• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANOTASI ARTIKEL KU TITIPKAN BANGSA DAN (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANOTASI ARTIKEL KU TITIPKAN BANGSA DAN (2)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ANOTASI ARTIKEL KU TITIPKAN BANGSA DAN NEGARA INI KEPADAMU : BERBAGAI KESAKSIAN TENTANG AKHIR HIDUP SUKARNO

NAMA : ELSY PRIYANA SITORUS NIM : 171314034

a. Judul : Ku Titipkan Bangsa Dan Negara Ini Kepadamu: Berbagai Kesaksian Tentang Akhir Hidup Sukarno1

b. Nama Pengarang : Brigida Intan

c. Jurnal : Historia Vitae

d. Penerbit : Prodi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Sanata Dharma

e. Tahun Terbit : 2015

f. Ringkasan isi : 5 halaman

RINGKASAN ISI

Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai kesaksian tentang akhir hidup Sukarno. Hasil penulisan menunjukkan bahwa Sukarno menjadi “Bapak Bangsa” dan telah menitipkan negara ini untuk kita. Namun banyak yang bersaksi bahwa Sukarno wafat dengan penderitaan karena politik negara ini. Artikel ini membawa nilai moral supaya setiap orang dapat menghargai para pemimpin yang telah berjuang kepada negara sekalipun banyak kelemahan yang terjadi, namun mereka telah memperjuangkan negara untuk kesejahteraan di masa yang akan datang.

Dalam proklamasi tertulis “Atas nama bangsa Indonesia”, menandakan rakyatlah yang menang dan berkuasa. Inilah sistem demokrasi yang adil dan tidak ada ketimpangan di dalamnya. Apa yang terjadi pada bangsa di awal abad 21 sama seperti 1 Brigida Intan, Ku Titipkan Bangsa Dan Negara Ini Kepadamu: Berbagai Kesaksian

Tentang Akhir Hidup Sukarno . (Vol. 29, No. 2; Yogyakarta: Prodi Pendidikan Sejarah, FKIP,

(2)

yang dikatakan oleh Winston Churchill dalam demokrasi modern bahwa: “Memang demokrasi itu bentuk pemerintahan yang jelek tetapi yang lebih tidak ada”. Ini yang menimpa bangsa saat ini untuk mencari jalan terbaikpun terdapat banyak gejolak dalam pelaksanaan pemerintahan.

Pelaksanaan pemerintahan yang demokratis sangat memerlukan loyalitas. Sukarno sempat dikenal sebagai pemimpin yang memiliki loyalitas yang tinggi karena keberanian dan perjuangannya bagi bangsa Indonesia. Yang menimpa bangsa ini ialah krisis mental. Tidak ada lagi etika dan keterbukaan ditambah satu masalah etika yang besar yaitu praktek korupsi. Korupsi sudah menyangkut moral bangsa dan moral pribadi yang melakukan tindakan tidak terpuji.

Apakah keadilan masih ada? Apakah para pendiri bangsa memimpin dengan dalil kepentingan pribadi? Sukarno sebagai Bapak bangsa mencoba memperjuangkan bangsa di atas tangannya, meski sulit dan terasa berat. Meski Sukarno sebagai seorang pemimpinpun banyak kekurangan dan kelemahan, namun ia menjadi sosok yang menginspirasi untuk memiliki integritas. Setiap orang memiliki kesempatan untuk memimpin sehingga didalam dirinya muncul karakter yang beretika, memiliki loyalitas dan integritas.

Di penghujung usia ada banyak kesaksian dari orang-orang terdekat Sukarno. Para ahli sejarah mencoba menelusuri jejak para saksi, namun semakin tua seseorang ingatannya semakin berkurang. Bahkan dari narasumber ada upaya untuk menolak mengisahkan kembali. Harus dengan pendekatan dan wawancara beberapa kali hingga bisa menemukan peristiwa mendalam tentang wafatnya Presiden Sukarno.

MASA TRANSISI PENUH GEJOLAK

Pada Maret 1966 Presiden Sukarno dipaksa mendelegasikan kekuasaan melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) kepada jendral Suharto. Berbekal supersemar, yang kebenarannya sulit di buktikan, Suharto membubarkan PKI untuk mengisolasi presiden Sukarno. Sukarno menyadari bahwa ucapan-ucapannya tentang PKI dan lain-lain sudah tidak di perdulikan. Kekuasaannya telah lolos dari tangannya.

(3)

supersemar menjadi Ketetapan MPRS Nomor IX/MPRS/1966. Dalam SI MPRS yang digelar kemudian Jendral Suharto sebagai Panglima KOPKAMTIB memberikan laporan sejauh mana keterlibatan Sukarno dalam gerakan 30 September.

PEMBELAAN DARI PARA SAHABAT

Sesungguhnya masih banyak rakyat yang berdiri dan siap membela Presiden Sukarno hingga darah penghabisan. Namun Presiden Sukarno memilih untuk “tenggelam” atau “hilang” daripada tetap muncul dan mempertahankan kekuasaannya. Jika Sukarno memutuskan untuk maju selangkah, maka akan meletus perang saudara. Ia tidak mau menghacurkan persatuan bangsa yang sudah di perjuangkan sejak masa mudanya.

Kepada sahabatnya Roeslan Abdulgani, Sukarno mengatakan “sekali lagi Cak, realakan saya tenggelam. Asal jangan bangsa ini dirobek-robek Nekolim dan kaki tangannya”. Pada tanggal 12 Maret pukul 13.30, ketua MPRS menetapkan TAP MPRS nomor XXXIII/MPRS/1967. Sukarno di copot kekuasaan secara eksekutif dan mengangkat Jendral Suharto, sebagai Pejabat Presiden menggantikan Sukarno.

Sesungguhnya Sukarno telah mencium adanya bahaya sehingga mempercepat rapat lebih lanjut dengan pimpinan ABRI. Pada akhir April, Sukarno menggantikan keanggotaan DPA sesuai dengan keinginannya. Suharto menanggapi dengan mencegah terlaksananya rapat dan melanjutkan menghilangkan pengaruh PNI dari tubuh DPR dan MPRS. Sukarno membalas dengan mengancam untuk membubarkan MPRS dan tuntutan terselenggaranya pemilu, untuk sementara, bersama dengan komisi Nasional, memerintah dengan revolusi. Angkatan Darat menolak untuk tunduk pada upaya Sukarno memegang peranan. MPRS memutuskan untuk mengadopsi dan menyetujui kebijakan Presiden yang ditetapkan dalam supersemar dan diserahkan kepada Letnan Jendral Suharto. Pengesahan ketetapan ini menjadi tugas paling mendasar MPRS karena hal ini berarti meninggikan status supersemar dari pelimpahan wewenang presiden. Ini yang menajdi keputusan dari badan tertinggi negara yang tidak bisa di batalkan oleh presiden.

(4)

mengharap seluruh rakyat, termasuk anggota MPRS agar selalu mengikuti, menjalankan dan melaksanakan semua yang termaktub dalam kepemimpinan saya”.

BEBERAPA HASIL CHEK UP

Hasil general chek up pada 30 Juli 1967 tercatat bahwa tensi Sukarno tinggi (180-190/110-130). Hal ini disebabkan oleh ginjal kiri sudah tidak berfungsi sedangkan fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Untuk itu, tim dokter menyaranka agar Sukarno tidak melakukan aktivitas (terutama kerja berat), pantang garam, dan membatasi kalori makanan. Di anjurkan pula agar Sukarno banyak minum air putih, minimal tiga liter sehari. Hartini sebagai istri juga sudah mengingatkan suaminya untuk masalah ini.

Penderitaan seolah bertambah, Sukarno kerap mengeluh. Hartini merasakan benar apa yang dirasakan suaminya itu. Sukarno sendiri sering memikirkan pendidikan anak-anaknya dari Fatmawati. Kecemasan itu sempat terobati, namun pada awal Agustus 1967, seluruh keluarga Sukarno di ultimatum meninggalkan istana dalam 2x24 jam. Sukarno sekeluarga pindah ke Batu Tulis, meski pindah ternyata tidak mengurangi sakitnya Sukarno. Jika di lihat dari cattan medis dokter pribadi Sukarno, kondisinya cenderung makin memburuk. Selain ginjal, jantung serta darah tinggi muncul diagnosis batu.

Pada tanggal 20 Oktober 1968, M. Panggabean sebagai Pangkopkamtib membentuk tim dokter yang bertugas memeriksa dan merawat Sukarno. Dalam menjalankan tugas, tim dokter harus berhubungan dengan Pagdam Jaya selaku Laksus Pangkopkamtib Jaya. Pada tanggal 29 Oktobet 1968, Pangdam Jaya menulis surat yang isinya memutuskan para dokter senantiasa berhubungan dengan Mayor Jendral TNI dr Rubiono dan Brigadir Jendral Tni dr. Hasan.

(5)

keracunan sekarang menjadi fatal baginya. Ia tidak bisa bangkit lagi dari tempat tidurnya, juga tidak untuk pada 6 Juni merayakan hari ulang tahunnya.

KESAKSIAN DARI DOKUMEN MILIK SUAMI SITI KHADIJAH SUROYO

Pengalaman menarik terjadi saat presiden ingin menghadiri pernikahan salah seorang putrinya. Ironisnya, tidak ada orang yang mau mengantar jemput, padahal kesehatannya semakin memburuk, karena memaksakan diri untuk hadir, Presiden Sukarno pun pergi dengan naik mobil Suroyo ke pernikahan itu. Selama beberapa hari Sukarno tidak pulang. Ketika pulang, ia mengatakan kondisi Sukarno semakin parah, dan dalam keadaan tidak sadar. Keesokan harinya ketika Suroyo kembali ke RS, Presiden Sukarno telah wafat. Jenazahnya dibawa ke Wisma Yaso. Karena di larang melayat ke Wisma Yaso, Suroyo pun setelah terserang stroke. Beberapa bulan istri Suroyo membersihkan rak bukunya. Ternyata secara tidak sengaja ditemukan dua map berisi dokumen kesehatan Presiden Sukarno dan Sembilan buku catatan harian semasa presiden dirawat di Wisma Yaso.

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga, faktor pendukung pelaksanaan PSG pada DUDI Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Klaten, yaitu kesadaran siswa sendiri, fasilitas sekolah, kesadaran dari guru, biaya,

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengubah kesalahpahaman dan meningkatkan minat konsumen untuk membeli produk organik di Malaysia dengan menggunakan variabel

この航空会社を頻繁に利用するのはやめようと 思っている。 多少値上がりしてもこの航空会社を利用するだ

Orang probandus dibaringkan dengan posisi horizontal, kemudian disiapkan termometer yang dibersihkan dengan alkohol, air raksa diturunkan dengan merendam termometer dalam

menyanyi atau paduan suara, melainkan juga belajar memainkan instrumen organ atau orgel pipa, yang juga dibimbing oleh Romo Soetanto dan dibantu oleh senior- senior. Hal

Hal ini mengisyaratkan kalau sebenarnya datang dengan membawa beban ghulul itu bukan dalam bentuk yang sebenarnya akan tetapi apapun yang seseorang gelapkan dari

Distribusi karakteristik dasar subjek penelitian pada kedua kelompok uji meliputi, jenis kelamin, pendidikan ibu, pendapatan orang tua perbulan, status gizi, rerata frekuensi

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis pengendalian kualitas pada proses produksi ikan tuna di PT Kelola Mina Laut dengan menggunakan metode Statistical Process Control