1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses yang terintgrasi dan komprehensif
dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Di samping mengandalkan
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan perkapita penduduk..
Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan kemakmuran
masyarakat. Salah satu upaya untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu
melalui pembangunan perekonomian.
Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada
wilayah analisis. Tingkat pendapatam dapat diukur dari total pendapatan wilayah
maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Menganalisis
suatu region atau membicarakan pembangunan regional tidak mungkin terlepas
dari membahas tingkat pendapatan masyarakat di wilayah tersebut. Ada beberapa
parameter yang bisa digunakan untuk mengukur adanya pembangunan wilayah.
Salah satu parameter terpenting adalah meningkatnya pendapatan masyarakat.
Parameter lain, seperti peningkatan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan
juga sangat terkait dengan peningkatan pendapatan wilayah. Pembangunan
wilayah haruslah bersangkut paut dengan peningkatan pendapatan masyarakat
wilayah tersebut, yaitu yang dimaksud adalah pendapatan rata-rata (income per
capita), (Tarigan, 2005).
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan dari
2 ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki
pengunaan sumber daya publik yang tersedia di daerah dan untuk memperbaiki
kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumber dayanya secara
bertanggungjawab. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu
daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi (economic entity)
yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain. Ada
dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah, yaitu:
(1) tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang
mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya;
(2) kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh
setiap sektor secara berbeda-beda , misalkan beberapa daerah mengalami
pertumbuhan pada sektor industrinya sedangkan daerah lain mengalami
penurunan. Inilah yang menjelaskan perbedaan perspektif masyarakat daerah
mengenai arah dan makna pembangunan daerah (Kuncoro,2014).
Kemampuan setiap daerah untuk membangun daerahnya masing-masing
berbeda, karena dipengaruhi oleh adanya perbedaan potensi sumber daya yang
dimilikinya seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan
serta sumber daya sosial. Dalam proses pembangunan ada daerah yang melimpah
sumber daya alam tetapi kurang dalam sumber daya manusia, namun ada daerah
yang sebaliknya kurang dakam hal sumber daya alam tapi melimpah dalam
sumber daya manusia, baik secara kualitas maupun kuantitas. Keadaan ini
3 yang mengakibatkan tingkat kesenjangan ekonomi dan ketimpangan kesejahteraan
di masing-masing daerah meningkat (Bachtiar, 2017).
Kesenjangan berarti suatu gambaran terhadap fakta (kondisi) yang tidak
homogen, yang di dalamnya terdapat perbedaan-perbedaan yang membutuhkan
perhatian. Kesenjangan antarwilayah di indonesia menjadi signifikan karena
adanya keragaman potensi sumber daya alam, letak geografis, kualitas sumber
daya manusia, ikatan etnis atau politik. Keberagaman ini dapat menjadi sebuah
keunggulan dalam suatu sisi, namun disisi lain dapat berpotensi menjadi sumber
instabilitas sosial dan politik nasional. Untuk itu, maka penyelenggaraan
pembangunan secara terencana dan berorientasi terhadap pengurangan
kesenjangan anatarwilayah menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pemahaman
secara komprehensif terhadap persoalan kesenjangan terebut perlu menjadi acuan
dalam perumusan perencanaan pembangunan, sehingga dapat mendukung upaya
pemerataan pembangunan di Indonesia. Ketidakseimbangan perekonomian antar
daerah di Indonesia harus dianggap sebagai masalah serius dalam perekonomian
nasional dan dalam masalah inilah seharusnya desentralisasi bisa memberikan
kontribusi yang paling signifikan. Walaupun, desentralisasi juga berpotensi
membuat disparitas semakin parah apabila tidak ada kebijakan khusus yang
memprioritaskan upaya mengurangi kesenjangan itu sendiri, kesenjangan
perekonomian antar daerah sendiri adalah gejala alamiah yang terjai di hampir
semua wilayah di dunia, termasuk dinegara maju.
Pembangunan nasional Indonesia adalah paradigma pembangunan yang
4 seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan Pancasila
sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya, dari amanat tersebut disadari bahwa
pembangunan ekonomi bukan semata-mata proses ekonomi, tetapi sesuatu
penjelmaan pula dari proses perubahan politik, sosial, dan budaya yang meliputi
bangsa, didalam kebulatannya. Pembangunan Nasional merupakan cermin
kehendak terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat
dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis berdasarkan pancasila.
Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi tidak dapat
di lihat terlepas dari keberhasilan pembangunan di bidang politik mekanisme dan
kelembagaan politik berdasarkan UUD 1945 telah berjalan. Pembangunan di
berbagai bidang selama ini memberi kepercayaan kepada bangsa Indonesia bahwa
upaya pembangunan pembangunan telah ditempuh, seperti yang diamanatkan oleh
pancasila dan UUD 1945, menunjukan keberhasilan. Ini yang ingin dilanjutkan
dan akan ditingkatkan dalam era baru pembangunan.
Firdaus (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa derajat ketimpangan
antar provinsi di dalam koridor ekonomi berbeda-beda. Ketimpangan PDRB per kapita tertinggi di Pulau Jawa, berikutnya di Kalimantan. Sulawesi memiliki ketimpangan PDRB per kapita yang rendah. PDRB per kapita di Jawa dan Kalimantan mengindikasikan pembangunan lebih terkonsentrasi di beberapa wilayah saja, terutama di DKI Jakarta dan Kalimantan Timur.
Ketimpangan yang paling lazim dibicarakan adalah ketimpangan ekonomi.
5 per kapita rata-rata, antar kelompok tingkat pendapatan, antar kelompok lapangan
kerja, dan atau antar wilayah. Pendapatan per kapita rata-rata suatu daerah dapat
disederhanakan menjadi Produk Domestik Regional Bruto dibagi dengan jumlah
penduduk. Berikut adalah data PDRB, jumlah penduduk, dan PDRB Per kapita
setiap Provinsi di Pulau Jawa tahun 2015:
Tabel 1.1 PDRB, PDRB Per Kapita, dan Jumlah Penduduk Setiap Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2015
No Provinsi di Pulau Jawa PDRB Harga Konstan (milyar rupiah) Jumlah Penduduk PDRB Per Kapita 1 DKI Jakarta 1454102,11 10.177.924 142.868.242 2 Jawa Barat 1207001,49 46.709.569 25.840.561 3 Jawa Tengah 806609,02 33.774.141 23.882.444 4 DI Yogyakarta 83461,57 3.679.176 22.684.854 5 Jawa Timur 1331418,24 38.847.561 34.272.891 6 Banten 367959,22 11.955.243 30.778.063
Sumber: BPS Indonesia (diolah), tahun 2015
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa DKI Jakarta memiliki PDRB per
kapita paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya di Jawa sebesar Rp142 juta dan
selisihnya juga sangat jauh. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi ketimpangan
ekonomi di pulau Jawa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan kajian
untuk melihat seberapa besar tingkat ketimpangan yang terjadi di setiap provinsi
di Pulau Jawa.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana pertumbuhan ekonomi dan struktur pertumbuhan ekonomi
berdasarkan tipologi klassen setiap provinsi di Pulau Jawa serta seberapa besar
tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah setiap provinsi di
6
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kesenjangan antarwilayah provinsi di Pulau Jawa tahun
2011-2015
2. Pola pertumbuhan ekonomi serta klasifikasi Provinsi di pulau Jawa
menurut Tipologi Klassen.
1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis
Sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar ahli madya dan
sekaligus sebagai media untuk menuangkan ide dan melatih idealisme
dalam berpikir analitis dan kritis.
b. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan acuan dalam merancang dan menerapkan kebijakan
sehingga kebijakan yang diambil akan lebih memperhatikan aspek
kesejaheteraan masyarakat.
c. Bagi Universitas
Menjadi bahan bacaan dan acuan di perpustakaan universitas serta
menambah koleksi karya ilmiah tentang pembangunan manusia di
perpustakaan universitas.
d. Bagi Pembaca
Sebagai penambah ilmu dan wawasan tentang pembangunan manusia
dan aspek yang mempengaruhinya serta dapat menjadi sumber referensi
7
1.5 Kerangka Pemikiran
Latar Belakang
Tujuan pembangunan di Indonesia adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi , dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tentu akan dapat dirasakan manfaatnyan oleh masyarakat luas, Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi keberhasilan pembagunan ekonomi
Rumusan masalah
bagaimana pertumbuhan ekonomi dan struktur pertumbuhan ekonomi berdasarkan tipologi klassen setiap provinsi di Pulau Jawa serta seberapa besar tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah setiap provinsi di Pulau Jawa tahun 2010-2015.
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kesenjangan antarwilayah provinsi di Pulau Jawa tahun 2011-2015
2. Pola pertumbuhan ekonomi serta klasifikasi Provinsi di pulau Jawa menurut Tipologi Klassen.
Alat Analisis 1. Tipologi Klassen
2. Indeks Williamson, Indeks Entropi Theil