• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO OBSTRUKTIF SLEEP APNEA PADA MAHASISWA DI STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO OBSTRUKTIF SLEEP APNEA PADA MAHASISWA DI STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

29

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO OBSTRUKTIF SLEEP APNEA PADA

MAHASISWA DI STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

Galih Jatnika

Prodi Ilmu Keperawatan (S-1) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi

Abstrak

Berat badan berlebih dan obesitas merupakan suatu kondisi kelebihan lemak tubuh dan dapat berisiko menimbulkan berbagai macam permasalahan kesehatan. Obesitas dapat dialami oleh siapa saja akan tetapi data menunjukkan bahwa obesitas ditemukan lebih banyak pada tingkatan usia anak dan remaja. Obesitas apabila tidak ditangani dapat berisiko menimbulkan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit jantung, diabetes mellitus tipe 2, asma, kanker dan salah satunya gangguan obstruktif sleep apnea (OSA). Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara obesitas dengan risiko OSA pada mahasiswa tingkat I di Stikes Jenderal A. Yani Cimahi. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional. Metode penentuan sampel dengan menggunakan ketentuan jumlah sampel minimal pada penelitian deskriptif yaitu sebanyak 30 responden. Parameter untuk obesitas dengan melakukan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) dan risiko OSA dengan menggunakan Epworth sleepiness scale. Selanjutnya data yang didapatkan dianalisis dengan uji Mann Whitney. Hasil penelitian untuk gambaran berat badan didapatkan sebanyak 24 responden termasuk kategori berat badan berlebih dan sisanya sebanyak 6 responden termasuk kategori obesitas. Gambaran risiko OSA didapatkan bahwa sebanyak 27 responden termasuk kategori normal atau tidak berisiko OSA, kemudian sebanyak 2 responden termasuk kategori risiko ringan OSA dan hanya ditemukan sebanyak 1 responden mengalami risiko sedang OSA. Uji hubungan didapatkan nilai p value 0,584 (p value > 0,05) berarti Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara obesitas dengan risiko OSA pada mahasiswa tingkat I TA 2016/2017 di Stikes Jenderal A. Yani Cimahi. Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti memberikan saran bagi responden untuk berusaha menurunkan berat badan untuk menghindari timbulnya berbagai macam risiko penyakit akibat kegemukan yang salah satunya adalah risiko OSA dan diperlukan penelitian lanjutan dengan mengambil perbandingan yang sama antara jumlah responden dengan berat badan berlebih dengan responden yang memiliki berat badan obesitas.

(2)

30 ABSTRACT

Overweight and obesity are condition of excess body fat and can pose risk of various health problems. Obesity can be experienced by anyone but the data indicates that obesity is found more at child and adolescent ages. Obesity if untreated may pose a risk of various diseases including heart disease, type 2 diabetes mellitus, asthma, cancer and one of obstructive sleep apnea disorder (OSA). The objective of the study was to identify the relationship between obesity and OSA risk in first grade students at Stikes Jenderal A. Yani Cimahi. The research method used was descriptive correlational research. The method of determining the sample by using the provisions of the number of samples minimal in descriptive research that is as many as 30 respondents. Parameters for obesity by measuring body mass index (BMI) and OSA risk by using Epworth sleepiness scale. Furthermore, the data obtained were analyzed by Mann Whitney test. The results of the study for weight description obtained as many as 24 respondents including over weight categories and the rest as many as 6 respondents including the category of obesity. A description of OSA risk was found that as many as 27 respondents belonged to the normal category or not at risk of OSA, then as many as 2 respondents were classified as light risk category of OSA and found only 1 respondent had moderate risk of OSA. The relationship test obtained p value 0,584 (p value> 0,05) mean Ha rejected so that it can be concluded that there is no statistically significant relationship between obesity with risk of OSA at student first degree TA 2016/2017 in Stikes Jenderal A. Yani Cimahi. Based on the results of this study, the researchers provide advice for respondents to try to lose weight to avoid the emergence of various kinds of disease risk one of which is the risk of OSA and required further research by taking the same comparison of respondents with excess body weight with respondents who have weight obesity.

(3)

31 PENDAHULUAN

Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup, dan/atau meningkatkan permasalahan kesehatan. Seseorang dianggap kegemukan (obese) apabila indeks massa tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter lebih dari 30 kg/m² (Mitchel et al., 2011).

Obesitas dapat dialami oleh siapa saja setiap golongan umur, laki-laki atau perempuan, akan tetapi kelompok remaja dan dewasa memiliki risiko lebih besar untuk mengalami obesitas (Mitchel et al., 2011). Obesitas dapat meningkatkan peluang berbagai macam penyakit, khususnya penyakit jantung, diabetes tipe 2, asma, kanker, osteoartritis, dan salah satunya yaitu obstruktif sleep apnea (OSA) (Desalu et al., 2016). OSA merupakan gangguan pada saluran pernafasan saat sedang tidur di mana terjadinya penutupan sebagian atau total saluran faring, adanya periode hilangnya aliran udara, desaturasi oksigen dan aurosal (terjaga). Ciri khas dari penyakit OSA adalah ditemukan kebiasaan mendengkur saat sedang tidur. Insidensi OSA diperkirakan sekitar 1-4% dari populasi umum (Antariksa, 2016). Penderita OSA dengan kebiasaan mendengkur lebih banyak terjadi apnea, hipopnea dan penurunan saturasi oksihemoglobin dibanding OSA tanpa dengan mendengkur. Sekitar 60% pasien OSA ditemukan pada orang dengan dengan berat badan berlebih dan obesitas (Tokuchi et al., 2016). Pada pasien OSA dapat ditemukan juga adanya peningkatan penumpukan lemak di dinding perutnya (Santos-Camilo et al., 2016)

(4)

32 scale. Parameter Epworth sleepiness scale masih

relatif baru digunakan dalam penelitian untuk mengukur risiko OSA. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti melakukan penelitian yang

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional. Metode penentuan sampel dengan menggunakan ketentuan jumlah sampel minimal pada penelitian deskriptif yaitu sebanyak 30 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden usia remaja yang diambil dari mahasiswa tingkat I TA 2016/2017 Stikes Jenderal A. Yani Cimahi dengan kategori berat badan berlebih dan obesitas. Berat badan berlebih ditentukan berdasarkan hasil pengukuran indeks massa tubuh (IMT) 25 – 29,99 kg/m², sedangkan berat badan obesitas ditentukan jika IMT > 30 kg/m². Selajutnya risiko OSA ditentukan berdasarkan kuesioner Epworth sleepiness scale

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut

Tabel 1.

Gambaran obesitas pada mahasiswa tingkat I TA 2016/2017 Stikes Jenderal A. Yani Cimahi

Berdasarkan tabel 1. didapatkan bahwa 24 responden termasuk kategori berat badan berlebih dan sisanya sebanyak 6 responden termasuk kategori obesitas. Seseorang dikategorikan memiliki berat badan berlebih apabila hasil perhitungan indek massa tubuh (IMT) 25 sampai dengan 29,9 kg/m² dan dikategorikan obesitas apabila IMT > 30 kg/m²

bertujuan untuk melihat hubungan antara obesitas dengan risiko OSA pada mahasiswa dengan menggunakan parameter Epworth sleepiness scale.

(ESS) (British Snoring and sleep apnea association, 2016). Adapun pengukuran ESS dengan menggunakan kategori normal (jika ESS 0 – 10), risiko ringan (jika ESS 11 – 15), risiko sedang (jika ESS 16 – 20), risiko berat (jika ESS

≥ 21) (British Snoring and Sleep Apnea Association, 2016). Alat bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan microtoice. Data hasil penelitian selanjutnya dilakukan analisis data dengan uji mann whitney (Dahlan 2011). Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli tahun 2017.

(Mitchel et al., 2011). Berat badan berlebih atau obesitas dapat dialami oleh siapa saja setiap golongan umur, laki-laki atau perempuan, akan tetapi kelompok anak dan remaja memiliki risiko lebih besar untuk mengalami obesitas (Coman et al., 2016). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh gaya hidup pada remaja yang sering melewatkan sarapan, menyukai makan-makanan fast food, dan memiliki kebiasaan sedentary life membuat remaja berisiko untuk mengalami obesitas.

Kategori Obesitas n

Berat badan berlebih 24

Obesitas 6

(5)

33 Hal ini pun sesuai dengan responden pada

penelitian ini yaitu pada mahasiswa tingkat I Obesitas mulai menjadi permasalahan di seluruh dunia bahkan menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan epidemi global, pada negara maju dan juga negara berkembang seperti Indonesia, terutama pada daerah perkotaan. Obesitas sudah menjadi problem kesehatan dan perlu segera ditangani (Rahman et al., 2012). Hal ini pun ditemukan di Stikes jenderal A. Yani Cimahi di mana dari sebagian mahasiswa tingkat I ditemukan adanya remaja dengan kategori berat badan berlebih dan obesitas.

Angka kejadian obesitas pada usia anak dan remaja terutama mahasiswa ini masih sangat tinggi (Supriyatno dan Deviani 2005). Hal ini dikarenakan remaja sering makan-makanan instant, peningkatan frekuensi jajan yang tinggi lemak, serta jarang olahraga. Banyak yang mengatakan jika aktivitas mahasiswa itu melakukan kegiatan rutin yaitu tidur, makan, kuliah, pulang dan tidur lagi. Sehingga tidak heran jika kejadian berat badan berlebih dan obesitas ini banyak terjadi pada usia remaja khususnya pada mahasiswa.

Tabel 2.

Gambaran risiko obstruktif sleep apnea pada mahasiswa tingkat I TA 2016/2017 Stikes Jenderal A. Yani Cimahi

Kategori Obstruktif Sleep Apnea

n

Normal/tidak risiko 27

Risiko ringan 2

Risiko sedang 1

Total 30

Berdasarkan tabel 2. didapatkan bahwa sebanyak 27 responden termasuk kategori normal atau tidak berisiko obstruktif sleep apnea, kemudian sebanyak 2 responden termasuk kategori risiko ringan obstruktif sleep apnea dan hanya ditemukan

yang mana tingkatan usianya berada pada usia remaja.

sebanyak 1 responden mengalami risiko sedang obstruktif sleep apnea. Pada hasil penelitian ini diadapatkan hampir seluruh responden atau sebanyak 27 responden termasuk kategori normal atau tidak ada risiko OSA yang berarti Epworth sleepiness scale berada di rentang 0-10.

Hasil penelitian ini kemungkinan dikarenakan kondisi fisik remaja masih baik terutama kondisi saluran nafas masih dalam kondisi sehat dan kemampuan kompensasi jantung paru yang baik. Selanjutnya adanya kesibukan kuliah dan banyak tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa sangat banyak dan secara tidak langsung dapat membuat kondisi tubuh aktif bergerak.

(6)

34 sehingga bisa berdampak kepada sulit

berkonsentrasi saat sedang mengikuti perkuliahan dan dampak terburuknya apabila dibiarkan bisa sampai timbulnya apnea akibat adanya serangan episode henti nafas pada saat tidur.

Tabel 3.

Hubungan obesitas dengan risiko obstruktif sleep apnea pada mahasiswa tingkat I TA 2016/2017 Stikes Jenderal A. Yani Cimahi

Katego

Berdasarkan tabel 3. didapatkan bahwa responden yang termasuk kategori berat badan berlebih yaitu sebanyak 22 responden termasuk normal atau tidak memiliki risiko OSA, sebanyak 1 responden memiliki risiko ringan OSA dan sebanyak 1 responden memiliki risiko sedang OSA. Adapun dari responden yang termasuk kategori obesitas didapatkan sebanyak 5 responden termasuk normal atau tidak memiliki risiko dan hanya didapatkan 1 responden saja yang memiliki risiko ringan OSA. Selanjutnya hasil uji hubungan didapatkan nilai p value 0,584 (p value > 0,05) berarti Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara obesitas dengan risiko OSA pada mahasiswa tingkat I TA 2016/2017 di Stikes Jenderal A. Yani Cimahi.

Sementara itu hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden atau sekitar 27 responden dalam kategori tidak ada risiko OSA atau berada dalam kategori normal dan hanya sedikit sekali yang memiliki risiko OSA.

Melihat hasil penelitian untuk analisa korelasional antara variabel obesitas dengan timbulnya risiko OSA menunjukkan bahwa dari sebanyak 24 responden dengan berat badan berlebih hanya ditemukan 2 orang saja yang memiliki risiko OSA. Selanjutnya pada mahasiswa dengan obesitas hanya ditemukan 1 orang yang memiliki risiko OSA. Hal ini menunjukkan bahwa pada mahasiswa dengan obesitas belum tentu pasti ditemukan adanya risiko OSA walaupun ada ditemukan sebanyak 1 responden dengan obesitas yang mengalami risiko ringan OSA.

(7)

35 mendengkur ataupun riwayat hipertensi seperti

yang ada di kuesioner Berlin. Adanya perbedaan penggunaan parameter risiko OSA ini bisa

Menyikapi hasil penelitian ini, peneliti

melihat bahwa pada mahasiswa dengan berat

badan berlebih belum tentu pasti mengalami

risiko OSA walaupun masih ditemukan adanya

mahasiswa yang mengalami risiko OSA.

Selanjutnya pada mahasiswa dengan obesitas

belum tentu juga bisa dipastikan akan mengalami

risiko OSA walaupun masih ditemukan adanya

mahasiswa dengan obesitas yang mengalami

risiko OSA. Peneliti melihat bahwa karena faktor

berat badan berlebih dan obesitas bisa berisiko

timbulnya OSA walaupun secara statistik tidak

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya kemungkinan dikarenakan oleh perbedaan parameter yang digunakan untuk mengukur risiko OSA yaitu Kuesioner Berlin sedangkan pada penelitian ini menggunakan kuesioner Epworth sleepiness scale. Selanjutnya perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya kemungkinan dikarenakan jumlah antara responden berat badan berlebih dengan obesitas memiliki perbandingan yang tidak sama yaitu responden dengan berat badan berlebih sebanyak 24 responden dan responden dengan

DAFTAR PUSTAKA

Antariksa, B., 2016. PATOGENESIS, DIAGNOSTIK DAN SCREENING OSA Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. RS Persahabatan-FKUI Jakarta. British Snoring and sleep apnea association.,

2016. EPWORTH SLEEPINESS SCALE BRITISH.

membuat hasil penelitian yang berbeda dengan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain.

berat badan obesitas hanya sebanyak 6 responden. Adapun yang menyebabkan perbandingan yang tidak seimbang antara responden dengan berat badan berlebih dengan berat badan obesitas dikarenakan oleh terbatasnya jumlah responden dengan berat badan obesitas pada mahasiswa tingkat I di Stikes Jenderal A. Yani Cimahi.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara obesitas dengan risiko Obstruktif sleep apnea pada mahasiswa tingkat I TA 2016/2017 di Stikes Jenderal A. Yani Cimahi walaupun ditemukan pada mahasiswa dengan berat badan berlebih sebanyak 2 responden memiliki risiko ringan dan sedang OSA dan pada mahasiswa dengan berat badan obesitas ditemukan 1 responden memiliki risiko ringan OSA.

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini dan juga ucapan terima kasih disampaikan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi yang telah memberikan bantuan dana hibah internal Perguruan Tinggi untuk terlaksananya penelitian ini.

Coman, A.C., Borzan, C., Vesa, C.S., dan Todea, D.A., 2016. OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA SYMPTOM AND QUALITY OF LIFE. Clujul Medical Vol 89 No. 3. doi: 10.15386/cjmed-593

(8)

36 Desalu, O., Onyedum, C., Sanya, E., Fadare, J.,

Adeoti, A., Salawu, F., Oluyombu, R., Olamoyegun, M., Fawale, M., Gbadegesin, B., dan Bello, H., 2016. PREVALENCE,

AWARNESS REPORTING OF

SYMPTOM OF OBSTRUCTIVE SLEEP

APNEA AMONG HOSPITALIZED

ADULT PATIENT IN NIGERIA: IN

MULTICENTER STUDY. doi

10.4314/ejhs.v26i4.4

Mitchel, N., Cattenacci, V., Wyat, H.R., Hill, J.O., 2011. OBESITY: AN OVERVIEW OF EPIDEMIC. Pshyciatr. Clin. Nort. Am. 34.717-732. doi 10.1016/j.psc.2011.08.005 Rahman, U.B., Handoyo, Rohadi, P., 2012.

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN

OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA (OSA)

PADA REMAJA. J. Ilm.

Kesehatan.Keperawatan 8

Romero-Corral, A., Caples, S.M., Lopez-Jimenez, F., dan Somers, VK., 2010 INTERACTION BETWEEN OBESITY AND OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA. Chest 2010; 137(3): 711-719. doi 10.1378/chest.09-0360

Santos-Camilo, M.,Araes, S.P.,Hirotsu, C.,Tufik,

S.,Andersen, M.L., 2016.

CORRELATION BEETWEEN OBESITY AND CHRONIC KIDNEY DISEASE: IS OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA AN INTERFERING FACTOR? Ther. Clin Risk Manag. 12, 1093 – 1094. doi 10.2147/TCRM.S112442

Supriyatno, B., Deviani, R., 2005.

OBSTRUKTIF SLEEP APNEA

SYNDROM PADA ANAK. Sari Pediatri volume 7 nomer 2, September 2005: 77 – 84

Tokuchi, Y., Nakamura, Y., Munekata, Y., dan

Tokuchi, F., 2016. LOW

CARBOHYDRAT DIET – BASED

INTERVENTION FOR OBSTRUCTIVE

SLEEP APNEA AND PRIMARY

Gambar

Tabel 3.

Referensi

Dokumen terkait

SEGMEN BERITA REPORTER C budidaya bebek

Oksitosin, metergin, misoprostol, cairan kristaloid, cairan koloid, oksigen, produk darah, antibiotik, analgetik Luka jalan lahir Cairan kristaloid,.

Kontrak Kinerja Tahun 2016 Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri difokuskan untuk sasaran strategis yang harus dicapai, yaitu (1) Meningkatnya pengembangan

An advanced feeding management of ruminant is defined as: (1) Processing feed ingredients to improve the nutritive value; (2) Supplementing the animal with substances into

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pengaruh faktor fundamental terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI.. Populasi dalam penelitian

Dari uraian di atas terlihat bahwa usaha peternakan kerbau rawa di daerah ini (yang hanya satu- satunya pengembangan ternak kerbau di lahan rawa di Indonesia) sangat cocok

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kasus kejahatan tindak pidana korupsi Kepala Badan Pertanahan Kota Surabaya masuk dalam jenis tindak pidana korupsi gratifikasi

NOVEL JEMINI: CITRA PEREMPUAN TOKOH JEMINI DAN PENDIDIKAN MORAL SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR SMA/SMK.. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu