SENTRA III-1
PEMANFAATAN PASIR VULKANIK GUNUNG KELUD
SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI
MARSHALL TEST PADA CAMPURAN LATASTON KELAS B
Andi Syaiful Amal1, Chairil Saleh21. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang 2. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang
Kontak Person:
Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas No. 246
Malang, 65144 E-mail: andi@umm.ac.id
Abstrak
Pemanfaatan limbah pasir vulkanik Gunung Kelud sebagai material pekerasan jalan adalah salah satu cara untuk memanfaatkan limbah dari erupsi Gunung Kelud beberapa waktu lalu sebagai bahan alternatif pembuatan jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai karakteristik marshall pada campuran lataston dengan pemanfaatan hasil erupsi Gunung Kelud sebagai pengganti sebagian agregat halus.Penggantian sebagian agregat halus dengan erupsi Gunung Kelud dengan variasi sebesar 20%, 40%, 60%, 80%,dan 80% dari agregat halusnya. Hasil penelitian diketahui bahwa secara umum penggantian sebagian agregat halus dengan erupsi Gunung Kelud berpengaruh terhadap kenaikan kualitas campuran lataston, tetapi masih dalam batas-batas spesifikasi, adapun campuran lataston dengan agregat halus erupsi Gunung Kelud terbaik pada kadar presentase optimum 24 %.
Kata kunci: campuran aspal lataston, pasir vulkanik Gunung Kelud,Marshall Test.
Abstract
The utilization of waste sand vulcanic mountain kelud as material road pavement is one of the ways to make use of the waste from mountain eruption kelud some time ago as an ingredient of alternative making the road.The reseach aims to understand the value of the characteristics of marshall on a mixture of lataston with the uses of the mountain eruption kelud as a substitute for partially aggregate smooth. Replacement some aggregate smooth with mountain eruption kelud with the variation of as much as 20 %, 40 %, 60 %, 80 %, and 80 percent of the aggregate smooth. The results of a reseach seen that ingeneral the replacement some aggregate smooth with mountain eruption kelud influences increase in the quality of a mixture of lataston, but still within the limits of specifications as for a mixture of lataston with the aggregate smooth mountain eruption in kelud best levels steady the percentage of 24 %.
Keyword : asphalt mix lataston, vulcanic sand kelud, marshall test
Pendahuluan
III-2 SENTRA
banyak keuntungan, diantaranya permukaan perkerasan menjadi lebih tahan lama, tahan terhadap retakan akibat lendutan yang berlebihan, retakan akibat kelelahan bahan, meningkatkan daya cengkram akibat pengereman serta mengurangi kebisingan akibat gesekan ban roda dengan permukaan perkerasan. Dalam penelitian ini akan diteliti tentang pengaruh pasir vulkanik gunung kelud dalam campuran aspal beton terhadap karakteristik marshall, yang diharapkan bisa mengurangi kepekaan aspal terhadap temperatur dan keelastisannya. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui sifat-sifat Marshall yang dihasilkan dari campuran aspal beton Lataston kelas B dengan menggunakan agregat halus pasir vulkanik gunung Kelud dan (2) Untuk mengetahui berapa nilai kadar agregat halus yang sesuai pada penggunaan pasir vulkanik gunung Kelud optimum pada campuran Lataston kelas B
Metode Penelitian
●
Kerangka Alur Penelitian
PERSIAPAN MATERIAL & PERALATAN
Pemeriksaan & Pengujian Material
Pasir Gunung Kelud Pemeriksaan Aspal
Agregat Halus :
Benda Uji berdasarkan Aspal Optimum dengan Agregat Halus (Pasir Gunung Kelud) Uji Marshall 1
Pembuatan Benda Uji dengan Pasir Sungai sbg Agregat Halus
SENTRA III-3
Hasil dan Analisa
Hasil Pemeriksaan sifat
–
sifat Campuran Aspal High Durability dengan Metode
Marshall
Gambar 1 Hubungan Presentase Penggantian Pasir Vulanik Gunung Kelud dengan Marshall Stability
Gambar 2 Hubungan Presentase Penggantian Pasir Vulkanik Gunung Kelud dengan Marshall Quotient
Gambar 3 Hubungan Presentase Penggantian Pasir Vulkanik Gunung Kelud dengan Air Void PEMBAHASAN
III-4 SENTRA
Gambar 4 Hubungan Presentase Penggantian Pasir Vulkanik Gunung Kelud dengan Film Thickness
SENTRA III-5 Dari gambar grafik campuran Lataston kelas B diketahui prosentase penggantian agregat halus dengan pasir vulkanik Gunung Kelud sebesar 24 % dari berat total agregat halus. Pada prosentase optimum tersebut diketahui kualitas campuran Lataston kelas B sebagai berikut :
1. Nilai Marshall Stability = 742.42 Kg
2. Nilai Marshall Quotient = 3.64 KN/mm
3. Nilai Air Void = 4.15 %
4. Nilai Film Thickness = 6.60 µm
Campuran aspal lataston dengan Pasir Vulkanik Gunung Kelud sebagai pengganti sebagian
agregat halus menghasilkan kualitas campuran dengan kenaikan nilai Marshall stability 20 % – 25 %
dengan kenaikan nilai tersebut maka nilai Marshaall Stability yang memenuhi limit spesifikasi lataston
di prosentase 0 % - 20 %. Nilai Marshall Quotient 5 % – 10 % dengan kenaikan nilai tersebut maka
nilai Marshaall Quotient yang memenuhi limit spesifikasi lataston di prosentase 0 % - 40 %. Nilai
Volume Air Void 0 – 5 % dengan kenaikan nilai tersebut maka nilai Volume Air Void yang
memenuhi limit spesifikasi lataston di prosentase 20 % - 80 %.. Sedangkan untuk nilai Film Thickness tidak terdapat fluktuasi karena disetiap benda uji mempunyai kadar aspal yang sama yaitu 7,8 %. Berdasarkan hasil test marshall didapatkan adanya perubahan kualitas dari campuran Lataston yang menggunakan agregat halus pasir alam dan abu batu dengan campuran Lataston yang menggunakan pasir vulkanik Gunung Kelud sebagai agregat halusnya.
Kesimpulan
Dari hasi penelitian, analisa dan pembahasan yang sudah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pergantian agregat halus pasir alam dan abu batu dengan Pasir Vulkanik Gunung Kelud
didapat adanya pengaruh terhadap karakteristik Marshall. Pada kadar aspal optimum yang didapat pada campuran standart Lataston dimana 7,8 %, digunakan sebagai acuan untuk kadar aspal Campuran Lataston yang menggunakan agregat halus dari Pasir Vulkanik Gunung Kelud mempunyai hasil pengujian Marshall, sebagai berikut :
- Marshall Stability = 742,42 kg
- Marshall Question = 3,64 kN/mm
- Volume of Air Void = 4,15 %
- Film Thickness = 6,59 µm.
Dari hasil yang didapat, jika dibandingkan dengan hasil pengujian marshall campuran standart menghasilkan nilai sebagai berikut :
- Mengalami kenaikan pada nilai Marshall Stability sebesar 527,05 kg, sehingga semakin
tinggi nilai Marshall Stability maka kekuatan campuran akan semakin tinggi.
- Mengalami kenaikan pada nilai Marshall Question sebesar 1.33 kN/mm, sehingga tinggi
nilai Marshall Question maka kekuatan campuran akan semakin tinggi.
- Mengalami penurunan pada nilai volume of Air Void sebesar 4,69 %, sehingga akan
mengakibatkan kurangnya ruang gerak antar material saat menerima beban tambahan yang terjadi oleh repitisi beban lalu lintas. Namun nilai yang di dapat masih di dalam persyaratan
sifat campuran yaitu 4,0 – 6,0 % jadi tidak terdapat masalah pada rongga udara.
- Mengalami penurunan pada Film Thickness sebesar 6,59 µm, sehingga mengakibatkan
material mudah lepas dari campuran
2. Campuran Lataston dengan penggantian agregat halus Pasir Vulkanik Gunung Kelud
III-6 SENTRA
[4] Andi SA, 2009, Variasi Perendaman Pada Campuran Beton Aspal Terhadap Nilai Stabilitas
Marshall, Prosiding Simposium XII Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi,
Universitas Kristen Petra Surabaya.
[5] Andi SA, 2010, Pemanfaatan Abu Bagasse Sebagai Filler Terhadap Nilai Marshall Test Pada
Campuran ATB, Prosiding Simposium XIII Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi,
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
[6] Andi SA, 2011, Pemanfaatan Getah Karet Pada Aspal AC 60/70 Terhadap Stabilitas
Marshall Pada ATB ( Asphalt Treated Base ), Jurnal Media Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang.
[7] Andi SA, 2011, Pengaruh Bentuk Penggunaan Agregat Kasar Terhadap Nilai Stabilitas Pada
Campuran Aspal Beton, Laporan Tidak Dipublikasikan DP2M Universitas Muhammadiyah
Malang
[8] Aschuri Iman, Yamin RA, 1999, Ketahanan Lelah Campuran Mastik Asbuton Dibandingkan
Terhadap Beton Aspal, Jurnal Transportasi, Vol. 1 No. 2, Desember 1999.
[9] Bakrie, Oemar, Tanpa Tahun, Penelitian Laboratorium Terhadap Aspal Karet Untuk
Perkerasan Jalan, Palembang UNSRI.
[10] Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Darat Nomor SK. 687/AJ.206/DRJD/2002 dan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 89 Tahun 2002.
[11] Suwardjoko Warpani, 2002, Pengelolaan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Penerbit ITB,
Bandung