LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
Larutan Standar dan Standarisasi Larutan
Oleh:
Nama : 1. Pramestika Tri Fionandari 2. Nita Puspitasari
3. Theereya Adriyani Puspitasari NIM/SHIFT : 1. J310210187/ Shift E
2. J310210188/ Shift E 3. J310210189/ Shift E Kelas : 1C
Pengampu :
Titik Dwi Novianti, S.Gz, M.Gz
Asisten : Fahdah Haniyah Rinanda Nur Arifah
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Larutan standar adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dengan tepat. Larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan sekunder primer adalah larutan standar yang lebih stabil dan tidak perlu distandarisasi, tetapi dapat digunakan untuk menstandarisasi larutan standar sekunder. Larutan standar sekunder adalah larutan yang tidak stabil konsentrasinya sehingga larutan ini perlu distandarisasi menggunakan larutan standar primer. Larutan standar merupakan larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan akurat.
Konsentrasi larutan dinyatakan dengan berbagai cara, antara lain molaritas dan normalitas. Persentase suatu larutan menunjukkan banyaknya bahan kimia yang terdapat dalam 100 bagian larutan. Banyaknya bahan kimia bisa dinyatakan dalam volume per volume (v/v), berat per volum (b/v), berat per berat (b/b), dan volum per berat (v/b).
Molaritas suatu larutan menunjukkan jumlah mol suatu bahan kimia dalam 1000 ml larutan. Pembuatan suatu larutan standar berdasarkan molaritasnya tergantung pada berat molekul dari komponen terlarut. Sebagai contoh, NaOH (BM = 40 g/mol), maka 1 mol NaOH dibuat dari 40 gram NaOH dalam 1000 ml larutan. Normalitas suatu larutan menunjukkan banyaknya komponen terlarut per berat equivalen. Berat equivalen merupakan rasio dari berat molekul dari solute dan nilai valensinya. Pertama, pahami konsep Berat Ekuivalen (kadang disingkat E kadang BE). Pelajari dahulu konsep berat molekul
Berat Ekuivalen/Equivalent weight (E): E (berat ekuivalen) = Berat molekul Di mana, n (kadang disebut valensi) =
Banyaknya H+ pada disosiasi per mol (untuk asam)
Banyaknya OH− pada disosiasi per mol (untuk basa)
Jumlah total valensi dari anion atau kation per mol (untuk garam)
B. Tujuan Praktikum
1. Membuat larutan standar NaOH, Asam Oksalat, dan HCL 2. Mengukur konsentrasi larutan standar
C. Manfaat Praktikum
1. Dapat membuat larutan standar NaOH, Asam Oksalat, dan HCL
2. Dapat mengukur konsentrasi larutan standar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Larutan
Pengertian larutan Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, ph, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain (Khopkar,2003)
Sifat larutan, suatu larutan mempunyai dua jenis sifat-sifat larutan yang sama, yaitu sifat-sifat larutan yang tergantung pada jenis. Sedangkan sifat yang kedua adalah sifat yang tidak bergatung pada jenis zat terlarut namun hanya tergantung pada konsentrasi zat terlarut saja. Sehingga semakin besar konsentrasi yang ditambahkan dalam larutan, maka penurunan titik bekunya semakin besar. Hal ini menandakan bahwa larutan yang memiliki konsentrasi sama akan memberikan sifat yang sama. Sifat larutan yang termasuk golongan ini disebut sifat-sifat koligatif larutan (Purba,1987).
2. Larutan Standar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara
pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar
primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi
diketahui dari massa - volum larutan). Larutan standar sekunder adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan
suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day Underwood, 1999).
Standar yang digunakan sebagai titran adalah standar primer atau standar sekunder yang telah di standarisasi dengan standar primer. Standar primer adalah larutan standar yang diketahui konsentrasinya dan disiapkan dengan menimbang reagen murni secara tepat. Sedangkan standar sekunder adalah larutan standar yang belum diketahui konsentrasinya tetapi setelah standardisasi dengan larutan standar primer dan diketahui kosentrasinya dapat dijadikan sebagai larutan titran.
Menurut Syukri S. 2003, Syarat standar primer antara lain:
a. Komposisi zat berada dalam keadaan murni.
b. Hanya bereaksi pada kondisi titrasi.
c. Mempunyai tetapan ionisasi besar.
d. Tidak berubah atau bereaksi pada ruang terbuka.
3. Standarisasi
Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (John Kenkel, 2003). Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi (Syukri, 2009).
Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya
sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat
berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan
yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik
ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara
dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (W Haryadi, 1990).
Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berattertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zatkemudian melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapatdistandartkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar skunder. Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan, 1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahuikemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02. 2. Harus stabil.
3. Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap
air, tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 2000).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
Bahan: Alat:
1) NaOH 1) Erlenmeyer
2) HCl 2) Labu takar
3) Asam oksalat 3) Gelas ukur
4) Aquades 4) Buret
5) Indikator PP 5) Statif
B. Cara Kerja
a.
Pembuatan larutan NaOH 0,1 N 100 ml. (dibuat satu kali)
1)Dihitung kebutuhan larutan dan NaOH
Berat Ekuivalen NaOH =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖=
401
= 40 gram ekuivalen Jika kita ingin membuat NaOH 1N 1 liter maka kita menyiapkan 40 gram NaOH untuk dilarutkan dengan H2O sampai volume menjadi 1000ml.
Jika kita ingin membuat NaOH 1 N 0,1 liter maka kita menyiapkan
40
10
= 4 gram NaOH (10 dari 1 liter dibagi 0,1 liter) untuk dilarutkan dengan H2O sampai volume menjadi 100ml.
Jika kita ingin membuat NaOH 0,1N 0,1 liter maka kita menyiapkan
4
10
= 0,4 gram NaOH (10 dari 1N dibagi 0,1N) untuk dilarutkan dengan H2O sampai volume menjadi 100ml
Atau
BmE (Berat miligram ekuivalen) = 40/1000 = 0,04 mg ekuivalen.
Gram NaOH = 0,1 N x BmE x volume Larutan NaOH = 0,1 N x 0,04 x 100 ml
= 0,4 g NaOH
2)
Ditimbang dengan teliti 0,4 g NaOH pelet, dimasukkan dalam labu takar 100 ml, kemudian ditambahkan aquades hingga garis batas.
b.
Pembuatan larutan asam oksalat (C2H2O4.2H2O) 0,1 N 100 ml
1)Dihitung kebutuhan larutan dan jumlah C2H2O4.2H2O.
Berat Ekuivalen C2H2O4.2H2O =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
=
126,032
= 63,01 gram ekuivalen.
Jika kita ingin membuat asam oksalat (C2H2O4.2H2O) 1N 1 liter maka kita menyiapkan 63 gram asam oksalat (C2H2O4.2H2O) untuk dilarutkan dengan H2O sampai volume menjadi 1000ml.
Jika kita ingin membuat asam oksalat (C2H2O4.2H2O) 1N 0,1 liter maka kita menyiapkan
6310
= 6,3 gram asam oksalat (C2H2O4.2H2O) untuk dilarutkan dengan H2O sampai volume menjadi 100ml.
Jika kita ingin membuat asam oksalat (C2H2O4.2H2O) 0,1N 0,1 liter maka kita menyiapkan
6,310
= 0,63 gram asam oksalat (C2H2O4.2H2O) untuk dilarutkan dengan H2O sampai volume menjadi 100ml.
Atau:
BmE = 63,03/1000 = 0,063 mg ekuivalen.
Berat Oksalat = 0,1 N x BmE x vol. Larutan oksalat = 0,1 N x 0,063 x 100 ml
= 0,63 g asam oksalat
2)
Ditimbang dengan teliti 0,63 g asam oksalat, dimasukkan dalam labu takar 100 ml, kemudian ditambahkan aquades hingga garis batas.
c.
Pembuatan larutan asam klorida (HCl) 0,1 N 100 ml (dibuat satu kali) pada bahan berupa cairan, metode sedikit berbeda
1) Perhatikan informasi pada botol wadah bahan dari pabrik, yakni
specific gravity (misal=1,125 g/ml) dan kadar 25%. Berat Ekuivalen =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
=
34,461
= 36,46 gram ekuivalen (jika HCl murni) Perhatikan,
Jika kita ingin membuat HCl 1N 1 liter maka kita menyiapkan 36,46 gram HCl murni untuk dilarutkan dengan H2O sampai volume
menjadi 1000ml.
Jika kita ingin membuat HCl 1N 0,1 liter maka kita menyiapkan
36,4610
= 3,646 gram HCl untuk dilarutkan dengan H2O sampai volume menjadi 100ml.
Jika kita ingin membuat HCl 0,1N 0,1 liter maka kita menyiapkan
3,646
10
= 0,3646 gram HCl untuk dilarutkan dengan H2O sampai volume menjadi 100ml
Masalahnya kadarnya 25% (tidak murni) dan ada berat spesifik HCl
Karena itu, Gunakan rumus berikut:
Berat HCl murni = volume larutan HCl awal yang akan diencerkan × Berat spesifik × kadar
0,3646 gram = volume larutan HCl awal yang akan diencerkan × 1,125 g/ml × 0,25
(ingat 0,25 adalah kadar awal)
Jadi volume larutan HCl awal yang akan diencerkan =
0,36461,125𝑥0,25
= 1,29 ml
BmE = 36,46/1000 = 0,03646 g/m-eq.
Berat HCl = 0,1 N x BmE x vol. Larutan HCl = 0,1 N x 0,03646 x 100 ml = 0,3646 g HCl
Berat HCl dikonversi ke dalam volume (ml) Berat HCl = V x B.Spesifik x consent.
0,3646 g = V x 1,125 g x 0,25 0,25 adalah kadar awal
V = 0,3646 / (1,125 x 0,25) = 0,3646 / 0,28125
= 1,296 ml = 1,3 ml HCl
Aquades ± 100 ml dimasukkan kedalam labu takar 250 ml. Sebanyak 1,3 ml HCl dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml, kemudian ditambahkan aquades hingga garis batas.
Langkah selanjutnya yaitu:
Mengambil 50ml air, masukkan beaker glass
Di lemari asam, mengambil 1,29 ml larutan HCl 25% dengan pipet ukur lalu memasukkannya ke dalam beaker glass yang sudah terisi air tadi.
Air dan HCl dalam beakerglass dituangkan ke dalam labu ukur 100ml
Menambahkan air ke dalam labu ukur 100ml tersebut sampai tanda batas.
Air yang ditambahkan adalah bilasan dari beakerglass yang tadi telah
dipakai
BAB IV HASIL
A. Tabel
Kel HCl NaOH
N ml gram N ml gram
1 0,05 100 0,1823 0,05 100 0,2
2 0,13 100 0,47398 0,13 100 0,52
3 0,15 100 0,5469 0,15 100 0,6
4 0,2 100 0,7292 0,2 100 0,8
5 0,23 100 0,83858 0,23 100 0,92
6 0,25 100 0,9115 0,25 100 1
7 0,3 100 1,0938 0,3 100 1,2
8 0,33 100 1,20318 0,33 100 1,32
9 0,35 100 1,2761 0,35 100 1,4
B. Perhitungan 1. HCL
Berat Ekuivalen HCL =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
=
36,461
= 36,46 gram ekuivalen a) N = 0,05
V = 100 ml = 0,1 liter
Gram = N x V (liter) x BE (berat ekuivalen)
= 0,05 x 0,1 x 36,46
= 0,1823 b) N = 0,13
V = 100 ml = 0,1 liter
Gram = N x V (liter) x BE (berat ekuivalen)
= 0,13 x 0,1 x 36,46
= 0,47398
c) N = 0,15
V = 100 ml = 0,1 liter
Gram = N x V (liter) x BE (berat ekuivalen)
= 0,15 x 0,1 x 36,46
= 0,5469 d) N = 0,2
V = 100 ml = 0,1 liter
Gram = N x V (liter) x BE (berat ekuivalen)
= 0,2 x 0,1 x 36,46
= 0,7292 e) N = 0,23
V = 100 ml = 0,1 liter
Gram = N x V (liter) x BE (berat ekuivalen)
= 0,23 x 0,1 x 36,46
= 0, 83858 f) N = 0,25
V = 100 ml = 0,1 liter
Gram = N x V (liter) x BE (berat ekuivalen)
= 0,25 x 0,1 x 36,46
= 0,9115 g) N = 0,3
V = 100 ml = 0,1 liter
Gram = N x V (liter) x BE (berat ekuivalen)
= 0,3 x 0,1 x 36,46
= 1,0938 h) N = 0,33
V = 100 ml = 0,1 liter
Gram = N x V (liter) x BE (berat ekuivalen)
= 0,33 x 0,1 x 36,46
= 1,20318
i) N = 0,35
V = 100 ml = 0,1 liter
Gram = N x V (liter) x BE (berat ekuivalen)
= 0,35 x 0,1 x 36,46
= 1, 2761
2. NaOH
Berat Ekuivalen HCL =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖=
401