• Tidak ada hasil yang ditemukan

KTI KONSEPSI KEHIDUPAN MANUSIA DALAM ISL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KTI KONSEPSI KEHIDUPAN MANUSIA DALAM ISL"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

KONSEPSI KEHIDUPAN MANUSIA DALAM ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Akhir Semester Mata Kuliah Materi al-Qur’an II

Dosen Pengampu: Hayati Nufus, MA. Pd.

Oleh:

Nama :Safitriana Bey

NIM :160301005

Kelas : PAI A

Semester : IV (empat)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) AMBON

▸ Baca selengkapnya: fungsi seni rupa dalam kehidupan manusia menurut feldman memiliki berapa fungsi dalam kehidupan manusia

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahiim…

Segala puji dan Syukur bagi Allah yang Maha Kuasa karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis diberi kesehatan jasmani-rohani, kesempatan waktu dan kemampuan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik

dengan judul “Konsepsi Kehidupan Manusia dalam Islam” yang menjadi

tulisan untuk mata kuliah Materi II, dosen pengampu: Hayati Nufus MA,Pd. Tak luput juga salawat dan salam untuk junjungan Nabi besar kita, Nabiyallah

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para tabi’-tabi’innya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini tidak akan terwujud bila tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan banyak terima kasih kepada keluarga, sahabat dan teman-teman yang turut mendukung dan membantu penulis dalam proses penulisan yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Tak ada gading yang tak retak.Tak ada pula manusia yang luput dari kesalahan.Dengan segala kerendahan hati, penulis sadar masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan pada masa yang akan datang.

Ambon, 23 Juni 2018

(3)

KONSEPSI KEHIDUPAN MANUSIA DALAM ISLAM

Safitriana Bey

Nim : 160301005

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Institut Agama Islam Ambon

Email :Safitrianabey22@gmail.com

Safitribey22@gmail.com

(4)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan mahluk paling menakjubkan, mahluk yang unik multi dimensi, serba meliputi, sangat terbuka dan mempunyai potensi agung.Sebagaimana yang dikatakan Toto Suharto “Manusia adalah mahluk paling

mulia dialam ini. Allah telah membekalinya dengan keistimewaan yang menyebabkan ia berhak mengungguli mahluk lain.1Kesempurnaan manusia dengan mahluk lainnya berpangkal dari manusia itu sendiri yang memang sempurna fisik, akal pikiran, kemampuan dan karya-karyanya.

Namun tak dapat dipungkuri dibalik kesempurnaan sebagai mahluk yang dimuliakan, manusia seringkali lalai atas tujuan dan fungsi ia hadir di dunia. Bahkan tak sedikit pun dari manusia tidak mengetahui arti sebenarnya ia hidup. Mengikuti arus globalisasi dengan perkembangan IPTEK yang maju menjadikan hidup lebih praktis dengan kesenangan yang menjanjikan yang terkadang membuat manusia terperdaya dengan kesenangan duniawi yang fana dan melupakan kehidupan akhirat yang kekal abadi.

Pada kenyataannya, kemudahan, kesenangan dan kenyamanan lahiriyah yang diberikan oleh ilmu dan teknologi tidak selalu membahagiakan umat manusia, malah ada yang memandangnya sebagai pembawa banyak bencana daripada rahmat.Pemikir Islam kontemporer, Sayyid Hossain Nasr dari Iran melihat bahwa masyarakat modern yang telah mencapai tingkat kemakmuran material sedemikian rupa dengan seperangkat teknologi yang serba mekanik dan otomatis, bukannya semakin mendekati kebahagiaan hidup, melainkan sebaliknya, kian dihinggapi rasa cemas akibat kemewahan hidup yang diraihnya.2Dari

sinilah bangkit suatu kesadaran bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi belum dapat menjamin kebahagiaan hidup manusia selama nilai-nilainya tidak

1Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 79. 2Asmaran As, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 1.

Dalam Skripsi Sarjana.Endang Rifngati, Konsepsi Kehidupan Manusia dalam

(5)

tundukdi bawah nilai-nilai spiritual.3Dunia bukanlah abadi bahkan kesenangan

yang memperdaya.Sebagaimana dalam penghujung QS ali-‘Imran: 185,

“…..Kehidupan dunia hanyalah kesenangangan yang memperdaya.”4

Banyak manusia yang telah terperdaya dengan kehidupan dunia yang tak lebih hanyalah sebuah permainan dan perhiasan yang melalaikan bahkan kesenangan yang palsu, sebagaimana Allah berfirman dalam QS al-Hadid: 20dan melupakan akan adanya kehidupan sesudah di dunia ini. Padahal kehidupan di dunia ini bersifat sementara dan begitu cepat lenyap.Sedangkan kehidupan di akhirat adalah kekal dan abadi.

Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan di dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kakayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengangumkan para petani, kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang

palsu.”5

Islam sendiri merupakan ajaran yang universal.Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam tentulah mengatur segala aspek kehidupan.tak hanya mengatur hubungan manusia dengan sang pencipta-Nya namun juga dengan sesama manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan dan alam semesta.

Perlu ditegaskan kembali, Islam tidak hanya mengatur dan menyuruh umatnya untuk mencari kebahagiaan akhirat, tapi juga menyuruh untukmemikirkan kehidupannya di dunia, karena dunia merupakan sarana untuk menuju akhirat, “Dunia adalah tanaman (untuk) akhirat”.6

Islam sebagai agama yang membawa keselamatan manusia tentunya menawarkan konsep hidup manusia di dunia secara berkualitassembari

3M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. XVII, hlm.

224.

4QS. Ali-‘Imran: 185. Kementerian Agama RI, Bukhara-al-Qur’an Tajwid dan Terjemah,

(Bandung: Sygma Examedia Arkanleema. t.th.), hlm. 74.

5QS. Al-Hadid: 20. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 540.

6Endang Rifngati, Skripsi Sarjana: Konsepsi Kehidupan Manusia dalam al-Qur’an.

(6)

mengingatkan manusia supaya tidak lengah dan selalu waspada terhadapgangguan yang bisa memalingkan tujuan utama eksistensi hidupnya.

Pentingnya mengenal manusia dengan segala karakternya adalah untuk pengenalan terhadap kehidupan dan untuk mencapai kebahagiaan manusia itu

sendiri. Hal ini diperkuat dengan pendapat Ali Syari’ati bahwa:

“…..Penyebab paling mendasar bagi gagalnya seluruh usaha ilmiah, sosial, dan ideologis di zaman modern yang dikerahkan dengan sungguh-sungguh untuk

memberikan kebahgiaan atau minimal “perasaan kebahagiaan” kepada jenis

mahluk yang bernama manuisa ini, seluruhnya bermuara pada ketidaktahuan

mereka terhadap mausia itu sendiri, atau dalam bentuk tertentu dilupakan”.7

Berpijak pada uraian yang telah disampaikan, penulis termotivasi untuk menulis tentanghakekat eksistensi manusia yang sesungguhnya dalam islam, mengingatkan kembali fungsi dan tujuan kehidupan manusia demi tercapainya kebahagian manusia di dunia dan di akhirat dengan mengangkat judul “Konsepsi

Manusia dalam Islam”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah: 1. Bagaimanakah gambaran manusia perspektif Islam ? 2. Bagaimana proses penciptaan manusia dalam al-Qur’an ? 3. Apa tujuan dan fungsi hidup manusia dalam al-Qur’an ?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan ini adalah:

1. Mengetahui gambaran manusia dalam al-Qur’an.

2. Mengetahui proses penciptaan manusia dalam al-Qur’an. 3. Mengetahui tujuan dan fungsi hidup manusia dalam al-Qur’an.

7Ali Syaria’ati, al-Insan al-Islma wa Madaris al-Gharb, Terj. Afir Muhammad (Jakarta:

(7)

METODE PENELITIAN

Beberapa hal yang perlu dibahas mengenai metode penelitian ini, yaitu:

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan atau studi pustaka (library research), yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan tertulis. Nanang

Murtono menggunakan bahwa: “Studi pustaka merupakan sebuah proses mencari

berbagai literatur, hasil kajian atau studi yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada dasarnya, semua sumber tertulis dapat dimanfaatkan sebagai sumber pustaka, baik buku teks, surat kabar, majalah, brosur, tabloid, dan

sebagainya”.Meliputi pengidentifikasian secara sistematis, analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan masalah kajian.8

B. Metode Pengumpulan Data

Karena kajian ini bersifat library research, maka di sini penulis menggunakan metode dokumentasi, yaitu “mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya”.9 Penulis mencari dan mengumpulkan berbagai informasi yang membahas dan berkaitan dengan topik bahasan baik dari buku, jurnal maupun yang lain. Penulis juga melakukan penelusuran internet dalam rangkamemperoleh data yang terbaru yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

C. Teknik Pengelolahan Data

Data yang diperoleh atau terkumpul, baik dari sumber data primer maupun

sumber data sekunder, kemudian dikelola agar menjadi sebuah teori yang

matang dan siap dipakai.Untuk mengelola data tersebut, penulis menggunakan

metode content analysisatau kajian isi.Weber berpendapat sebagaimana yang

dikutip Moleong, bahwa content analysis adalah suatu metode penelitian yang

8Consello G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), Cet. I, hlm.

31.

(8)

memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shoheh

dari sebuah buku atau dokumen.10

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Manusia Perspektif Islam

What is a man ?demikianlah sebuah pertanyaan yang dikemukakan Jujun S.

Suriasumantri ketika mulai membahas bidang telaah filsafat.11Ketika membicarakan manusia, muncul banyak sekali pertanyaan. Apa itu manusia ?, dari mana ia berasal ?, bagaimana ia hidup ?, dan lain sebagainya.

Manusia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mahluk yang berakal budi; insan; orang,12

Dalam Wikipedia,13 defenisi manusia tak bisa dilihat pada salah satu aspek saja, namun defenisi manusia dilihat dari segi biologis, rohani, antropologi kebudayaan, disiplin ilmu, atau secara campuran.

Socrates mengatakan bahwa hakekat manusia adalah yang ingin tahu dan membutuhkan orang lain untuk membantunya keluar dari ketidaktahuannya. Sedangkan Plato, salah satu murid Socrates mengatakan bahwa hakekat manusia itu ada tiga, yaitu; roh, rasio (akal), dan kesenangan (nafsu). Dalam pandangannya, berdasarkan ketiga unsur tersebut maka manusia dapat dibedakan tiga jenis; Pertama, manusia yang didominasi oleh rasio yang hasrat utamanya

meraih ilmu pengetahuan; Kedua, manusia yang didominasi oleh roh yang hasrat utamanya meraih prestasi; Ketiga, manusia yang didominasi nafsu yang hasrat

utamanya pada materi. Tugas rasio di sini adalah mengontrol ruh dan nafsu.14 Menurut Immanuel Kant, manusia adalah mahluk rasional, manusia bebas bertindak sesuai alasan moral dan bukan hanya untuk kepentingannya sendiri.15

10Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1998), hlm. 103

11Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam,…,hlm. 78.

12Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008),

Ed. IV, hlm. 877.

13http://id.wikipedia.org/wiki/manusia.

14Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis al-Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers,

2014), Ed. I, Cet. II, hlm. 15.

(9)

Dalam Islam memahami eksistensi manusia yaitu akal manusia yang dibimbing dan dituntun oleh otoritas wahyu, yaitu al-Qur’an dan Hadits

Rasulullah saw. maka, eksistensi manusia yang sesungguhnya dibaca melalui informasi wahyuyang diimani dan dipahami oleh akal.

Banyak sekali ilmuan Muslim memberikan pandangannya tentang eksistensi manusia, seperti; Fahruddin Ar-Razi mengemukakan bahwa “Manusia memiliki beberapa karakteristik yang khas. Manusia berbeda dengan mahluk yang lain, termasuk dengan malaikat, iblis dan juga binatang, adalah karena manusia memilikih akal dan hikmah serta tabiat dan nafsu”.16Selain itu, Ibn ‘Arabi

melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa “Tak ada makhluk Allah

yang lebih bagus daripada manusia, yang memiliki daya hiup, mengetahui, berkehendak, melihat, berbicara, mendengar, berfikir dan memutuskan.Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai mahluk Allah di muka bumi.”17

Dalam al-Qur’an ada tiga term pokok dalam menunjukkan makna eksistensi manusia, yaitu:

1. al-Basyar

Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Alfazh al-Qur’an al-Karim pada buku karangan Samsul Nizar menuliskan, kata

al-Basyar dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 surat. Secara etimologi al-Basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi temapt tumbuhnya rambut.Makna etimologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minim, seks, kebahagiaan, keamanan, dan lain sebagainya.Penunjukkan kata al-Basyar ditujukan Allah kepada manusia tanpa terkecuali.Demikian pula halnya untuk menjelaskan eksistensi Nabi dan Rasul-rasul-Nya.18

16Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter,…, hlm. 17-18.

17Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam-Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,

(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 1.

(10)

2. al-Insan

Kata al-Insan berasal dari kata al-Uns,dinyatakan dalam al-Qur’an

sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat.19Secara etimologi, al-Insan diartikan harmonis, lemah-lembut, tampak, atau pelupa.Kata al-Insan digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai mahluk jasmani dan rohani. Selain itu, digunakan al-Qur’an untuk menjelaskan sifat umum, serta sisi -sisi kelebihan dan kelemahan manusia dan juga menunjukkan proses kejadian manusia sesudah Adam.20

3. An-Nas

Kata an-Nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surat.21Kata an-Nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan, tanpa melihat status keimanan dan kekafirannya.Kata an-Nas dalam al-Qur’an untuk menunjukkan bahwa sebagian besar manusia tidak memiliki ketetapan keimanan yang kuat. Kadangkala ia beriman, sementara pada waktu lain ia munafik.22Dengan kata lain, term ini kerap berbicara tentang aspek keagamaan manusia.23

Dari uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa manusia menurut pandangan Islam adalah mahluk ciptaan Allah yang mulia, dibekali dengan fisik sempurna, akal, dan hati (perasaan) serta menanggung tugas dan

fungsinya yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

B. Proses Penciptaan Manusia dalam al-Qur’an

Dilihat dari proses penciptaanya, al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia dalam dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Kedua, disebut dengan tahapan biologi.

Sebelum membicarakan mengenai mekanisme penciptaan diri kita sekarang, terlebih dahulu renungkan mekanisme penciptaan Kakek-Moyang manusia, Adam

19Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi,al-Mu’jam al-Mufahras li al-Alfazh al-Qur’an al-Karim,

(Qahirah: Dar al-Hadits, 1988), hlm. 119-120.

(11)

a.s. Adam diciptakan dari tanah (ath-Thin), kemudian tanah itu dibasahi dan menjadi tanah yang keras (at-Turab). Tanah keras itu lalu dibasahi dan

mengumpal. Tanah keras itu pun menjadi tanah liat (min shal), dengan tangan Allah Swt, tanah liat itu berbentuk hingga menjadi tanah kering lantaran banyak air yang membasahi tanah itu ketika tanah kering ini dibentuk, tanah itu pun menghitam lalu menjadi tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk oleh Allah dengan seindah-indahnya (min hamain masnun), kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalamnya.24Tersebut dalam QS. Shad: 71,75,al-Hajj: 5, Al-An’aam: 2, Ash-Shaffat: 11, Al-Hijr: 26, 28, 29, al-Mu’minuun:12, ar-Rum: 20, ar-Rahman:14.25

Penciptaan manusia selanjutnya adalah proses biologi yang dapat difahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (muftah) yang tersimpan dalam tempat kokoh (rahim). Kemudian muftah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam Rahim.‘Alaqah tersebut kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu ditiupkan ruh kepadanya.26

Musa Asy’aric menyebutkan empat tahap proses penciptaan manusia yaitu: tahap jasad, tahap hayat, tahap ruh, dan tahap nafs. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Tahap Jasad

al-Qur’an menjelaskan permulaan penciptaaan manusia adalah dari tanah. Tepatnya adalah sari patinya atau sulalah.Penciptaan dari tanah ini bermakna simbolik, yaitu sari pati yang membentuk tumbuhan atau binatang yang kemudian menjadi bahan makanan bagi manusia.

2. Tahap Hayat

Awal mula kehidupan manusia menurut al-Qur’an adalah air sebagaimana tumbuhan dan binatang.Maksud air kehidupan di sini air yang hina atau

24Hisyam Thalbah, dkk. Ensiklopedia Mukjizat al-Quran dan Hadis; Kemukjizatan

Penciptaan Manusia, Jilid II (Jakarta: Sapta Sentosa, 2009), Cet. III, hlm. 31-34.

25Kementerian Agama RI, Bukhara-al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Sygma

Examedia Arkanleema. t.th.).

(12)

sperma.Sperma ini kemudian membuahi sel telur yang ada salam Rahim seorang ibu. Sperma inilah merupakan awal kehidupan (hayat) manusia.

3. Tahap Ruh

Ruh yang dimaksudkan adalah sesuatu yang diembuskan Allah dalam diri manusia dan kemudian menjadi bagian dari diri manusia. Adanya proses peniupan ruh yang ditiupkan kemudian diiringi dengan pemberian pendengaran, penglihatan dan hati merupakan bukti bahwa yang menjadi pimpinan dalam diri manusia adalah ruh. Ruh kiranya yangdapat membimbing hati.Pendengaran, dan penglihatan untuk memahami kebenaran.

4. Tahap Nafs

Kata nafs mempunyai empat pengertian yaitunafsu, nafas, jiwa, dan diri (keakuan).al-Qur’an lebih sering menggunakan kata nafs untuk pengertian diri (keakuan). Diri (keakuan) adalah dinamik kesatuan dari jasad, hayat, dan ruh.Dinamikanya terletak pada aksi atau kegiatannya.Kesatuannya bersifat spiritual yang tercermin dalam aktifitas kehidupan manusia.27

C. Fungsi danTujuan Hidup Manusia dalam Al-Qur’an

Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan manusia bukan secara main-main, melainkan dengan suatu tujuan dan fungsi. Firman Allah:

⬧⬧☺

◼⧫⧫◆◆⬧

⧫❑➔➔

“Maka, apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami”.28

Sebagai mahluk Tuhan yang diciptakan dengan bentuk raga yang sebaik-baiknya dengan rupa yang seindah-indahnya dilengkapi berbagai organ psikofisik yang istimewa seperti panca indera hati agar manusia bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahi keistimewaan-keistimewaan itu. Sebagaimana dalam Firman-Nya:

27Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam,…,hlm. 81-83.

(13)

⬧⬧◆◼

❑⬧

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik

-baiknya.”29

Serta,

⧫◼◆❑☺◆◆

⧫◆▪❑◆

⬧◆◆❑⬧◆

☺

“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia

membentuk rupamu lalu memperbagus rupamu, dan kepada-Nya tempat

kembali.”30

Lalu dengan Kemurahan-Nya,

◆⧫❑

❑☺◼➔⬧

➔◆⬧☺⧫

◆◼◆➔

⬧⬧

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati

nurani, agar kamu bersyukur.”31

Tentunya dilengkapi dengan keistimewaan akal untuk berfikir akan Tuhan-Nya. Salah satunya:

◆❑➔◆⧫◆➔

◆◆◆

◆◆⧫☺➔

✓✓◆

◆

⬧⧫❑⬧⧫

⧫⧫

(14)

“Dan Dia yang mengahamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunug dan sungai-sungai di atasnya.Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan; Dia menutup malam kepada siang.Sungguh, pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang

berfikir.”32

1. Fungsi Hidup Manusia

a. ‘Abd (Pengabdi Allah)

Salah satu ayat yang terkesan singkat namun mendalam sekali makna dan isyarat penting bagi manusia.Esensi utama manusia hidup di dunia untuk beribadah kepada Tuhan-Nya.Sebagai wujud keimanan sekaligus kewajiban dari Sang Khalik kepada makhluk-Nya.Allah ber-Firman dalam QS. Adz-Dzariyat: 56.

⧫◆→◼▪

◆➔◆

“Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”33Beberapa menafsirkan dengan, “…agar mereka menyembah-Ku.”

Ali Ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.:

“melainkan supaya mereka menyembah-Ku” yakni agar mereka mengakui kehambaan mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun terpaksa.34

Konsep ‘Abd mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah.Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan.Pemenuhan fungsi ini memerlukan penghayatan agar seorang hamba sampai pada tingkat religiusitas dimana tercapainya kedekatan diri dengan Alla SWT. Bila tingkat ini berhasil diraih, maka seorang hamba akan bersikap tawadhu’,

tidak arogan dan akan senantiasa pasrah pada semua titah perintah-Nya (tawaqqal).

32QS. Ar-Ra’d: 3. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 249. 33QS. Adz-Dzariyat: 56. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 523.

34Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Kemudahan dari Allah-Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,

(15)

Secara luas, konsep ‘Abd sebenarnya meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya.Islam menggariskan bahwa seluruh

aktivitas seorang hamba di dunia dapat dinilai ibadah manakala aktivitas itu memang ditujukan semata-mata hanya mencari ridha Allah SWT. Pada dasarnya konsep ini merupakan makna sesungguhnya ibadah manakala dipahami, dihayati, dan diamalkan, maka seoarng muslim akan menemukan jati dirinya sebagai insan paripurna (al-insan al-kamil).35

Istilah Sayyid Qutb, “Manusia yang melakukan tugas-tugas ibadah dan menunaikannya dengan baik berarti ia telah dapat

membuktikan dan melaksanakan tujuan eksistensinya,

tujuan-tujauan keberadaannya”.36 Begitupun sebaliknya apabila manusia selama hidupnya melakukan aktivitas maksiat, jauh dari kesan tugas ibadahnya, lalai dan tak peduli bahkan menjauhi diri dari ibadah, maka sesungguhnya ia telah merusak fungsi dan tujuan hidupnya sendiri.

b. Khalifah fi al-ardl (Khalifah di muka Bumi)

Manusia diciptakan bukan tanpa sebab, ia hidup dengan mengemban tugas dan amanat Allah. Karena amat mulianya manusia sebagai pengemban amanat Allah, maka manusia diberikan kedudukan sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Sebagaimana Firman Allah:

⧫⧫⬧⧫⧫◼⧫

◆❑◆◆⧫

◆✓⧫⬧⬧☺⧫⬧

◆◼◆❑

◆⧫

❑➔⬧❑

“Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat37 kepada langit,

bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah

35Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,…, hlm. 19-20.

36Sayyid Quthb, Tafsir fi Dzilalil Qur’an, Pent. As’ad Yasin dkk.,(Jakarta: Gema

Insani, 2004), Jilid 21, hlm. 67-68.

(16)

amanat itu oleh manusia.Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan

amat bodoh”.38

◆⧫⬧◆⬧◼☺



❑⬧➔

⧫→◆◆

⧫⧫◆

☺⧫⬧◆⬧⧫⬧

◼⧫⧫❑☺◼➔⬧

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’Tuhan berfirman: ’Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.”39

Kata khalifah di dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 10

kali.Banyak pengertian yang dimaksudkan al-Qur’an dengan kata ini diantaranya adalah mereka yang datang kemudian, sesudah karena dipersilihsihkan, silih berganti, dan pengganti.40

Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi, kata khalifah dalam ayat ini memiliki dua makna.Pertama, adalah pengganti, yaitu pengganti Allah SWT untuk melaksanakan titah-Nya di muka bumi.Kedua, manusia adalah pemimpin yang kepadanya diserahi tugas untuk memimpin diri dan mahluk lainnya sera memakmurkan dan mendayagunakan alam semesta bagi kepentingan manusia secara keseluruhan.41

Manusialah yang menjadi tulang punggung di permukaan bumi ini. Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi ini untuk

38QS.al-Ahzab: 72. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 427. 39QS. Al-Baqarah : 30. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 6. 40Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam,…,hlm. 84.

41Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Semarang: Toha Putra, 1985) Juz 1

(17)

kepentingan manusia:air, udara, bintang-bintang penunjuk arah di kegelapan, matahari, bulan, siang dan malam, semuanya disediakan

untuk kepentingan manusia. Manusialah yang ditakdirkan Allah mensejahterakan, memperbaiki keadaan dan menguasai bumi.Untuk itu Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi bagi kepentingan manusia.42Bahkan menjadi lebih mulia dari pada malaikat.

2. Tujuan Hidup Manusia

Salah satu implikasi terpenting dari kekhalifaan manusia di muka bumi ini adalah pentingnya kemampuan untuk memahami alam semesta tempat ia hidup dan menjalankan tugasnya.

Tujuan merupakan suatu hal yang ingin dicapai.43Tujuan hidup manusia pastilah tak terlepas dari fungsi kehadirannya di dunia.Manusia ditentukan oleh cara dirinya menetapkan tujuan. Perilakunya ditentukan apa yang diinginkannya. Arah tindakannya, sikap dan bentuk keseluruhan dari manusia itu sangat ditentukan apa yang dijadikannya sebagai tujuannya. Oleh karenanya, menentukan dan mengerti apa sebenarnya tujuan hidup di dunia ini menjadi sangat penting.44

Adapun tujuan hidup manusia dalam al-Qur’an yakni: a. Mencari Ridha Allah

Pembahasan pada point ini akan penulis awali dengan sebuah firman Allah : Q.S. At-Taubah ayat 72,

⧫◆✓⬧☺

⬧☺◆

⧫⧫

⧫◆⧫⬧

⧫◆❑◆

⧫⬧◆❑➔❑

→➔

42Endang Rifngati, Skripsi Sarjana: Konsepsi Kehidupan Manusia dalam al-Qur’an.

TulungAgung: IAIN Tulung Agung, 2015.

43Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008),

Ed. IV, hlm. 922.

(18)

“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn.dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan

yang besar”.45

Mengenai ayat ini, Imam Ghazali dalam kitab

Ihya’ ‘Ulum al-Din, memberikan penjelasan bahwa Allah lebih meninggikan Ridla-Nya daripada surga, sebagaimana Tuhan lebih meninggikan dzikir/mengingat-Nya dari pada sholat.Dari ayat tersebut bisa dipahami bahwa mencari ridha Tuhan yang memiliki surga, lebih diutamakan daripada mencari surga itu sendiri. Padahal surga adalah puncak dari apa yang diinginkan tiap orang dan senantiasa didambakannya.46

al-Qur’an menyuruh umat manusia agar meng orientasikan seluruh kegiatan, seluruh gerak dalam hidupnya untuk mendapatkan ridha Tuhan. Bukan diorientasikan untuk mendapat surga.

Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang mendukung hal ini. Di antaranya:

⧫◆

…..

❑→➔◆

⧫◆

...

“…Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari Ridlo Allah semata….”47

◼⧫⧫◼◆

◆❑➔◆⧫➔⬧⬧◼

◼◆◆❑

◼⧫◆➔⧫❑⧫⧫⬧



“Barang siapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan di berbuat baik, maka dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada

45QS. At-Taubah: 72. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm.198.

46 Imam Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum Al-Din, (Semarang: Maktabah Karya Toha Putra, t.t.),

Juz IV, hlm. 334

(19)

rasa takut pada mereka dan mereaka tidak bersedih hati”.48 (Q.S.

Al-Baqarah: 112).

Dalam ayat di atas juga dijelaskan akan dihilangkan rasa takut dan kesedihan di hati orang yang manakala menyerah diri sepenuhnya kepada Allah, taka da kerugian dalam menyembah Allah bahkan pahala yang akan mengalir padanya.

Surat al-Baqarah : 148,

◆◆❑➔

◆❑❑→⧫⬧◆

⧫⧫❑❑⬧⧫

➔☺◼

⧫⬧

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”49

b. Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam

Betapa Allah SWT sangat memuliakan manusia, terlebih dengan diberikannya akal sebagai pembeda dengan makhluk yang lain. Akal digunakan untuk berfikir maupunbelajar dan mengajar menggunakan pancaindra dan alat piker dengan kecanggihannya.

Tugas manusia bukanlah hanya membangun hubungan dengan Allah tapi juga kepada alam semesta ini.

◆❑➔◼⬧

➔☺▪➔◆❑⧫

◼☺▪❑⬧

◆❑☺◆❑➔◆

⧫

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.dan dia Maha mengetahui segala sesuatu.”50

(20)

Dalam surat Al-Anbiya’ ayat 105-107 disebutkan :

⧫◆⧫

❑✓☺◼➔

“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat

bagi semesta alam”51

Allah telah menetapkan dalam ayat ini bahwa hamba-hamba yang mewarisi bumi itu ialah hamba-hamba yang sanggup mengolah bumi dan memakmurkannya, selama dia mengikuti petunjuk Allah.52

Orang-orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa di bumi ini ialah orang-orang yang sanggup mengatur dan memimpin masyarakat,

mengolah bumi ini untuk kepentingan umat manusia, sanggup mempertahankan diri dariserangan luar dan dapat mengokohkan persatuan rakyat yang ada di negaranya. Pemberian kekuasaan oleh Allah kepada mereka bukanlah berarti Allah telah meridhai tindakan mereka, karena kehidupan duniawi lain halnya dengan kehidupan ukhrawi. Ada orang yang bahagia hidup di akhirat saja, dan ada pula yang bahagia hidup di dunia saja. Sedangkan yang dicita-citakan orang muslim adalah bahagia di dinia dan di akhirat.53

Apabila orang muslim ingin hidup bahagia di dunia dan di akhirat, mereka harus mengikuti sunnatullah di atas, yaitu taat beribadah kepada Allah, sanggup memimpin umat manusia dengan baik, sanggup mengelola bumi ini untuk kepentigan manusia, menggalang persatuan

dan kesatuan yang kuat

di antara mereka sehingga tidak mudah dipecah belah oleh musuh agar mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

51QS. Al-Anbiya’: 107. Kementerian Agama RI, Bukhara,…,hlm. 331.

(21)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dalam al-Qur’an, gambaran tentang manusia dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kategori besar : Pertama, al-Basyar. Kedua, al-Insan. Ketiga, an-Nas.

2. Dilihat dari proses penciptaanya, al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia dalam dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordiaI, yakni tahap penciptaan Adam. Kedua, disebut dengan tahapan biologi, yakni tahap penciptaan kita. Selain itu, Musa Asy’aric menyebutkan empat tahap proses penciptaan manusia yaitu: tahap jasad, tahap hayat, tahap ruh, dan tahap nafs.

3. Hidup manusia di dunia tidaklah semata-mata tanpa arti dan permainan belaka. Akan tetapi manusia hidup juga memiliki fungsi yang harus dikerjakannya dan beberapa tujuan yang harus diraihnya. Berdasarkan nash-nash al-Qur’an, fungsi hidup manusia ada dua, pertama sebagai

‘abdullah (hamba Allah). Dimana dengan fungsi ini, manusia diperintahkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya. Beribadah di sini, tidak hanya dalam arti sempit, yakni pelaksanaan simbol-simbol

keagamaan, akan tetapi lebih dalam arti luas, yakni adanya pengabdiaan seorang hamba kepada Rabbnya secara kaffah. Kedua, sebagai khalifatullah fi al-ard( wakil Allah di bumi). Dengan fungsi ini, manusia

(22)

DAFTAR PUSTAKA

‘Abdul Baqi, Muhammad Fu’ad. 1988. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh

al-Qur’an al-Karim, Qahirah: Dar al-Hadits.

al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1985. Tafsir al-Maraghi. Semarang: Toha Putra.

ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. 1999. Kemudahan dari Allah-Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani.

As, Asmaran.Pengantar Studi Tasawuf. 2002. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dalam Skripsi Sarjana. Endang Rifngati. 2015. Konsepsi Kehidupan Manusia dalam al-Qur’an. TulungAgung: IAIN Tulung Agung,

Departemen Pendidikan RI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Gramedia.

Imam Al-Ghazali. t.th. Ihya’ ‘Ulum Al-Din. Semarang: Maktabah Karya Toha Putra.

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.

Kementerian Agama RI. Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya. Bandung: Sygma Examedia Arkanleeme.

Moleong, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam-Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.

Press UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengantar: Azyumardi Azra, editor: Abuddin Nata. 2010. Tema-tema Pokok al-Qur’an tentang Ketuhanan. Bandung: Penerbit Angkasa.

Rifngati, Endang. 2015. Skripsi Sarjana: Konsepsi Kehidupan Manusia dalam

al-Qur’an. TulungAgung: IAIN Tulung Agung,

Sayyid Quthb. Pent. As’ad Yasin dkk. 2004. Tafsir fi Dzilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani.

Sevilla, Consello G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.

Shihab, M. Quraish. 1998. Membumikan Al-Qur’an, Bandung: MizanEndang.

(23)

Syafri, Ulil Amri.2014. Pendidikan Karakter Berbasis al-Qur’an. Jakarta: Rajawali Pers.

Syaria’ati, Ali.1992. al-Insan al-Islam wa Madaris al-Gharb, Terj. Afir Muhammad. Jakarta: Pustaka Hidayah.

Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani.

Thalbah, Hisyam. dkk. 2009. Ensiklopedia Mukjizat al-Quran dan Hadis; Kemukjizatan Penciptaan Manusia. Jakarta: Sapta Sentosa.

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Perikanan Kabupaten Lumajang memiliki tugas pokok dan fungsi membantu Bupati Lumajang dalam pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan di bidang Kelautan dan perikanan

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kasus akuisisi Bank Jasa Arta oleh BRI terdapat tiga perbuatan perusahaan (corporate action), yaitu akuisisi,

Potensi di bidang industri pertambangan tersebut membutuhkan strategi perencanaan dan pengembangan yang lebih komprehensif yang mempertimbangkan beberapa aspek,

Analisis vegetasi untuk pengelolaan Kawasan hutan lindung pulau marsegu, Kabupaten seram bagian barat, Provinsi maluku.. Tesis Untuk Memenuhi Sebagian

Didasarkan pada ketentuan Pasal 25 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dan disesuaikan

yang dirancang berkecepatan 40 Knot, analisa stabilitas kapal hydrofoil dalam kondisi air tenang, hydrofoil yang digunakan adalah hydrofoil type T, analisa pemilihan foil dengan

Terkait dengan tradisi pernikahan, di sini penulis akan membahas tentang adat pernikahan endogami keluarga Bani Seruji Desa Blega, Kecamatan Blega, Kabupaten

KSPPS “Sinar Sakinah Mandiri” merupakan salah satu koperasi wanita berdasarkan pada prinsip syariah yang telah melakukan kegiatan operasional selama ± 2 tahun.