LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
STANDARISASI NaOH 0,1 N
Disusun Oleh:
1. Arini Anzi Kusuma E61141003
2. Priska Meilasari E61141009
3. Siti Alfianita Lailatusya’adah E61141014
4. Yuniartyningsih E61141017
KONSENTRASI ANALIS KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA POLITEKNIK TEDC BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika mempelajari kimia kita mengenal larutan dan dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari yang namanya larutan. Larutan pada umumnya merupakan campuran yang homogen. Komponen yang terdapat dalam jumlah banyak atau besar disebut pelarut atau solvent, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah kecil disebut zat terlarut atau solut. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan atau perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah zat pelarut.
Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai jumlah solut yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Dinyatakan dalam beberapa cara antara lain molarita, molalitas, normalitas, dll. Molaritas yaitu jumlah mol solut dalam 1 liter larutan, molalitas yaitu jumlah mol solut per 1000 gram pelarut sedangkan normalitas adalah jumlah gram ekuivalen solut dalam 1 liter larutan, dll.
Dalam ilmu kimia, larutan sangat penting karena hampir semua reaksi terjadi dalam larutan. Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka perlu dilakukan standarisasi, karena dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang di inginkan. Setelah dilakukannya standarisasi selanjutnya biasanya digunakan dalam proses analisis kimia dengan metode titrasi asam dan basa.
Langkah awal yang harus dilakukan dalam titrasi adalah membuat suatu larutan yakni dibuat dengan cara melarutkan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan dengan penimbangan dan menghitung volume suatu zat. Prosedur ini adalah menentukan jumlah asam maka ditambahkan asam dalam jumlah yang ekuivalen. Dimana titik ekuivalen jika ditambah sedikit titran akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar.
B. Tujuan
a. Dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H2C2O4 .2H2O.
b. Dapat melakukan proses titrasi dan mengetahui konsentrasi NaOH yang sebenarnya.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Hari/Tanggal : Jumat, 5 Juni 2015 Waktu Praktikum : 15.30-18.00
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka
Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dari sejumlah contoh solute yang diinginkan yang secara teliti ditimbang dengan melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Cara ini biasanya tidak dapat dilakukan, akan tetapi karena relatif sedikit reaksi kimia yang diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis akan ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut standar primer. Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada proses itu dengan sebagian berat dari standar primer (Oxtoby, 2001).
Titrasi adalah penambahan secara cermat suatu larutan yang mengandung zat yang konsentrasinya telah diketahui kepada larutan kedua yang mengandung zat yang konsentrasi dari zat tersebut tidak diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Titik dimana reaksi telah selesai disebut titik akhir teoritis. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai dengan perubahan sifat fisisnya, misalnya warna campuran yang bereaksi. Perubahan warna ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut dengan indikator. Titik dimana terjadi perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi sama dengan titik akhir teoritis (Suryani, 2011).
Kimia analitik dapat dibagi menjadi bidang-bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia dan mengenali unsur atau senyawa apa yang ada dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif menjelaskan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu terkandung dalam suatu sampel (Day, 1998).
terjadinya perubahan fisis yang dapat terlihat namun hasil titrasi umumnya menghasilkan pembacaan yang tidak tepat dikarenakan presepsi orang berbeda-beda dalam pembacaan warna (Pratama, 2003)
Untuk dapat digunakan dalam analisis titrimetri, suatu reaksi harus memiliki beberapa persyaratan yaitu :
1. Harus ada reaksi yang sederhana, yang dinyatakan dengan persamaan kimia, zat yang ditetapkan harus bereaksi lengkap.
2. Reaksi harus berjalan sangat cepat dalam beberapa keadaan, penambahan suatu katalis akan mempercepat reaksi tersebut.
3. Harus ada perubahan yang mencolok yang menimbulkan perubahan dalam sifat fisika atau kimia larutan pada titik ekivalen.
4. Harus tersedia suatu indikator dimana perubahan visualnya dapat dilihat dengan mata (Petrucci, 1992).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Instruksi Kerja
1. Pipet 10,0 mL larutan asam oksalat 0,1 N dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 100 mL tambahkan 3 tetes indicator pp.
2. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. 3. Catat volume titran yang digunakan.
B. Rumus V rata-rata NaOH = 65,3 ml
2. Menghitung Konsentrasi NaOH
menggunakan bantuan larutan standar primer definisi standarisasi diambil dari buku refrensi (Oxtoby). Untuk itu ditentukanlah konsentrasi larutan asam oksalat.
Pembuatan larutan asam oksalat ini menggunakan metode analisis titrimetri yang mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan. Analisis titrimetri ini dianggap lebih baik menyatakan proses titrasi, sedangkan yang terdahulu dikacaukan dengan pengukuran-pengukuran volume seperti yang melibatkan gas-gas.
Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri).
Konsentrasi larutan asam oksalat hasilnya yaitu 0,2 N. Dengan begitu, dapat ditentukan konsentrasi NaOH melalui analisis kuantitatif konvensional yang biasanya dilakukan yaitu dengan titrasi. Sebelum dititrasi dengan asam oksalat, larutan NaOH ditambahkan indikator fenoftalein.
Penambahan indikator tersebut maka terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Indikator fenoftalein akan memberikan kenampakan warna merah muda apabila berada pada larutan basa. Fungsi indikator fenolftalein adalah sebagai penunjuk akhir titrasi dalam pencapaian titik ekivalen. Titrasi dilakukan duplo atau sebanyak dua kali, asam oksalat ditimbang sebanyak 1,26 gram lalu ditambahkan akuades 25-30ml aduk dalam gelas beker, lalu pindahkan ke labu takar dengan ditambahkan akuades sampai tanda batas dan dikocok hingga homogen. Larutan NaOH tersebut di masukkan dalam buret 50ml sebagai penitran.
Larutan asa oksalat yang ingin dititrasi diambil 25ml dalam erlenmeyer dilakukan lah titrasi NaOH dengan penitran larutan encer asam oksalat. Lakukan titrasi dengan teliti dan hati-hati pada akhir titrasi (titik ekuivalen titrasi) ditunjukkan dengan terjadi perubahan warna yaitu dari merah muda menjadi tidak berwarna (bening). Sehingga diperoleh konsentrasi larutan NaOH adalah 0,0765 N.
Reaksi titrasi NaOH oleh asam oksalat:
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi dari suatu larutan.
2. Fungsi indikator fenolftalein adalah sebagai penunjuk akhir titrasi dalam pencapaian titik ekivalen.
3. Konsentrasi asam oksalat sebesar 0,2 N
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J, dkk. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. ECG, Jakarta. Day, R.A., Jr. 1998. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta. Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I.
Erlangga: Jakarta.
Suryani, Iis. 2011 Standarisasi larutan.
http://iissuryani.blogspot.com/2011/08/standarisasi-kimia.html.
Diakses pada tanggal 17 November 2013.
Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar, Prinsif dan Terapan Modern. Erlangga, Jakarta.
Pratama, Anggi. 2003. Aplikasi LabView Sebagai Pengukur Kadar Vitamin C Dalam Larutan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri.
http://eprints.undip.ac.id/13378/1/05.pdf. Diakses pada tanggal 17 November 2013.