• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Gula Terhadap Mutu Manisan Kulit Semangka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Gula Terhadap Mutu Manisan Kulit Semangka"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Semangka

Semangka berasal dari daerah tropik dan subtropik Afrika. Tumbuh liar di

tepi jalan, padang belukar, pantai laut, atau ditanam di kebun dan pekarangan

sebagai tanaman buah. Buah berbentuk bola sampai bulat memanjang, besar

bervariasi dengan panjang 20-30 cm, diameter 15-20 cm, dengan berat mulai dari

4 kg sampai 20 kg. Kulit buahnya tebal dan berdaging, licin, warnanya

bermacam-macam seperti hijau tua, kuning agak putih, atau hijau muda

bergaris-garis putih. Daging buah warnanya merah, merah muda (pink), jingga (oranye),

kuning, bahkan ada yang putih. Biji bentuk memanjang, pipih, warnanya hitam,

putih, kuning, atau cokelat kemerahan (Iptek, 2011).

Semangka (Citrullus lanatus) adalah tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah gurun di

dengan labu-labuaCucumis melo) da

(Cucumis sativus). Semangka biasa dipanen buahnya untuk dimakan segar atau dibuat

isinya

Tanaman semangka lanatus) dapat diklasifikasikan menurut botaninya sebagai berikut.

Divisi

Kelas

Ordo

(2)

Genus

Spesies .

(Wikipedia, 2011).

Tanaman ini berasal dari Afrika, dan saat ini telah menyebar ke seluruh

dunia baik didaerah subtropis maupun tropis. Tanaman ini merupakan salah satu

dari tanaman hortikultura, dan telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia

sebagai tanaman buah (Barus dan syukri, 2008).

Tanaman semangka bersifat tanaman semusim dan tergolong cepat

berproduksi yaitu sekitar 2-4 bulan. Di Indonesia ini banyak dikembangkan di

sekitar kota besar secara komersial, diantaranya Indramayu, Cirebon, Madiun,

Madura, Lombok, Sumatera Utara, dan sebagainya (Barus dan Syukri, 2008).

Buah semangka tua atau matang dikonsumsi sebagai buah segar dan buah

meja, sedangkan buah muda dapat dijadikan sayur atau bahan rujak. Biji dijadikan

sebagai kuaci dengan cara merendam dalam air garam, kemudian digoreng

(Barus dan Syukri, 2008).

Buah semangka yang dipanen tepat waktunya akan berwarna merah cerah,

bertekstur remah, renyah, manis, dan banyak mengandung air sehingga banyak

disukai orang. Pada saat cuaca panas, terutama dimusim kemarau, buah semangka

mudah ditemui dimana-mana, mulai dari pasar buah, rumah makan, penjaja buah,

bahkan sampai hotel-hotel (Prajnanta, 1996).

Standar atau kelas buah biasanya ditentukan oleh wujud dan penampilan

buah, serta kualitas, dan kondisinya. Buah semangka harus menunjukkan atau

(3)

keseragaman, ukuran, warna kulit, bersih, dan sebagainya

(Barus dan syukri, 2008).

Komposisi Semangka

Semangka diketahui mengandung zat-zat tertentu yang cukup efektif

dalam membunuh sel-sel kanker. Semangka, pisang, dan rumput laut mengandung

zat seperti kalium yang mampu menghidupkan aktivitas fungsi sel darah putih

yang mampu meningkatkan sistem kekebalan. Hasil percobaan menunjukkan

bahwa semangka, pisang, dan rumput laut mengandung zat-zat yang dapat

menstimulir phagocyte. Phagocyte adalah suatu sel darah yang mampu

melindungi sistem darah dari infeksi dengan cara menyerap mikroba untuk

mematikan sel-sel penyebab kanker (Prajnanta, 1996). Komposisi kimia buah

semangka disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Komposisi kimia buah kulit semangka tiap 100 gram bahan

Komposisi Kimia Jumlah

Kalori (kal) 129.9

Protein (g) 2.51

Lemak (g) 0.15

Karbohidrat (g) 23.79

Abu (g) 0.41

Air (g)

Vitamin C (mg/100 g bahan)

67.75

7.63

(4)

Buah semangka memiliki zat kalium dan kadar air dalam jumlah tinggi.

Kandungan air dan kalium tersebut dapat membantu menetralkan tekanan darah.

Selain itu, manfaat buah semangka juga dapat memperkuat kinerja

memperkuat sistem pertahanan tubuh karena semangka juga mengandung

antioksidan da

Kulit semangka mengandung asam sitrulin, yang mampu meningkatkan

kadar oksidan nitrit di dalam tubuh. Selain meningkatkan sirkulasi darah, efeknya

bisa membuat tubuh menjadi lebih relaks. Semangka memiliki kandungan sitrulin

yang bermanfaat membuat pembuluh darah menjadi relaks dan memperlancar

aliran darah (Vivanews, 2011).

Beberapa ilmuan dari Amerika pada tahun 2005 telah menelaah

kandungan kulit semangka. Dari hasil penelitiannya membuktikan bahwa kulit

semangka kaya akan sitrulin. Sitrulin adalah asam amino. Namanya berasal dari

Citrullus, bahasa Latin untuk semangka, dari yang pertama kali diisolasi pada

tahun 1930. Sehingga jelas bahwa sitrulin juga ada dalam buah semangka. Akan

tetapi hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan sitrulin pada kulit semangka

lebih banyak dari pada dalam buahnya. Berikut adalah hasil penelitian Agnes M.

Rimandoa dan Penelope M. Perkins-Veazie : Kandungan sitrulin berkisar 3,9-28,5

mg/g berat kering (bk) dan adalah serupa di antara jenis berbiji dan jenis tanpa biji

(16,6 dan 20,3 mg/bk g, masing-masing). Kulit buah mengandung sitrulin lebih

dari daging atas dasar berat kering (24,7 dan 16,7 mg / bk g, masing-masing),

tetapi sedikit kurang pada berat segar (bb) dasar (1,3 dan 1,9 mg / bb g,

(5)

Kulit/pulp buah semangka juga kaya akan vitamin, mineral, enzim,

dan klorofil. Vitamin-vitamin yang terdapat pada kulit buah semangka meliputi

vitamin B2, vitamin B6, vitamin E, dan vitamin C. Kandungan vitamin E,

vitamin C, dan protein yang cukup banyak pada kulit buah semangka dapat

digunakan untuk menghaluskan kulit, rambut, dan membuat rambut tampak

berkila

Cara memanfaatkan kulit/pulp semangka dapat dikatakan tidak sulit. Di

beberapa negara seperti Amerika Selatan, Rusia, Ukraina, Rumania, Bulgaria, dan

Arab, kulit buah semangka sering dibuat acar atau dimakan sebagai sayuran.

Gula

Gula pada konsentrasi 65% atau lebih mengawetkan makanan dengan

menurunkan aktivitas air dan karena itu mencegah pertumbuhan mikroorganisme.

Produk seperti buah dalam sirup, selai, sirup, merupakan hasil pengolahan dengan

gula. Dalam industri modern, pengawetan dengan gula sering diperkuat oleh

panas, pendinginan, dan pengemasan hampa udara untuk membantu mencegah

pertumbuhan kapang pada permukaan produk dan perubahan warna atau

kehilangan aroma dan rasa (Hermana, 1991).

Gula digunakan pada berbagai produk makanan. Selain pemberi rasa

manis gula dalam konsentrasi tinggi berperan sebagai pengawet. Konsentrasi gula

yang tinggi (70%) sudah dapat menghambat pertumbuhan mikroba perusak

makanan (Estiasih dan Ahmadi, 1998).

Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan makanan dalam konsentrasi

(6)

menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (Aw)

dari bahan pangan berkurang (Buckle, et al., 1987).

Gula merupakan salah satu bahan pemanis yang sangat penting karena

hampir setiap produk mempergunakan gula. Fungsi gula sebagai bahan penambah

rasa, sebagai bahan perubah warna dan sebagai bahan untuk memperbaiki susunan

dalam jaringan (Subagjo, 2007).

Blansing

Proses blansing merupakan perlakuan pendahuluan untuk beberapa jenis

sayuran dan buah-buahandengan tujuan mendapatkan mutu produk yang

dikeringkan, dikalengkan, dan dibekukan dengan kualitas baik. Proses blansing

dibutuhkan jika terdapat waktu tunggu sebelum perlakuan panas pada proses

pengeringan atau pengalengan dilakukan (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

Pada dasarnya proses blansing bertujuan untuk menginaktifkan

enzim-enzim yang menyebabkan perubahan kualitas bahan pangan. Proses ini diterapkan

terutama pada bahan pangan segar yang mudah mengalami kerusakan akibat

aktivitas enzim yang tinggi (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

Blansing adalah pemanasan pendahuluan yang biasanya dilakukan

terhadap buah-buahan dan sayur-sayuran terutama untuk menginaktifkan

enzim-enzim di dalam bahan pangan tersebut, diantaranya adalah enzim-enzim katalase dan

perokside yang merupakan enzim-enzim yang paling tahan panas di dalam

sayur-sayuran (Winarno dkk., 1980).

Fermentasi

Pertumbuhan organisme perusak bahan pangan sangat terhambat dalam

(7)

adalah menurunkan pH bahan pangan tertentu dengan cara fermentasi anaerob

senyawa karbohidrat menjadi asam laktat. Tidak banyak kehilangan zat gizi akibat

proses fermentasi. Dalam beberapa hal malahan kadar zat gizi dapat ditingkatkan,

terutama melalui sintesis vitamin dan protein oleh mikroba

(Harris dan karmas, 1989).

Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab

fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat

menyebabkan perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahan

kandungan-kandungan bahan pangan tersebut (Winarno dkk, 1980).

Suatu metode pengawetan pangan yang penting ialah kombinasi antara

penggaraman untuk mengendalikan mikrobia secara selektif dan fermentasi untuk

memantapkan jaringan yang diawetkan (Desrosier, 2008).

Penambahan garam akan menyebabkan pengeluaran air dan gula dari

sayur-sayuran, dan menyebabkan timbulnya mikroba asam laktat. Pengaruh

pengawetan sebagian berasal dari pembentukan asam, kadar garam yang tinggi

menyebabkan mikroorganisme tidak tahan terhadap garam mati. Kondisi selektif

ini memungkinkan mikroorganisme tahan garam dapat tumbuh. Pengolahan

dengan garam biasanya merupakan kombinasi dengan pengolahan yang lain

seperti fermentasi dan enzimatis. Contoh pengolahan dengan garam adalah

pengolahan acar (pickle). Pembuatan acar (pickle) sayuran merupakan proses pengawetan melalui fermentasi yang disebabkan penurunan aktivitas enzim-enzim

alami dalamsayuran yang berperan dalam proses pembusukan sayuran dan

(8)

Kemampuan pemecahan substrat yang menghasilkan alkohol yang dapat

memacu bakteri mengubah alkohol menjadi asam asetat dan menyebabkan rasa

masam dan menurunnya nilai pH. Reaksi kimia dalam fermentasi asam laktat

adalah sebagai berikut.

C6H12O6 lactobacillus sp 2C2H5OH + 2CO2

Gula Alkohol

C2H5OH CH3COOH + H2O

Alkohol As. Asetat Air

(Harris dan karmas, 1989).

Proses fermentasi sayuran dilakukan dengan penambahan garam baik

berupa kristal maupun larutan. Dengan penambahan garam tersebut,

menyebabkan terjadinya seleksi mikroflora yang tumbuh. Jenis bakteri yang aktif

selama fermentasi tergolong dalam bakteri asam laktat yaitu Leuconostoc mesenteroides, Lactobacillus brevis, Pediococcuc acidilatici, P. Pentosaceus dan Lactobacillus plantarum (Setyohadi, 2008).

Manisan

Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai

oleh masyarakat. Rasanya yang manis bercampur dengan rasa khas buah sangat

cocok untuk dinikmati diberbagai kesempatan. Manisan kering adalah produk

olahan yang berasal dari buah-buahan dimana pemasakannya dengan

menggunakan gula kemudian di keringkan. Produk ini mempunyai beberapa

keuntungan diantaranya; bentuknya lebih menarik, lebih awet volume serta

bobotnya menjadi lebih kecil sehingga mempermudah pengangkutan

(9)

Manisan merupakan salah satu jenis makanan ringan yang biasanya

menggunakan gula pasir sebagai bahan pemanisnya. Pemberian sukrosa dalam

konsentrasi yang tinggi pada manisan bertujuan selain memberikan rasa manis

namun juga dapat mencegah pertumbuhan mikrobia (Makfoeld, 1982).

Manisan pada umumnya dibedakan terdiri dari manisan basah dan

manisan kering.Yang membedakan kedua macam manisan tersebut adalah

pembuatannya, daya awet dan penampakannya. Daya awet manisan kering lebih

lama dibandingkan dengan manisan basah. Hal ini disebabkan karena kadar air

manisan kering lebih rendah dan kadar gulanya lebih tinggi (Soetanto, 1998).

Pembuatan manisan buah terutama meliputi peresapan lambat dengan

sirup sampai kadar gula di dalam cukup tinggi sehingga dapat mencegah

pertumbuahan mikroba pembusuk. Proses pembuatan manisan dilakukan dengan

cara sedemikian rupa sehingga buah tidak lunak dan menyerupai jam atau menjadi

liat dan seperti kulit (Desrosier, 2008).

Pengeringan

Pengeringan adalah salah satu cara mengeluarkan atau menghilangkan

sebagian besar air yang dikandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya,

kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai batas hingga mikroorganisme

tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya (Winarno, 1980).

Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume

bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang

pengangkutan dan pengepakan berat bahan juga berkurang sehingga

(10)

Pengeringan memberikan manfaat lain yang penting selain melindungi

pangan yang mudah rusak. Pengurangan air menurunkan bobot dan memperkecil

volume pangan mengurangi biaya pengangkutan dan penyimpanan. Pengeringan

dapat pula menjadikan pangan sesuai untuk pengolahan lebih lanjut, sehingga

memudahkan pengangkutan, dan konsumsi (Hermana, 1991).

Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan

kadar air dari bahan pangan sehingga daya simpan menjadi lebih panjang.

Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas mikroorganisme dan enzim

menurun sebagai akibat dari air yang dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup

(Estiasih dan Ahmadi, 1998).

Selain bertujuan untuk mengawetkan, pengeringan juga bertujuan untuk

mengurangi volume dan berat produk. Implikasi pengurangan volume dan berat

produk terhadap biaya produksi, distribusi, dan penyimpanan dapat mereduksi

biaya operasional. Tujuan lain dari pengeringan adalah untuk diversifikasi produk

seperti inovasi pada produk sereal instan (Estiasih dan Ahmadi, 1998).

Pengeringan adalah suatu cara untuk menghilangkan atau mengeluarkan

sebagian besar air yang dikandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya

kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai batas hingga mikroorganisme

tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya (Buckle et al., 1987).

Berdasarkan standar mutu manisan kering buah-buahan (SII No.

0718-2003) kadar air manisan kering maksimum 25%, dan kadar abu 1% (SII 0272.90)

(Buntaran et al., 2011).

Untuk proses pengeringan biasanya dipengaruhi oleh udara pengering dan

(11)

cepat pula waktu pengeringan. Sedangkan semakin tebal bahan, maka semakin

lambat bahan itu kering dan untuk penekanan biaya produksi biasanya digunakan

suhu tinggi serta waktu yang singkat (Early, 1982).

Selama pengeringan bahan pangan kehilangan kadar air, yang

menyebabkan naiknya kadar zat gizi di dalam masa yang tertinggal. Jumlah

protein, lemak dan karbohidrat yang ada persatuan berat di dalam bahan pangan

Gambar

Tabel 2. Komposisi kimia buah kulit semangka tiap 100 gram bahan

Referensi

Dokumen terkait

The paper proposes a spatiotemporal change- oriented three-domain model with the emphasis on the semantic interaction relationship of object, event and process.. Based on this model,

After all, approaches such as procedural modeling with shape grammars have many advantages such as automatic generation, great flexibility for variation, object hierarchy,

The results of several least risk path calculations are compared to the shortest paths in indoor environments in terms of total length, improvement in route

District leaders need to find ways to help secondary and elementary school principals work with teachers in order to improve. They also need to help principals structure their

We added the areas having zero elevation to the areas detected around each sharp peak and performed a connected component analysis (4-connectivity based) to get probable water body

Mencoba menyebutkan cara memberitahu dan menanyakan tentang fakta, perasaan dan sikap, meminta, menawarkan barang dan jasa dalam bahasa Arab dengan pelafalan benar.. Melafalkan

Hasil dari penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami mengalami retardasi mental ringan 16 (55,2 %), dan hampir setengah responden mengalami

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Nomor : 09/PPBJ/BRG-6/IV.30/I/2013 tanggal 21 Januari 2013 perihal Penetapan Pemenang Pekerjaan Belanja Modal Tong Sampah 2 Pasang