• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi Data Persentase Angka Buta Hu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Eksplorasi Data Persentase Angka Buta Hu"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Salah satu dari sembilan indikator untuk menentukan kualitas pendidikan di suatu negara adalah dengan menggunakan kemampuan baca-tulis. Kemampuan baca-tulis dibagi atas tiga kategori yaitu kemampuan membaca huruf latin, huruf lainnya dan buta huruf. Buta huruf merupakan buta bahasa Indonesia, buta pengetahuan dasar yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari, buta aksara dan angka, buta akan informasi kemajuan teknologi, merupakan beban berat untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam arti mampu menggali dan memanfaatkan peluang yang ada di lingkungannya. Indonesia merupakan Negara dengan penduduk nomer empat terbanyak di dunia dengan angka buta hurufnya hanya sebesar 2.07%. Namun, di Indonesia sendiri masih terdapat kesenjangan antara angka penyebaran buta huruf di satu provisi dengan provisinsi lainnya. Salah satu metode statistika yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebaran buta huruf di Indonesia berdasarkan provinsi dan jenis kelamin adalah dengan menggunakan visualisasi data. Tujuan utama dari visualisasi data adalah untuk mengkomunikasikan informasi secara jelas dan efisien kepada pengguna lewat grafik informasi yang dipilih, seperti tabel dan grafik. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan visualisasi data untuk buta huruf di provinsi di Indonesia berdasarkan jenis kelamin dengan menggunakan peta tematik, bubble chart dan line graph. Dari hasil visualisasi data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persentase buta huruf di Indonesia relatif stabil antara masing-masing provinsi di Indonesia. Perbedaan hanya tampak di antara beberapa provinsi seperti provinsi yang memiliki angka buta huruf terendah yaitu provinsi DKI Jakarta dengan persentase laki-laki sebesar 1.07% dan perempuan sebesar 1.35%. Kesenjangan terlihat dari persentase buta huruf terbesar yakni di provinsi Papua sebesar 18.35% untuk laki-laki dan 18.87% untuk perempuan. Kesenjangan terbesar nampak terutama di usia 5-9 tahun, kemudian cenderung stabil dan pada usia 65 tahun ke atas, kesenjangan mendekati angka 0%.

Kata KunciButa Huruf, Indonesia, provinsi, visualisasi data.

I. PENDAHULUAN

atu dari sembilan indikator untuk menentukan kualitas pendidikan di suatu negara adalah dengan menggunakan kemampuan baca-tulis. Kemampuan baca-tulis dibagi atas tiga kategori yaitu kemampuan membaca huruf latin, huruf lainnya dan buta huruf. Buta huruf dalam arti buta bahasa Indonesia, buta pengetahuan dasar yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari, buta aksara dan angka, buta akan informasi kemajuan teknologi, merupakan beban berat untuk

mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam arti mampu menggali dan memanfaatkan peluang yang ada di lingkungannya [1].

Masih banyaknya buta huruf ini antara lain disebabkan adanya pertambahan penduduk buta huruf baru yang belum dicacah sebelumnya, adanya penduduk yang putus belajar sekolah dasar menjadi buta huruf kembali karena ketidakadaan bahan bacaan yang memadai dalam arti yang mampu membangkitkan minat baca masyarakat, luas wilayah pelayanan dan sulitnya transportasi mengakibatkan banyak warga masyarakat yang belum terlayani. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, Indonesia merupakan Negara dengan penduduk nomer empat terbanyak di dunia, namun angka buta hurufnya hanya sebesar 2.07%. Saat ini, angka buta aksara masih terdapat di sejumlah provinsi, yakni Papua (28,75%), NTB (7,91%), NTT (5,15%), Sulawesi Barat (4,58%), Kalimantan Barat (4,50%), Sulawesi Selatan (4,49%), Bali (3,57%), Jawa Timur (3,47%), Kalimantan Utara (2,90%), Sulawesi Tenggara (2,74%), dan Jawa Tengah (2,20%). Sementara di 23 provinsi lainnya, keadaan buta huruf sudah berada di bawah angka nasional. Jika dilihat dari perbedaan gender, tampak bahwa perempuan memiliki angka buta huruf lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah 1.157.703 orang laki-laki dan 2.258.990 perempuan [2].

Dengan adanya kesenjangan buta huruf yang terjadi di Indonesia, khususnya di beberapa provinsi tertentu di Indonesia, maka dapat dilakukan beberapa klasifikasi angka buta huruf di Indonesia berdasarkan provinsi yang ada di Indonesia dan jenis kelamin. Salah satu metode statistik yang umum digunakan berdasarkan uraian diatas adalah visualisasi data. Tujuan utama dari visualisasi data adalah untuk mengkomunikasikan informasi secara jelas dan efisien kepada pengguna lewat grafik informasi yang dipilih, seperti tabel dan grafik [3]. Visualisasi yang efektif membantu pengguna dalam menganalisa dan penalaran tentang data dan bukti. Dengan adanya berbagai software pendukung, tentunya proses visualisasi suatu data akan menjadi semakin mudah dan relevan dengan berbagai tampilan yang memiliki estetika tertentu dengan fakta-fakta data di dalamnya.

Hasil visualisasi yang diperoleh harapannya akan mempermudah proses klasifikasi angka buta huruf di Indonesia, baik berdasarkan provinsi di Indonesia, maupun dalam kategori laki-laki maupun perempuan. Bentuk visualisasi yang akan

Eksplorasi Data Persentase Angka Buta

Huruf di 33 Provinsi Indonesia Berdasarkan

Jenis Kelamin pada Tahun 2010

Azizah, Wanindyatami Firstidi Putri, Vienesca Laurencia, dan Novri Suhermi

Departemen Statistika, Fakultas Matematika, Komputasi, dan Sains Data,

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail

: novri@statistika.its.ac.id

(2)

ditampilkan antara lain piramida penduduk, peta tematik, dan berbagai statistika deskriptif lainnya yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam analisa lebih lanjut dan sebagai identifikasi provinsi manakah yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pendidikan terutama dalam angka buta huruf.

II. TINJUANPUSTAKA A. Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna [4]. Berikut ini beberapa ukuran mengenai statistika deskriptif

Mean

Mean merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk menggambarkan ukuran tendensi sentral. Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata data tidak berkelompok adalah sebagai berikut [4].

𝑥̅ =∑ Xi

n =

X1+X2 + …+ Xn

𝑛 (1) Keterangan :

𝑥̅ = Mean (rata-rata)

𝑋𝑖= Nilai data ke i, i= 1,2,…,n n = Jumlah sampel

Varians

Varians adalah salah satu ukuran variabilitas (measure of dispersion) yang paling sering digunakan jika data yang diukur berskala interval. Varians didefinisikan sebagai rata-rata dari skor penyimpangan kuadrat [4]. Rumus hitungnya adalah sebagai berikut :

𝑠2 =∑(𝑋𝑖−𝑥̅)2

𝑛 (2) Keterangan :

𝑠2 = Varians untuk populasi 𝑋𝑖 = Data ke-1,2,3... 𝑋̅ = Rata-rata n = Jumlah sampel

Maksimum dan Minimum

Maksimum (max) yaitu nilai terbesar dari suatu pengamatan. Sedangkan minimum (min) merupakan kebalikan dari maksimum yang berarti nilai terkecil dari suatu pengamatan.

B. Pengertian Penduduk

Pengertian PendudukPenduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan salingberinteraksi satu sama lain secara terus menerus / kontinu. Dalamsosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempatiwilayah geografi dan ruang tertentu. Penduduk suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua [5]:

1. Orang yang tinggal di daerah tersebut

2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut C. Pengertian Buta Huruf

Buta huruf dalam arti buta bahasa Indonesia, buta pengetahuan dasar yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari, buta aksara dan angka, buta akan informasi kemajuan

teknologi, merupakan beban berat untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam arti mampu menggali dan memanfaatkan peluang yang ada di lingkungannya [1].

Tentang pengertian buta huruf menurut Wahyuni Wulan (2013) adalah merupakan kelompok masyarakat yang tidak mungkin mendapatkan pelayanan pendidikan sekolah karena sebagian besar mereka telah berusia lanjut, sedangkan usia sekolah pada umumnya sudah masuk jalur persekolahan, mereka pada umumnya berasal dari keluarga miskin yang tidak mampu memikul biaya pendidikan yang diperlukan.

Penyebab buta aksara yang terjadi di Indonesia adalah karena mereka tidak pernah bersekolah sama sekali atau putus sekolah yang disebabkan oleh banyak faktor yang diantaranya adalah faktor budaya, sosial, politik, ekonomi, dan gender. Dan adapun factor-faktor lainnya yang menyebabkan buta huruf adalah sebagai berikut:

1. Kemiskinan.

Kemiskinan adalah faktor utama yang membuat seseorang menjadi buta aksara karena untuk makan sehari-hari juga masih sulit apalagi untuk mengenyam bangku sekolah, meskipun sekarang sudah yang namanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tapi dana tersebut banyak di korupsi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

2. Jauh dengan layanan pendidikan.

Layanan pendidikan yang jauh juga menjadi faktor seseorang menjadi buta aksara, contohnya saja di daerah pedalaman atau daerah terpencil sangat jauh ke sekolah dasar sekalipun, apalagi ke sekolah lanjutan. Mereka yang di daerah terpencil harus berangkat pagi-pagi sekali atau jam lima pagi karena jarak rumahnya dengan sekolah sangat jauh.

3. Anggapan orang tua.

Orang tua menganggap bahwa sekolah adalah perbuatan yang sia-sia, tidak penting dan lebih baik menyuruh anak mereka untuk membantu berladang, berternak, berjualan,menggembalaa hewan, atau bahkan mereka mereka menyuruh anak mereka untuk mengemis atau ngamen di jalan.

D. Peta Tematik

Peta tematik (juga disebut sebagai peta statistik atau peta tujuan khusus) menyajikan patron penggunaan ruangan pada tempat tertentu sesuai dengan tema tertentu. Berbeda dengan peta rujukan yang memperlihatkan pengkhususan geografi (hutan, jalan, perbatasan administratif), peta-peta tematik lebih menekankan variasi penggunaan ruangan daripada sebuah jumlah atau lebih dari distribusi geografis. Distribusi ini bisa saja merupakan fenomena fisikal seperti iklim atau ciri-ciri khas manusia seperti kepadatan penduduk atau permasalahan kesehatan [6].

E. Piramida Penduduk

(3)

absolut maupun relatif dalam skala tertentu. Pada sumbu vertikal, statistik penduduk laki-laki digambarkan di sisi sebelah kiri, sedangkan perempuan di sisi sebelah kanan [5].

Adapun informasi yang dapat diperoleh berdasarkan piramida penduduk adalah sebagai berikut:

 Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan  Penduduk kelompok anak-anak, dewasa dan orang tua  Jumlah angkatan kerja

 Jumlah lapangan kerja yang dibutuhkan  Angka ketergantungan

 Rasio laki-laki perempuan

 Kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan  Perkiraan jumlah kelahiran yang akan datang

Berdasarkan umur, jenis kelamin, dan karakteristik penduduk suatu daerah atau negara, terdapat 3 jenis piramida penduduk, yaitu Piramida Penduduk Muda (ekspansif), Piramida Penduduk Dewasa (stasioner), dan Piramida Penduduk Tua (konstruktif).

1. Piramida Penduduk Muda (ekspansif)

Gambar piramida penduduk muda berbentuk kerucut dengan alas yang lebar dan puncak yang meruncing. Piramida penduduk muda menggambarkan pertumbuhan penduduk yang pesat. Selain itu, pada piramida penduduk muda, jumlah penduduk usia muda merupakan jumlah yang dominan. Contoh negara dengan piramida penduduk muda adalah Indonesia dan Cina.

2. Piramida Penduduk Dewasa (stationer)

Piramida ini menggambarkan negara atau daerah dengan pertumbuhan penduduk yang stabil. Dalam piramida penduduk dewasa, angka kelahiran (natalitas) dan angka kematian (mortalitas) cenderung seimbang. Oleh karena itu, jenis piramida penduduk dewasa sangat sering ditemukan di negara maju, seperti Amerika Serikat dan Inggris.

3. Piramida Penduduk Tua (Konstruktif)

Piramida penduduk tua menggambarkan kondisi daerah atau negara yang angka pertumbuhan penduduknya cenderung mengalami penurunan. Gambar piramida penduduk tua berbentuk batu nisan dan terdapat antara lain di Jerman, Belgia, dan Swedia.

F. Grafik/Diagram

Grafik data disebut juga diagram data, adalah penyajian data dalam bentuk gambar-gambar. Grafik data biasanya berasal dari tabel dan grafik biasanya dibuat bersama-sama, yaitu tabel dilengkapi dengan grafik. Grafik data sebenarnya merupakan penyajian data secara visual dari data bersangkutan. Dengan grafik dapat memberikan informasi dengan cepat yang dikandung dari sekelompok data dalam bentuk yang ringkas [7].

Diagram biasanya lebih menarik dibandingkan penyajian data dengan menggunakan tabel. Hal ini bisa dimungkinkan karena dengan diagram kita bisa ditambahkan manipulasi warna. Grafik data dibedakan atas beberapa jenis, yaitu [7]:  Grafik garis (line chart)

a. Grafik garis tunggal (single line chart) Yaitu grafik yang terdiri dari satu garis untuk menggambarkan perkembangan (trend) dari suatu karakteristik.

b. Grafik garis berganda (multiple line chart) Yaitu grafik yang terdiri dari beberapa garis untuk menggambarkan beberapa hal/kejadian sekaligus.  Grafik Batangan (Bar chart)

Grafik batangan adalah grafik data berbentuk persegi panjang yang lebarnya sama dan dilengkapi dengan skala atau ukuran sesuai dengan data yang bersangkutan. Setiap batang tidak boleh saling menempel atau melekat antara satu dengan lainnya dan jarak antara setiap batang yang berdekatan harus sama. Ada berbagai bentuk, yaitu [7]: a. Grafik batangan tunggal (single bar chart)

Yaitu grafik yang terdiri dari satu batangan untuk menggambarkan perkembangan (trend) dari suatu karakteristik.

b. Grafik batangan berganda (multiple bar chart) Yaitu grafik yang terdiri dari beberapa garis untuk menggambarkan beberapa hal/kejadian sekaligus.  Bubble Chart

Bagan gelembung adalah variasi dari grafik pencar di mana titik data diganti dengan gelembung, dan dimensi tambahan data diwakili dalam ukuran gelembung. Sama seperti bagan sebar, bagan gelembung tidak menggunakan sumbu kategori - sumbu horizontal dan vertikal adalah sumbu nilai. Selain nilai x dan nilai y yang diplot dalam bagan sebar, bagan gelembung memplot nilai x, nilai y, dan z (ukuran) [7].

III. METODOLOGIPENELITIAN

A. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder mengenai “Buta Huruf” melalui website https://www.bps.go.id. Data tersebut diakses pada hari Jumat, 18 Mei 2018 pukul 10.00 WIB.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel buta huruf di 33 provinsi Indonesia berdasarkan jenis kelamin.

C. Langkah Analisis

Langkah analisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Mengumpulkan data persentase angka buta huruf di

Indonesia.

2. Melakukan identifikasi variabel dan merumuskan masalah. 3. Melakukan analisis karakteristik data.

4. Melakukan visualisasi data menggunakan piramida penduduk, peta tematik, bubble chart dan line graph. 5. Menginterpretasikan hasil analisis dari setiap visualisasi

data

6. Menarik kesimpulan dan saran.

IV. HASILDANPEMBAHASAN

(4)

A. Karakteristik Data

Berikut adalah karakteristik persentase angka buta huruf pada 33 Provinsi di Indonesia berdasarkan jenis kelamin menggunakan metode statistika deskriptif pada diagram batang berganda.

Gambar 1. Diagram Batang Angka Buta Huruf di Indonesia.

Berdasarkan Gambar 1 diagram batang menunjukan penyebaran persentase angka buta huruf di Indonesia berdasarkan 33 provinsi dan jenis kelamin. Dari diagram batang di atas, dapat diketahui bahwa persentase buta huruf di Indonesia cenderung stabil dan merata, namun hanya terdapat beberapa provinsi yang memiliki karakteristik yang cukup signifikan satu dan yag lainnya dengan angka buta huruf terendah adalah di provinsi DKI Jakarta dengan persentase laki-laki sebesar 1.07% dan perempuan sebesar 1.35%. Kesenjangan terlihat dari persentase buta huruf di provinsi Papua sebesar 18.35% untuk laki-laki dan 18.87% untuk perempuan. B. Piramida Penduduk

Piramida penduduk dapat menunjukkan komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin. Dua diagram batang, pada satu sisi menunjukkan jumlah penduduk laki-laki dan pada sisi lainnya bisa menunjukkan jumlah penduduk perempuan dalam kelompok interval usia penduduk lima tahunan. Grafik dapat menunjukkan persentase jumlah buta huruf terhadap jumlah penduduk total. Berikut merupakan piramida penduduk berdasarkan angka buta huruf di Indonesia pada Tahun 2010 untuk rentang umur 5 hingga 95+.

Gambar 2. Piramida Penduduk Angka Buta Huruf di Indonesia.

Berdasarkan Gambar 2, bentuk piramida penduduk Indonesia berdasarkan angka buta huruf dapat dikategorikan dalam kategori piramida penduduk tua (konstruktif). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah angka buta huruf di Indonesia mengalami penurunan. Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan tingkat angka buta huruf yang lebih rendah dari tingkat penduduk yang tidak dikategorikan dalam penduduk angka buta huruf atau bersifat konstruktif. Piramida penduduk ini memiliki umur median (pertengahan) sangat tinggi.

C. Peta Tematik

Peta tematik mampu memberikan bentuk visualisasi untuk mengetahui jumlah buta huruf terbesar di Indonesia berdasarkan mapping yang dilambangkan dengan simbol tertentu. Berikut adalah peta tematik yang tebentuk berdasarkan persentase angka buta huruf di Indonesia.

Gambar 3. Peta TematikAngka Buta Huruf di Indonesia.

Berdasakan Gambar 3, peta tematik menunjukan pemetaan provinsi Papua memiliki lingkaran paling besar dengan warna biru pekat, sedangkan tingkat buta huruf terendah dimiliki oleh provinsi DKI Jakarta dengan simbol lingkaran yang hampir tidak terlihat.

D. Bubble Chart

Bubble Chart dapat digunakan untuk mengidentifikasi secara visual besarnya jumlah buta huruf dari masing-masing provinsi di Indonesia. Berikut bubble chart angka buta huruf di Indonesia.

Gambar 4. Bubble Chart Angka Buta Huruf di Indonesia.

Dari Gambar 4, terlihat bahwa pemegang jumlah buta huruf tertinggi adalah provinsi Papua (ditunjukan dengan warna hijau yang pekat dan bubble dengan ukuran terbesar) dan pemegang jumlah buta huruf terendah adalah provinsi DKI Jakarta (ditunjukkan dengan warna hijau pudar jadi abu dan bubble dengan ukuran terkecil).

Hal tersebut mendasari analisis selanjutnya untuk mengetahui besarnya kesenjangan buta huruf di Indonesia berdasarkan provinsi tertinggi dan terendah angka buta hurufnya.

E. Line Graph

(5)

berganda yang terbentuk dari dua daerah ini.

Gambar 5. Line Graph Angka Buta Huruf di DKI Jakarta vs Papua

Perbandingan antara DKI Jakarta dan Papua dipilih dikarenakan DKI Jakarta dan Papua merupakan dua provinsi yang paling memiliki kesenjangan. Dari gambar 5, terlihat bahwa persentase buta huruf terbesar berada di kelompok umur 5-9 tahun kemudian konstan hingga di umur 65 ke atas, kesenjangan hampir tidak nampak dan mendekati angka 0%.

V. KESIMPULANDANSARAN A. Kesimpulan

Dari hasil visualisasi yang telah dilakukan melalui diagram batang, piramida penduduk, peta tematik, bubble chart, dan line graph, maka dapat disimpulkan bahwa persentase buta huruf di Indonesia relatif stabil antara masing-masing provinsi di Indonesia. Perbedaan hanya tampak di antara beberapa provinsi seperti provinsi yang memiliki angka buta huruf terendah yaitu provinsi DKI Jakarta dengan persentase laki-laki sebesar 1.07% dan perempuan sebesar 1.35%. Kesenjangan terlihat dari persentase buta huruf terbesar yakni di provinsi Papua sebesar 18.35% untuk laki-laki dan 18.87% untuk perempuan. Kesenjangan terbesar nampak terutama di usia 5-9 tahun, kemudian cenderung stabil dan pada usia 65 tahun ke atas, kesenjangan mendekati angka 0%.

B. Saran

Dalam proses visualisasi data sebaiknya dilakukan pemilihan metode visualisasi yang tepat dan dilakukan dengan teliti dan cermat agar dapat menginterpretasikan data secara tepat dan tidak menimbulkan kesalahan dalam proses visualisasi yang akan digunakan untuk analisis data selanjutnya. Dan pada data sekunder mengenai persentase angka buta huruf yang diproleh dari bps.go.id perlu dilakukan pengolahan data terlebih dahulu agar tidak menghasilkan analisis yang bias.

DAFTARPUSTAKA

[1] Umberto, S. (2001). Pendidikan Luar Sekolah: Masalah, tantangan dan

peluang, Yogyakarta: Wikarasa.

[2] Badan Pusat Statistik (BPS) diakses dari http://www.bps.go.id/, diakses pada tanggal 18 Mei 2018 pada pukul 10.47 WIB.

[3] Klirk, A. (1993). Data Visualisation: A Handbook for Data Driven

Design. Singapore: SAGE Publications Asia-Pasific.

[4] Muchson (208). Statistika Deskriptif. Jakarta: Guepedia.

[5] Irianto, Agus (2016). Demografi dan Kependudukan, Jakarta: Kencana [6] Satria, Dias. (2016). Infografi dan Peta Tematik Data Sosial Ekonomi,

Malang: UB Press.

[7] Tank, Barrister (2013). Penyajian Data Dalam Statistika, California: Berkeley.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Persentase Angka Buta Huruf pada 33 Provinsi di Indonesia

Provinsi

Buta Huruf Persentase

perempuan

Persentase laki laki

Aceh 4.713643979 3.486020054

Sumatra Utara 3.560834309 2.755649281

Sumatra Barat 4.23662674 3.418447266

Riau 3.108942154 2.644330019

Jambi 4.46399501 3.050066309

Sumatra Selatan 3.473393111 2.767256508

Bengkulu 4.558582747 3.221123964

Lampung 4.040408746 2.915161606

Kep. Bangka Belitung 3.893749407 2.993295894

Kepulauan Riau 2.712289361 2.260771086

DKI Jakarta 1.353787889 1.069291361

Jawa Barat 3.574326422 2.544007121

Jawa Tengah 6.434332753 6.08846405

DI Yogyakarta 6.898463023 3.355654371

Jawa Timur 7.513979962 4.286541135

Banten 3.593727464 2.631709128

Bali 7.718979344 4.255095378

Nusa Tenggara Barat 12.7481312 8.279048874

Nusa Tenggara Timur 8.889905295 7.5099548

Kalimantan Barat 7.161330191 4.817573258

Kalimantan Tengah 3.254902892 2.654132212

Kalimantan Selatan 3.959178332 2.738772635

Kalimantan Timur 2.982666711 2.446490725

Sulawesi Utara 1.686118973 1.804321825

Sulawesi Tengah 4.812629716 4.415190517

Sulawesi Selatan 8.149082169 6.449576476

Sulawesi Tenggara 7.377751573 5.464933277

Gorontalo 4.251122959 5.058646707

Sulawesi Barat 9.210091839 7.54085639

Maluku 3.408033035 3.046657162

Maluku Utara 4.091943824 3.435923847

Papua Barat 6.391055822 5.356127749

(6)

Lampiran 2. Data Persentase ABH di Indonesia Berdasarkan Keolmpok Umur

Kelompok Umur

Persentase laki laki

Persentase perempuan

5-9 3359847 3011684

10-14 217611 160158

15-19 155506 122176

20-24 144055 155957

25-29 172812 217187

30-34 197973 283545

35-39 229998 386954

40-44 322048 639041

45-49 419245 825764

50-54 483821 945403

55-59 433660 826627

60-64 434072 958046

65-69 411028 933878

70-74 403641 929093

75-79 267017 598686

80-84 172903 382106

85-89 71987 152715

90-94 28962 68145

95+ 16962 44990

Lampiran 3. Data ABH di Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Papua

Kelompok Umur

Persentase Buta Huruf (DKI Jakarta)

Persentase Buta Huruf (Papua)

5-9 1,63 7,46

10-14 0,04 3,94

15-19 0,02 2,88

20-24 0,02 2,78

25-29 0,02 3,47

30-34 0,03 4,19

35-39 0,04 4,14

40-44 0,06 3,33

45-49 0,09 2,36

50-54 0,10 1,29

55-59 0,07 0,66

60-64 0,07 0,38

65-69 0,07 0,18

70-74 0,07 0,09

75-79 0,04 0,05

80-84 0,03 0,02

85-89 0,01 0,01

90-94 0,01 0,01

Gambar

Gambar 4. Bubble Chart Angka Buta Huruf di Indonesia.
Gambar 5. Line Graph Angka Buta Huruf di DKI Jakarta vs Papua

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh pengaruh dimensi kualitas pelayanan, pemulihan kegagalan pelayanan, dan keadilan pemulihan terhadap loyalitas

Untuk
 mendapatkan
 kartu
 kredit,
 Anda 
 bisa 
 menghubungi 
bank
 tempat
 di
 mana
 Anda 
 membuka 
 rekening
 atau
 bank‐bank
 yang
 khusus

Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Fisik Barang Milik Negara di Lingkungan Badan Kepegawaian Negara adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian

Hasil penelitian ini menunjukkan Kompetensi, independensi, dan motivasi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat Kabupaten

Tujuan umum dari penelitian ini untuk memaparkan perilaku belajar matematika siswa Sekolah Luar Biasa Tunagrahita Mampu Didik Bagaskara Sragen. Tujuan khusus

Setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil jumlah menjingkat masing-masing mencit selama lima menit pada kelompok I yang tertinggi 83 kali dan yang terendah 55 kali

Sekolah (Studi di SDN Ungaran 02, 04)” yang bertujuan untuk mengetahui akar permasalahan rendahnya mutu sekolah, mengetahui akar permasalahan kurang bagusnya citra (image)

ditarik kesimpulan bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi bertentangan dengan perlindungan hukum dan keadilan sebagaimana yang dijaminkan oleh UUD 1945 Pasal 28 D ayat