Meri, Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Page 6
GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN
IBU HAMIL TENTANG TENAGA PENOLONG PERSALINAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH
BANJARMASIN TAHUN 2017
MARIYANA, S.SiT., MM
AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN
ABSTRAK
Latar Belakang: Masalah kematian ibu masih merupakan masalah pokok yang dihadapi bangsa Indonesia. Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan semakin rendah resiko terjadinya kematian.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil tentang tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah Banjarmasin.
Bahan dan Cara: Metodologi penelitian menggunakan metode deskriptif. Untuk cara pengambilan data yaitu dengan menggunakan koesioner, populasi dan sampel yang ditetapkan adalah sebanyak 40 orang responden.
Hasil: Dari 40 orang responden, sebagian besar memilih tenaga kesehatan yaitu sebanyak 33 orang (82,5%). Dilihat dari tingkat pendidikan, dari 40 orang responden, sebagian besar responden berpendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 16 orang (40%). Kemudian dilihat dari tingkat pengetahuan, dari 40 orang responden, sebagian besar berpengetahuan baik yaitu sebanyak 24 orang (60%).
Kesimpulan: Dari 40 orang responden, sebagian besar yaitu 33 orang (82,5%) memilih persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan tingkat pendidikan yang terbanyak adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu 16 orang (40%), serta tingkat pengetahuan baik sebanyak 24 orang (60%).
Kata Kunci: Tenaga Penolong Persalinan.
LATAR BELAKANG
Masalah kematian ibu masih
merupakan masalah pokok yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia, dimana angka kematian ibu di Indonesia pada
tahun 2002/2003 adalah sebesar
307/100.000 kelahiran hidup (SDK, 2002/2003). Angkat tersebut telah mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi 290,8/100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2005). Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah
angka kematian itu mencapai
125/100.000 kelahiran hidup melalui MPS (Making Pregnancy Safer) dengan salah satu pesan kunci yaitu setiap
persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih (Depkes, 18 Februari
2017). Semakin tinggi cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan
semakin rendah resiko terjadinya
kematian (Agus Suprapto, 26 September 2016).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan menunjukkan angka kematian ibu tahun 2015 sebanyak 83 kasus dan sebagian besar terjadi pada saat persalinan. Hal ini antara lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi
kebidanan (profesional). Menurut
statistik Kesra tahun 2004, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan termasuk pendampingan
Meri, Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Page 7
tahun 2014 sebesar 79,60%. Hasil
pengumpulan data/indikator kinerja
SPM bidang kesehatan dari
kabupaten/kota pada tahun 2015
menunjukkan bahwa cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Propinsi Kalimantan Selatan sebesar 78,45% dan di Kota Banjarmasin sebesar 81,78%; 18,22% oleh non-tenaga kesehatan.
Berdasarkan data PWS-KIA di
Puskesmas Alalak Tengah Kota
Banjarmasin tahun 2016/2017 sampai dengan bulan Februari 2017 pencapaian
cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan tidak mencapai target. Pada tahun 2016 dan sampai 2017 cakupan dan target yang diinginkan yaitu sasaran 345 dan target yang ingin dicapai 87%.
Ada banyak alasan kenapa masih tingginya persalinan dengan non-tenaga kesehatan antara lain kemungkinan disebabkan karena ibu sering kali tidak berhak memutuskan sesuatu, karena
keputusan berada di tangan
suami/mertua. Sementara mereka tidak
mengetahui pentingnya persalinan
ditangani oleh tenaga kesehatan dan
hanya mengandalkan cara-cara
tradisional, beberapa ibu tidak
mengetahui bahwa mereka harus
mencari pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan sehingga ibu tidak melakukannya, dan sebab lain yang tak kalah penting adalah faktor pengetahuan
yang secara tidak langsung akan
mempengaruhi seseorang dalam
mempelajari sesuatu, misalnya dalam berperilaku sehat, karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula pemahamannya terhadap sesuatu hal, sehingga terbentuk suatu perilaku positif dalam hal ini
adalah pemilihan tenaga penolong
persalinan dengan tenaga kesehatan, pengetahuan ibu dan keluarga akan sangat mempengaruhi kesadaran ibu
untuk memeriksakan kehamilannya,
yang pada akhirnya menentukan
keputusan kepada siapa pertolongan persalinan pada nantinya dan perilaku
pemilihan penolong persalinan ini
tergantung dari faktor sarana dan prasarana kesehatan seperti petugas kesehatan dan jangkauan pelayanan kesehatan itu sendiri. (Safe Motherhood
dalam Luniati, 2008)
METODE
Penelitian ini
menggambarkan variabel pendidikan dan pengetahuan ibu hamil dalam
pemilihan penolong persalinan.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester II dan III yang ada di wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah Banjarmasin pada bulan Februari 2017. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sample yaitu ibu hamil trimester II dan III yang ada di wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah Banjarmasin pada bulan
Februari 2017. Variabel
Penelitiannya adalah Pemilihan
tenaga penolong persalinan, Tingkat pendidikan, Pengetahuan. Instrumen
penelitian ini menggunakan
kuesioner. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Alalak
Tengah Banjarmasin. Waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 – Februari 2017.
HASIL PENELITIAN 1. Umur Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan
Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Tengah
Meri, Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Page 8 2. Tingkat Pendidikan Responden
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan di
Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Tengah dilihat bahwa pendidikan responden terbanyak adalah SD yang berjumlah 16 orang (40%).
3. Tingkat Pengetahuan Responden
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
Tingkat Pengetahuan
Responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Alalak Tengah
No. Tingkat Pengetahuan
Jumlah Persentase (%)
dilihat tingkat pengetahuan
responden terlihat dari yang
menjawab benar adalah termasuk kategori yang berpengetahuan baik, yaitu sebanyak 24 orang (60%).
4. Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
Pemilihan Tenaga
Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Tengah
No. Tenaga Penolong
Persalinan Jumlah
Perse
sebagian besar responden yaitu
sebanyak 33 orang (82,5%), memilih tenaga penolong persalinan tenaga kesehatan.
5. Variabel Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, dan Pengetahuan
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan
Umur, Pendidikan,
Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Tengah terlihat sebagian responden yang memilih tenaga kesehatan adalah kategori umur 21 – 25 tahun yaitu
sebanyak 13 orang (39,4%).
Kemudian dilihat dari variabel
pendidikan di atas sebagian
responden yang memilih tenaga kesehatan yang termasuk dalam kategori pendidikan sekolah dasar adalah sebanyak 13 orang (39,4%). Dilihat dari variabel pengetahuan di
Meri, Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Page 9
memilih tenaga kesehatan yang termasuk dalam kategori baik adalah sebanyak 24 orang (72,8%).
6. Alasan Responden Memilih Tenaga Penolong Persalinan Tenaga Kesehatan
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi
Alasan Memilih Tenaga
Penolong Persalinan
Tenaga Kesehatan di
Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Tengah
No
Alasan Responden Memilih Tenaga Penolong Persalinan ke Tenaga
Kesehatan
Jumlah Persentase (%)
1 Karena tenaga kesehatan memiliki keahlian
10 25
2 Karena banyak peralatan dan lengkap (25%) responden yang memberikan alasan karena tenaga kesehatan memiliki keahlian, dan 10 (25%) responden yang memberikan alasan
karena banyak peralatan dan
lengkap.
7. Alasan Responden Memilih Tenaga Penolong Persalinan Tenaga Non Kesehatan
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi
Alasan Memilih Tenaga
Penolong Persalinan
Tenaga Non Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Tengah
No
Alasan Responden Memilih Tenaga Penolong Persalinan ke Tenaga Non
Kesehatan
Jumlah Persentase (%) memberikan alasan karena merasa lebih murah.
PEMBAHASAN
1. Tenaga Penolong Persalinan
Tabel 4.4 memberikan
gambaran bahwa dari 40 orang responden, sebanyak 33 orang ( 82,5%) memilih tenaga kesehatan.
Data ini sungguh
menggembirakan, karena ternyata sebagian besar ibu hamil sudah memahami untuk bersalin dengan ditolong oleh tenaga kesehatan, namun demikian masih ada 7 orang (17,5%) yang memilih non tenaga kesehatan. Hal ini tentunya harus
menjadi perhatian dari petugas
kesehatan, dengan cara memberikan motivasi dan mencari hal-hal yang mungkin berkaitan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.
Dalam penelitian ini dicoba untuk melihat bagaimana keinginan ibu dalam memilih tenaga penolong
persalinan dari sudut tingkat
pendidikan dan pengetahuan ibu hamil.
2. Pendidikan
Tabel 4.2 memperlihatkan
bahwa pendidikan responden
terbanyak adalah SD (sekolah dasar) yang berjumlah 16 orang (40%) dari
penelitian 40 orang responden
kemudian jika dikaitkan dengan tabel 4.5 terlihat bahwa dari mereka yang berpendidikan SD (Sekolah Dasar) dan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), sebagian besar memillih non tenaga kesehatan,
sedangkan mereka yang
berpendidikan SLTA (Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas) dan PT (Perguruan Tinggi) sudah memilih tenaga kesehatan. Hasil penelitian
ini tidak sesuai dengan teori
Notoatmodjo 2003 yang
Meri, Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Page 10
pendidikan seseorang semakin
modern orang tersebut menerima informasi. Dengan demikian bahwa
tingkat pendidikan seseorang
semakin tinggi maka semakin luas
dan semakin terbuka/banyak
informasi yang diterima semakin kritis menilai sesuatu, sebaliknya
semakin rendah pendidikan
cenderung semakin sulit menerima informasi dan cenderung menerima apa adanya. Dan orang akan dapat disadarkan akan keadaan mereka
sendiri dan memberikan
kemungkinan untuk memperbaiki kemampuan mereka untuk menerima informasi yang dapat membawa
perubahan-perubahan menjadi
semakin besar.
Namun pada kenyataannya, tingkat pendidikan tidak selamanya mempengaruhi penerimaan informasi seseorang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 13 orang (39,4%)
responden berlatar belakang
pendidikan SD memilih tenaga
kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan motivasi dari tenaga kesehatan. Selain itu ibu-ibu hamil sering mengikuti penyuluhan-penyuluhan dari tenaga kesehatan dan juga banyaknya akses informasi yang mudah diperoleh dari media massa atau media elektronik, sehingga mereka berpendapat banyak keuntungan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan, karena tenaga kesehatan memiliki keahlian dan di
tunjang dengan peralatan yang
lengkap dan tersedianya obat-obatan.
3. Pengetahuan
Tabel 4.3 menyajikan data, sebagian besar responden sebanyak 24 orang (60%) termasuk kategori baik.
Jika dilihat tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang memilih non tenaga kesehatan sebagian besar
berpengetahuan tidak baik dan
kurang baik, sedangkan pada mereka
yang memilih tenaga kesehatan, sebagian besar 24 orang (72,8 %) memilih tenaga kesehatan.
Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori yang mengatakan
bahwa pengetahuan merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia
yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi tersebut
sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki
(Notoatmodjo,2003). Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2003 perilaku ditentukan oleh tiga faktor
utama yaitu faktor-faktor
predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya, faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan dan faktor-faktor penguat (reinforcing factors) adalah
faktor-faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku.
Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003). Dengan
pengetahuan yang baik dapat
Meri, Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Page 11
pengetahuan yang baik mengenai sesuatu hal (misalnya pengetahuan tentang tenaga kesehatan) maka
kemungkinan besar dia akan
melakukan sesuatu hal tersebut. Baiknya pengetahuan ibu hamil dalam penelitian ini disebabkan sebagian besar ibu-ibu hamil tersebut sudah mengetahui dan memahami
tentang manfaat dari tenaga
kesehatan.
Tingkat pendidikan responden yang terbanyak berlatar belakang
Sekolah Dasar (SD) ternyata
mempunyai pengetahuan yang baik tentang pemilihan tenaga penolong persalinan. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan motivasi dari tenaga kesehatan dengan seringnya memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
1. Dari 40 orang responden
sebagian besar yaitu 33 orang
(82,5%).Memilih persalinan di
tolong oleh tenaga kesehatan.
2. Dari 40 orang responden tingkat pendidikan yang berbanyak adalah SD(Sekolah Dasar) yaitu 16 orang (40%).
3. Dari 40 orang responden tingkat pengetahuan baik sebanyak 24 orang (60%).
SARAN
1. Bagi pengelola program KIA di
Puskesmas Alalak Tengah
Banjarmasin agar lebih
meningkatkan lagi, untuk
memberikan informasi/penyuluhan
tentang pertolongan persalinan
dengan tenaga kesehatan.
2. Bagi tenaga penolong persalinan diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dan motivasi kepada ibu-ibu hamil pada khususnya dan
pada wanita usia subur pada
umumnya serta sharing pendapat
dengan dukun beranak atau dukun
kampung dalam hal memberikan pertolongan persalinan.
3. Bagi ibu-ibu hamil agar dalam
persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Cetakan Ketigabelas. Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, AD. 2007. Studi Deskriptif tentang Pengetahuan Ibu dalam
Memberikan Makanan
Pendamping ASI Bayi Usia 6 – 12 bulan di Puskesmas Sungai Bilu”. Skripsi tidak diterbitkan.
Banjarmasin: Akademi
Keperawatan Pandan Harum.
Fathony, Zaiyidah. 2007/2008. “Hand out Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Dalam Negeri”. Banjarmasin:
Akademi Kebidanan Bunga
Kalimantan.
Hidayat, AA. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
Ikatan Bidan Indonesia. 2003. “50 Tahun IBI; Bidan Menyongsong Masa Depan”. Cetakan Kedua. Jakarta: Pengurus Pusat IBI.
Ihsan Fuad. 2005. Dasar-dasar
Meri, Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Page 12
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis
Obstetri Jilid I Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.
Pendidikan dan Perilaku. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.
Puskesmas Alalak Tengah. 2008.
Laporan Tahunan. Banjarmasin: t.pn.
Saifuddin, AB. et.al. 2005. Ilmu
Kebidanan. Edisi Ketiga.
Cetakan Ketujuh. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.