• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESEHATAN ORANG TUA DAN STATUS GIZI ANAK TERHADAP KEJADIAN COMMON COLD PADA BALITA (Relationships Between Health Behaviors and Nutritional Status of Children on Common Cold Events in Understanding)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESEHATAN ORANG TUA DAN STATUS GIZI ANAK TERHADAP KEJADIAN COMMON COLD PADA BALITA (Relationships Between Health Behaviors and Nutritional Status of Children on Common Cold Events in Understanding)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESEHATAN ORANG TUA DAN STATUS GIZI ANAK TERHADAP KEJADIAN COMMON COLD PADA BALITA

(Relationships Between Health Behaviors and Nutritional Status of Children on Common Cold Events in Understanding)

Aries Abiyoga, Rizky Amalia Ana, Rani Fitriani Arifin

Email : ariesabiyoga@rocketmail.com, rizkyamaliaana@gmail.com

ABSTRACT

Common cold is a disease of respiratory infection acute (ARI) in nasopharynx and nose with cold symptoms, stuffy nose throat sore and headache. The infection of acute respiratory often attacks children under five years old because their immunity still not formed perfectly. So, they are attacked infection disease easily. Parents health behaviour toward toddlers is an important factor in decide the toddlers are attacked by ARI. The nutrition status also influencing the infection toward the toddlers. The toddlers who have less nutrition status is susceptible attack disease infection because their immune go down.

The aim of this study was to determine the correlation between parents health behaviour and children’s status nutrition with common cold on toddlers.The design of this study was analitical with cross sectional approach. The samples is 44 mothers who have ill toddler and came to Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu with a purposive sampling technique.

The study results was Kolmogorove-Smirnov test, there are correlation between parents health behaviour with common cold on toddlers with P-value 0,000 (<0,05), and there are correlation between children status nutritoin with common cold on toddlers with P-value 0,000 (0,05).

The conclusion of this study there was correlation between parents health behaviour and children status nutrition with common cold on toddler. In suggesting for toddler’s mothers is they have to improve their knowledge which related to health behaviour and pay attention with their child status nutrition.

Keywords : Common cold, Health, Nutrition, Toddler.

PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu 1 dari 4 kematian yang terjadi. Penyakit ISPA sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak yang masih rendah. Penyakit ISPA yang sering menyerang anak yaitu rinitis atau common cold dengan frekuensi sekitar 6 sampai 8 kali pertahun

lebih sering dibandingkan pada dewasa yang hanya 2 sampai 4 kali per tahun (Rahajoe, Supriyanto & Setyanto (2010, dalam Azzahra, 2012).

Heikkinen dan Jarvinen (2003, dalam Gitawati, 2014) mengatakan bahwa common cold, batuk pilek atau salesma adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling sering diderita masyarakat. Hidung berair/pilek (rhinorrhoea), hidung tersumbat, sakit tenggorokan dan sakit kepala merupakan gejala khas dari batuk pilek atau common cold yang sudah diketahui oleh masyarakat umum. Demam ringan, nyeri otot dan badan lemah (fatigue) juga merupakan gejala awal dari common cold. Rata-rata gejala flu atau common cold berlangsung antara 7 sampai 10 hari sebelum penderita benar-benar sembuh.

(2)

2 industri sebanyak 0,05% (5 juta jiwa). ISPA

merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak terutama kelompok umur balita, insiden diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta), Pakistan (10 juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Sebanyak 7-13% kasus berat memerlukan perawatan rumah sakit (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan, 2012).

Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar (2013) periode prevalence ISPA di Indonesia sebesar 25,0% yang terjadi paling banyak pada kelompok usia 1-4 tahun. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%) dan Jawa Timur (28,3%). Kalimantan Selatan juga merupakan provinsi dengan periode prevalence ISPA yang cukup tinggi yaitu sebesar 26,7%. Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin diperoleh jumlah penderita ISPA pada awal tahun 2012-2014 mencapai 34.114 kasus yang terbagi atas 3896 kasus pneumonia dan 30.218 kasus non-pneumonia (Riskesda Kal-Sel, 2014).

Common cold merupakan penyakit tertinggi yang diderita oleh balita dikabupaten Tanah Bumbu. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Tanah Bumbu (2016) tercatat 840 balita yang menderita common cold. Puskesmas Perawatan Simpang Empat menduduki peringkat pertama di tahun 2016 dengan jumlah balita yang menderita common cold sebanyak 478 (56,90%).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, individu anak ataupun perilaku keluarga balita. Perilaku orang tua balita merupakan fakor yang berperan penting dalam menentukan balita terserang ISPA. Perilaku yang dimaksud disini yaitu perilaku sehat.

Hadiana (2013) mengatakan Kejadian ISPA juga lebih sering disebabkan oleh status gizi kurang pada balita. Status gizi balita

merupakan hal penting yang harus diketahui orang tua, hal ini disebabkan karena kurang gizi pada usia ini akan mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadiana (2013) mengatakan ada hubungan antara status gizi balita dengan terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di Puskesmas pajang Surakarta. Anak yang mengalami gizi kurang berisiko 27,5 kali untuk mengalami ISPA dibanding balita yang mempunyai gizi baik

Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan masalah apakah ada hubungan antara perilaku orang tua dan status gizi anak terhadap kejadian common cold pada balita di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2017.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah yaitu seluruh balita yang berobat ke Puskesmas Perawatan Simpang Empat pada saat penelitian dilakukan dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu pada bulan Juni 2017. Sampel dalam penelitian ini yaitu balita (usia 1-5 tahun) beserta orang tua yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu yang berjumlah 44 responden.

Pengumpulan data dilakukan melalui pembagian kuesioner pada responden ibu balita untuk mendapatkan informasi terkait perilaku orang tua, serta melakukan penimbangan berat badan balita di poli MTBS untuk variabel status gizi anak serta variabel kejadian common cold pada balita diperoleh dari buku rekam medik (registrasi) pasien di Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu yang berisi informasi terkait identitas pasien, alamat dan diagnosis penyakit yang diderita.

(3)

3 kejadian common cold pada balita

menggunakan system komputerisasi program SPSS (Software Product and Serve Solution) versi 16.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat

Tabel 5.1 Distribusi Responden

Berdasarkan Usia Ibu yang Memiliki Balita Sakit yang

Berobat di Puskesmas

Perawatan Simpang Empat

Kabupaten Tanah Bumbu

Tahun 2017

No. Usia ibu n (%)

1. 17-25 Tahun (Remaja

akhir) 16 36,4

2. 26-35 Tahun (Dewasa

awal) 22 50,4

3. 36-45 Tahun (Dewasa

akhir) 6 13,6

Total 44 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diperoleh informasi responden ibu yang paling banyak membawa balitanya berobat ke Puskesmas Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu berusia antara 26-35 tahun atau usia dewasa awa1 sebanyak 22 responden (50%.).

Tabel 5.2 Distribusi Usia Responden Balita

Sakit yang Berobat ke

Puskesmas Perawatan Simpang

Empat Kabupaten Tanah

Bumbu Tahun 2017

No. Usia Balita n (%)

1. 12-36 Bulan (toddler) 34 77,3 2. 37-50 Bulan (prasekolah) 10 22,7

Total 44 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh informasi responden balita sakit yang paling banyak datang berobat ke Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu yaitu berusia antara12 bulan-36 bulan atau usia toddler dengan persentase sebanyak 77,3%.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Balita Sakit yang Berobat

ke Puskesmas Perawatan

Simpang Empat Kabupaten

Tanah Bumbu Tahun 2017

No. Jenis Kelamin n (%)

1. Laki-laki 22 50.0

2. Perempuan 22 50.0

Total 44 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diperoleh informasi bahwa jumlah responden balita yang berjenis kelamin laki-laki dan berjenis kelamin perempuan yaitu sama dengan persentase masing-masing 50%.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Kesehatan Orang Tua di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan

Simpang Empat Kabupaten

Tanah Bumbu Tahun 2017

No. Perilaku kesehatan n (%)

1. Kurang Baik 14 31.8

2. Cukup Baik 27 61.4

3. Sangat Baik 3 6.8

Total 44 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden ibu memiliki perilaku kesehatan yang cukup baik (61,4%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Status Gizi

Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2017

No. Status Gizi n (%)

1. Gizi Buruk 3 6.8

2. Gizi Cukup 7 15.9

3. Gizi Baik 34 77.3

Total 44 100,0

(4)

4

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Common cold di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2017

No. Kejadian common cold n (%)

1. Menderita common cold 29 65.9

2. Tidak menderita common

cold 15 34.1

Total 44 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 diatas diperoleh informasi bahwa sebanyak 29 balita menderita common cold (65,9%) dan sebanyak 15 balita tidak menderita common cold.

Analisa Bivariat

Tabel 5.7 Analisis Hubungan Antara Perilaku Kesehatan Orang Tua dengan Kejadian Common cold

No. Perilaku

Berdasarkan tabel 5.7 diatas diperoleh informasi bahwa dari 27 ibu yang memiliki perilaku cukup baik, sebanyak 20 balita (74%) menderita common cold dan tidak menderita common cold sebanyak 7 balita (26%). Kemudian dari 14 balita yang memiliki ibu dengan perilaku kesehatan kurang baik sebanyak 8 balita (57%) (67%) yang tidak menderita common cold.

Tabel 5.8 Analisis Hubungan Antara

Berdasarkan tabel 5.8 diatas diperoroleh informasi bahwa dari 34 balita yang memiliki dengan status gizi baik sebanyak 22 balita (65%) menderita common cold sedangkan 12 balita (35%) lainnya tidak menderita common cold. kemudian dari 7 balita dengan status gizi cukup yang menderita common cold sebanyak 5 balita (71%) dan 2 balita (29%) tidak menderita common cold serta dari 3 balita dengan status gizi kurang menderita common cold sebanyak 2 balita (66%) dan 1 balita (33%) yang tidak menderita common cold.

DISKUSI

1. Analisis Hubungan Perilaku

Kesehatan Orang Tua dengan

Kejadian Common cold di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2017

Berdasarkan hasil analisis yang digunakan menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada tabel 5.10 diperoleh nilai P-value = 0,000. Nilai P-P-value yang diperoleh <0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara perilaku kesehatan orang tua dengan kejadian common cold di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.

(5)

5 pernapasan dan perilaku pemanfaatan

pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil dari pengisian kuesioner diketahui masih banyak ibu yang tidak melakukan ASI eksklusif, dan sebagian besar balita yang menderita common cold memiliki riwayat tidak diberikan ASI eksklusif.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) mengenai hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian common cold pada bayi 6-12 bulan di wilayah Puskesmas Kartasura yang menyatakan bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif memiliki resiko lebih tinggi mengalami common cold dibandingkan bayi yang diberikan ASI ekslusif. ASI memiliki kandungan berupa IgA yang berfungsi sebagai pelindung dari penyakit infeksi.

Perilaku menjauhkan anak dari asap-asap digambarkan dari hasil pengisian kuesioner pada sebagian ibu mengatakan memiliki anggota keluarga yang merokok didalam rumah dan tidak mengetahui pentingnya menjauhkan anak dari paparan asap yang berasal dari rokok dan pembakaran sampah. Hal ini mungkin berpengaruh terhadap kejadian common cold pada balita.

Asap rokok lebih berbahaya bagi perokok aktif daripada perokok aktif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Milo, Ismanto dan Kallo (2015) mengenai hubungan kebiasaan merokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada anak umur 1-5 tahun di Puskesmas Sario Kota Manado menyatakan semakin berat perilaku merokok orang tua maka semakin besar potensi balitanya menderita ISPA.

Disamping paparan asap rokok, paparan asap dari hasil penggunaan bahan bakar termasuk salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya ISPA balita. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Singga dan Maran (2013) mengenai penggunaan bahan bakar dan faktor resiko kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Sikumana yang menyatakan semakin banyak bahan bakar yang digunakan, maka semakin tinggi pula jumlah polutan yang terdapat dalam rumah yang akan mengganggu sistem pernapasan balita.

Perilaku mencegah terjadinya penyakit infeksi merupakan parameter perilaku kesehatan orang tua yang digambarkan pada point dalam kuesioner yaitu kebiasaan mencuci tangan dan menutup mulut saat batuk. Berdasarkan dari hasil pengisian kuesioner oleh responden ibu, diketahui bahwa sebagian besar ibu tidak pernah menutup mulut saat batuk. Hal ini menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya common cold pada balita.

Parameter perilaku kesehatan orang tua selanjutnya yaitu perilaku membersihkan rumah. Hasil dari pengisian kuesioner oleh ibu, menunjukkan sebagian besar ibu membersihkan rumahnya setiap hari. Perilaku membersihkan rumah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan salah satunya common cold.

Penelitian yang serupa dilakukan oleh Alfaqinisa (2015) mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua tentang pneumonia dengan tingkat kekambuhan pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep Kota Semarang Tahun 2015 terkait dengan perilaku orang tua dalam membersihkan rumah yang menunjukkan dengan kekambuhan pneumonia memiliki perilaku membersihkan rumah dalam kategori kurang baik lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak kambuh.

(6)

6

2. Analisis Hubungan Status Gizi Balita dengan Kejadian Common cold di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2017

Berdasarkan hasil analisis yang digunakan menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada tabel 5.8 diperoleh nilai p-value = 0,000. Nilai p-value yang diperoleh <0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara status gizi balita dengan kejadian common cold di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadiana (2013) di Puskesmas Pajang Surakarta mengenai hubungan status gizi terhadap terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita yang menyatakan bahwa anak dengan gizi kurang beresiko 27,5 kali untuk mengalami ISPA dibanding dengan balita yang memiliki gizi baik.

Namun dalam penelitian ini sebagian besar balita dengan status gizi baik justru menderita common cold. Hal ini dapat disebebabkan karena common cold merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus. Sistem kekebalan tubuh anak memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan terjadinya penyakit infeksi. Sistem kekebalan tubuh pada anak dapat diperoleh melalui pemberian ASI ekslusif. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Hanson (2007, dalam Sari, 2017) ASI memiliki kandungan berupa sIgA yang berperan imunologik sehingga dapat menjaga dari kerentanan terhadap infeksi.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) mengenai hubungan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian common cold pada bayi 6-12 bulan di wilayah Puskesmas Kartasura yang menyatakan bahwa kejadian common cold lebih tinggi pada bayi yang tidak diberikan ASI ekslusif dan lebih rendah pada bayi yang diberikan ASI ekslusif.

IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden ibu di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu memiliki perilaku kesehatan dalam kategori cukup baik (61,4%) dan sebagian kecil dan responden ibu meiliki perilaku kurang baik (31.8%) dan sangat baik (6,8%).

2. Sebagian besar reponden balita di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu memiliki status gizi dengan kategori gizi baik dengan persentase (77,3%) dan sebagian kecil responden balita termasuk kedalam kategori gizi buruk (6,8%) dan gizi cukup (15,9%). 3. Sebagian besar balita di wilayah kerja

Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu dari 44 responden balita didapatkan sebanyak 29 balita menderita common cold (65,9%) dan sebanyak 15 balita tidak menderita common cold.

4. Terdapat hubungan antara perilaku kesehatan orang tua dengan kejadian common cold pada balita di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2017. 5. Terdapat hubungan antara status gizi

balita dengan kejadian common cold pada balita di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2017.

SARAN

(7)

7

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada para pembimbing yang telah banyak menghabiskan waktu, pemikiran, saran dan mengarahkan peneliti, serta untuk semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alfaqinisa, R. (2015). Hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua tentang pneumonia dengan tingkat kekambuhan pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas ngesrep kota semarang tahun 2015, Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Azzahra, C,I. (2012). Hubungan ASI Ekslusif dengan Kejadian Rinitis pada bayi usia 0-12 bulan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Ciputat 2013, Skripsi. Ciputat: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan. (2012). Pedoman pengendalian infeksi saluran pernafasan akut. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Gitawati, R. (2014). Bahan Aktif dalam Kombinasi Obat flu dan Batuk-Pilek, dan Pemilihan Obat Flu yang Rasional. Media Litbangkes, 24(1), 10-18.

Hadiana, S, Y, M. (2013). Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita di Puskesmas Pajang Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Milo, S., Ismanto, A, Y., & Kallo, V, D. (2015). Hubungan Kebiasaan Merokok didalam rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Umur 1-5 Tahun di Puskesmas Sario Kota Manado. Ejournal Keperawatan (e-Kp), 3(2). Namira, S. (2013). Gambaran faktor-faktor

yang mempengaruhi kejadian ISPA pada anak prasekolah di kampung pemulung tangerang selatan, Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Sari, Y, P. (2017). Hubungan Pemberian ASI

Ekslusif dengan Kejadian Common cold pada Bayi 6-12 Bulan di wilayah Puskesmas Kartasura, Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sa’diyah, C., Alfiyanti, D., & Nurrahman. (2012) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Batuk Bukan Pneumonia Pada Balita di Dukuh Temiyang Karanganyar Pekalongan.

Singga, S & Maran, A, A. (2013). Penggunaan Bahan Bakar dab Faktor Risiko Kejadian ISPA

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kejadian

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara variabel eksternal dengan persepsi kemudahan menggunakan, persepsi kemudahan menggunakan dengan persepsi kebermanfaatan, persepsi kebermanfaatan

Masyarakat ekonomi ASEAN akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal, membuat sebuah kawasan menjadi lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme

ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR PADA HOTEL PONDOK

Sifat mekanik yang baik pada bone graft akan tahan terhadap lingkungan biomekanikal kompleks seperti perubahan stress dan strain dari tekanan dan aliran cairan di

Pada perusahaan otobus Sumber Group pembayaran ganti kerugian dilakukan kepada korban yang besarannya sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran drill dengan modifikasi bola dapat meningkatkan hasil belajar passing

Usaha subjek ternyata tidaklah sia-sia, dengan dibantu oleh sahabatnya (dukungan) maka ia akhirnya berhasil melakukan coping stres s dengan baik dan saat ini subjek telah

Hasil interpretasi tanda yang ada pada iklan korporat Dove “Real Beauty” versi global ke lokal menunjukkan pergeseran standar kecantikan (definisi baru kecantikan) hanya