• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II “ PERCOBAAN 1 - 8 ”

NAMA ASLAB : 1. Olivia Stephani (F1C111040) 2. Ernilawati S (F1C111015) 3. Magdalena Normalina S (F1C111053) 4. Lenny Theresia (F1C111041) OLEH KELOMPOK 7 NAMA :

1. NADYA FARAH KAMILIA (F1D113018) 2. ADE DHARMA SAPUTRA

3. YUDHA GUSTI WIBOWO PRODI : TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI

JAMBI 2014

(2)

DAYA HANTAR LISTRIK LARUTAN ELEKTROLIT I . TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengukur daya hantar listrik berbagai jenis senyawa dan larutan pada berbagai konsentrasi.

2. Mempelajari pengaruh jenis senyawa dan konsentrasi suatu larutan terhadap daya hantar listrik.

II. TEORI

Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan ini dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.

(Tony, 1987) Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.Untuk mengetahui suatu larutan berelektrolit atau non-elektrolit, dapat diuji dengan alat penguji elektrolit.

(Chang, 2004) Larutan elektrolit dapat menyalakan lampu, sedangkan larutan

non-elektrolit tidak dapat menyalakan lampu.

Jika alat penguji elektrolit berisi larutan dihubungkan dengan sumber arus listrik / baterai dan ternyata larutan tersebut dapat menyalakan lampu, berarti larutan tersebut dapat menghantarkan arus listrik .Hal itu dapat terjadi karena dalam pelarut air, zat-zat terurai menjadi ion-ion positif dan ion-ion negative . Elektrolit kuat banyak menghasilkan ion-ion, elektrolit lemah hanya sedikit menghasilkan ion-ion, sedangkan non-elektrolit tidak menghasilkan ion-ion.

(Cahyadi, 2012) Larutan elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik karena adanya pergerakan partikel-partikel bermuatan.

Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Hal ini disebabkan karena zat terlarut akan terurai sempurna

(3)

(derajat ionisasi ? = 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut banyak mengandung ion-ion. Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik, maka daya hantarnya kuat. pada persamaan reaksi, ionisasi elektrolit kuat ditandai dengan anak panah satu arah ke kanan.

(Daddy,2008 ) Contoh:

NaCl(s)→Na+(aq)+Cl-(aq)

Yang tergolong elektrolit kuat adalah:

 Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.

 Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.

 Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain

(Kundari,2006) Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan lemah. Hal ini disebabklan karena zat terlarut akan terurai sebagian (derajat ionisasi ? << 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut sedikit mengandung ion. Hal ini disebabkan tidak semua terurai menjadi ion-ion (ionisasi tidak sempurna) sehingga dalam larutan hanya ada sedikit ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Dalam persamaan reaksi, ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan panah dua arah (bolak-balik).

Contoh: :

CH3COOH(aq)↔CH3COO-(aq)+H+(aq) Yang tergolong elektrolit lemah:

a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain b.Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain

(4)

Berdasarkan sifat daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan yang akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan terdapat ion, larutan tersebut bersifat elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat ion larutan tersebut bersifat non elektrolit. Pada larutan non elektrolit, molekul-molekulnya tidak terionisasi dalam larutan, sehingga tidak ada ion yang bermuatanyang dapat menghantarkan arus listrik. Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:

- Larutan Urea - Larutan Sukrosa - Larutan Glukosa

- Larutan Alkohol dan lain-lain

(Sutresna, 2007) Perbedaan larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit dapat dilihat pada table berikut:

Asam, Basa dan Garam

Asam dan basa merupakan senyawa kimia yang sangat penting.Arti dari istilah asam dan basa berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Istilah asam dan basa mula-mula digunakan untuk gugusan zat yang hilang serta menunjukkan sifat-sifat tertentu Sebagai contoh, beberapa makanan memiliki rasa asam, seperti asam laktat terdapat dalam susu dam asam sitrat terdapat dalam buah

Larutan Elektrolit Larutan non-Elektrolit Jika zat terlarutnya berupa zat

elektrolit;

 Zat terlarut dapat terionisasi.

 Larutannya dapat menghantarkan listrik.

 Meliputi asam, basa, dan garam.

Jika zat terlarutnya berupa zat non-elektrolit;

 Zat terlarutnya tidak terionisasi.

 Larutannya tidak menghantarkan listrik.  Meliputi zat selain asam,

basa, dan garam( gula, alcohol, dan urea).

(5)

jeruk. Basa seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida, dan kalsium hidroksida, terasa licin dan pahit

(6)

Asam kuat adalah asam yang dalam ion H+.Asam-asam ini merupakan

elektrolit kuat.Contohnya, HCl, HNO3, danH2SO4 .

Asam lemah adalah asam yang dalam larutannya sukar melepaskan ion H+.Asam-asam ini merupakan elektrolit lemah.Contohnya, H

2CO3, HCN, H3PO3

dan CH3COOH.

Basa kuat adalah basa yang ion OH- dalam larutannya.Basa- .Contohnya,

NaOH, KOH.

Basa lemah adalah basa yang sukar melepaskan ion OH- dalam

larutannya.Basa-basa ini merupakan elektrolit lemah.Contohnya, Fe(OH)2.

Garam adalah persenyawaan yang terbentuk antara ion logam atau ion ammonium (NH4+) dengan sisa asam. Contohnya, Na+, Ba2+, Al3+.Larutan garam

yang mudah larut dalam air juga merupakan elektrolit kuat. Dalam larutannya, garam terionisasi menjadi ion-ion logam dan sisa asam

(7)

III. PROSEDUR KERJA 3.1 Alat dan Bahan

 Alat :

1. Gelas Beker 100 mL : 8 buah 2. Batang Pengaduk: 1 buah 3. Rangkaian alat multimeter 4. Gelas Ukur 100 mL: 1 buah 5. Gelas Ukur 50 mL: 1 buah 6. Kaca arloji: 1 buah

7. Pipet tetes: 5 buah 8. Spatula: 1 buah  Bahan : 1. HCl 2. NaOH 3. NaBr 4. NH4Cl 5. Minyak Tanah 6. Aquades 7. NaCl

8. Air Jeruk Nipis 9. NH4OH

(8)

3.2 Skema Kerja

1. Menentukan Daya Hantar Listrik Berbagai Senyawa

Di isi 25 ml minyak tanah, H2O,

larutanNaCl, kristalNaCl

Di ukur daya hantar listrik Dirangkai seperti gambar

Di tentukan sifat zat terhadap arus listrik

5 buah gelas beker 100 ml

Multimeter

Catat hasil percobaan di

tabel pengamatan

(9)

2. Mempelajari Pengaruh Konsentrasi Terhadap Daya Hantar Listrik Larutan Elekrolit.

Di ukur daya hantar listrik dari larutan terencer

Di gambar terhadap konsentrasi Ditentukan senyawa elektrolit kuat dan lemah

Di gambar terhadap konsentrasi Dibandingkan daya hantar listrik anion dan kation

Konsenterasi 0.05M, 0.1M, 0.5M, Grafik kelompok 1 Grafik kelompok 1 Catat hasil percobaan di tabel pengamatan

(10)

a Hasil dan Pembahasan

4.1 Data Pengamatan Dan Grafik

V Data Pengamatan

 Menentukan Daya Hantar Berbagai Senyawa

 Mempelajari Pengaruh konsentrasi Terhadap Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit

Kelompok I

[M] Air Jeruk Nipis NH4OH HCl NaOH

Im A V volt L ohm-1 I mA V Volt L ohm-1 I mA V Volt L ohm-1 I mA V volt L ohm-1 0,05 3 4 3 1.3 100 3 33.3 60 3 20 0,1 3 6 3 2 100 3 33.3 100 3 33.3 0,5 3 8 3 2.67 100 3 3.33 100 3 3.33 1,0 40 3 0.07 10 3 3.3 100 3 3.33 100 3 3.33

Senyawa (mA) V (volt) L=1/R (ohm-1)

Minyak Tanah 0 3 0

H2O 3 3 1

Larutan NaCl 100 3 33.3

(11)

Kelompok II

[M] NaCl NaBr NaI NH4Cl

Im A V Volt L ohm-1 I mA V volt L ohm-1 I mA V Volt L ohm-1 I mA V Volt L ohm-1 0,05 60 3 20 30 3 10 70 3 23.3 30 3 10 0,1 80 3 26.7 80 3 26.67 80 3 26.7 100 3 33.3 0,5 100 3 33.3 100 3 33.3 100 3 33.3 100 3 33.3 1 100 3 33.3 100 3 33.3 100 3 33.3 100 3 33.3

W Grafik Daya hantar listrik terhadap Konsenterasi Kelompok I 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Grafik Larutan Na4OH

Konsentrasi [M] Daya Hantar (1/ohm)

(12)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0 5 10 15 20 25 30 35

Grafik Larutan HCl

Konsentrasi [M] Daya Hantar (1/ohm)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0 5 10 15 20 25 30 35

Grafik Larutan NaOH

Konsenterasi[M] Daya Hantar Listrik (1/ohm)

(13)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0 10 20 30 40

Grafik Larutan NaCl

Konsentrasi [M] Daya Hantar (1/Ohm)

(14)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0 5 10 15 20 25 30 35

Grafik Larutan NaBr

Konsentrasi [M] Daya Hantar Listrik (1/ohm)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0 5 10 15 20 25 30 35

Grafik Larutan NaI

Konsentrasi [M Daya Hantar Listrik (1/ohm)

(15)

1 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0 5 10 15 20 25 30 35

Grafik Larutantan NH4OH

Konsenterasi [M] Daya Hantar Listrik (1/ohm)

Perhitungan : X Dik : Mair jeruk = 1M

Vair jeruk = 10 ml

A. Untuk Mair jeruk = 0,5 M

M1. V1=M2. V2

V2=10 ml 0,5 M.1 M V2=20 ml

B. Untuk Mair jeruk = 0,1 M

M1. V1=M2. V2

V2=10 ml 0,1 M.1 M V2=100 ml

C. Untuk Mair jeruk = 0,05 M

M1. V1=M2. V2

V2= 10 ml 0,05 M .1 M V2=100 ml

- Menentukan Daya Hantar Berbagai Senyawa

Minyak Tanah Dik : I = 0 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 0.R R = 0 ohm L = R1 L = 10 = 0 ohm-1  H2O

Dik : I = 3 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 3.R R = 1 ohm L = R1 L = 11 = 1 ohm-1  Larutan NaCl Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R

(16)

R = 0.03 ohm L = R1

L = 0.03 = 33.3 1 ohm-1

Kristal NaCl Dik : I = 0 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 0.R R = 0 ohm L = R1 L = 10 = 0 ohm-1 - Mempelajari Pengaruh Konsentrasi Terhadap Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit

Larutan NH4OH

(Konsentrasi 0.05 M) Dik : I = 4 mA, V = 3 Volt Jawab : V = 4.R 3 = 4.R R = 0.75 ohm L = 0.751 L = 0.75 = 1.33 1 ohm-1 (Konsentrasi 0.1 M) Dik : I = 6 mA, V = 3 Volt Jawab : V = 6.R 3 = 6.R R = 0.5 ohm L = 0.51 L = 0.5 = 2 ohm1 -1 (Konsentrasi 0.5 M) Dik : I = 8 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 8.R R = 0.375 ohm L = 0.3751 L = 0.375 = 2.67 1 ohm-1 (Konsentrasi 1.0 M) Dik : I = 10 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 10.R R = 0.3 ohm L = 0.31 L = 0.3 = 3.33 1 ohm-1  Larutan HCl (Konsentrasi 0.05)

(17)

Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1 (Konsentrasi 0.1)

Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1 (Konsentrasi 0.5)

Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1 (Konsentrasi 1.0 M) Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt

Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1  Larutan NaOH (Konsentrasi 0.05 M) Dik : I = 60 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 60.R R = 0.05 ohm L = 0.051 L = 0.05 = 20 1 ohm-1 (Konsentrasi 0.1 M) Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1 (Konsentrasi 0.5 M) Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt

(18)

Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1 (Konsentrasi 1.0 M) Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1  Larutan NaCl (Konsentrasi 0.05 M) Dik : I = 60 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 60.R R = 0.05 ohm L = 0.051 L = 0.05 = 20 1 ohm-1 (Konsentrasi 0.1 M) Dik : I = 80 mA, V = 3 Volt

Jawab : V = I.R 3 = 80.R R = 0.0375 ohm L = 0.03751 L = 0.0375 = 1 26.67 ohm-1 (Konsentrasi 0.5 M) Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1 (Konsentrasi 1.0 M) Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1  Larutan NaBr (Konsentrasi 0.05 M)

(19)

Dik : I = 30 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 30.R R = 0.1 ohm L = 0.11 L = 0.1 = 10 ohm1 -1 (Konsentrasi 0.1 M) Dik : I = 80 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 80.R R = 0.0375 ohm L = 0.03751 L = 0.0375 = 1 26.67 ohm-1 (Konsentrasi 0.5 M) Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1 (Konsentrasi 1.0 M) Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt

Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1  Larutan NaI (Koonsentrasi 0.05 M) Dik : I = 70 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 70.R R = 0.0429 ohm L = 0.04291 L = 0.0429 = 23.31 ohm-1 (Konsentrasi 0.1 M) Dik : I = 80 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 80.R R = 0.0375 ohm L = 0.03751 L = 0.0375 = 1 26.67 ohm-1 (Konsentrasi 0.5 M)

(20)

Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1 (Konsentrasi 1.0 M) Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1  Larutan NH4Cl (Konsentrasi 0.05 M) Dik : I = 30 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 30.R R = 0.1 ohm L = 0.11 L = 0.1 = 10 ohm1 -1 (Konsentrasi 0.1 M)

Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1 (Konsentrasi 0.5 M) Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1 (Konsentrasi 1.0 M) Dik : I = 100 mA, V = 3 Volt Jawab : V = I.R 3 = 100.R R = 0.03 ohm L = 0.031 L = 0.03 = 33.33 1 ohm-1

(21)

4.2 Pembahasan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami proses hantaran listrik dalam larutan dan menentukan daya hantar berbagai jenis larutan elektrolit pada berbagai konsentrasi. Pada dasarnya proses hantaran listrik dalam larutan karena adanya pergerakan ion dan perpindahan elektron. Pada katoda terjadi proses reduksi, dimana ion positif bergerak menuju elektroda negatif untuk mengambil elektron dari elektroda ini. Pada anoda terjadi proses oksidasi, dimana ion negatif bergerak manuju elektroda positif untuk menyerahkan elektron. Oleh karena itu, di dalam larutan elektrolit terjadi penghantaran muatan dari elektroda yang diangkut oleh ion-ion.

Dari data percobaan yang diperoleh, setelah memperoleh nilai tegangan keluaran dan arus listrik, maka besarnya hambatan elektrolit (R) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus R = v/I . Setelah nilai hambatan elektrolit (R) diperoleh, besarnya daya hantar elektrolit (L) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus L = 1/R . Untuk Percobaan I “Menentukan daya hantar listrik” : Pada minyak tanah didapat arus listrik pada tegangangan V=3 volt sebesar 0 mA maka di dapat R = 0 Ω dan L = 0 Ω-1. Pada H

2O didapat arus listrik

pada tegangan V=3 volt sebesar 3 mA maka di dapat R = 1 Ω dan L = 1 Ω-1. Pada

larutan NaCl didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt sebesar 100 mA maka di dapat R = 0.03 Ω dan L = 33.3 Ω-1. Pada Kristal NaCl didapat arus listrik pada

tegangan V=3 volt sebesar 0 mA maka di dapat R = 0 Ω dan L = 0 Ω-1.

Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa minyak tanah dan Kristal NaCl tidak dapat mengahntarkan arus listrik atau bersifat non elektrolit yang berarti pada minyak tanah dan Kristal NaCl tidak terdapat ion elektrolit. Pada H2O atau

air sedikit sekali dapat mengahantarkan listrik atau bersifat elektrolit lemah karena mengandung sedikit elektrolit yang dapat mengahntarkan listrik. Dan pada larutan NaCl bersifat elektrolit kuat karena banyak terkandung elektrolit yang dapat mengahntarkan listrik dengan cukup besar.

Untuk percobaan II “Mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan elektrolit” :

 Larutan NH4OH

Pada larutan NH4OH (0.05 M) didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt

sebesar 4 mA maka di dapat R = 0.75 Ω dan L = 1.33 Ω-1. NH

4OH (0.1M) didapat

(22)

= 2 Ω-1. NH

4OH (0.5M) didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt sebesar 8 mA

maka di dapat R = 0.375 Ω dan L = 2.67 Ω-1. NH

4OH (1.0 M) didapat arus listrik

pada tegangan V=3 volt sebesar 10 mA maka di dapat R = 0.3 Ω dan L = 3.33 Ω -1.

 Larutan asam klorida (HCl)

Larutan HCl dapat menghantarkan arus listrik karena semua molekul HCl dapat terurai menjadi ion H+ dan Cl- (terionisasi secara sempurna). Akibatnya

daya hantar listrik yang dihasilkan kuat. Sehingga larutan HCl dapat digolongkan sebagai larutan elektrolit kuat. Larutan asam klorida (HCl. Larutan HCl dapat menghantarkan arus listrik karena semua molekul HCl dapat terurai menjadi ion H+ dan Cl- (terionisasi secara sempurna). Akibatnya daya hantar

listrik yang dihasilkan kuat. Sehingga larutan HCl dapat digolongkan sebagai larutan elektrolit kuat. Pada larutan HCl (0.05 M) didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt sebesar 100 mA maka di dapat R = 0.03 Ω dan L = 33.33 Ω -1. HCl (0.1M) didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt sebesar 100 mA maka

di dapat R = 0.03 Ω dan L = 33.33 Ω-1. HCl (0.5M) didapat arus listrik pada

tegangan V=3 volt sebesar 100 mA maka di dapat R = 0.03 Ω dan L = 33.33 Ω -1. HCl (1.0 M) didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt sebesar 100 mA maka

di dapat R = 0.03 Ω dan L =3 3.33 Ω-1.

 Larutan natrium hidroksida (NaOH)

Larutan NaOH dapat menghantarkan arus listrik karena semua molekul NaOH dapat terurai menjadi ion Na+ dan OH- (terionisasi secara

sempurna). Akibatnya daya hantar listrik yang dihasilkan kuat. Sehingga larutan NaOH dapat digolongkan sebagai larutan elektrolit kuat. Ketika dilakukan pengukuran daya hantar listrik dengan multimeter terjadi perubahan warna, hal ini menunjukkan bahwa larutan mengandung unsur logam Na. Pada larutan NaOH (0.05 M) didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt sebesar 60 mA maka di dapat R =0.05 Ω dan L = 20 Ω-1. NaOH (0.1M) didapat arus listrik pada tegangan V=3

volt sebesar 100 mA maka di dapat R = 0.03 Ω dan L = 33.33 Ω-1. NaOH (0.5M)

didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt sebesar 100 mA maka di dapat R = 0.03 Ω dan L = 33.33 Ω-1. NaOH (1.0 M) didapat arus listrik pada tegangan V=3

volt sebesar 100 mA maka di dapat R = 0.03 Ω dan L = 33.33 Ω-1.

(23)

Larutan NaCl dapat menghantarkan arus listrik karena semua molekul NaCl dapat terurai menjadi ion Na+ dan Cl- (terionisasi secara

sempurna). Akibatnya daya hantar listrik yang dihasilkan kuat. Sehingga larutan NaCl dapat digolongkan sebagai larutan elektrolit kuat. Ketika dilakukan pengukuran daya hantar listrik dengan multimeter terjadi perubahan warna, hal ini menunjukkan bahwa larutan mengandung unsur logam Na. Pada larutan NaCl (0.05 M) didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt sebesar 60 mA maka di dapat R = 0.05 Ω dan L = 20 Ω-1. NaCl (0.1M) didapat arus listrik pada tegangan V=3

volt sebesar 80 mA maka di dapat R = 0.0375 Ω dan L = 26.67 Ω-1. NaCl (0.5M)

didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt sebesar 100 mA maka di dapat R = 0.03 Ω dan L = 33.33 Ω-1. NaCl (1.0 M) didapat arus listrik pada tegangan V=3

volt sebesar 100 mA maka di dapat R = 0.03 Ω dan L = 33.33 Ω-1.

 Larutan NaBr

Larutan NaBr dapat menghantarkan arus listrik karena semua molekul NaBr dapat terurai menjadi ion Na+ dan Br- (terionisasi secara

sempurna). Akibatnya daya hantar listrik yang dihasilkan kuat. Sehingga larutan HCl dapat digolongkan sebagai larutan elektrolit kuat. Ketika dilakukan pengukuran daya hantar listrik dengan multimeter terjadi perubahan warna, hal ini menunjukkan bahwa larutan mengandung unsur logam Na. Pada larutan NaBr (0.05 M) didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt sebesar 30 mA maka di dapat R = 0.1 Ω dan L = 10 Ω-1. NaBr (0.1M) didapat arus listrik pada tegangan V=3

volt sebesar 80 mA maka di dapat R = 0.375 Ω dan L = 26.67 Ω-1. NaBr (0.5M)

didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt sebesar 100 mA maka di dapat R = 0.03 Ω dan L = 33.33 Ω-1. NaBr (1.0 M) didapat arus listrik pada tegangan V=3

volt sebesar 100 mA maka di dapat R = 0.03 Ω dan L = 33.33 Ω-1.

 Larutan NaI

Larutan NaI dapat menghantarkan arus listrik karena semua molekul NaI dapat terurai menjadi ion Na+ dan I- (terionisasi secara sempurna). Akibatnya daya

hantar listrik yang dihasilkan kuat. Sehingga larutan HCl dapat digolongkan sebagai larutan elektrolit kuat. Ketika dilakukan pengukuran daya hantar listrik dengan multimeter terjadi perubahan warna, hal ini menunjukkan bahwa larutan mengandung unsur logam Na. Pada larutan NaI (0.05 M) didapat arus listrik pada

(24)

tegangan V=3 volt sebesar 70 mA maka di dapat R = 0.0429 Ω dan L = 23.3 Ω-1.

NaI (0.1M) didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt sebesar 80 mA maka di dapat R = 0.375 Ω dan L = 26.67 Ω-1. NaI (0.5M) didapat arus listrik pada

tegangan V=3 volt sebesar 100 mA maka di dapat R = 0.03 Ω dan L = 33.33 Ω-1.

NaI (1.0 M) didapat arus listrik pada tegangan V=3 volt sebesar 100 mA maka di dapat R = 0.03 Ω dan L = 33.33 Ω-1.

(25)

 Larutan NH4Cl

Larutan NH4Cl dapat menghantarkan arus listrik karena semua molekul

NH4Cl dapat terurai menjadi ion NH4+4 dan Cl-4 (terionisasi secara

sempurna). Akibatnya daya hantar listrik yang dihasilkan kuat. Sehingga larutan HCl dapat digolongkan sebagai larutan elektrolit kuat.

 Air (H2O)

Larutan H2O dapat menghantarkan arus listrik karena sebagian molekul

H2O dapat terurai menjadi ion H2+2 dan O2-(terionisasi tidak sempurna). Akibatnya

daya hantar listrik yang dihasilkan lemah. Sehingga larutan H2O dapat digolongkan sebagai larutan elektrolit lemah.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa beda konsentrasi juga sangat mempengaruhi hambatan dan juga daya hantar elektrolitnya. Hal ini dikarenakan semakin besar konsentrasi pada larutan elektrolit semakin besar pula elektrolit yang terkandung di dalamnya, semakin rendah konsentrasi larutan elektrolit maka semakin kecil pula kandungan elektrolit yang dapat mengahntarkan listrik di dalamnya.

(26)

V. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

o Jenis senyawa dan konsentrasi suatu larutan sangat berpengaruh dalam penentuan daya hantar listrik larutan elektrolit.

o Larutan elektrolit kuat dapat menghantarkan listrik dengan baik/ sempurna karena terbentuknya muatan-muatan sempurna yang dibentuk oleh banyaknya ion-ion secara berlawanan.

o Larutan elektrolit lemah kurang dapat mennghantarkan listrik dengan baik/ sempurna karena muatan-muatan kurang sempurna yang dibentuk oleh sedikitnya ion-ion secara berlawanan.

o Larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik karena larutan-larutan tersebut tidak terurai menjadi ion-ion, sehingga zat-zat tersebut tetap berwujud molekul-molekul netral yang tidak bermuatan listrik. o Besarnya daya hantar elektrolit suatu larutan bergantung pada konsentrasi,

volume dan jenis larutanyya, semakin besar konsentrasi larutan elektrolit maka semakin besar pula daya hantar ataupun rambatanyya.

o Daya hantar listrik dipengaruhi oleh besar arus listrik dan tegangan listrik.Dimana daya hantar listrik berbanding lurus dengan arus listrik dan berbanding terbalik dengan tegangan listrik.

5.2 Saran

Jalannya praktikum berjalan dengan cukup baik, tapi akan lebih baik jika pihak laboran mempersiapkan dan mengantisifasi kejadian-kejadian yang mungkin saja bisa terjadi pada saat terjadinya praktikum. Misalnya seperti pemadaman listrik oleh PLN yang akan mengganggu jalannya praktikum. Dan agar pada saat sebelum dimulainya praktikum peralatan diperiksa terlebih dahulu, kelengkapan, kerusakkannya agar tidak menjadi merepotkan jika harus meminjam-minjam ke kelompok yang berbeda.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Bird,Tony.1987.Kimia Fisik Untuk Universitas.Jakarta:PT Gramedia. Cahyadi Hary. 2012. LarutanElekrolit.

(http://harycahyadi.wordpress.com/2012/03/27/contoh-makalah-tentang-larutan-elektrolit/ , diakses jumat, 11 April 2014 pukul 01.30 WIB)

Daddy. 2008. LarutanElektrolitdan Non Elektrolit.

(http://daddysunsek.com/kimia-kelas-x/larutan-elektrolit-dan-nonelektrolit-materi-kimia-sma-kelas-x-semester-2 , diakses jumat, 11 April 2014 pukul 01.30 WIB)

Chang . 2004 . Kimia DasarII . Erlangga : Jakarta.

Keenan,C.W. 1980 . General college Chemistry . New Jersey : Harper & Row Pubilsher.

Kundari,Anis.2006.KimiaDasar.Yogyakarta:STTN-BATAN Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo.

(28)
(29)

LAMPIRAN Pertanyaan Prapraktikum

1 Apa yang dimaksud dengan daya hantar listrik?

2 Bagaimana suatu larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik? 3 Jelaskan cara kerja pengukuran daya hantar listrik dengan

menggunakan alat multimeter. Jawab:

1. Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnya berkaitan erat dengan nilai salinitas. Kemampuan untuk menghantarkan listrik µmhos/cm (µS/cm).

2. Larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik karena larutannya akan terionisasi menjadi ion-ion bermuatan listrik dan ion-ion tersebut selalu bergerak bebas.

3. Larutan dimasukkan kedalam gelas beker, kedua kutub dari alat multimeter dicelupkan kedalam larutan, lalu amati berapa nilai arus listrik yang dihasilkan oleh larutan.

(30)

“STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN”

I TUJUAN :

 Menentukan molaritas larutan Naoh dengan larutan standar asam oksalat.

 Menetapkan kadar asam cuka perdagangan. II TEORI

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zatyang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapatbervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalahlarutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut.Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam manasolute terlarut. Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selainair yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena,minyak, asam asetat.

(Sutresna, 2003) Titrasi asam basa melibatkan asam mapun basa sebagai titrat ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Larutan penguji disebut “titran” sedangkan larutan yang ingin diuji kadarnya disebut “titrat/titret”. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi ). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan ,kemudian kita mencatat volume titrat yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran ,volume data dan konsentrasi titrat maka kita bisa menghitung kadar titran. Terdapat dua cara untuk mengidentifikasi titik ekuivalen yaitu dengan memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan atau memakai indikator asam basa.

(31)

(Padjaatmak a, 1989)

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator.

(Chang, 2004) Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa).

(Syukri, 1999) Titrasi asidi-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, basa kuat-garam dari basa lemah. Titrasi ini menggunakan indikator pH atau indikator asam-basa sebagai penanda karena memiliki sifat dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Warna asam ialah sebutan warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa ketika dalam keadaan basa.

(Harjadi,1986) Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar)

(32)

adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).

(Shochichah,2010) Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.

(Sukmariah, 1990) Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi.

(Daddy,2008 ) Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.

(33)

Larutan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui, dapat dengan mudah digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitaif. Kuantitas zat terlarut dalam suatu volume larutan itu, di mana volume itu diukur dengan teliti, dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini.

Mol = liter x konsentrasi molar atau mmol = mL x konsentrasi molar.

Perhitungan-perhitungan stoikiometri yang melibatkan larutan yang diketahui normalitasnya bahkan lebih sederhana lagi. Dengan definisi bobot ekuivalen, dua larutan akan bereaksi satu sama lain dengan tepat bila keduanya mengandung gram ekuivalen yang sama yaitu, jika

V1 x N2 = V2 x N2.

Dalam hubungan ini kedua normalitas harus dinyatakan dengan satuan yang sama, demikian juga kedua volum, satuan-satuan itu dapat dipilih secara sembarang.Larutan-larutan yang mempunyai normalitas yang diketahui sangat berguna walaupun hanya satu di antara pereaksi itu yang terlarut. Dalam hal ini jumlah gram ekuivalen (atau miliekuivalen) pereaksi yang tidak terlarut dapat dihitung dengan cara biasa, yaitu dengan membagi massa contoh dalam gram (atau miligram) dengan bobot ekuivalennya. Jumlah g-ek (atau mek) satu pereaksi tetap harus sama dengan g-ek (atau mek) zat yang lain.

(Daddy,2008) Pada analisis volumetri diperlukan larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan. Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis volumetri.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric adalah sebagai berikut :

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.

3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.

(34)

4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika.

Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.

(Sutresna, 2003) Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :

1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume

yang telah di kalibrasi.

2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan sekunder dengan kemurnian tinggi.

3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di

capai.

Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar misalnya arsen trioksida pada pembakuan larutan iodium. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar, misalnya larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.

(Hettik, 2010) Cara Mengetahui Titik Ekuivalen.

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.

(35)

2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.

Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.

(36)

III PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 ALAT DAN BAHAN

3.1.1 ALAT

 Labu ukur 100 ml : 1 buah

 Buret 50 ml : 2 buah

 Erlenmeyer 100 ml : 3 buah

 Erlenmeyer 150 ml : 2 buah

 Pipet ukur 10 ml : 1 buah

 Klem dan standar

 Batang pengaduk : 1 buah

 Gelas ukur 100 ml : 1 buah

 Gelas ukur 50 ml : 1 buah

 Kaca arloji : 1 buah

 Pipet tetes : 5 buah

 Spatula : 1 buah

3.1.2 BAHAN

 Asam Oksalat (H2C2O4)

 Larutan NaOH

 Asam cuka perdagangan (CH3COOH)

(37)

3.2 SKEMA KERJA

A Penetapan Molaritas NaOH

Ditimbang 1,26 gram

Dimasukan kedalam labu ukur 100 mL

Ditambah air suling hingga volume 100 mL

Diisi dalam buret

Di tuang 10 mL ke dalam Erlenmeyer

Ditambah 10 mL air suling dan 1-2 tetes indikator PP

Dititrasi dengan larutan asam oksalat sebanyak 3 kali hingga warna merah jambu hilang Asam Oksalat NaOH Catat hasil percobaan di tabel pengamatan

(38)

B Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan C

D E

F Di ambil 10 mL dengan pipet ukur

G Di masukan kedalam labu ukur 100 mL

H Di encerkan air suling hingga volume 100 mL I J K L Di masukan ke erlenmeyer ukuran 125 mL

M Ditambah 2 tetes indikator pp N Dititrasi dengan larutan NaOH hingga terjadi perubahan warna O

P

Q

R S T U V W X Y Z Cuka Perdagangan Larutan Encer Cuka Catat hasil percobaan di tabel pengamatan

(39)

IV Hasil dan Pembahasan V 4.1 Hasil PengamatanPengamatan 1 VI VII T i t r a s i I VIII T i t r a s i I I IX V r at a -r at a X V Na O H XI 1 0 m l XII 1 0 m l XIII 1 0 m l XIV V H2 C2 O4. 2H 2O XV 6 , 5 m l XVI 6 , 5 m l XVII 6 , 5 m l XVIIIPengamatan 2

XIX Merk asam cuka yang dipakai : Cuka makan cap naga

XX XXI Titr asi I XXII Titr asi II XXIII V ra ta -ra ta XXIV Sk ala aw al bur et XXV 50 ml XXVI 50 ml XXVII 5 0 m l

(40)

ala ak hir bur et ml ml 9 m l XXXII Vol . Na O H (m L) XXXIII 32 ml XXXIV 30 ml XXXV 3 1 m l XXXVI

XXXVII Volume rata-rata NaOH yang digunakan : 31 ml XXXVIII 4.2 Perhitungan

XXXIX Volume NaOH awal rata-rata = 10 ml

XL Volume NaOH rata-rata hasil Titrasi = 6,5ml

XLI = 16,5 ml

XLII Volume H2C2O4 . 2H2Oawal = 50 ml

XLIII Volume H2C2O4 . 2H2O sisa Pentitrasi = 50 ml – 16,5 ml

XLIV = 33.5 ml

XLV

A. Penetapan Molaritas NaOH XLVI

XLVII dik : BM asam oksalat : 126,07 gr/mol XLVIII Massa asam oksalat : 1,26 gr

XLIX

L

LI Gram = V . M . BM asam oksalat1000

LII 1,26 = 100 . M .126,071000

LIII

M = 1000 . 1,26 126,07 . 100

LIV

M = 1260 12607 LV M = 0,09 M LVI

LVII V Oksalat . M Oksalat = V NaOH . M NaOH LVIII 6,5 ml . 0,09 M = 10 ml . M NaOH

(41)

LX

M NaOH = 6,5 ml .0,09 M 10 ml

LXI

LXII M NaOH = 0,05 M LXIII

LXIV B. Penetapan Molaritas Asam Cuka Perdagangan LXV

LXVI Volume rata-rata NaOH = 32 ml+30 ml2 = 31 ml LXVII V CH3COOH . M CH3COOH = V NaOH . M NaOH

LXVIII 10 ml . M CH3COOH = 31 ml . 0,5 M LXIX

LXX

M CH3COOH = 31 ml . 0,5 M 10 ml LXXI LXXII M CH3COOH = 1,55 M LXXIII LXXIV 4.3 Pembahasan

LXXV Pada percobaan 2 yang membahas tentang “Standarisasi

larutan NaOH 0,1 M dan penggunaannya dalam penentuan kadar asam cuka perdagangan” praktikan melakukan analisa kuantitatif untuk menstandarisasi larutan baku sekunder dengan larutan baku primer. dimana pada percobaan kali ini larutan baku yang digunakan adalah NaOH (natrium hidroksida) dan larutan baku primer C2H2O4 (asam oksalat).

LXXVI Sebelum digunakan untuk mentitrasi asam cuka, larutan

NaOH ini distandarisasi terlebih dahulu karena NaOH merupakan zat yang mudah terkontaminasi, sehingga mudah menarik uap air dari udara dan juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Di mana pada kedua proses

ini menyebabkan penimbangan NaOH tidak akan memberikan kepastian massa yang sesungguhnya, karena jumlah air dan CO2 yang diserap oleh

NaOH tidak diketahui dengan pasti. Hal ini mengakibatkan kensentrasi NaOH yang dihasilkan juga tidak tepat. Dengan demikian apabila menggunakan NaOH sebagai pereaksi dalam suatu titrasi maka zat tersebut harus distandarisasi sebelumnya.

LXXVII Untuk menstandarisasi larutan NaOH ini digunakan 1,26 ml

(42)

karena larutan ini tidak bersifat higroskopis dan memiliki berat ekuivalen yang tinggi sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam penimbangan zat.

LXXVIII Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan titrasi

menggunakan 2 tetes indikator fenolftalein. Pemilihan indikator felnolftalein karena pada standarisasi ini merupakan titrasi asam lemah (C2H2O4) dan basa kuat (NaOH) sehingga titik ekivalennya diatas 7 dan

berada pada trayek indikator fenolftalein.

LXXIX Pada standarisasi ini NaOH digunakan sebagai titran sementara asam

oksalatnya sebagai titrat karena mengingat indikator yang digunakan adalah fenolftalein sehingga ketika PP ditambahkan pada asam oksalat, akan menunjukkan warna bening. Ketika pada titik ekivalen, akan terjadi perubahan dari bening menjadi merah muda. Jika asam oksalat yang digunakan sebagai titran dan NaOH sebagai titrat maka akan terjadi perubahan warna dari merah muda ke bening. Pada dasarnya, perubahan warna dari bening ke merah muda lebih mudah diamati daripada perubahan warna dari merah muda ke bening. Dan juga penggunaan asam oksalat sebagai titran kemungkinan besar akan menyebabkan kesalahan titrasi yang besar karena terjadi kelebihan penambahan titran hingga melewati titik ekivalen. Kelebihan titran ini disebabkan karena kesulitan mengamati perubahan warna dari merah muda ke bening. Setelah terjadi perubahan warna untuk yang pertama kali, titrasi langsung dihentikan dan NaOH yang berkurang langsung dicatat titrasi dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan. NaOH yang berkurang pada percobaan kali ini adalah 10 ml, sehingga konsentrasi NaOH dapat diketahui sebesar 0,05M.

LXXX Setelah larutan baku NaOH tersebut sudah diketahui konsentrasinya, maka larutan tersebut sudah dapat digunakan untuk menentukan kadar asam cuka perdagangan. Pada percobaan ini, menetapkan asam cuka perdagangan untuk mengetahui apakah kadar yang tertera pada etiket cuka perdagangan sudah sesuai dengan kadar yang sebenarnya. Analisis dilakukan secara alkalimetri yaitu dengan cara menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan baku NaOH.Untuk menganalisis asam cuka dalam cuka perdagangan dapat dilakukan dengan titrasi netralisasi. Titrasi ini merupakan titrasi

(43)

alkalimetri, proses titrasi dengan larutan standar basa untuk mentitrasi asam bebas.

LXXXI Setelah kita mengetahui normalitas dari larutan NaOH, maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu menetapkan kadar asam cuka perdagangan dengan cara mengambil 10 ml asam cuka perdagangan dengan pipet volume, lalu dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian ditambah dengan 2 tetes indikator PP. Larutan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan baku NaOH diatas, hingga diperoleh perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah jambu. Bila sudah terjadi perubahan warna tersebut maka titrasi langsung dihentikan dan catat volume NaOH yang digunakan. NaOH yang digunakan pada penetapan kadar asam cuka perdagangan rata-ratanya adalah 31 ml, sehingga konsentrasi asam cuka perdagangan (CH3COOH) dapat diketahui sebesar

1,55 M. LXXXII LXXXIII

(44)

LXXXIV Kesimpulan dan Saran LXXXV 5.1 Kesimpulan

LXXXVI Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

LXXXVII 1. Pada proses standarisasi NaOH terbentuk larutan berwarna

merah jambu dengan konsentrasi NaOH sebesar 0,05 M. LXXXVIII 2. Pada proses penetapan kadar asam cuka perdagangan

terbentuk larutan berwarna merah jambu dengan konsentrasi asam cuka perdagangan sebesar 1,55 M

LXXXIX 3. Perbedaan hasil titrasi disebabkan oleh : a. Perubahan skala buret yang tidak konstan.

b. Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator.

XC

XCI

5.2 Saran

1. Perhatikan kebersihan alat dalam setiap praktikum.

2. Lakukan praktikum dengan benar sesuai penuntun praktikum. 3. Lebih memahami percobaan sebelum praktek dimulai

XCII XCIII XCIV XCV XCVI XCVII XCVIII XCIX C CI CII CIII CIV

(45)

CV DAFTAR PUSTAKA CVI

CVII Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina rupa aksara

CVIII Harja.1986.Kimia dasar jilid 2.Bandung:Gramedia. CIX Hettik, 2010, Asidi-Alkalimetri dan

Potensiometri, http://hettik07.student.ipb.ac.id/2010/ 06/20/asidi-alkalimetri-potensiometri/, Senin, 23/10/2011.

CX Pudjaatmaka, Hadyana.1989. KIMIA UNTUK UNIVERSITAS. ERLANGGA: Jakarta.

CXI Shochichah, 2010,Standarisasi Larutan NaOH dan Penentuan Asam

Cuka

Perdagangan,http://shochichah.blogspot.com/2010/04/standardisasi-larutan-naoh-dan.html, 23/10/2011.

CXII Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran edisi 2. Bina Rupa Aksara, Jakarta.

CXIII Sutresna, Nana. 2003. Pintar Kimia Jilid 3 untuk SMU Kelas 3. Jakarta :Ganeca Exact

CXIV CXV CXVI CXVII CXVIII CXIX CXX CXXI CXXII CXXIII CXXIV CXXV CXXVI CXXVII

(46)

CXXVIII CXXIX CXXX CXXXI

(47)

CXXXII LAMPIRAN CXXXIII

CXXXIV Pertanyaan prapraktikum :

1) Apa yang dimaksud dengan molaritas,titrasi dan larutan standar ? CXXXV Jawab :

 Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna.

 Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis volumetri.

 Molaritas adalah satuan konsentrasi yang banyak dipergunakan, dan didefinisikan sebagai banyak mol zat terlarut dalam 1 liter (1000 mL) larutan.

CXXXVI

2) Bagaimana cara menghitung molaritas larutan ? CXXXVII Jawab :

CXXXVIII

CXXXIX M = Mol zat terlarut CXL 1 liter larutan CXLI

3) Apa tujuan dilakukannnya titrasi dan penggunaan larutan standar dalam titrasi?

CXLII Jawan :

CXLIII Tujuan nya supaya praktikan bisa mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi dan larutan standar berguna untuk mengetahui konsentrasi yang akan digunakan dalam larutan yang akan di titrasi.

(48)

CXLV “KINETIKA KIMIA” I. Tujuan Percobaan

1. Mengukur perubahan konsentrasi pereaksi menurut waktu.

2. Mengamati pengaruh konsentrasi, suhu, dan katalis pada laju reaksi. 3. Menentukan hukum laju suatu reaksi dalam larutan berair.

CXLVI II. Landasan Teori

CXLVII Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih cepat dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya. CXLVIII (Syukri,1999) CXLIX Kinetika kimia merupakan pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia. Besi lebih cepat berkarat dalam udara lembab dari pada dalam udara kering, makanan lebih cepat membusuk bila tidak di dinginkan, kulit lebih cepat menjadi gelap dalam musim panas daripada dalam musim dingin. Ini merupakan tiga contoh yang lazim dari perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang beraneka menurut kondisi reaksi.

CL (Saputro, 2011) CLI Laju reaksi yaitu perubahan konsentrasi konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu (m/s). Setiap reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan umum,

CLII Reakta Produk

CLIII Persamaan ini, memberitahukan bahwa selama berlangsungnya suatu reaksi, molekul reaktan bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk.

CLIV A B

CLV Menurut jumlah molekul A dan meningkanya jumlah molekul B sering dengan waktu yang diperlihatkan dalam sebuah grafik. Secara umum akan lebih mudah apabila dinyatakan laju dalam perubahan konsentrasi terhadap waktu. Jadi untuk reaksi diatas dapat dinyatakan lajunya sebagai :

(49)

CLVII Laju = - ΔIAJ atau - ΔIAJ

CLVIII Δt Δt

CLIX (Sutresna, 2007) 1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi

 Luas Permukaan Bidang Sentuh

CLX Semakin luas permukaan bidang sentuh, reaksi semakin cepat. Karena bidang sentuh yang luas akan memungkinkan molekul bertabrakan dengan molekul lain. Hal ini menyebabkan zat yang terbantuk serbuk reaksinya akan semakin lebih cepat dari pada reaksi zat yang berbantuk kepingan besar.

CLXI (Chang, 2004)  Suhu

CLXII Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu. Dengan naiknya suhu bukan hanya molekul-molekul lebih sering bertabrakan, tetapi mereka juga bertabrakan dengan bantuan yang lebih berat karena mereka bergerak lebih cepat.

CLXIII (Kundasri, 2006) 1. Sifat Dasar Pereaksi

CLXIV Zat-zat berbeda secara nyata, dalam lajunya mereka mengalami perubahan kimia. Molekul-molekul hydrogen dan fluorida bereaksi secara spontan bahkan pada temperature kamar dengan menghasilkan hydrogen fluoride.

CLXV H2 + F2 2 HF (sangat cepat pada suhu kamar)

CLXVI Pada kondisi serupa, molekul hydrogen dan oksigen bereaksi sangat lambat, sehingga tak Nampak pertubahan kimianya.

CLXVII H2 + O2 2 H2O (sangat lambat pada suhu kamar)

(50)

CLXIX 2. Katalis

CLXX Katalis adalah zat yang mempercepat reaksi tanpa mengalami perubahan kimiayang permanen. Suatu katalis mempengaruhi kecepatan reaksi dengan jalan:

1. Pembentukan senyawa antara (katalis homogen) 2. Absorbsi (katalis heterogen)

3. Konsentrasi

CLXXI Perubahan kimia timbul sebagai akibat dari tumbukan molekul. Semakin banyak tumbukan yang terjadi, semakin besar laju reaksinya. Jika konsentrasi reaktan semakin tinggi maka tumbukan juga akan semakin besar.

CLXXII

CLXXIII Reaksi Umum Laju Reaksi:

CLXXIV aA + bB  cC + Dd

CLXXV (Tony,

1987) 4. Orde Reaksi

CLXXVI Orde reaksi dapat didefinisikan sebagai jumlah satu eksponen yang menyatakan hubungan antara konsentrasi dengan kecepatan reaksi. Orde reaksi dikenal dengan tingkat reaksi. Untuk reaksi umum A+B  C. Maka kecepatan reaksi ditentukan oleh konsentrasi A dan B.

CLXXVII Metode ini membandingkan persamaan kecepatan reaksi CLXXVIII V1 V2 =K1 K2

[

A1 A2

]

m

[

B1 B2

]

n

CLXXIX Harga K1 dan K2 (tetapan laju reaksi) pada suhu konstan

adalah sama, sehingga dapat dihilangkan. Dengan demikian perbandingan konsentrasi zat yang berubah dipangkatkan orde reaksinya masing – masing sama dengan perbandingan kecepatan reaksinya.

CLXXX Untuk metode grafik ada beberapa reaksi yaitu : 1. Reaksi Orde Nol (0)

(51)

CLXXXI Reaksi orde nol mempunyai laju yang tidak bergantung pada konsentrasi reaktan. Sebagai contoh, dekomposisi lebih pada walform panas bertekanan tinggi mempunyai laju pH 3 terdekomposisi pada laju tetap sampai habis seluruhnya. Hanya reaksi yang heterogenyang mempunyai hukum laju dengan orde nol secara keseluruhan.rumus laju reaksi menjadi V.K.

CLXXXII CLXXXIII CLXXXIV CLXXXV CLXXXVI CLXXXVII CLXXXVIII CLXXXIX CXC (Saputro, 2011) 2. Reaksi Orde Satu

CXCI Jika laju suatu reaksi kimia berlangsung lurus dengan konsentrasi jika suatu pereaksi V = K [A]. Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama jika dinyatakan dengan grafik, maka laju reaksi dengan orde pertama berupa garis lurus liniear.

CXCII CXCIII CXCIV CXCV CXCVI CXCVII CXCVIII (Saputro, 2011)

3. Reaksi Orde Kedua

CXCIX Jika laju reaksi sebanding dengan pangkat dua suatu pereaksi atau pangkat satu konsentrasi dua pereaksi V = K [A]2. Maka

reaksi itu dikatakan sebagai reaksi beranak 2 jika dinyatakan dengan grafik, maka laju reaksi dengan orde reaksi dua berupa garis lengkung.

CC CCI CCII V M V [A] V

(52)

CCIII CCIV CCV CCVI CCVII CCVIII (Saputro, 2011) 5. Hukum Laju dan Kostanta Laju

CCIX Laju reaksi terukur seringkali sebanding dengan konsentrasi reaktan suatu pangkat. Contihnya mungkin saja laju itu sebanding dengan konsentrasi dua reaktan A dan B, sehingga :

CCX V = K [A] [B]

CCXI Koefisien K disertai konsentrasinya yang tidak bergantung pada konsentrasi, tetapi bergantung pada temperature. Persamaan sejenis ini yang ditentukan secara eksperimen disebut hokum laju reaksi. Secara formal hukum laju reaksi adalah persamaan yang menyamakan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesien yang ada termasuk produknya.

CCXII Hukum laju reaksi memiliki dua penerapan utama, penerapan praktisnya setelah kita mengetahui hukum laju dan komposisi campuran. Penerapan teoritis hukum laju ini adalah hokum laju menerapkan pemandu untuk mekanisme reaksi. Setiap mekanisme yang dilanjutkan harus konstan dengan hukum laju yang diamati.

CCXIII (Kundar i, 2006) CCXIV CCXV CCXVI CCXVII CCXVIII CCXIX [A ]

(53)

CCXX

III. Alat Bahan dan Skema Kerja CCXXI 3.1 Alat dan Bahan 6. Alat :

1. Erlenmeyer 100 mL : 5 buah 2. Erlenmeyer 150 mL : 5 buah 3. Gelas piala 50 mL : 5 buah 4. Gelas piala 100 L : 5 buah 5. Batang pengaduk : 1 buah

6. Pipet tetes : 5 buah

7. Labu takar 100 mL : 1 buah 8. Stopwatch

9. Tabung reaksi : 10 buah

10. Rak tabung reaksi : 1 buah 11. Gelas Ukur 50 mL : 1 buah CCXXII 7. Bahan : 1. Na2S2O3 2. Akuades 3. HCl 4. Asam Asetat 5. Asam Sulfat 6. KMnO4 7. Asam Oksalat 8. Pita Mg CCXXIII CCXXIV CCXXV CCXXVI CCXXVII CCXXVIII

(54)

CCXXIX 3.2 Cara Kerja

1. Orde Reaksi dalam Reaksi Natrium Thiosulfat dengan Asam Hidroklorida CCXXX CCXXXI CCXXXII CCXXXIII CCXXXIV

CCXXXV Dibuat campuran seperti table 10.1

CCXXXVI Dicampurkan Thiosulfat dengan H2O

CCXXXVII Diputar Erlenmeyer agar homogeny

CCXXXVIII Dicatatlah waktu saat asam di tambahkan hingga keruh CCXXXIX Dilakukan percobaan lagi dengan campuran seperti table

10.2

CCXL Dibuat grafik [S2O32-] terhadap t dan [S2O32-] terhadap l/t

CCXLI

Na2S2O3

[0.15, 0.12, 0.09, 0.06] (M)

(55)

2. Orde Reaksi dalam Reaksi Antara Magnesium dengan

Asam Hidroklorida

3.

4. 5. 6.

7. Dimasukkan masing-masing 1 potong ke dalam 4 erlenmeyer

8. 9.

10. Diencerkan sampai konsentrasi seperti pada table 10.3 di labu takar

11. DItuangkan 100 ml larutan ke dalam Erlenmeyer 12. Diacatat waktu dengan stopwatch

13. Digoyang Erlenmeyer agar magnesium tetap bergerak

14. Dihentikan Stopwatch saat Mg benar-benar larut 15. Diulangi percobaan dengan larutan yang sama 16. Dicatat waktu untuk melarutkan seluruh pita Mg 17. 18. 19. Mg 8 potong (2cm/potong) HCL 2 M Grafik l/t terhadap

(56)

20.

21.Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

22.

23. 24. 25. 26.

27. Disapkan 3 gelas piala isi separuhnya dengan air 28. Didihkan gelas piala pertama

29. Dipanaskan gelas piala kedua hingga 50o C

30. Dimasukkan 2 tabung ke dalam setiap piala

31. Setelah 10 menit ditambahkan 3 tetes KMnO4 0.1 M

32. Diperhatikan warna dan catat waktu dari reaksi setiap tabung

33. 34.

35.Pengaruh katalis terhadap Laju Reaksi

36.

37. 38. 39.

40. Tabung 1 dan 2 di tambahkan 2 ml H2SO4 1 M 41. Tabung 3 dan 4 di tambahkan 1 ml H2SO4 1 M 42. Tabung 5 dan 6 di tambahkan 4 ml H2O 43. Diberi 3 tetes KMnO4 ke dalam setiap tabung 44. Diperhatikan perubahan warna

45. Dicatat waktu reaksi 6 buah tabung reaksi masing-masing 8 ml asam oksalat 0.1 N dan 2ml asam sulfat 6 N

Data

6 buah tabung reaksi masing-masing di isi 6 ml

(57)

46.

IV. Hasil dan Pembahasan IV.1 Hasil Pengamatan :

A. Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida

47. Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi Na-tiosulfat

48. Na2 S2O3 49. (ml ) 50. (Na2 S2O3) 51. (M) 52. H2 O 53. (ml ) 54. H Cl 55. (m l) 56. t 57. (det ik) 58. l/t 59. (de t-1) 60. 25 61. 0,15 62. - 63. 4 64. 16 65. 0.0 6 66. 20 67. 0,12 68. 5 69. 4 70. 21 71. 0.0 5 72. 15 73. 0,09 74. 10 75. 4 76. 25 77. 0.0 4 78. 10 79. 0,06 80. 15 81. 4 82. 27 83. 0.0 3 84. 85. Grafik

(58)

86. 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0 5 10 15 20 25 30 Konsentrasi (M) t (detik)

(59)

87.

2. Kosenterasi terhadap 1/t (detik-1)

88. 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 89. 90.

91. Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi asam hidroklorida 92. Na2S 2O3 (ml) 93. H2O 94. (ml) 96.95. (ml)HCl 97.98. [HCl](M) 100.99. (detikt ) 101. l/t 102. (det -1) 103. 25 104. - 105. 5 106. 3,0 107. 6.24 108. 0.16 109. 25 110. 2 111. 3 112. 1,8 113. 8.79 114. 0.35 115. 25 116. 4 117. 1 118. 0,6 119. 10.22 120. 0.09 121. Grafik :

(60)

 Kosentrasi terhadap t(detik) 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 0 2 4 6 8 10 12 122.

(61)

124. 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 125.

2. Orde reaksi dalam reaksi magnesium dengan asam hidroklorida 126. Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi asam hidroklorida : 127. 128. [HCl] 129. (M) 130. HCl 131. (ml) 132. T1 133. (detik) 134. T2 135. (detik) 136. 0.6 137. 100 138. 54.23 139. 85.48 140. 0.8 141. 100 142. 36.10 143. 58.59 144. 1.2 145. 100 146. 19.13 147. 26.06 148. 2.0 149. 100 150. 14.30 151. 17.44 A. Konsenterasi terhadap t1 152.

(62)

153. 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 0 10 20 30 40 50 60 154. 155. B. Konsenterasi terhadap t2 156. 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 157. T 2

(63)

158. C. Konsenterasi2 terhadap 1/ t 1 159. 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08

D. Konsente rasi2 terhadap 1/ t 2

(64)

160. 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 161.

3. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi

162. Waktu reaksi pada berbagai suhu (detik)

163. Ulangan 164. Suhu Reaksi

166. 100 0C 167. 50 0C 168. 25 0C

169. 1 170. 7.52 171. 3.28 172. 72.58

173. Warna 174. Bening 175. Bening 176. Bening

177.

4. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi

178. Waktu reaksi dari berbagai suhu (detik)

179. Ulangan 180. H2SO4

182. 1ml 183. 2 ml 184. 14 ml

185. 1 186. 72.15 187. 41.15 188. 135.13

189. 2 190. 80.25 191. 45.25 192. 150.30

193. Warna 194. Bening 195. Bening 196. Bening

IV.2 Perhitungan 197. 198. 199. 200. 201.

(65)

202. 4.3 Pembahasan

203. Pada percobaan pengaruh konsentrasi Tiosulfat (Na2S2O3)

terhadap kecepatan reaksi yaitu perubahan warna dan waktu yang diperlukan reaksi yaitu sampai tepat mulai terjadi kekeruhan yaitu perubahan warna dan waktu yang diperlukan reaksi yaitu sampai tepat mulai terjadi kekeruhan karena pengaruh HCL adalah Na2S2O3 25 ml

waktunya adalah 16 detik, Na2S2O3 20 ml waktunya adalah 21 detik,

Na2S2O3 15 ml waktunya adalah 25 detik, Na2S2O3 10 ml waktunya adalah

27 detik. Jadi, semakin besar konsentrasinya maka semakin kecil waktu yang dibutuhkan.

204. Pada percobaan pengaruh konsentrasi HCl dengan volume yang berubah terhadap kecepatan reaksi yaitu perubahan warna dan waktu yang diperlukan reaksi yaitu sampai tepat mulai terjadi kekeruhan karena pengaruh konsentrasi Tiosulfat (Na2S2O3) yaitu perubahan warna dan

waktu yang diperlukan reaksi yaitu sampai tepat mulai terjadi kekeruhan adalah HCL 5 ml waktunya adalah 6.24 detik, HCL 3 ml waktunya adalah 8.79 detik, HCL 1ml waktunya adalah 10.22 detik. Jadi semakin krcil konsenterasi asam maka semakin besar waktu laju reasinya.

205. Pada percobaan reaksi Mg dengan asam hidroksida pengaruh konsenterasi HCL 0.5 M waktunya adalah 54.23 dan 85.48 detik, HCL 0.8 M waktunya adalah 36.10 dan 58.59 detik, HCL 1.2 M waktunya adalah 19.13 dan 26.06 detik, HCL 2.0 M waktunya adalah 14.30 dan 17.44 detik. Jadi, semakin besar konsentrasinya maka semkin lambat yang dibutuhkan.

206.

207. Pada percobaan pengaruh temperatur pada reaksi HCl dengan Na2S2O3 terhadap kecepatan reaksi yaitu perubahan warna dan

waktu yang diperlukan reaksi yaitu pada suhu 100 0C waktunya yaitu 7.52

detik dengan warna berubah menjadi bening. Sedangkan pada percobaan pengaruh temperatur pada reaksi H2C2O4 dengan KMnO4 dalam suasana

asam adalah pada suhu 50 0C waktunya adalah 3.28 detik dengan warna

berubah menjadi bening. Sedangkan pada suhu 25 0C, waktunya 72.58

(66)

berubah menjadi warna bening. Jadi semakin kecil suhu reaksinya aka semakin lama perubahan warna yang terjadi.

208. Pada percobaan adanya penambahan KMnO4 (katalis

dari luar) pada larutan asam oksalat terhadap kecepatan reaksi yaitu pada waktu 41.15 dan 45.25 detik tabung 1 dan 2 berubah menjadi bening, pada waktu 72.15 dan 80.25 detik tabung 3 dan 4 warna ungu berubah menjadi warna bening dan adanya endapan, Sedangkan pada percobaan Adanya Autokatalisator adalah pada tabung 5 dan 6 waktunya 135.13 detik dan 160.30 warnanya berubah menjadi bening. Jadi, tabung yang berisi air lebih lama katalisnya bereaksi.

209. Reaksi yang terjadi pada percobaan-percobaan tersebut yaitu:

(67)

CCXLII Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

211. Pada hasil percobaan dapat diambil kesimpulan dari tujuan praktikum tersebut yaitu:

1 Menjelaskan dan menghitung laju reaksi yaitu; Laju reaksi adalah perubahan besarnya konsentrasi zat pereaksi (reaktan) atau zat hasil reaksi per satuan waktu. Menghitung laju reaksi, v = - = + atau v = k[A]a[B]b

2 Tingkat reaksi dan mekanismenya yaitu; perincian serangkaian reaksi Erlenmeyer, dengan laju yang digabungkan untuk menghasilkan reaksi keseluruhan.

3 Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi yaitu; besarnya laju reaksi sebanding dengan konsentrasi pereaksi. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi yaitu; secara kuantitatif dijelaskan dengan hukum Arrehenius yang dinyatakan dengan persamaan, k = Ae-Ea/RT atau . Sedangkan pengaruh

katalis terhadap laju reaksi yaitu; katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan kemudian terbentuk kembali sebagai zat bebas.

212. 5.2 Saran

213. Pada saat praktikum hendaknya asisten bisa lebih memberikan perhatian, arahan, dan bimbingan kepada praktikan supaya praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar.

(68)

215. DAFTAR PUSTAKA

216. Bird,Tony.1987.Kimia Fisik Untuk Universitas.Jakarta:PT Gramedia.

217. Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid II. Jakarta: Erlangga 218. Keenan, Charles W. 1990. Kimia Dasar Jilid II. Jakarta: Erlangga 219. Kundari,Anis.2006.KimiaDasar.Yogyakarta:STTN-BATAN

220. Saputro, Adi,dkk. 2011. Kinetika Kimia.

Http://cemycalholiccybre.wordpress.com. Diakses tanggal 02 juli 2011

221. Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo. 222. Syukri S, 1999. Kimia Dasar 2. ITB, Bandung. hal 71-83.

Gambar

Grafik Larutan Na4OH
Grafik Larutan NaOH
Grafik Larutan NaCl
Grafik Larutan NaBr
+2

Referensi

Dokumen terkait

yang paling penting dalam kimia adalah larutan, yaitu campuran serbasama antara dua atau.. lebih zatyang memiliki komposisi dapat diukur dan sifat masing-masing

Menurut hokum Roult, besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih, dan penurunan titik bekularutan yang mengandung zat terlarut tidak mudah menguap dan tidak

Titrasi asam asetat atau asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) sebagai larutan standar akan menghasilkan garam CH3COONa yang berasal dari

Sedangkan standar sekunder adalah larutan standar yang belum diketahui konsentrasinya tetapi setelah standardisasi dengan larutan standar primer dan diketahui

Pada percobaan ini hal pertama yang dilakukan praktikan yaitu mereaksikan antara larutan asam sulfat 0,1 M dengan paku besi, sehingga hasil yang diperoleh selain larutan tidak

Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume (berat

Penentuan konsentrasi larutan KMnO4 dengan larutan baku Na2C2O4 Wujud awal KMnO4 aq = ungu Na2C2O4 aq = tidak berwarna H2SO4 aq = tidak berwarna Wujud setelah reaksi - Pencampuran

Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah konsentrasi larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut Supriadi, 2017.. Sifat suatu