commit to user
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peradaban manusia telah mengalami kemajuan sampai sekarang. Selama
kemajuan itu, berkembang juga globalisasi. Globalisasi berdampak juga pada
banyak hal salah satunya adalah dunia fashion. Fashion adalah sebuah
kecenderungan gaya yang sedang digemari pada saat itu dan berlaku dalam jangka
waktu tertentu. Fashion dalam istilah umum untuk gaya populer atau praktek,
khususnya untuk pakaian, sepatu, atau aksesoris. Mode referensi untuk sesuatu
yang trend saat ini dalam tampilan dan berdandan seseorang. Gaya berlaku dalam
perilaku juga. Istilah yang lebih teknis disebut kostum. Dengan adanya
perkembangan fashion tersebut, setiap manusia telah berusaha untuk tidak
ketinggalan. Mulai dari anak-anak sampai dewasa sangat memperhatikan
perkembangan fashion tersebut. Dan sekarang, perkembangan dunia fashion yang
disebut mode ini telah mengalami jaman revolusi yang pesat di Indonesia.
Dengan adanya perkembangan tersebut telah membuat banyak orang
mendirikan departement store, boutique, outlet, distribution store, hingga kios
yang ada di mall maupun pusat grosir. Tentunya tujuan dari mereka sama yaitu
menyediakan kebutuhan fashion dengan karakter masing-masing konsumen.
Distribution store misalnya yang menyediakan fashion suatu kalangan yang ingin
tampil beda dengan yang lain (limited edition). Distribution store atau dikenal
lebih populer dengan sebutan distro ini di Indonesia sendiri termasuk berkembang
pesat. Di kota-kota besar, outlet-outlet distro bisa dikenali penampilan luar
mereka yang menampilkan simbol-simbol rock, monster atau cenderung metal
dengan warna-warna yang mencolok. Musik metal, skate board, dan dandanan
yang berbau punk tampaknya menjadi tiga unsur yang tak terpisahkan.
Unsur-unsur inilah yang disebut-sebut sebagai latar belakang awal mula bisnis distro
pada dekade 1990-an. Banyak yang menyebut Kota Bandung dan sebuah
komunitas skate board sebagai perintis bisnis distro pertama kalinya. Saat itu
muda di kota itu, saat itu memang belum ada outlet distro yang menjual produk
eksklusif atau limited edition. Munculnya distro pertama kali di Indonesia pada
tahun 1990-an diawali dari skatepark kecil di salah satu sudut Taman Lalu Lintas
Bandung (Taman Ade Irma Suyani). Skateboard kemudian menjadi benang merah
yang menjadi ciri dan eksplorasi fashion dan lifestyle yang dielaborasi oleh para
pelakunya dan membentuk gaya anak muda Bandung hingga saat ini. Sejak itulah
industri clothing
begitu banyak usahawan yang bangga akan usahanya karena mampu menjadi
pemain utama atau market leader. Ada-ada saja yang dibanggakan, baik brand,
market share
kita jadi tahu bahwa suatu perusahaan itu harus memiliki karakter atau ciri khas
yang berbeda dengan yang lain, termasuk perusahaan distro sendiri.
Berikutnya, bisnis distro semakin meluas di Bandung, Jogja, Surabaya,
Semarang dan kini sedang berkembang di Solo. Keberadaan anak-anak muda di
kota-kota ini menjadi peluang untuk membangun bisnis clothing, termasuk distro.
Peluang bisnis di Kota Solo bisa dibilang sangat menjanjikan. Dengan iklim
ekonomi yang kondusif, didukung birokrasi yang tidak berbelit-belit, membuat
gairah bisnis di Kota ini semakin naik daun. Dari tahun ke tahun, perkembangan
bisnis distro ini mengalami peningkatan positif, hal ini bisa disebabkan lantaran
melihat trend konsumsi remaja sebagai segment utama produk distro yang
semakin meningkat. Menjamurnya distro di Kota Solo ini menjadi bukti bahwa
bisnis ini sangat menjanjikan, sehingga menambah maraknya persaingan
distribution store yang ada di Kota Solo. Beberapa distro yang ada di Kota Solo
diantaranya Rown Division, Moxie Inc, Tomcat, Couster Store, Inside, Area27,
Pinkle Winkle, BlackBat, Sinkkink Pride, Kiss Distro, dan masih banyak lagi.
Tetap dengan konsep indie dan limited edition, distro memiliki produk
dengan karakter khusus serta brand yang tentunya sangat menguatkan ciri khas
distro tersebut. Misalnya distro Sinkkink Pride yang bertema metal. Itupun
disertakan dengan alasan yang cukup kuat, pendiri distro Sinkkink Pride sendiri
lebih memilih menggunakan tema metal untuk kritik sosial, inti konsepnya untuk
commit to user
Division terdapat tiga brand produksi sendiri. Brand Rown Division dikhususkan
untuk konsumen pria, produk Pretty Rown untuk wanita dan konsumen anak-anak
menggunakan label Rown Junior. Dengan tiga label yang berbeda, desainnya juga
memiliki konsep yang berbeda. Masing-masing produk memiliki konsep yang
berbeda-beda. Rown Division desainnya simple dan full print, desain untuk Pretty
Rown konsepnya hard and beauty, sedangkan untuk Rown Junior konsep
desainnya funny.
Brand indie Solo yang tidak kalah populer adalah Couster Store, konsep
Couster Store adalah dengan pengadaptasian desain minimalis tampilan graphic
dipadukan dengan pola-pola serta keunikan-keunikan bahan dan material
pendukung. Salah satu dari sekian banyak brand independent yang secara khusus
memproduksi produk-produk pakaian jadi untuk kalangan anak remaja dan orang
dewasa. Produk yang dijual antara lain jaket, kaos, kemeja, tas, jeans, celana
pendek, sendal, aksesoris, dan produk lainnya. Berbeda dengan distro lainnya
yang letaknya strategis dan di tempat keramaian seperti Rown Division di sudut
pertigaan Manahan, Tomcat di sudut perempatan Keprabon, Skater di Singosaren,
dan Moxie Inc di Penumping Laweyan. Couster Store justru terletak di tempat
yang tidak terlalu banyak kendaraan berlalu lalang, beralamat di Jalan Menteri
Supeno nomor 27 Manahan Solo, tepat di depan lapangan ujian praktek roda 4
dan 2 Poltabes Surakarta. Meski memiliki kelemahan tempat yang kurang
strategis, tetapi mampu bersaing dengan distro lain di Solo. Couster Store
membuktikan tetap berdiri hingga sekarang, dan nama brand-nya semakin dikenal
luas. Pendistribusian dijalankan pada bulan September 2004 sampai dengan
Desember 2007 produk-produk Couster sudah tersebar dilebih kurang 17 titik
distribusi yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Pemasaran produknya
tidak hanya terfokus pada store tempat mendisplay berbagai produknya, tetapi
mereka juga memperluas promosinya melalui keikutsertaan mereka pada pameran
distro dalam maupun luar kota. Selain itu mereka juga tidak jarang mensponsori
acara konser musik dan event-event yang didominasi kalangan anak muda.
Couster Store juga menjual produk melalui online shop, dengan
kalangan anak muda, menambah kemudahan mereka untuk memperluas dan
memperkenalkan produknya. Pemasaran online melalui Yahoo Messenger,
Blackberry Messenger, Twitter, dan Facebook. Intinya mereka memaksimalkan
promosi dengan tepat sasaran dan mampu menarik konsumen yang tetap
didominasi kalangan anak muda. Pada salah satu akun facebook-nya, mereka
menuliskan
clothing. Our designs are unique and up to date, because we use a special
Mereka
memberikan kualitas produk yang bagus dan bahan yang spesial. Itulah kelebihan
dari distro Couster Store. Hingga saat ini mereka sudah memiliki hampir 30 orang
karyawan bagian produksi, mulai dari tukang sablon, tukang potong, tukang jahit,
dan lain-lain.
Berdasarkan latar belakang dan keistimewaan distro inilah penulis ingin
mengkaji tentang Couster Store yang beralamat di Jalan Menteri Supeno nomor
27 Manahan Solo. Batasan masalah yang diambil tentang desain dan proses
produksi, karena pengembangan kreativitas merupakan bagian dari desain untuk
kepentingan komersial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah pokok yang akan diteliti
adalah:
1. Bagaimanakah konsep desain produk di distro Couster Store?
2. Bagaimanakah proses produksi produk-produk di distro Couster Store?
3. Bagaimanakah bentuk visual produk di distro Couster Store?
4. Bagaimanakan reaksi pasar atas produk Couster Store?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui konsep desain produk di distro Couster Store
2. Mengetahui proses produksi produk-produk di distro Couster Store
3. Mengetahui bentuk visual produk di distro Couster Store
commit to user
D. Manfaat PenelitianManfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat secara teoritis, yaitu:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu desain komersial
b. Dapat memberikan gambaran nyata tentang dunia kerja (proses
produksi)
2. Manfaat secara praktis, yaitu:
a. Mendapat gambaran jelas tentang ilmu desain komersial
b. Menjadi referensi bagi mahasiswa seni rupa, khususnya untuk acuan
penelitian yang sejenis
c. Sebagai tambahan apresiasi desain di masyarakat pada umumnya dan