

9. Jalan Halim Perdanakusuma; ruas Jalan Husein Sastranegara–Jalan AMD; dan

10. Jalan Raden Saleh;

c. jaringan jalan kolektor primer meliputi:

(11)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-12

Jakarta; dan

2. ruas Jalan Raden Fatah–Jalan Jombang Raya–Batas Kota dengan Kota

Tangerang;

d. jaringan jalan kolektor sekunder dapat dilihat pada Tabel 5.2;

e. jaringan jalan lokal sekunder meliputi ruas-ruas jalan yang menghubungkan antar

pusat-pusat permukiman;

f. jaringan jalan lingkungan sekunder meliputi ruas-ruas jalan yang menghubungkan antar persil

dalam wilayah kota, kecuali yang dikategorikan sebagai jalan arteri, kolektor, dan lokal;

g. jaringan jalan tol meliputi:

1. ruas Jalan Tol Jakarta–Tangerang;

2. Jalan Tol Prof. Dr. Sedyatmo ruas Batas Kota dengan Provinsi DKI Jakarta–Bandar

Udara Internasional Soekarno Hatta;

3. Rencana Jalan Tol JORR II ruas Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta–

Batuceper–Kunciran–Serpong; dan

4. Rencana Jalan Tol JORR II ruas Teluknaga–Batuceper; dan

h. jaringan jalan lokal sekunder dan lingkungan sekunder akan diatur lebih lanjut dalam

rencana rinci tata ruang yang terdiri dari rencana detail tata ruang dan rencana tata ruang

(12)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-13

Tabel 3.2

RENCANA PENGEMBANGAN JALAN KOLEKTOR SEKUNDER

NO NAMA JALAN

Jl. Swadaya (Perumahan Larangan Indah) Jl. Puri Beta Utara (Perumahan Puri Beta)

Jl. Tembus Polsek Cipondoh-Pikun Jl. Maulana Hasanudin

Jl. Sisi Barat Maulana Hasanudin

Jl. Tembus Komplek Garuda - Poris Indah

Jl. Wijaya Kusuma (Perumahan Banjar Wijaya) Jl. Taman Golf Boulevard (Perumahan Modernland) Jl. Modern Golf Boulevard (Perumahan Modernland) Jl. Hartono Boulevard (Perumahan Modernland) Jl. Honoris Raya (Perumahan Modernland) Jl. Kampung Kelapa

(13)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-14

Jl. Vila Tangerang Raya (Perumahan Vila Tangerang Regensi)

Jl. Mutiara Pluit Utama (Perumahan Mutiara Pluit)

Jl. Taman Elang

Jl. Kota Bumi

Pengembangan dan optimalisasi jaringan jalan terdiri atas:

1. Pengembangan Jalan Strategis Nasional meliputi ruas Jalan Jendral Sudirman–Jalan M.H.

Thamrin–Batas Kota dengan Kota Tangerang;

2. Pembangunan jalan meliputi:

a. Jalan Ciledug–Bandara (STA 11);

b. Jalan Sepanjang Sisi kanan kiri Tol Jakarta–Tangerang (Frontage Tol);

c. Jalan Sepanjang Sisi Kanan Kiri Sungai Cisadane (Promenade);

d. Jalan Sisi Utara Rel Kereta Api;

e. Jalan Sisi Selatan Mookervart;

f. Jalan Cadas Kedaung;

g. Jalan Tembus Jalan Prabu Kiansantang–Jalan Pajajaran; dan

h. Jalan Lingkar Selatan terdiri dari ruas Jalan Adam Malik–Jalan Taman Asri Lama–

Jalan Cipto Mangunkusumo–Jalan Raden Fatah–Jalan Puri Kartika–Jalan Graha Raya;

(14)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-15

3. pengembangan rencana simpang tidak sebidang meliputi:

a. simpang Jalan Jenderal Sudirman–Jalan Pembangunan 3;

b. simpang Jalan Jendral Sudirman – rel kereta api

c. simpang Benda;

d. simpang Jalan Gatot Subroto–Jalan Gajah Tunggal;

e. simpang Jalan Gatot Subroto–Jalan Siliwangi;

f. simpang Jalan Gatot Subroto–Jalan Telesonik;

g. simpang Jalan Ciledug–Bandara (STA 11) dengan Jalan Daan Mogot; dan

h. simpang Jalan Ciledug–Bandara (STA 11) dengan Jalan Benteng Betawi dan rel kereta

api;

4. optimalisasi simpang tidak sebidang eksisting meliputi:

a. simpang Cikokol;

b. simpang Ciledug;

c. simpang Jalan Jendral Sudirman–Jalan Hasyim Ashari; dan

d. simpang Jalan Gatot Subroto–Jalan Taman Cibodas.

5. pembangunan jembatan meliputi:

a. jembatan yang menghubungkan Kedaung dengan Sepatan (eretan);

b. jembatan yang menghubungkan Jalan M.H. Thamrin dengan Jalan Imam Bonjol;

c. jembatan yang menghubungkan Jalan Pembangunan 3 dengan Cadas; dan

d. jembatan yang menghubungkan Jalan K.S. Tubun dengan Jalan Lio Baru;

6. penataan perempatan dan persimpangan jalan dalam wilayah kota;

7. sistem jaringan jalan didesain dan dapat difungsikan sebagai jalur angkutan umum

massal; dan

8. persilangan dengan jalur kereta api diarahkan menjadi persilangan tidak sebidang.

B. Jaringan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud meliputi terminal

angkutan penumpang dan terminal angkutan barang. Rencana pengembangan terminal

(15)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-16

1. Terminal Tipe A meliputi Terminal Poris Plawad dengan konsep pengembangan sebagai

terminal terpadu dan Terminal Jatiuwung;

2. Terminal Tipe B yaitu pembangunan terminal antar kota di perbatasan. Pembangunan

terminal perbatasan dilakukan sebagai upaya membatasi angkutan umum khususnya bus

antar kota antar

propinsi masuk ke dalam kota. Terminal perbatasan yang akan direncanakan terdiri

dari meliputi:

a. Terminal Ciledug atau Larangan;

b. Terminal Imam Bonjol di Kecamatan Cibodas; dan

c. Terminal Cadas atau Periuk.

Pengembangan terminal di wilayah Ciledug dan sekitarnya sudah sangat mendesak. Hal ini

dikarenakan Ciledug dan sekitarnya merupakan wilayah perdagangan dan jasa serta pemukiman

yang padat, oleh karenanya Ciledug merupakan pusat bangkitan dan tarikan lalu lintas yang

tinggi yang berdampak pada tingginya tingkat mobilitas di wilayah tersebut dan hal tersebut tidak

dibarengi penyediaan kapasitas jalan yang memadai sehingga seringkali terjadi kemacetan lalu

lintas.

Kondisi Ciledug yang merupakan salah satu titik rawan kemacetan lalu lintas semakin

diperparah dengan kesemrawutan lalu lintas yang disebabkan oleh angkutan umum yang

mangkal/parkir di tiap sudut bagian wilayah Ciledug. Hal tersebut dikarenakan terminal Lembang

yang ada sudah tidak berfungsi lagi mengingat lokasi tersebut untuk saat ini telah difungsikan

sebagai pasar tradisional.

Dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di wilayah Ciledug yang kian hari bertambah parah maka

Pemerintah Kota telah melakukan penanganan dengan membangun underpass persimpangan

Ciledug, dimana diharapkan dengan adanya simpang susun akan mereduksi titik konflik arus lalu

lintas sehingga kelancaran lalu lintas dapat terwujud.

Namun demikian persoalan kemacetan lalu lintas tidak hanya disebabkan oleh konflik lalu

lintas di persimpangan Ciledug saja tetapi hal yang perlu dipertimbangkan adalah banyaknya

lokasi-lokasi yang dijadikan sebagai terminal bayangan dari angkutan umum yang beroperasi

(16)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-17

Sebagai informasi angkutan umum yang beroperasi di wilayah Ciledug terdiri dari ± 14 trayek

dengan jumlah kendaraan ± 1.750 unit.

Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas di

wilayah Ciledug dan sekitarnya harus dilaksanakan secara komprehensif. Hal yang sangat perlu

dipertimbangkan adalah dengan mengembangkan Terminal angkutan penumpang umum di wilayah

Ciledug yang difungsikan sebagai berikut:

a. Adanya terminal Ciledug akan berfungsi sebagai salah satu alat pengendali lalu

lintas dimana angkutan umum yang beroperasi di wilayah tersebut memiliki

orientasi asal dan tujuan sebagai titik transfer penumpang sehingga dengan lokasi

terminal yang representatif dapat menghilangkan terminal bayangan dan pada

akhirnya dapat berkonstribusi terhadap kelancaran lalu lintas di wilayah Ciledug.

b. Berdasarkan informasi yang ada, oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta akan dikembangkan Koridor Bus way Blok M – Ciledug maka dengan adanya pengembangan terminal Ciledug dapat digunakan sebagai terminal asal/tujuan bus

way, dimana dengan masuknya bus way ke wilayah Ciledug secara signifikan dapat berkonstribusi pada peningkatan kelancaran lalu lintas mengingat munculnya

harapan adanya peralihan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum.

Supaya keberadaan terminal nantinya dapat beroperasi secara optimal, maka pengembangan

terminal dilengkapi dengan penyediaan fasilitas parkir kendaraan pribadi dengan konsep park

and ride untuk berpindah angkutan di terminal. 3. terminal Tipe C meliputi terminal eksisting yaitu Terminal Cimone dan Terminal Cibodas serta pengembangan terminal baru dalam kota. Rencana

terminal penumpang Tipe C akan dijelaskan lebih rinci dalam rencana detail tata ruang.

Selain mengembangkan terminal angkutan penumpang, akan direncanakan pembangunan terminal

angkutan barang yang berlokasi di Kecamatan Jatiuwung, karena kecamatan ini merupakan wilayah

dengan dominasi kegiatan industri. Secara umum permasalahan yang dihadapi

leh angkutan barang adalah belum tersedianya terminal angkutan barang dan jaringan lintas

yang representatif dimana pilihan jalur untuk lalu lintas angkutan barang pada jaringan jalan kota

terbatas.

Adapun konsep dasar pengembangan program pengembangan jaringan lintas dan terminal

(17)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-18

a. Dalam mengembangkan jaringan lintas angkutan barang sumber daya yang

dibutuhkan adalah adanya sistem jaringan jalan yang menghubungkan langsung ke

pusat-pusat kegiatan pembangkit dan penarik distribusi barang (industri, pergudangan,

bandara)

b. Berdasarkan perencanaan sistem jaringan jalan yang ada sesuai dokumen RTRW Kota

Tangerang menunjukkan sistem jaringan jalan yang terbentuk sangat menunjang

konsep tersebut, dimana secara makro adanya pola jalan circular yang

memungkinkan pengembangan jaringan lintas angkutan barang melalui ruang-ruang

kegiatan distribusi barang dan kondisi demikian akan sangat mengeliminir lalu lintas

angkutan barang yang selama ini menjadi salah satu komponen utama yang

berkonstribusi pada kurang lancarnya arus lalu lintas di pusat-pusat kota.

c. Selain dari pengembangan jaringan lintas maka guna mengoptimalkan

distribusi barang perlu diwujudkan adanya terminal angkutan barang yang memiliki

jaringan pelayanan yang terintegrasi dengan sistem kepelabuhan sehingga

kecepatan, kepastian dan biaya distribusi barang menjadi lebih efisien.

d. Dengan terbentuknya sistem jaringan lintas dan terminalisasi angkutan barang diharapkan lebih menjamin kelancaran distribusi barang sehingga pada akhirnya dapat

memberikan nilai tambah bagi kota Tangerang untuk berkompetisi dalam menarik

investor.

C. Jaringan Pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Pada hakekatnya pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan merupakan

perubahan yang mendasar pola pelayanan angkutan penumpang umum terutama angkutan

AKAP dan Bus Kota yang beroperasi di wilayah Kota Tangerang.

Adapun konsep dasar pengembangan program ini adalah sebagai berikut:

a. Dengan terbangunnya jaringan jalan STA 11 yang menghubungkan Tol Jakarta Merak –

Benteng Betawi – Tol Prof Sedyatmo ataupun terbangunnya jaringan jalan STA 15 yang

dikenal sebagai JORR 2 yang menghubungkan BSD – Tol Jakarta Merak – Bandara Soekarno

Hatta merupakan sumber daya dalam mengembangkan sistem primer jaringan pelayanan

(18)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-19

Tangerang dengan daerah lain diarahkan pada jaringan jalan dimaksud menuju ke

Terminal Poris Plawad.

b. Konsep tersebut akan berdampak mengurangi kepadatan lalu lintas yang melintas di pusat

kota yakni Jalan Jendral Sudirman dan Jalan M.H. Thamrin.

c. Selain dari itu konsep tersebut dapat secara signifikan mengoptimalkan fungsi

Terminal Poris Plawad sebagai central terminating akibat adanya perubahan pola pergerakan

angkutan, dimana akan menghilangkan transfer penumpang di sepanjang ruas Jalan Jendral

Sudirman dan Jalan MH. Thamrin sehingga para penumpang secara sistem diarahkan

melakukan pindah moda angkutan di Terminal Poris Plawad.

Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan meliputi:

a. pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan dalam kota yang diarahkan

a. Melayani tingginya tingkat mobilitas masyarakat dengan penyediaan jumlah angkutan

umum terbatas namun sesuai kebutuhan, adanya angkutan umum massal dapat

memberikan pilihan bagi pelaku perjalanan yang selama ini dalam melakukan

mobilitasnya dengan menggunakan kendaraan pribadi diharapkan beralih ke angkutan

umum massal sebagai sarana angkut alternatif, terlaksananya kedua kondisi tersebut diatas, diharapkan dapat berkonstribusi terhadap penurunan kepadatan lalu lintas di koridor- koridor utama wilayah Kota Tangerang.

Adanya perubahan kebijakan transportasi umum di wilayah DKI Jakarta yang difokuskan pada

(19)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-20

daerah penyangga termasuk Kota Tangerang mengingat sebagian besar pola pergerakan

masyarakat daerah penyangga merupakan pelaku perjalanan komuter. Oleh karena itu Sistem

Angkutan Umum Massal Kota Tangerang dapat memberikan peluang kemudahan berupa

transportasi umum yang andal, dimana selain dapat menghubungkan kawasan permukiman di

wilayah Kota Tangerang dengan pusat-pusat kegiatan lainnya secara aman, nyaman, tepat

waktu dan teratur juga dapat terintegrasi dengan pelayanan angkutan massal di wilayah

lainnya seperti Trans Jakarta. Pengembangan angkutan massal diharapkan selain dapat

meningkatkan kualitas pelayanan transportasi umum, juga diharapkan dapat menekan biaya

transportasi karena tarif yang dikenakan angkutan massal lebih rendah dibanding dengan

angkutan non massal.

Pengembangan potensi angkutan umum massal dengan sistem bus prioritas sangat memungkinkan

dikembangkan di Kota Tangerang terutama di Koridor Jalan Daan Mogot Jalan Sudirman Jalan

MH. Thamrin.

Pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan dalam kota meliputi:

a. Koridor Cadas–Terminal Poris Plawad; b. Koridor Jatiuwung–Terminal Poris Plawad; c. Koridor Karawaci–Terminal Poris Plawad; d. Koridor Ciledug–Terminal Poris Plawad;

e. Koridor Bandara Internasional Soekarno Hatta–Tangerang; dan f. Koridor yang menghubungkan antara koridor dalam kota.

Namun demikian agar pengembangan sistem bus prioritas ini dapat dilaksanakan secara optimal,

maka pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan yang terintegrasi dengan sistem

angkutan umum massal JABODETABEK meliputi:

a. Koridor Kalideres-Tangerang; b. Koridor Blok M-Ciledug; dan

c. Koridor Tangerang-Harmoni melalui Jalan Frontage Tol Jakarta- Tangerang.

Pengembangan sistem angkutan umum massal JABODETABEK dengan pertimbangan sebagai

berikut:

(20)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-21

strategis mengingat masyarakat Tangerang dapat diberikan kemudahan mencapai seluruh wilayah DKI Jakarta.

b. Keberadaan sistem angkutan umum massal JABODETABEK memberikan daya tarik tersendiri pada sebagian penumpang komuter untuk melakukan transfer kendaraan umum yang pada akhirnya dapat

mewujudkan sinergi antara sistem busway dengan trayek angkutan Kota Tangerang yang berorientasi di Terminal Poris Plawad sebagai trayek pengumpan jalur Busway (Feeder Busway) sehingga diharapkan penggunaan Terminal Poris Plawad sebagai central terminating menjadi lebih optimal.

c. Sistem Pengembangan angkutan massal ke Kota Tangerang yang menyatu dengan sistem angkutan umum massal JABODETABEK akan menjadi lebih efisien mengingat bahwa penumpang dari Tangerang ke Jakarta atau sebaliknya dilakukan hanya sekali perjalanan.

SISTEM JARINGAN PERKERETAPIAN

Sistem jaringan jalur kereta api sebagai salah satu moda transportasi tidak dapat dipisahkan dari

moda-moda transportasi lain. Transportasi sistem jaringan jalur kereta api, dibanding dengan

transportasi jalan, mempunyai keunggulan tersendiri. Sistem jaringan jalur kereta api

mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan memakai ruang secara lebih efisien.

Karena itu, moda ini perlu lebih dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai

penghubung antar wilayah dan sebagai penunjang, pendorong dan penggerak pembangunan demi

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kota Tangerang dilalui jalur kereta api Tangerang (Pasar Anyar) – Jakarta (Duri) sejauh 6,80 km.

Optimalisasi penggunaan moda angkutan kereta api merupakan salah satu alternatif terbaik untuk

mengatasi masalah kongesti lalu lintas jalan raya, di samping melakukan peningkatan kondisi

jaringan jalan.

Arahan pengembangan sistem jaringan jalur kereta api meliputi pengembangan jalur kereta api

dalam skala regional, pengembangan jalur kereta api untuk keperluan penyelenggaraan kereta api

bagi, serta pengembangan jalur kereta api baru. Sistem jaringan perkeretapian meliputi:

a. jaringan jalur kereta api; dan

b. prasarana perkeretaapian berupa stasiun kereta api.

(21)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-22

a. peningkatan jalur kereta api jalur ganda Tangerang – Jakarta; b. pengembangan jaringan jalur kereta api Tangerang – Jakarta; c. pengembangan jalur kereta api Bandara Soekarno Hatta – Jakarta; d. pengembangan jalur kereta api Bandara Soekarno Hatta – Serpong; dan

e. pengembangan prasarana dan sarana baru jaringan kereta api intra kota yang menghubungkan antar pusat pelayanan.

Prasarana perkeretaapian berupa stasiun kereta api meliputi:

a. pengembangan stasiun kereta api eksisting meliputi Stasiun Tangerang, Stasiun Tanah Tinggi, Stasiun Batuceper dan Stasiun Poris; dan

b. pembangunan stasiun baru pada rencana pengembangan jalur kereta api di Kelurahan Panunggangan Barat dan di pusat-pusat pelayanan.

SIMPUL TRANSPORTASI UDARA

Simpul transportasi udara lebih diarahkan untuk meningkatkan interaksi antar kawasan, sehingga

arahan pengembangan bandar udara di Kota Tangerang meliputi:

a. mendukung pengembangan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta yang ditetapkan

sebagai bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer; dan

b. penataan dan pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar kawasan Bandar Udara

Internasional Soekarno Hatta didasarkan pada batas kawasan kebisingan dan KKOP yang telah

ditetapkan.

Untuk mendukung kelancaran pergerakan orang dan barang dari dan ke Kota Tangerang dan

sekitarnya dengan menggunakan Bandar Udara Soekarno- Hatta, maka yang diperlukan adalah

rencana pembangunan jalan bebas hambatan dan jaringan jalur kereta api untuk meningkatkan

aksesibilitas ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.

SISTEM JARINGAN ENERGI DAN KELISTRIKAN

Pengembangan sistem jaringan energi dan kelistrikan diarahkan agar terjamin keandalan dan

kesinambungan penyediaannya. Sistem jaringan energi terdiri atas:

(22)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-23

Pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi terdiri atas:

a. Pengembangan Rencana Wilayah Jaringan Distribusi Tangerang sesuai dengan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional;

b. pengembangan pelayanan energi gas untuk transportasi melalui pengadaan Stasiun Pengadaan Bahan Bakar Gas (SPBBG) pada jalan- jalan arteri dan kolektor;

c. pengembangan energi alternatif bagi masyarakat dengan pendistribusian gas melalui perpipaan; dan d. penyediaan dan pemanfaatan jaringan pipa minyak dan gas bumi diatur lebih lanjut oleh penyelenggara

minyak dan gas bumi.

Penetapan rencana pelayanan kebutuhan prasarana listrik di masa mendatang perlu

memperhatikan ketentuan penetapan jaringan kabel harus mengikuti koridor jalan utama maupun

lingkungan, dan perkiraan kebutuhan listrik 5 – 10 tahun mendatang, dengan didasarkan pada

kebutuhan sebagai berikut:

 Diasumsikan tiap keluarga terdiri dari 4 – 5 jiwa

 Standar kebutuhan listrik antara 450 – 1200 watt untuk rumah tangga

 Standar kebutuhan kegiatan sosial dan ekonomi 250% dari kebutuhan rumah tangga

 Daya listrik untuk industri besarnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pengembangan jaringan tenaga listrik dilakukan melalui:

a. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik meliputi:

(23)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-24

b. pemerataan pelayanan penerangan jalan umum pada seluruh lingkungan permukiman dan peningkatan kualitas penerangan jalan umum pada jalan protokol, jalan penghubung, taman serta pusat-pusat aktifitas masyarakat;

c. penyediaan energi listrik alternatif yang berwawasan lingkungan dengan memanfaatkan tenaga surya, angin, dan sumber lainnya terutama untuk bangunan-bangunan dengan kebutuhan energi listrik yang besar; dan

d. penyediaan dan pemanfaatan jaringan tenaga listrik diatur lebih lanjut oleh penyelenggara kelistrikan.

Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan wilayah Kota Tangerang digambarkan dalam peta

Rencana Jaringan Transmisi dan Distribusi Jaringan Listrik Kota Tangerang sebagaimana dapat

(24)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-25

Gambar 3.4

(25)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-26

SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI

Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib menjamin terselenggaranya telekomunikasi melalui

jaringan yang diselenggarakannya dengan kriteria sebagai berikut:

a. Dalam penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib membangun dan atau menyediakan jaringan telekomunikasi;

b. Penyelenggara jaringan telekomunikasi dalam membangun jaringan telekomunikasi wajib memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

c. Penyelenggara jaringan telekomunikasi dalam membangun dan atau menyediakan jaringan telekomunikasi, wajib mengikuti ketentuan teknis dalam Rencana Dasar Teknis;

d. Ketentuan mengenai Rencana Dasar Teknis ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas:

a. pengembangan komunikasi sistem kabel, seluler dan satelit;

b. arahan pengembangan prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, sebagai kebutuhan informasi tersebar di seluruh kecamatan;

c. pengembangan jaringan telekomunikasi bawah tanah untuk menjaga dan meningkatkan kualitas ruang kota;

d. pembangunan, penataan dan pengendalian menara telekomunikasi dengan sistem penggunaan menara bersama telekomunikasi (BTS) untuk mendukung efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang yang diatur lebih lanjut dengan peraturan Walikota; dan

e. ketentuan penggunaan frekuensi pemancar radio untuk menjamin kelancaran dan keamanan arus penerbangan ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sistem jaringan sumber daya air Kota Tangerang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS)

Cisadane, DAS Angke, dan DAS Cirarab. Sistem jaringan sumber daya air meliputi:

a. wilayah sungai; b. cekungan air tanah; c. situ;

d. sistem jaringan irigasi;

(26)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-27

Wilayah sungai yang berada pada kota Tangerang meliputi:

a. wilayah sungai Ciliwung – Cisadane yang merupakan wilayah sungai lintas provinsi

b. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kota Tangerang, yaitu: DAS Cisadane, DAS Ciarab, DAS Cikapalidan, DAS Angke.

c. Selain wilayah sungai, terdapat pula wilayah cekungan air tanah yang meliputi:

d. CAT Serang – Tangerang yang merupakan CAT Provinsi dan d. Sebagian CAT Jakarta yang merupakan

CAT lintas provinsi Sedangkan untuk situ di wilayah Kota Tangerang terdiri dari:

a. Situ Cipondoh dengan luas kurang lebih 126,17 (seratus dua puluh enam koma tujuh belas) hektar;

kurang lebih 21 (dua puluh satu) hektar dan masih terdapat beberapa saluran irigasi utama yang terdiri

dari:

a. Saluran Induk Irigasi Cisadane Utara seluas kurang lebih 5,5 (lima koma lima) hektar; b. Saluran Induk Irigasi Cisadane Barat seluas kurang lebih 10,7 (sepuluh koma tujuh) hektar; c. Saluran Induk Irigasi Cisadane Timur seluas kurang lebih 8,7 (delapan koma tujuh) hektar; dan d. Saluran Induk Tanah Tinggi seluas kurang lebih 4,5 (empat koma lima) hektar.

Keberadaan saluran irigasi yang diarahkan untuk menunjang penyediaan air bagi lahan pertanian

eksisting yang ada di Kota Tangerang dengan kriteria pengembangan sistem jaringan irigasi adalah:

a. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan pada keterkaitan antara air hujan, air permukaan, dan air tanah secara terpadu dengan mengutamakan pendayagunaan air permukaan.

b. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan prinsip satu sistem irigasi satu kesatuan pengembangan dan pengelolaan, dengan memperhatikan kepentingan pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi di bagian hulu, tengah, dan hilir secara selaras.

c. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan oleh pemerintah wajib melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan mengutamakan kepentingan dan peran serta masyarakat.

(27)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-28

Angke, Saluran Induk Cisadane Timur, Saluran Induk Cisadane Barat, Saluran Induk Tanah Tinggi,

Situ Cipondoh, Situ Bulakan, dan tandon air yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan.

Sedangkan untuk sistem pengendali banjir di wilayah Kota Tangerang meliputi:

a. normalisasi aliran sungai, kali, dan saluran pembuang; b. normalisasi dan/atau pengerukan situ;

c. penataan dan/atau pelebaran sungai, kali dan saluran pembuang; d. penurapan dan pompanisasi sungai, kali, dan saluran pembuang; dan

e. pembuatan polder dan/atau tandon air dan/atau kolam resapan dan sumur resapan di seluruh wilayah kota.

Arahan pemanfaatan ruang pada wilayah di sekitar sungai, situ/rawa, dan saluran irigasi sebagai

ruang terbuka dan jalur hijau utama kota untuk menjamin keseimbangan ekologi kota. Rencana sistem

jaringan sumber daya air wilayah Kota Tangerang dilengkapi dengan peta Rencana Sistem Jaringan

Sumber Daya Air Kota Tangerang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar

SISTEM INFRASTRUKTUR PERKOTAAN

Sistem infrastruktur perkotaan di wilayah Kota Tangerang meliputi:

a. sistem penyediaan air minum; g. jalur evakuasi bencana;

h. sistem proteksi kebakaran; dan i. sistem perparkiran.

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Air minum merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, demikian pula dengan kota

Tangerang. Warga kota harus dapat mengakses air minum dengan harga yang terjangkau, khususnya

bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Pemerintah Kota Tangerang perlu

(28)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-29

menyusun rencana sebaik mungkin. Hal utama dalam penyediaan air minum adalah ketersediaan

sumber air baku yang tersedia di kota Tangerang atau daerah terdekat. Sumber air yang dapat

digunakan untuk air minum adalah mata air, namun tidak tersedia di daerah Tangerang. Yang ada

adalah sumber air baku dari sungai Cisadane dan Situ-situ. Salah satu yang dapat dijadikan sumber air

baku adalah air dari bendungan Karian dengan pengolahan penjernihan air di Parung Panjang. Air

tanah tidak disarankan untuk diambil, apalagi dalam jumlah yang besar, karena akan merusak

lingkungan.

Gambar 5.5

(29)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-30

Kriteria pengembangan sistem prasarana air minum adalah sebagai berikut:

a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dan swasta selain pemerintah dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan prasarana air bersih.

b. Melindungi masyarakat berpendapatan rendah melalui subsidi, peningkatan blok tarif, hibah dan insentif lain yang bisa meningkatkan penyediaan air bersih.

c. Memperkuat kapasitas komunitas untuk meningkatkan sumber financial, manajemen air dan penyediaan fasilitas air bersih.

d. Rehabilitasi dan perlindungan air yang didasarkan pada ekosistem untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas sumber air.

e. Penyediaan prasarana air bersih dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. f. Sistem penyediaan air minum di wilayah Kota Tangerang meliputi:

a. jaringan perpipaan; dan

b. jaringan non-perpipaan.

Pengembangan sistem penyediaan air minum jaringan perpipaan di wilayah Kota Tangerang

meliputi:

a. pengembangan penyediaan air minum dilakukan untuk memenuhi cakupan pelayanan minimal 80 (delapan puluh) persen dari seluruh jumlah penduduk;

b. pengembangan unit air baku yang memanfaatkan air permukaan bersumber sungai, situ, dan tandon, meliputi Sungai Cisadane, Saluran Induk Cisadane Timur di Kecamatan Benda dan Batuceper, Saluran Induk Tanah Tinggi, Suplesi Bendung Nerogtog Kali Angke, dan Situ Cipondoh di Kecamatan Cipondoh dan Saluran Induk Cisadane Barat dan Situ Bulakan di Kecamatan Periuk;

c. pengembangan unit produksi dan sistem distribusi yang disesuaikan dengan wilayah layanan dengan mempertimbangkan optimasi ruang, efisiensi dan efektifitas pelayanan;

d. pengembangan sistem penyediaan air minum dilakukan menurut tiga zona pelayanan terdiri atas:

1. Zona Riungdaperuk meliputi Kecamatan Neglasari, Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Benda dan Kecamatan Periuk;

2. Zona Karpiladug meliputi Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Pinang, Kecamatan Larangan, dan Kecamatan Ciledug; dan

(30)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-31

e. pengembangan sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud pada huruf d terdiri atas jaringan distribusi primer, jaringan distribusi sekunder dan jaringan retikulasi yang pengembangannya diintegrasikan dengan sistem jaringan jalan dan saluran;

f. pengembangan unit pelayanan dilakukan dengan mempertimbangkan optimasi ruang, efisiensi dan efektifitas pelayanan; dan

g. pengembangan unit pengelolaan berupa bangunan gedung kantor dilakukan dengan mempertimbangkan optimasi ruang, efisensi dan efektifitas pelayanan.

Pengembangan sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan di wilayah Kota Tangerang

meliputi:

a. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan hanya dilakukan pada wilayah yang belum terlayani oleh Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) perpipaan;

b. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan dilakukan dalam bentuk individual, komunal, dan komunal khusus; dan

c. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan berbentuk individual, komunal, dan komunal khusus dilakukan dengan mempertimbangkan optimasi spasial, efektifitas dan efisiensi.

Rencana pengembangan pelayanan jaringan air minum dilengkapi dengan peta Rencana

Pengembangan Pelayanan Jaringan Air Minum Kota Tangerang sebagaimana dapat dilihat pada

Gambar 3.6.

SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH

Sistem pengelolaan air limbah di wilayah Kota Tangerang meliputi:

a. air limbah domestik;

b. air limbah industri; dan

(31)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-32

Gambar 3.6

(32)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

(33)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-34

Kriteria pengembangan sistem pengelolaan air limbah adalah:

a. Pengembangan prasarana air limbah diarahkan untuk meminimalkan tingkat pencemaran pada badan air dan air tanah, serta meningkatkan sanitasi kota melalui pemisahan antara sistem jaringan air limbah domestik, air limbah industri dan air limbah rumah sakit dan sistem drainase;

b. Pengembangan prasarana air limbah diarahkan untuk mencapai integrasi antara rencana penyediaan air bersih dengan pengelolaan limbah sehingga setiap limbah yang dihasilkan dari pemanfaatan air bersih dapat langsung terkelola dengan baik.

c. prasarana air limbah domestik skala komunitas berbasis masyarakat diarahkan pada kawasan kumuh perkotaan, masyarakat pendapatan rendah dan rawan sanitasi.

d. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam upaya pengembangan sistem pengelolaan air limbah di permukiman dan kawasan industri dan rumah sakit.

e. Pelaksanaan penanganan air limbah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan air domestik yang berasal dari kakus (black water) penduduk Kota Tangerang sebagian

besar adalah dengan menggunakan pengolahan setempat (on site), yaitu berupa tangki septik dan

sistem peresapan di halaman rumahnya. Sedangkan untuk air limbah yang berasal dari mandi, cuci

dan dapur (grey water), umumnya dibuang langsung ke saluran drainase yang ada di depan

rumah. Namun sebagian masyarakat juga masih melakukan pembuangan air limbah langsung ke

badan air seperti sungai dan situ, terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan tersebut.

Sistem pengelolaan air limbah domestik yang akan dikembangkan di wilayah Kota Tangerang meliputi:

a. pengembangan prasarana air limbah domestik terdiri atas pengembangan prasarana limbah yang dihasilkan oleh kegiatan di kawasan perumahan, permukiman, dan kawasan perdagangan dan jasa;

b. pengembangan sistem prasarana air limbah domestik diarahkan untuk pengembangan sistem sanitasi setempat dengan pengendalian yang memadai;

c. peningkatan kualitas dan pengembangan pelayanan prasarana air limbah domestik sistem sanitasi terpusat yang telah ada meliputi IPAL TanahTinggi, IPLT Bawang, dan Kolam Oksidasi Perumnas 1;

d. peningkatan akses pelayanan air limbah domestik hingga mencapai cakupan pelayanan minimal 80 (delapan puluh) persen dari seluruh jumlah penduduk dengan memprioritaskan penggunaan sistem terpusat dan sistem setempat; dan

(34)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-35

masuk ke badan air penerima dengan membuat instalasi pengolahan limbah domestik dengan menggunakan tanaman hias (ecotech garden).

Ecotech garden adalah suatu inovasi dalam mengolah limbah domestik greywater maupun effluen tangki septik dengan menggunakan tanaman hias yang diprakarsai oleh Ir. Ratna Hidayat. Greywater adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa

makanan) dan tempat cuci. Sistem ini menggunakan selokan terbuka yang ditanami tanaman hias

seperti, Melati air, Kana (bunga Tasbeh), Arrowhead Sagita Japanica, dan lain-lain yang dapat menurunkan kandungan BOD, COD bahkan Phospat. Selain menurunkan beban pencemar, sistem ini juga menambah keindahan karena membuat kesan dekoratif. Sistem ini sudah

diterapkan di Komplek Perumahan Bumi Asri Padasaka sejak tahun 2005.

Sistem pengelolaan air limbah industri yang akan dikembangkan di wilayah

Kota Tangerang meliputi:

a. pemenuhan standar buangan yang sesuai dengan baku mutu air limbah industri;

b. untuk industri skala besar dan menengah, pengembangan pengolahan air limbah dilakukan secara sistem sanitasi setempat dengan teknologi yang lebih maju yang dibarengi dengan pengurangan beban pencemaran air limbah dan penerapan prinsip-prinsip teknologi bersih;

c. untuk industri kecil dan industri rumah tangga, dilaksanakan dengan pembuatan instalasi pengolahan limbah secara komunal dengan membentuk cluster atau kampung-kampung industri yang mempunyai karakteristik limbah yang relatif sama;

d. pembuatan instalasi pengolahan air limbah industri secara terpadu dapat dikembangkan dengan cara mendorong pihak swasta dan masyarakat dengan sistem:

1. pelayanan dilaksanakan dengan sistem gabungan antara sistem perpipaan dan pengangkutan secara manual dengan menggunakan truk tanki;

2. pemilihan industri yang akan dilayani didasarkan pada kuantitas dan karakteristik buangan yang dihasilkan;

3. pengembangan prasarana limbah industri terpusat untuk mencegah pencemaran tanah dan sumber air melalu sistem jaringan perpipaan tertutup dengan sistem cluster, dengan rincian sebagai berikut:

- IPAL Terpusat 1 yang melayani Cluster 1 yaitu industri yang berada di daerah sekitar Kali Sabi dan Sungai Cirarab yang berdekatan dengan Sungai Cisadane sebelah selatan;

(35)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-36

Saluran Mookervart yang berdekatan dengan Sungai Cisadane sebelah utara

Sistem pengelolaan limbah limbah cair lainnya yang akan dikembangkan di wilayah Kota Tangerang

meliputi pemenuhan yang sesuai dengan baku mutu air limbah bagi kegiatan rumah sakit, hotel dan

limbah domestik dari kegiatan/dan atau usaha seperti mall, apartemen, restoran, dengan pengolahan

sistem sanitasi setempat instalasi pengolahan air limbah dan penerapan prinsip-prinsip teknologi bersih.

Sistem pengelolaan air limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Rencana sistem pengelolaan air limbah Kota Tangerang dijelaskan lebih rinci dalam peta

(36)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-37

Gambar 3.7

(37)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-38

SISTEM PERSAMPAHAN

Sampah adalah pencerminan wajah kota. Kota yang bersih tanpa terlihat sampah, akan

meningkatkan citra sebuah kota. Untuk memperoleh citra tersebut, perlu disusun rencana sebagai

berikut:

a. Pengelolaan angkutan sampah dari sumbernya (perumahan/industri/pertokoan) ke tempat pembuangan akhir.

b. Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir.

c. Pengolahan sampah menjadi barang bernilai ekonomis, antara lain dengan memproduksi gas metane dari sampah organik selain pembuatan kompos

d. Pengurangan Volume Sampah

Kriteria pengembangan sistem persampahan adalah:

a. Sistem pengelolaan persampahan diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.

b. Pengembangan persampahan diarahkan untuk meminimalkan volume sampah sejak dari sumbernya dan pengembangan prasarana pengolahan sampah dengan teknologi yang tepat guna dan berwawasan lingkungan.

c. Mendorong penggunaan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.

d. Pelaksanaan penanganan sampah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rencana pengembangan sistem persampahan di wilayah Kota Tangerang meliputi:

a. peningkatan akses pelayanan pengelolaan persampahan hingga mencapai cakupan minimal 80 (delapan puluh) persen dari seluruh jumlah penduduk;

b. pengembangan usaha pemilahan dan minimalisasi sampah dengan pemanfaatan kembali oleh masyarakat secara swadaya melalui program pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan kembali sampah maupun dengan mengundang investor pemanfaat sampah;

c. upaya pengurangan timbulan sampah terdiri atas:

(38)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-39

2. penerapan teknologi yang ramah lingkungan; 3. kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan 4. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

d. mengoptimalkan pemanfaatan TPA sampah Rawa Kucing dengan menerapkan system sanitary landfill

secara bertahap.

e. pengadaan lokasi tempat penampungan sementara (TPS) terpadu pada setiap kelurahan;

f. pengembangan prasarana pemrosesan sampah yang memiliki kandungan bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan teknologi dan metode pemrosesan yang sesuai dengan peraturan perundangan; dan g. meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dan swasta dalam upaya pengembangan sistem

pengelolaan persampahan kota dengan teknologi yang berwawasan lingkungan.

Rencana pengembangan sistem persampahan Kota Tangerang dijelaskan lebih rinci dalam peta

Rencana Sistem Persampahan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.8.

SISTEM DRAINASE

Kriteria pengembangan sistem drainase adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan penanganan genangan melalui pembangunan sistem drainase perkotaan yang terintegrasi dengan prasarana dan sarana kota lainnya dengan prinsip terdesentralisir, efisien, efektif dan terpadu. b. Pengembangan sistem jaringan drainase harus terpisah dengan sistem jaringan air limbah karena dapat

membawa pada penurunan kualitas air permukaan.

(39)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-40

Gambar 3.8

(40)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-41

d. Pengembangan sistem jaringan drainase perkotaan yang mengarah pada konservasi air dan berlandaskan konsep drainase yang berwawasan lingkungan yaitu konsep tanpa peningkatan run-off (zero delta Q) melalui upaya menahan air hujan sebanyak-banyaknya sebelum akhirnya masuk ke badan air penerima seperti rawa/situ, tandon air, dan sumur resapan.

Rencana pengembangan sistem drainase di wilayah Kota Tangerang adalah sebagai berikut:

a. penataan kembali sempadan sungai dan situ sejalan dengan penataan sungai dan situ menurut fungsinya yaitu sebagai pengendali banjir, drainase, dan penggelontor;

b. pembangunan, peningkatan dan pengembangan fungsi situ, tandon air, kolam resapan dan sumur resapan sebagai lokasi tempat penampungan air terutama di bagian hulu dan daerah cekungan secara terbatas dan lahan terbuka;

c. pengembangan drainase diarahkan sebagai saluran air hujan yang merupakan saluran drainase utama sungai, drainase lingkungan, dan drainase jalan; dan

d. pembangunan polder dan/atau tandon dan/atau kolam dan sumur resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase lingkungan perumahan dan pengembangan kawasan.

Strategi pengembangan sistem drainase kota meliputi:

a. sistem jaringan drainase kota terdiri atas jaringan drainase makro dan mikro;

b. jaringan drainase makro sebagaimana dimaksud pada huruf a merupakan bagian dari sistem pada masing-masing DAS di Kota Tangerang; dan

c. jaringan drainase mikro sebagaimana dimaksud pada huruf b terdiri dari drainase primer, sekunder, dan tersier yang ditetapkan dengan menggunakan pendekatan sub DAS pada masing-masing kecamatan di Kota Tangerang.

Rencana sistem jaringan drainase wilayah Kota Tangerang digambarkan dalam peta Rencana Jaringan

(41)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-42

Gambar 5.9

(42)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-43

PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN PRASARANA DAN SARANA JARINGAN JALAN PEJALAN KAKI

Skenario pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki untuk Kota Tangerang

adalah memposisikan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki sebagai kepanjangan dari

sistem angkutan umum berjadwal dan memiliki rute tetap. Pengembangan prasarana dan sarana

jaringan jalan pejalan kaki di sini tidak akan (tidak perlu) mengubah tatanan dan pengaturan

pemanfaatan ruang yang sudah ditetapkan.

Rencana pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki Kota Tangerang tahun

2010-2030, dengan lebar sekurang-kurangnya 2 (dua) meter adalah untuk mendukung pengembangan

prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki di kawasan pusat kota dan sub pusat kota.

Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki meliputi:

a. trotoar;

b. penyeberangan sebidang berupa tempat penyeberangan yang dinyatakan dengan marka jalan dan atau rambu lalu lintas serta dapat didukung dengan lampu lalu lintas; dan

c. penyeberangan tidak sebidang berupa jembatan penyeberangan atau terowongan penyeberangan.

Rencana pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki meliputi:

a. Rencana peningkatan fasilitas pedestrian/trotoar yang sudah ada di jalan- jalan di kawasan pusat kota dan sub pusat kota, yang menghubungkan antar kawasan fungsional di pusat kota utamanya kawasan perdagangan, perkantoran, sekolah dan rekreasi/wisata, serta mengkaitkannya dengan lokasi-lokasi perhentian angkutan umum (halte).

b. Rencana peningkatan fasilitas pedestrian/trotoar yang sudah ada di jalan- jalan di luar kawasan pusat kota, yang menghubungkan antar kawasan fungsional sekitar utamanya kawasan perumahan, sekolah dan rekreasi/wisata, serta mengkaitkannya dengan tempat perhentian angkutan umum (halte).

c. Rencana pengembangan jalur pedestrian/trotoar yang baru di jalan-jalan di kawasan pusat kota, sub pusat kota, dan di luar kawasan pusat kotameliputi:

- Penyediaan lahan bagi jalur pedestrian dilakukan dengan cara melalui pembebasan lahan pekarangan/bangunan dan membangun trotoar jalan.

- Penyediaan lahan bagi jalur pedestrian yang baru dapat dilakukan bersamaan dengan rencana peningkatan jalan (rencana-rencana pelebaran jalan yang telah disusun oleh Pemerintah Kota Tangerang).

(43)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-44

dengan lampu lalu lintas atau tanpa lampu lalu lintas serta pada ruas jalan yang memiliki tingkat penyeberang jalan yang tinggi;

e. penyediaan penyeberangan tidak sebidang ditempatkan pada lokasi rawan kecelakaan bagi pejalan kaki, lokasi dengan volume arus lalu lintas dan pejalan kaki yang menyeberang tinggi serta lokasi penyeberangan sebidang yang tersedia sudah mengganggu lalu lintas yang ada;

f. penyediaan jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, d, dan e tetap mempertimbangkan segi keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kelancaran dengan memperhatikan bagi penyandang cacat serta terintegrasi dengan sistem transportasi lainnya.

PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN PRASARANA DAN SARANA JARINGAN JALUR SEPEDA

Pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalur sepeda di wilayah Kota

Tangerang meliputi:

a. koridor primer yang meliputi koridor Sungai Cisadane, koridor Hasyim Ashari – Cisadane – Sudirman dan koridor Gatot Subroto – Merdeka – Cisadane;

b. koridor sekunder yang meliputi koridor Daan Mogot – Cisadane, koridor Ciledug – Hasyim Ashari, koridor Cikokol – Cisadane dan koridor Kian Santang – Gandasari; dan

c. penyediaan jalur sepeda sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b tetap mempertimbangkan segi keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kelancaran dengan memperhatikan bagi penyandang cacat serta terintegrasi dengan sistem transportasi lainnya.

Pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalur sepeda digambarkan dalam peta Rencana

Pengembangan Jalur Sepeda sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.10.

JALUR EVAKUASI BENCANA

Jalur evakuasi bencana meliputi escape way dan melting point. Jalan-jalan yang ditetapkan sebagai

jalur penyelamatan (escape way) meliputi jalan-jalan lingkungan perumahan dan jalan protokol di

sekitar wilayah rawan banjir yang mengarah ke tempat-tempat penampungan terdiri atas:

(44)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 Hasanudin di Kecamatan Batuceper;

d. Ruas jalan-jalan di lingkungan perumahan−Jalan Husein Sastranegara−Jalan Atang Sanjaya di Kecamatan Benda;

e. Ruas jalan-jalan di lingkungan perumahan−Jalan Ki Hajar Dewantoro−Jalan KH. Ahmad Dahlan−Jalan Maulana Hasanudin−Jalan KH. Hasyim Ashari di Kecamatan Cipondoh;

f. Ruas jalan-jalan di lingkungan perum ahan–Jalan KH. Hasyim Ashari di Kecam atan Pinang, Kecam atan Karang Tengah, dan Kecam atan Ciledug;

g. Ruas jalan-jalan di lingkungan perum ahan – Jalan Kali Sabi – Jalan Gatot Subroto – Jalan Dipati Ukur di Kecam atan Cibodas;

h. Ruas jalan-jalan di lingkungan perum ahan – Jalan Vila Tangerang Raya – Jalan Doyong – Jalan M . Toha di Kecam atan Periuk;

i. Ruas jalan-jalan di lingkungan perum ahan – Jalan M . Toha – Jalan Benua Indah – Jalan Aria Wasangkara di Kecam atan Karawaci.

j. Ruas jalan-jalan di lingkungan perumahan−Jalan AMD Manunggal−JalanIskandar Muda−Jalan M arsekal Suryadarm a di Kecam atan Neglasari; dan

k. Ruas jalan-jalan di lingkungan perumahan−Jalan Dr. Sutomo−Jalan Puri Beta Utara−Jalan

Swadaya−Jalan Gotong Royong di Kecamatan Larangan.

Kawasan ruang bencana ditetapkan pada balai warga, sarana peribadatan, serta ruang terbuka berupa

lapangan atau ruang-ruang lainnya yang dapat berubah fungsi menjadi melting point ketika bencana terjadi yang meliputi:

a. Kecamatan Tangerang di Kelurahan Cikokol dan Kelurahan Sukasari; b. Kecamatan Jatiuwung di Kelurahan Alam Jaya;

c. Kecamatan Batuceper di Kelurahan Kebon Besar dan Kelurahan Poris Jaya; d. Kecamatan Benda di Kelurahan Benda dan Kelurahan Jurumudi Baru

e. Kecamatan Cipondoh di Kelurahan Petir, Kelurahan Gondrong, Kelurahan Cipondoh, dan Kelurahan Cipondoh Indah;

f. Kecamatan Ciledug di Kelurahan Tajur, Kelurahan Parung Serab, dan Kelurahan Sudimara Selatan g. Kecamatan Karawaci di Kelurahan Nambo Jaya, Kelurahan Bugel, dan Kelurahan Pabuaran; h. Kecamatan Periuk di Kelurahan Gembor, Kelurahan Sangiang Jaya, dan Kelurahan Priuk;

(45)

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-46

Baru, dan Kelurahan Jatiuwung.

j. Kecamatan Negasari di Kelurahan Kedaung Wetan dan Kelurahan Selapajang;

k. Kecamatan Pinang di Kelurahan Pinang, Kelurahan Kunciran, dan Kelurahan Nerogtog

l. Kecamatan Karang Tengah di Kelurahan Pedurenan, Kelurahan Pondok Bahar, Kelurahan Karang Mulya, Kelurahan Karang Timur, dan Kelurahan Parung Jaya;

m. Kecamatan Larangan di Kelurahan Larangan Utara, Kelurahan Larangan Indah, dan Kelurahan Kreo

Ruang terbuka yang dapat berubah fungsi menjadi ruang evakuasi bencana dilengkapi dengan standar

pelayanan minimum prasarana pendukung ruang evakuasi.

Jalur evakuasi bencana digambarkan dalam peta Jalur Evakuasi Bencana

(46)

M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-47

Gambar 5.10

Gambar

Gambar. 5.1.
Gambar 5.2
Gambar 5.3 PETA RENCANA SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI KOTA TANGERANG
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Begitulah bisnis “gratisan” di dunia internet, paling tidak setelah Anda melewati masa 1 tahun, Anda harus membayar kurang lebih $3 dollar US untuk memperpanjang layanan pada

Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Karimun adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Karimun yakni sebesar 4,80 persen, sedangkan yang terendah di

Langkah 6: Buat lembar hitungan (tally sheet) dengan memasukkan data angka ke dalam kelas yang telah ditentukan. Setelah pemasukan angka angka sedemikian

Menurut Darminto (2010) kinerja keuangan juga merupakan keseluruhan hasil kerja manajemen dalam mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki yang dapat.. Kinerja

Melalui temuan dan analisis data di atas dapat dilihat bahwa adanya pembongkaran representasi kulit hitam dalam aspek kepemimpinan dan heroisme. Namun pembongkaran itu

Penyesuaian pernikahan tergolong sedang dengan nilai paling rendah ada pada 10 pasang yang menikah dini yang suaminya berusia kurang dari 19 tahun, berpenghasilan kurang dari

Dari hasil simulasi mekanisme motor bakar satu silinder dengan menggunakan MATLAB disimpulkan bahwa dengan penambahan bobot massa sebesar 0,6 kali massa yang terkonsentrasi

Kawasan Asia Tenggara pada masa protosejarah sebenarnya merupakan wilayah Kawasan Asia Tenggara pada masa protosejarah sebenarnya merupakan wilayah yang dinamis dalam perkembangan