BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara hukum, yang sistem pemerintahan
diselenggarakan berdasarkan hukum/ peraturan yang berlaku. Paraturan tertulis
yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat
secara umum, yang berisi suatu aturan dan sanksi. Dalam realitanya setiap
peraturan itu harus harmonisasi dengan peraturan lainnya, sehingga tidak terjadi
timpang tindih, perselisihan didalam pengaturan. Proses harmonisasi ini
memerlukan ketelitian, kecermatan, dan keakuratan dalam mengidentifikasikan
peraturan Perundang-undangan yang terkait. Contoh dari suatu Peraturan
Perundang-undangan adalah Peraturan Presiden, yaitu peraturan yang dibuat oleh
Presiden yang materi muatan Peraturan Presiden adalah materi yang diperintahkan
oleh Undang-Undang atau materi untuk melaksanakan peraturan pemerintah.1 Salah satu bagian dari Peraturan Presiden adalah Peraturan tentang
pengadaan barang. Peraturan yang telah mengalami revisi sebanyak 7 (tujuh) kali
sejak pengadaan barang ini diatur untuk pertama kalinya yaitu melalui Keputusan
Presiden (Keppres) No. 80 Tahun 2003.
Pengadaan barang merupakan intrumen penting dalam mendapatkan
barang yang dibutuhkan pemerintah dalam rangka menunjang penyelenggaraan
negara. Dalam pelaksanaannya harus dapat dilakukan dengan efektif dan efisien,
1
dengan memperhatikan asas persaingan yang sehat, transparan, terbuka, dan
perlakuan yang adil bagi semua pihak sehingga hasilnya dapat dipertanggung
jawabkan baik dari segi fisik keuangan maupun kemanfaatan bagi kelancaran
tugas pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat.
Pengadaan barang dan jasa dimulai sejak adanya pasar dimana orang
dapat membeli atau menjual barang. Cara atau metode yang digunakan dalam
membeli barang dipasar adalah dengan cara tawar-menawar secara langsung
antara pihak pembeli atau pihak pengguna dengan pihak penjual atau pihak
penyedia barang. Apabila dalam proses tawar-menawar telah tercapai kesepakatan
harga, maka dilanjutkan dengan transaksi jual beli, yaitu pihak penyedia barang
menyerahkan barang kepada pihak pengguna dan pihak pengguna membayar
berdasarkan harga yang disepakati kepada pihak penyedia barang. Proses tawar
menawar dan proses transaksi jual beli dilakukan secara langsung tanpa didukung
dengan dokumen pembelian maupun dokumen pembayaran dan penerimaan
barang.
Apabila barang yang akan dibeli jumlah dan jenisnya banyak, dan setiap
waktu jenis tersebut dilakukan tawar-menawar, maka akan memakan waktu.
Untuk menghemat waktu, pengguna menyusun secara tertulis jenis dan jumlah
barang yang akan dibeli, selanjutnya diberikan kepada penyedia barang untuk
mengajukan penawaran secara tertulis pula. Daftar barang yang disusun secara
penawaran harga yang dibuat secara tertulis merupakan asal-usul dokumen
penawaran.2
Selanjutnya pihak pengguna menyampaikan daftar barang yang akan
dibeli tidak hanya kepada satu tetapi kepada beberapa penyedia barang. Dengan
meminta penawaran kepada beberapa penyedia barang, pengguna dapat memilih
harga penawaran yang paling murah dari setiap jenis barang yang akan dibeli.
Cara tersebut menjadi cikal-bakal pengadaan barang dengan cara lelang.
Pelelangan di dalam pengadaan barang dan jasa dilaksanakan untuk
kepentingan pemerintah yang merupakan salah satu alat untuk menggerakkan
roda perekonomian, oleh karenanya penyerapan anggaran melalui pengadaan
barang ini menjadi sangat penting. Namun, tidak kalah penting dari itu adalah
urgensi pelaksanaan pelelangan dalam hal pengadaan yang efektif dan efisien
serta ekonomis untuk mendapatkan manfaat maksimal dari penggunaan anggaran.
Telah banyak sorotan diarahkan pada berbagai masalah di seputar pelelangan
dalam pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan pemerintah, antara lain
karena banyaknya penyimpangan dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun
pengawasannya.
Hal ini dikarenakan pengadaan barang dalam pelaksanaan pelelangan
dana nya bersumber dari APBD, APBD yang kita ketahui saat ini bagi para
personil (PNS) sangat riskan untuk terjadinya suatu tindakan yang dapat
merugikan Negara yaitu KKN.
2
Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut diatas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam tentang pelaksanaan
pelelangan didalam pemenuhan barang di lingkungan sekretariat Provinsi
Sumatera Utara (Provsu) berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 tahun
2003 dan perubahannya Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 tahun 2007.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapatlah dirumuskan apa
yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini:
1. Bagaimana penerapan prinsip pelelangan berdasarkan Peraturan
Presiden (Perpres) No. 95 tahun 2007 di dalam prosedur pelelangan
yang dilaksanakan di lingkungan sekretariat Provinsi Sumatera Utara
(Provsu)?
2. Bagaimana pemberlakuan sanggahan dalam proses pelelangan di
lingkungan sekretariat Provinsi Sumatera Utara (Provsu) jika ditinjau
berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 tahun 2007?
3. Apakah kesesuaian jangka waktu dalam penerapan sertifikat barang
telah berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 tahun 2007?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka tujuan penulisan skripsi ini
secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan prinsip pelelangan berdasarkan
pelelangan yang dilaksanakan di lingkungan sekretariat Provinsi
Sumatera Utara (Provsu)
2. Untuk mengetahui pemberlakuan sanggahan dalam proses
pelelangan di lingkungan sekretariat Provinsi Sumatera Utara
(Provsu)
3. Untuk mengetahui kesesuaian jangka waktu dalam penerapan
sertifikat barang di dalam lingkungan sekretariat Provinsi Sumatera
Utara (Provsu) dalam proses pelelangan
Setiap tulisan yang dibuat diharapkan dapat memberikan manfaat,
adapun manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Manfaat Secara Teoritis
Secara teoritis, pastilah pembahasan terhadap masalah-masalah yang
akan dibahas akan menimbulkan pemahaman di dalam pelaksanaan
pelelangan dalam hal pengadaan barang. Pelelangan adalah salah satu
prosedur dalam pemenuhan pengadaan barang. Dengan adanya
penulisan ini maka diharapkan agar pembaca semakin mengetahui
tentang keberadaan pelelangan dan lebih teliti untuk memperhatikan
peraturan-peraturan yang terkait dan berhubungan dengan pelelangan
sebagai salah satu prosedur dalam pemenuhan barang.
2. Manfaat Secara Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca
terutama bagi pelaku tender proyek dalam melaksanakan pelelangan
berlaku, juga sebagai bahan untuk kajian bagi para akademisi dalam
menambah wawasan pengetahuan di bidang pelelangan.
D. Keaslian Penulisan
Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
selama masa perkuliahan di Fakultas Hukum USU berdasarkan hal ini lah timbul
keinginan untuk membahas tentang pelelangan. ” Tinjauan terhadap Penerapan
Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007 dalam Pelaksanaan Pelelangan di
Lingkungan Sekretariat Provinsi Sumatera Utara (Provsu)” yang diangkat menjadi
judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum USU. Penyusunan ini
berdasarkan hasil pemikiran dan ide sendiri yang didasarkan pada referensi dari
buku-buku, artikel-artikel, serta informasi dari media cetak maupun elektronik,
dan bantuan dari berbagai pihak.
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Lelang
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia lelang adalah penjualan
dihadapan orang banyak (dengan tawaran yang atas mengatas) dipimpin oleh
pejabat lelang, sedangkan yang dimaksud melelangkan atau memperlelangkan
adalah:3
1. menjual dengan jalan lelang
2. memberikan barang untuk dijual dengan jalan lelang
3. memborongkan pekerjaan
3
Pengertian lelang menurut kamus hukum dalam bahasa Inggris, Lelang
adalah auction, yaitu “public sale white goods are sold to the person making the
highest bids or offers”(Penjualan di hadapan umum di mana barang-barang dijual
kepada orang yang membuat tawaran atau penawaran tertinggi).4
Lelang menurut Kamus Istilah Ekonomi adalah penjualan umum yang
diadakan setelah mengumumkan kepada masyarakat tentang diselenggarakannya
suatu lelang melalui iklan pada media masa atau pemberitahuan lainnya.5
Adapun pengertian lelang menurut peraturan lelang (vendu Reglement
Staatsblad 1908-189), Penjualan umum adalah ”openbare varkoopingen”
verstaan veilingen en verkoopingen van zaken, walke in het openbaar bij opbod,
afslag of inschrijving worden met de deiling of verkooping in kennis toegelaten
personen gelegenheid wordt gegeven om te bieden, te mijnen of in te schrijven.6 (Pelelangan atau penjualan barang-barang yang dilakukan kepada umum dengan
harga penawaran yang meningkat atau menurun atau dengan pemasukan harga
dalam sampul tertutup atau kepada orang-orang yang diundang ataus sebelumnya
diberitahu mengenai pelelangan atau penjualan itu, atau diizinkan untuk ikut serta,
dan diberi kesempatan untuk menawarkan harga, menyetujui harga yang
ditawarkan atau memasukkan harga dalam sampul tertutup).
4
Ibid, hlm 4 5
Frista widodo, 2008, Kamus Istilah Ekonomi, Lintas Media, Jombang, hlm 430 6
2. Pengertian Barang
Barang adalah suatu benda dalam berbagai dan uraian yang meliputi:7 1. bahan baku
2. bahan setengah jadi
3. barang jadi atau peralatan
4. spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang
Barang menurut kamus istilah ekonomi adalah sesuatu benda yang nyata
yang dapat memenuhi kebutuhan manusia.8 Barang menurut UU Perlindungan Konsumen adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat
dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau
dimanfaatkan oleh konsumen9
Barang di dalam Hukum Perdata dikenal dengan Benda. Didalam KUH
Perdata sangat menekankan sekali pembagian benda antara lain: benda bergerak
dan benda tidak bergerak, serta benda berwujud dan tidak berwujud.10
F. METODE PENELITIAN
Dalam penulisan karya ilmiah, data adalah merupakan dasar utama,
karenanya metode penelitian sangat diperlukan dalam penyusunan skripsi. Oleh
7
Salim,HS, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUHPerdata, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm 258
8
Frista Widodo, Op.cit, hlm 334 9
http://www.bantuanhukum.info, diakses pada tanggal 19 April 2010 10
karena itu dalam penyusunan skripsi ini penulis menyusun data dengan
menghimpun data yang ada referensinya dengan masalah yang diajukan.
Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah gabungan antara
yuridis normatif dan yuridis empiris. Metode yuridis normatif adalah penelitian
yang mempergunakan sumber data sekunder atau penelitian hukum yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka, sedangkan metode penelitian
yuridis empiris adalah penelitian hukum yang memperoleh data dari sumber data
primer.11
Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah:
1. Bahan hukum primer, terdiri dari:
a. Norma atau kaedah dasar
b. Peraturan dasar
c. Peraturan perundang-undangan tentang pelelangan beserta
peraturan-peraturan terkait lainya seperti Peraturan Presiden
(Perpres) No. 95 Tahun 2007 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa,
2. Bahan Hukum Sekunder, seperti: hasil-hasil penelitian,
laporan-laporan, artikel, majalah, dan jurnal ilmiah, hasil-hasil seminar atau
pertemuan yang relevan dengan penelitian ini.
3. Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup
bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum, kamus
hukum serta bahan-bahan primer, sekunder, dan tersier diluar bidang
11
hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data
yang diperlukan dalam penelitian ini.12 Selanjutnya Situs Web juga menjadi bahan bagi penulisan skripsi ini sepanjang memuat
informasi yang relevan dengan penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan cara pengumpulan data sebagai berikut:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Dalam metode pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan ini
maka penulis melakukan dari berbagai sumber bacaan yang
berhubungan dengan judul pembahasan, baik dari literatur-literatur
ilmiah, majalah dan dari peraturan perundang-undangan.
Data yang diperoleh melalui studi pustaka dikumpulkan dan diurutkan
kemudian diorganisasikan dalam satu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar. Analisis data dalam skripsi ini adalah analisis dengan cara
kualitatif yaitu menganalisis secara lengkap dan komprehensif
keseluruhan data sekunder yang diperoleh sehingga dapat menjawab
permasalah-permasalahan dalam skripsi ini.13 2. Penelitan Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan ini penulis lakukan dengan menghubungkan
langsung dengan objek yang diteliti. Penelitian lapangan ini dilakukan
pada lingkungan sekretariat daerah Provinsi Sumatera Utara (Provsu),
yaitu dengan:
12
Bambang sunggono, 1998, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta hlm 195 13
a. wawancara (interview)
Wawancara (interview) adalah mengadakan interview kepada bapak
Wasito sebagai di Biro Perlengkapan dan Pengolahan Aset Pemprovsu
yang dianggap dapat mendapatkan data/ informasi tentang sistem
pelaksanaan pelelangan dalam pemenuhan pengadaan barang di
lingkungan sekretariat daerah Provinsi Sumatera Utara (Provsu).
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan
mencari informasi berdasarkan dokumen-dokumen Biro Perlengkapan
dan Pengolahan Aset Pemprov yang berkaitan dengan penelitian.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Gambaran secara keseluruhan mengenai skripsi ini akan dijabarkan
dengan cara menguraikan sistematika penulisannya yang terdiri atas 4 (empat) bab
yaitu:
Bab I Pendahuluan merupakan Bab yang memberikan ilustrasi guna
memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta
sistematis terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat
penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika
penulisan
Bab II Merupakan Bab yang berisikan tentang pelelangan dalam hukum
positif di Indonesia dan tinjauan pelelangan berdasarkan Peraturan
mengenai pengertian pelelangan, asas-asas pelelangan, fungsi dari
pelaksanaan pelelangan, jenis-jenis pelelangan, selain itu juga membahas
mengenai prinsip, kebijakan, dan etika pelelangan, prosedur di dalam
pelaksanaan pemenuhan barang, subjek serta objek dalam pelaksanaan
pelelangan, syarat pelelangan dalam pelaksanaan pelelangan.
Bab III Merupakan Bab yang berisikan tentang prosedur pelelangan
yang dilaksanakan di lingkungan sekretariat daerah Provinsi Sumatera
Utara (Provsu), hambatan-hambatan yang di timbulkan dalam proses
pelelangan di lingkungan sekretariat daerah Provinsi Sumatera Utara
yang ditinjau dari Segi Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersedia,
Segi Sarana dan Prasarana, dan Segi Kultur Hukum.
Bab IV Merupakan Bab yang berisikan tentang pelaksanaan pelelangan
di lingkungan sekretariat daerah Provinsi Sumatera Utara (Provsu)
berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007. Bab ini
terdiri dari penerapan prinsip pelelangan di lingkungan sekretariat
daerah Provinsi Sumatera Utara (Provsu) berdasarkan Perpres No. 95
tahun 2007, pemberlakuan sanggahan didalam pelaksanaan pelelangan
di lingkungan sekretariat Provinsi Sumatera Utara (Provsu), dan
kesesuaian jangka waktu dalam penerapan sertifikat barang yang ditinaju
berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007
Bab V Kesimpulan dan Saran, dan merupakan bagian akhir yang
berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penulisan dan kaitannya