• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Ekonomi dalam Penguatan Pembe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kontribusi Ekonomi dalam Penguatan Pembe"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Kontribusi Ekonomi dalam Penguatan Pembelajaran IPS

Oleh Muh. Sholeh

Mahasiswa S3 Prodi PIPS SPS Universitas Pendidikan Indonesia Dosen Jurusan Geografi FIS Universitas Negeri Semarang

Email: muhsholeh@mail.unnes.ac.id

Abstrak

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/ SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs, IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Ekonomi punya kontribusi besar dalam memperkuat pembelajaran IPS. Kontribusi ekonomi dalam pembelajaran IPS terdiri dari materi yang terakomodir dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, dan standar isi baik di dalam kurikulum 2006 maupun kurikulum 2013. Untuk mewujudkan pembelajaran utuh dan bermakna, guru dapat menerapkan pembelajaran berbasis keterampilan informasi yang terdiri dari: menentukan tema dan sub tema, menentukan sumber dan menemukan informasi, memilih informasi yang relevan, mengolah informasi, mengidentifikasi berbagai penyajian informasi, dan membuat atau menyusun laporan. Adapun tema yang bisa digunakan adalah tentang kegiatan ekonomi di pasar, maupun model pembelajaran lain yang relevan dengan materi ekonomi tanpa meninggalkan ilmu sosial lain sebagai mata pelajaran IPS.

Kata Kunci: Ilmu Ekonomi, Pembelajaran, Pendidikan IPS Abstract

IPS is one of the subjects were given ranging from SD/MI/SDLB to SMP/MTs/ SMPLB. IPS examines a set of events, facts, concepts, and generalizations pertaining to social issues. At the SMP/ MTs, IPS material contains geography, history, sociology, and economics. Through IPS subject matter, students are directed to be able to become a citizen of Indonesia that is democratic, and accountable, as well as citizens of the world who love peace. Economics has a great contribution in strengthening the IPS learning. Economic contribution in learning IPS consists of a material accommodated in the standard of competence, basic competence, and content standards both within the curriculum and curriculum 2006 2013. To realize full and meaningful learning, teachers can implement skills-based learning information comprising: determining the themes and sub-theme, determine the source and find information, selecting relevant information, process information, identify different presentation of information, and making or compiling reports. The theme that can be used is about economic activity in the market, as well as other relevant learning model with economic materials without leaving the other social sciences as IPS.

(2)

Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) diberikan kepada peserta didik SMP sejak kurikulum 1975 sampai sekarang. Definisi IPS secara umum dinyatakan sebagai ilmu yang mempelajari fenomena sosial, baik geografi, sejarah, ekonomi, maupun sosiologi. Selanjutnya dalam kurikulum 2013 ditegaskan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang isu-isu sosial dengan unsur kajiannya dalam konteks peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi. Tema yang dikaji dalam IPS adalah fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat baik masa lalu, masa sekarang, dan kecenderungannya di masa-masa mendatang. Pada jenjang SMP/MTs, mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui pembelajaran IPS diharapkan peserta didik (kelak) menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa keberadaan ilmu ekonomi dalam struktur IPS sudah melekat bersama dengan ilmu sosial yang lain. IPS bukan induk dari ilmu sosial, tetapi merupakan upaya memanfaatkan ilmu-ilmu sosial untuk tujuan pendidikan. IPS menyeleksi dan menggunakan bagian dari ilmu sosial, termasuk ekonomi, berarti tidak secara keseluruhan ilmu ekonomi digunakan untuk mengkaji persoalan sosial yang berlangsung, tetapi juga tidak membatasi untuk suatu saat digunakan karena gejala sosial sifatnya sangat dinamis. Perlu diketahui bahwa tujuan IPS adalah mendidik peserta didik agar (kelak) dapat menjadi warga negara yang baik. Warga negara yang baik adalah warga negara yang memahami hak dan kewajibannya secara benar, bersikap demokratis, dan indikator lain yang berisi kebaikan. Dalam isyu ekonomi, warga negara yang baik misalnya diwujudkan kesadaran membayar pajak, memanfaatkan kekayaan untuk aktivitas produktif, peduli terhadap sesama, dan berkontribusi untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Intinya untuk kesejahteraan diri dan lingkungan sekitarnya.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut isi atau materi ekonomi dalam pembelajaran IPS sangat penting. Pembelajaran IPS tanpa dukungan materi ekonomi menjadi tidak bermakna karena ekonomi mengajarkan tentang penghargaan terhadap sumber-sumber ekonomi yang terbatas, sehingga peserta didik harus cerdas menyikapi keterbatasan tersebut. Peserta didik harus bijak menyikapi keterbatasan tersebut dengan tidak menyia-nyiakannya sebagai salah satu perwujudan warga negara yang baik. Untuk itu guru perlu strategi yang jitu dalam mengolah materi ekonomi dalam pembelajaran IPS agar tujuan pembelajaran dapat tercapat. Bukan perkara sederhana meramu materi ekonomi dalam pembelajaran IPS, apalagi latar belakang akademik guru IPS SMP/MTs bermacam-macam, ada yang dari sejarah, geografi, sosiologi, dan ekonomi. Guru IPS dengan latar belakang akademik ekonomi bukan jaminan mudah menyampaikan materi ekonomi, sebab guru dituntut mengintegrasikan materi ekonomi dengan materi yang lain, sehingga menjadi materi IPS yang utuh dan bermakna.

(3)

penggunaan uang saku di sekolah, menumbuhkan kebiasaan menabung, dan aktivitas yang lain. Di situlah guru ditantang melaksanakan pembelajaran untuk mengeksplorasi materi ekonomi dalam pembelajaran IPS.

Dinamika Konsep dan Tujuan Pendidikan IPS

Ada beberapa istilah yang harus dipahami dengan jernih dalam mengkaji IPS, yaitu IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), PIPS (Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial), PIS, (Pendidikan Ilmu Sosial) Social Studies, Social Studies Education, Social Science Education, Social Education, Citizenship Education, dan Studies of Society and Environment. Penggunaan istilah tersebut bukanlah perbedaan mendasar atau prinsipil, tetapi hanya perbedaan yang bersifat gradual, sehingga tidak perlu diperdebatkan. Namun faktanya, penggunaan istilah tersebut dalam forum akademik memang sering dilakukan sehingga terjadi tumpang tindih (overlapping) (Suprayogi, 2011).

Perkembangan pengertian PIPS atau yang lebih dikenal dengan istilah Social Studies diawali dalam National Herbart Society papers of 1896-1897 yang menegaskan bahwa Social Studies sebagai delimiting the social science for pedagogical use. Pengertian tersebut menjadi dasar dalam dokumen Statement of the Chairman of Committe on Social Studies yang dikeluarkan oleh Committee on Social Studies (CSS) tahun 1991 yang menyatakan bahwa Social Studies sebagai a specifik field to utilization of social sciencies data as a force in the improvement of human welfare. Adapun definisi Social Studies yang resmi dirumuskan oleh NCSS dikeluarkan tahun 1993 dan dianggap paling konprehensif dan menjadi rujukan dalam berbagai aktivitas pendidikan. Definisi tersebut adalah:

"The Social Studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the School program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and naural science. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizenship of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world".

(4)

peserta didik sehingga pengorganisasian materi/bahan disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, dalam perkembangannya muncul berbagai pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik seperti student centered, integrated approach, social problem based approach, bradfield approach, dan sebagainya (Sapriya, 2014).

Dalam konteks Indonesia Numan Somantri (2001) mendefinisikan Pendidikan IPS dalam dua jenis, pertama, Pendidikan IPS untuk persekolahan, penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogi/psikologis untuk tujuan pendidikan. Kedua, IPS untuk perguruan tinggi, yaitu seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

Diharapkan melalui pembelajaran Pendidikan IPS yang telah dilaksanakan akan menghasilkan warga negara yang baik (Good Citizen). Ciri-ciri warga negara yang baik menurut Baar dkk (1978) sebagaimana dikutip oleh Suprayogi (2011) yaitu: a) memiliki sikap patriotisme, b) mempunyai penghargaan dan pengertian terhadap nilai-nilai, pranata, dan praktik kehidupan masyarakat, c) memiliki sikap integrasi sosial dan tanggungjawab sebagai warga negara, d) mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap nilai budaya dan tradisi yang diwariskan bangsanya, e) mempunyai motivasi untuk turut serta secara aktif dalam pelaksanaan kehidupan demokrasi, f) memiliki kesadaran pada masalah-masalah sosial, g) memiliki ide, sikap, dan keterampilan yang diharapkan sebagai seorang warga negara, dan h) mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap sistem ekonomi yang berlaku. Dinamika Perkembangan Ilmu Ekonomi

Materi ekonomi selalu menarik untuk dikaji peserta didik karena alasan pribadi maupun karena pengaruh global. Alasan pribadi berkaitan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan manusia berjenjang, dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia berupaya melalui bermacam cara (bekerja). Pemenuhan kebutuhan dasar merupakan anak tangga untuk memenuhi kebutuhan tingkatan berikutnya, sehingga kita mengenal prioritas dalam memenuhi kebutuhan itu. Berkaitan dengan upaya memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berkompetisi, baik sesama manusia dalam kelompok tertentu, maupun dengan hewan. Itulah yang menjadi dasar kegiatan ekonomi manusia, baik ekonomi berbasis sumber daya alam maupun ekonomi berbasis kreativitas. Kajian tentang kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan selalu menarik karena perkembangan budaya telah membawa manusia melakukan kegiatan ekonomi yang sangat berbeda bentuknya dari masa-kemasa. Jika dulu kita mengenal kegiatan barter (pertukaran barang), sekarang kita mengenal jual beli online.

(5)

seseorang untuk memenuhi kebutuhan sangat terbatas, baik karena keterbatasaan orang itu sendiri terkait dengan kemampuannya, mungkin juga karena barang atau jasan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jumlahnya terbatas, sehingga akan berhadapan dengan kepuasan. Pada saat inilah muncul kesenjangan antara kebutuhan dan kepuasan. Sifat kebutuhan tidak ada batasnya, sementara sifat kepuasan amatlah terbatas.

Globalisasi memaksa manusia merasakan dampak langsung peristiwa yang terjadi. Sederhananya, ranting pohon yang jatuh di daerah terpencilpun akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat global. Itu terjadi karena informasi menyebar begitu cepat. Globalisasi telah mendekatkan jarak, sehingga setiap peristiwa dengan cepat menyebar dan berpengaruh terhadap peristiwa lain. Situsi seperti ini, siapapun yang mampu mengambil keuntungan dialah pemenangnya, sebaliknya jika gagap menyikapi situasi tersebut, sisp-siaplah jadi pecundang. Itulah sisi kekejaman globalisasi. Globalisasi adalah wadah, sementara isinya bermacam-macam isyu yang berkembang, termasuk isyu ekonomi. Setidaknya masyarakat global meyakini, jika kondisi ekonomi Amerika Serikat atau Tiongkok goncang, akan berpengaruh pada kondisi ekonomi global, termasuk Indonesia, dan faktanya memang demikian. Faktornya bermacam-macam. Inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa topik ekonomi selalu menarik bagi peserta didik.

Secara umum ekonomi mendeskripsikan tentang kemakmuran, baik individu maupun kelompok lebih besar, misalnya negara. Munculnya penggolongan kemakmuran negara-negara di dunia, ditentukan oleh kondisi ekonomi. Dinyatakan negara-negara Eropa kondisi ekonominya lebih baik dibandingkan kawasan Afrika karena kawasan Eropa lebih makmur dibandingkan Afrika. Membicarakan kemakmuran berarti membicarakan ekonomi, begitulah, seperti melihat dua sisi mata uang.

Istilah ekonomi berasal dari Xenophon, filosof Yunani kuno yang hidup sekitar 430-354 SM, dalam karyanya yang berjudul Oikonomikos. Istilah itu hanya berarti tata kelola rumah tangga. Karena kebutuhan sehari-hari rumah tangga bergantung pada hasil pengolahan ladang, istilah itu bagi Xenophon berarti efisiensi manajemen pengolahan ladang (estate management) (Priyono, 2007). Pemikiran dan praktik ekonomi terus berkembang. Mendiskusikan kondisi ekonomi kotemporer, tidak bijak jika melupakan sejarah awal pemikiran ekonomi. Pemikiran ekonomi global tumbuh dan berkembang seiring perkembangan budaya manusia.

Pemikiran tersebut pada awalnya muncul pada zaman Yunani kuno berdasarkan buku Republika yang ditulis oleh Plato (427-347 SM). Firmansyah (2007) menjelaskan, bahwa gagasan Plato tentang ekonomi timbul dari pemikirannya tentang keadilan (justice) dalam sebuah negara ideal (ideal state), kemajuan tergantung pada pembagian kerja (division of labor) yang timbul secara ilmiah dalam masyarakat. Pembahasan ini mirip dengan gagasan Adam Smith, perbedaannya, kalau division of labor oleh Smith dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan output dan pembangunan ekonomi, oleh Plato dimaksudkan untuk pembangunan kualitas kemanusiaan.

(6)

Suatu hal yang patut dicatat dari masa Yunani kuno ini adalah mengenal paham hedonisme, yang dapat dikatakan sebagai cikal bakal paham materialistik yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-XVII dan ke-XVIII kemudian. Hedonisme merupakan paham materialisme mekanistik yang menganggap kenikmatan egoistis sebagai tujuan akhir dari kehidupan manusia, paham ini digagas oleh Aristippus yang menganggap kenikmatan adalah tujuan hidup yang mulia dari setiap manusia.

Dapat dikatakan Plato sebagai orang pertama yang sangat mengecam kekayaan dan kemewahan, karena menurut Plato nafsu keserakahan ini tidak bisa dikendalikan, sebagian orang (yang cerdik, pintar, dan berkuasa) akan hidup kemewahan, sementara itu yang lain akan hidup dalam kesengsaraan dan kehinaan. Pada masa Yunani kuno perekonomian dan politik dikuasai oleh kaum bangsawan (kaum aristokrat), walaupun jumlah bangsawan sedikit, berkat kepintaran dan kelihaian, mereka dapat menguasai dan mengeksploitasi para budak (yaitu kaum proletar) yang jumlahnya banyak.

Teori Plato yang diangap masih relevan dengan keadaan sekarang adalah pendapatnya tentang fungsi uang. Dalam bukunya politika, menjelaskan bahwa selain sebagai alat tukar, uang juga berfungsi sebagai alat pegukur nilai dan alat untuk menimbun kekayaan, Plato menganggap uang bersifat mandul, tidak dapat dikembangkan atau diperanakan (melalui bunga).

Pemikiran Aristoteles (384-322SM) tentang ekonomi jauh lebih maju dari gurunya yaitu Plato, Aristoteles merupakan orang pertama yang meletakan pemikiran dasar tentang teori nilai (value) dan harga (price). Kontribusi Aristoteles yang paling besar terhadap ekonomi ialah pemikirannya tentang pertukaran barang (exchange of commodities). Menurut pandangan Aristoteles, kebutuhan manusia (man’s need) tidak terlalu banyak, tetapi keinginannya (man’s desire), akan tetapi kegiatan produksi untuk memenuhi keinginan manusia yang tanpa batas itu dikecamnya sebagai sesuatu yang tidak alami (unnatural).

Dalam mengamati proses ekonomi, Atistoteles membedakan atas dua cabang, yaitu kegunaan (use) dan keuntungan (gain). Lebih spesifik, ia membedakan oeconomia dan chrematistike. Aristoteles setuju dengan oeconomia, tetapi tidak setuju dengan chrematistic, secara tegas ia menyatakan tidak suka pada pedagang-pedagang yang datang ke kota-kota, mengeksploitasi petani-petani miskin ke desa-desa. Sedangkan menurut Adan Smith, bahwa motif utama yang mendorong orang untuk bertindak adalah keuntungan (gain) bukan kegunaan atau faedah (use).

Sejarah juga mencatat bahwa pemikiran ekonomi terus mengalami dinamika sesuai dengan situasi yang berkembang dalam masyarakat. Pasca pemikiran ekonomi zaman Yunani kuno, tercatat juga ada pemikiran ekonomi kaum Skolastik, era Merkantilisme, Mahzab Fisiokratis dan catatan sejarah berikutnya lengkap dengan tokoh dan teori yang dianut. Tidak sampai di situ saja, pemikiran ekonomi terus berkembang sampai sekarang. Namun demikian berdasarkan catatan dari Priyono (2007), pemikiran ekonomi sebagai ilmu tertuang dalam buku Adam Smith yang biasa disingkat The Wealth of Nations tahun 1776.

(7)

kuat punya keleluasaan melahap dan menindas yang lemah. Inilah wujud ekonomi yang tidak dikehendaki konstitusi, tetapi secara samar-samar terjadi karena kehadiran dan campur tangan pemerintah masih terbatas. Keterbatasan campur tangan pemerintah dalam menata ekonomi agar berkesejahteraan bagi masyarakatnya terjadi karena terbatasnya sumber daya manusia, dan praktik-praktik tidak terpuji (suap, kolusi, dan kejahatan kerah putih yang lain), sehingga kebijakan yang ditempuh pemerintah gagal memberikan keadilan bagi masyarakat. Disamping itu, masyarakat juga gagal dalam mensikapi perubahan yang terjadi. Masyarakat gagal memilih wakil rakyat dan pemimpin berdasarkan keyakinan hati nuraninya, tetapi justru terjerumus dalam praktik politik uang. Masyarakat memilih wakil dan pemimpin berdasarkan lembaran rupiah yang ditawarkan calon. Praktik ijon politik seperti ini sebenarnya juga berkontribusi atas belum terwujudnya sistem ekonomi yang berkeadilan dan berkesajhteraan.

Kontribusi Ekonomi dalam Pembelajaran IPS di SMP

Di dalam kurikulum 2006 dan 2013 ditegaskan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Adapun Tujuan utama pembelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan dalam berpikir logis dan kritis untuk memahami konsep dan prinsip yang berkaitan dengan pola dan persebaran keruangan, interaksi sosial, pemenuhan kebutuhan, dan perkembangan kehidupan masyarakat untuk menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik dan atau mengatasi masalah-masalah sosial. Secara rinci tujuan mata pelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

(8)

awal (masa) reformasi sekarang, c) jenis dan fungsi kelembagaan sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam masyarakat, dan d) interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi dari waktu ke waktu. Secara nyata, kontribusi ekonomi dalam mata pelajaran IPS dalam kurikulum 2006 adalah sebagai berikut: 1. Kelas VII, Standar Kompetensi 6: Memahami kegiatan ekonomi masyarakat

yang terdiri dari 4 Kompetensi Dasar, yaitu: a) Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi, b) Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa, c) Mendeskripsikan peran badan usaha, termasuk koperasi, sebagai tempat berlangsungnya proses produksi dalam kaitannya dengan pelaku ekonomi, dan d) Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan.

2. Kelas VIII, Standar Kompetensi 7: Memahami kegiatan perekonomian Indonesia yang terdiri dari 4 Kompetensi Dasar, yaitu: a) Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya, b) Mendeskripsikan pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia, c) Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian nasional, dan d) Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar. 3. Kelas IX, Standar Kompetensi 4: Memahami lembaga keuangan dan

perdagangan internasional yang terdiri dari 2 Kompetensi Dasar, yaitu: a) Mendeskripsikan uang dan lembaga keuangan, b) Mendeskripsikan perdagangan internasional dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia

Latar belakang akademik guru IPS di SMP/MTs bermacam-macam terdiri dari ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi. Kurikulum 2006 dan 2013 tidak mengenal mata pelajaran IPS Sejarah, IPS Geografi, IPS Sosiologi, dan IPS Ekonomi, tetapi murni mata pelajaran IPS, dimana guru IPS harus mampu menyampaikan materi sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi secara utuh dan bermakna. Keragaman latar belakang akademik guru IPS berpotensi ada kecenderungan guru merasa nyaman ketika menyampaikan materi yang sesuai dengan latar belakang keilmuan yang dulunya pernah ditempuh, padahal guru IPS dituntut mengajar materi IPS secara utuh, proporsional, adil dan berimbang. Secara sederhana di depan kelas guru tidak diperbolehkan menunjukkan kepada peserta didik basis keilmuan yang pernah ditempuh, apalagi terang-terangan menyampaikan kepada peserta didik latar belakang akademik yang pernah ditempuh dan meminta permakluman peserta didik jika kurang maksimal menyampaikan materi yang belum dipelajari di perguruan tinggi. Situasi tersebut menjadi tantangan bagi guru IPS untuk melaksanakan pembelajaran yang utuh dan bermakna.

Dalam praktik pembelajaran di kelas guru dituntut melaksanakan pembelajaran yang memberi ruang kepada peserta didik untuk berinovasi dan aktif dalam menggali dan mengolah informasi. Materi ekonomi memberi keleluasaan pada guru untuk melaksanakan pembelajaran yang utuh dan bermakna. Salah satu contoh pembelajaran dengan materi ekonomi untuk memperkuat pembelajaran IPS adalah materi "Kegiatan Ekonomi di Pasar" menggunakan keterampilan informasi. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh guru adalah:

(9)

a. Guru menempelkan tulisan “Menentukan tema dan sub tema" pada papan tulis atau pada layar LCD. Guru dapat memanfaatkan materi ekonomi dengan menentukan tema yang akan dipelajari, yaitu "Kegiatan Ekonomi di Pasar". b. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan masing-masing 6 peserta

didik (sekedar untuk memudahkan kelompok ini disebut kelompok asal) c. Guru menayangkan pada layar LCD atau membagikan gambar kegiatan

ekonomi di pasar kepada setiap kelompok. Sebagai catatan, jika guru sudah menayangkan tema pada layar LCD, maka pembagian gambar ke masing-masing kelompok tidak perlu dilakukan.

d. Peserta didik diminta mengamati gambar yang ditayangkan pada layar LCD atau yang diterima di kelompok masing-masing.

e. Guru meminta setiap peserta didik untuk membuat minimal 3 pertanyaan terkait gambar tersebut dengan menuliskan setiap satu pertanyaan pada selembar kertas kecil (post it). Beberapa pertanyaan yang diharapkan muncul adalah 1) Siapa yang di pasar? 2) Kegiatan apa yang berlangsung? 3) Barang apa saja yangg dijual di pasar? 4) Kapankah kegiatan di pasar berlangsung? dan pertanyaan lain yang dianggap relevan dengan tema.

f. Guru mengajak setiap kelompok untuk mengelompokkan pertanyaan yang telah dibuat ke dalam 3 topik berikut dengan menempelkan post it di kertas plano. Kertas plano sudah disiapkan kolom dengan 3 sub tema/topik, yaitu 1) pengertian kegiatan ekonomi di pasar (pasar tradisional dan modern), 2) Jenis dan ciri-ciri kegiatan ekonomi di pasar, dan 3) manfaat pasar bagi kehidupan masyarakat.

g. Pertanyaan yang tidak terakomodir dalam ketiga klasifikasi tersebut diletakkan di tempat tersendiri. Dalam Kegiatan ini, guru memastikan pertanyaan yang tidak termasuk ke dalam kelompok/sub tema tersebut diletakkan di tempat tersendiri

h. Guru menyampaikan kepada peserta didik bahwa baru saja melakukan kegiatan pertama dalam keterampilan informasi, yaitu "Menentukan tema dan sub tema".

2. Menentukan sumber dan menemukan informasi

a. Guru menempelkan tulisan “Menentukan sumber dan menemukan informasi” pada papan tulis atau pada layar LCD. Peserta didik diminta mengidentifikasi berbagai kemungkinan sumber informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan di atas (teks, gambar, grafik, diagram, internet, video, informasi, nara sumber, dan yang lainnya). Peserta didik diberi informasi bahwa jawaban pertanyaan dari sub topik nomor 1, 2, dan 3 akan diperoleh dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber. Sumber informasi bisa berupa bacaan, teks laporan, atau nara sumber. Bentuk informasi yang dibutuhkan bisa berupa gambar, tabel/diagram, kutipan hasil, hasil percobaan, dan yang lainya.

(10)

ekonomi di pasar, dan 3) Manfaat pasar bagi kehidupan masyarakat.

c. Guru menyampaikan bahwa baru saja dilakukan kegiatan ke dua dari keterampilan informasi, yaitu "Menentukan sumber informasi". Peserta didik masih berada di dalam kelompok pakar

3. Memilih informasi yang relevan

a. Guru menempelkan tulisan/kata "Memilih informasi yang relevan dan tidak relevan" pada papan tulis atau pada layar LCD.

b. Guru memastikan setiap kelompok pakar mempunyai ketua. Cara menentukan ketua diserahkan pada masing-masing kelompok dengan bimbingan guru. c. Guru membagikan sumber informasi yang relevan dan tidak relevan dengan

sub tema. Sumber informasi tersebut berupa bacaan yang relevan dan tidak relevan dengan tema yang telah ditentukan. Tujuannya, agar peserta didik bisa membedakan dan memilih.

d. Ketua kelompok menentukan anggotanya untuk mencari sumber informasi melalui wawancara.

e. Peserta didik yang ditunjuk untuk mencari informasi melalui wawancara berdiskusi menentukan daftar pertanyaan dan narasumber yang akan diwawancarai.

f. Peserta didik yang mencari informasi melalui bahan bacaan membaca seluruh teks tersebut satu persatu, kemudian memilih informasi yang relevan tersebut dengan cara menandai bahan bacaan yang telah dibagikan oleh guru yang sesuai dan menjawab pertanyaan pada sub tema yang dibahas.

g. Melakukan wawancara peserta didik kepada nara sumber. Narasumber bisa guru mata pelajaran atau guru lain yang diminta.

h. Setelah data didapat baik dari bahan bacaan dan juga wawancara, mereka berdiskusi menggabungkan informasi yang relevan yang disepakati bersama untuk menjawab pertanyaan dan sesuai dengan sub tema.

i. Peserta didik secara individu menyusun kembali informasi yang relevan yang menjawab semua pertanyaan pada sub tema yang dibahas.

j. Guru menyampaikan kepada peserta didik bahwa baru saja selesai melaksanakan langkah ke-tiga dalamketerampilan informasi yaitu “Memilih informasi yang relevan”.

4. Mengolah informasi

a. Peserta didik kembali ke kelompok asal.

b. Guru menempelkan kata “Mengolah informasi” pada papan tulis atau pada layar LCD.

c. Peserta didik menggabungkan informasi dari masing-masing kelompok pakar, sehingga di dalam kelompok asal tersebut sudah terkumpul informasi dari seluruh sub tema.

d. Di dalam kelompok asal peserta didik merancang kerangka laporan berdasar hasil gabungan informasi dari 3 sub tema tersebut.

e. Peserta didik mendiskusikan dan menyepakati informasi apa dan mana saja yang akan dimasukkan dalam laporan utuh (informasi mana yang akan masuk bagian pendahuluan, inti, dan penutup).

(11)

a. Guru menempelkan tulisan “Mengidentifikasi berbagai cara menyajikan informasi” pada papan tulis atau pada layar LCD.

b. Setiap kelompok mendiskusikan bentuk sajian informasi yang dapat dipilih (misal: berupa teks, poster, leaflet, laporan eksplanasi, maupun bentuk sajian informasi lain).

c. Peserta didik secara individu menentukan bentuk sajian informasi. Untuk modelling ini bentuk sajian informasi yang digunakan adalah laporan teks. d. Bisa ditambahkan kemungkinan laporan dilengkapi foto, memasukkan lini

masa, atau memasukan sumber referensi.

e. Guru menyampaikan kepada peserta didik bahwa baru saja bersama melakukan langkah ke-lima dari keterampilan informasi yaitu “ Mengidentifikasi berbagai cara menyajikan informasi”. 6. Membuat laporan

a. Guru menempelkan tulisan “ Membuat laporan” pada papan tulis atau pada layar LCD.

b. Guru memimpin diskusi pleno dengan peserta didik tentang apa saja yang perlu ditulis dalam laporan di bagian “pendahuluan/Pengantar, inti/Isi, dan penutup” secara bertahap.

c. Peserta didik menyampaikan pendapatanya secara lisan dan peserta didik lainya menambahkan dan jika dterjadi jawaban peserta didik yang kurang sesuai dan tidak ada peserta didik lain yang meluruskan, guru perlu meluruskan jawaban tersebut.

d. Setelah peserta didik mempunyai gambaran, guru mempersilahkan peserta didik menulis laporan secara tertulis dengan kata-kata mereka sendiri.

e. Peserta didik secara individu membuat laporan sesuai dengan bentuk laporan yang dipilih.

f. Laporan dikembangkan dari kerangka atau peta pikiran yang telah dibuat pada kegiatan sebelumnya (mengolah Informasi).

g. Laporan ditulis dengan mangacu pada hasil isian

h. Guru menyampaikan kepada peserta didik bahwa baru saja melakukan langkah ke-enam keterampilan informasi yaitu “Membuat laporan”.

i. Peserta didik menukarkan laporan hasil kerjanya ke peserta yang lain

j. Peserta didik yang lain diminta menanggapi (lisan/tulis dalam post it) dengan memperhatikan antara lain: 1) Apakah informasinya lengkap (pengertian, jenis dan ciri-ciri, manfaat pasar bagi kehidupan masyarakat), 2) Apakah laporan tersebut menjawab seluruh pertanyaan di awal?, dan 3) Apakah alur laporan runtut?

k. Perwakilan peserta didik menyampaikan hasil laporan hasil kerjanya secara lisan di depan kelas.

l. Guru menyampaikan beberapa hal terkait dengan kegiatan ekonomi di pasar, menyampaikan simpulan hasil kegiatan, kemudian guru menutup pelajaran.

(12)

diperhatikan, meskipun tema yang diangkat adalah tema-tema ekonomi, kegiatan pembelajaran tidak diperkenankan menampilkan pelajaran ekonomi secara utuh, tetapi harus tetap pelajaran IPS, dimana kontribusi ekonomi bisa dimunculkan dalam pembelajaran tersebut.

Penutup

Ilmu ekonomi dengan sejarah, tradisi, dan materi yang dinamis di dalamnya seperti aliran darah yang mensuplai gizi dan protein dalam pembelajaran IPS. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tanpa ekonomi, IPS tidak punya kemampuan dalam menganalisis fenomena sosial. Fenomena sosial adalah peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat dengan segala wujud dan latar belakang di dalamnya. Bersama-sama dengan sejarah, geografi dan sosiologi, ekonomi menjadi nutrisi untuk mempertajam pembelajaran IPS. Kontribusi ekonomi dalam pembelajaran IPS terdiri dari materi yang terakomodir dalam Standar Kompetendi, Kompetensi Dasar, dan Standar Isi. Untuk mewujudkan pembelajaran bermakna, guru dapat menerapkan pembelajaran berbasis keterampilan informasi yang terdiri dari: menentukan tema dan sub tema, menentukan sumber dan menemukan informasi, memilih informasi yang relevan, mengolah informasi, mengidentifikasi berbagai penyajian informasi, dan membuat atau menyusun laporan.

Refrensi

Firmansyah. 2007. Buku Ajar Sejarah Pemikiran Ekonomi. Semarang. FE Universitas Diponegoro.

Priyono B. Herry. 2007. Adam Smith dan Munculnya Ekonomi: Dari Filsafat Moral ke Ilmu Sosial. Diskursus. Vol. 6 No. 1 April 2007 hal. 1-40

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

(SI)

Sapriya. 2014. Pendidikan IPS. Konsep dan Pembelajaran. Bandung. Rosda Karya Supardan Dadang. 2015. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Perspektif Filosofi

dan Kurikulum. Jakarta. Bumi Aksara

Supardan Dadang. 2015. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta. Bumi Aksara

Suprayogi, dkk. 2011. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Eko Handoyo (Ed). Semarang. FIS Universitas Negeri Semarang

Somantri Muhammad Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Dedi Supriyadi & Rohmat Mulya (Ed). Bandung. Rosda Karya

Usaid Prioritas. 2015. Modul Pelatihan Praktik yang Baik di Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)

Catatan

Referensi

Dokumen terkait

Data penelitian ini adalah (1) tes kemampuan awal matematika siswa, (2) tes kemampuan koneksi matematis, (3) angket kemandirian belajar siswa, (4) lembar observasi kegiatan

Tujuan penelitian ini adalah mengoptimasi klarifikasi larutan Stevia menggunakan adsorben kaolin ditinjau dari rasio adsorben terhadap larutan Stevia dan waktu kontak

1) Media pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini multimedia interaktif dimana multimedia interaktif pada penelitian ini berfungsi sebagai alat

dengan koefisien beta sebesar 0,227, sehingga hipotesis yang menyatakan komitmen organisasi berpengaruh pada kinerja manajerial terbukti. Angka tersebut membuktikan komitmen

Tujuan : Prosedur ini digunakan unt uk m enjelaskan proses pener im aan calon siswa baru di SMK Negeri 1 Cim ahi3. Ruang Lingkup : Prosedur ini digunakan unt uk

Berdasarkan Tabel 5, jika dibandingkan dengan kondisi Agustus 2014, secara umum penduduk yang bekerja pada Agustus 2015 mengalami peningkatan pada semua jenjang pendidikan

Rataan tinggi tanaman (TT – cm), jumlah cabang utama (JCU), jumlah polong cipo (JPC), dan jumlah polong bernas (JPB) per tanaman diantara tanaman awal (kacang tanah cv. Kelinci,

[r]