• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIII/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIII/2015"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 90/PUU-XIII/2015

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010

TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

(I)

J A K A R T A

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 90/PUU-XIII/2015 PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang [Pasal 69] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON

1. R. J. Soehandoyo

ACARA

Pemeriksaan Pendahuluan (I)

Selasa, 18 Agustus 2015, Pukul 14.13 – 14.42 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Suhartoyo (Ketua)

2) Aswanto (Anggota)

3) Manahan MP Sitompul (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir:

A. Kuasa Hukum Pemohon:

1. M. Arifsyah Matondang 2. Merlina

(4)

1. KETUA: SUHARTOYO

Kita mulai ya, Pak, ya. Baik, Persidangan dalam Perkara Permohonan Nomor 90/PUU-XIII/2015 dibuka dan persidangan dinyatakan terbuka untuk umum.

Baik, supaya diperkenalkan, siapa yang hadir pada persidangan ini, silakan.

2. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb.

3. KETUA: SUHARTOYO

Waalaikumsalam.

4. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Salam sejahtera bagi kita semua. Kami di sini Pemohon yang hadir adalah sebagai selaku Kuasa Hukum dari Bapak R. J. Soehandoyo. Yang hadir pertama saya M. Arifsyah Matondang, S.H., M.H. Yang kedua di samping saya, Merlina, S.H.

Demikian, Yang Mulia, terima kasih.

5. KETUA: SUHARTOYO

Baik, terima kasih. Jadi, Pak M. Arifsyah Matondang, S.H., M.H. dan Ibu Merlina, S.H., ya. Yang dalam Kuasa Nomor 2 dan Nomor 3.

Baik, kemudian, kami Panel juga sudah membaca Surat Kuasanya. Dan di samping itu juga, kami juga telah membaca permohonan Saudara. Namun untuk jelasnya, supaya dipersentasikan dulu secara garis besarnya. Silakan siapa yang mau menyampaikan?

6. KUASA HUKUM PEMOHON: MERLINA

Terima kasih, Yang Mulia. Pada kesempatan kali ini, kami dari Pihak Kuasa dari Pemohon akan menyampaikan untuk pokok permohonannya. Bahwa permohonan a quo adalah menguji secara materiil Pasal 69 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

SIDANG DIBUKA PUKUL 14.13 WIB

(5)

2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal 28 ayat (1), dan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Bahwa pada pokoknya, Pemohon telah ditetapkan sebagai

tersangka oleh Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara dalam Perkara Laporan Polisi Nomor LP/3/86/VI/2014/Reskrimsus/SPK Polda Sultra, tanggal 18 Juni 2014. Dengan dugaan tindak pidana pencucian uang atau TPPU, sebagaimana diatur dalam Pasal 3, dan/atau Pasal 4, dan/atau Pasal 5, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, yang masing-masing pasal tersebut berbunyi sebagai berikut. Pasal 3 kami anggap dibacakan, Yang Mulia. Pasal 4 dianggap dibacakan. Pasal 5 dianggap dibacakan.

Selanjutnya bahwa dugaan tindak pidana pencucian uang, yang dituduhkan terhadap diri Pemohon dengan perkara asal Pasal 49 ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan juncto Pasal 55 ayat (1) KUHP, dimana perkara predicate crime atau perkara asal ini dituduhkan kepada pihak lain, di luar diri Pemohon, atau dengan kata lain Pemohon bukan pelaku, predicate crime, yaitu Saudara Ishaq Latief dan Saudara Yongman ... Nyoman Gede Artha.

Adapun masing-masing pasal yang diduga dilanggar oleh para terdakwa tersebut adalah sebagai berikut.

Pasal 49 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992,

dianggap dibacakan.

Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992,

dianggap dibacakan.

Pasal 49 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, dianggap dibacakan.

Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, dianggap dibacakan.

Dan Pasal 55 ayat (1) KUHP, dianggap dibacakan.

Bahwa berdasarkan hal tersebut, maka jelas bahwa antara pelaku perkara predicate crime dengan perkara TPPU-nya adalah berbeda atau masing-masing berdiri sendiri. Dimana dalam perkara TPPU yang dituduhkan kepada diri Pemohon saat ini, masih dalam proses pemeriksaan di tingkat penyidikan, sedangkan perkara predicate crime-nya, yaitu perkara perbankan telah diputus oleh Pengadilan Negeri

Bau-Bau, dengan Putusan Pengadilan Negeri Bau-Bau Nomor

363/Pit.B/2014/PN Bau-Bau, tanggal 6 Mei 2015. Yang pada intinya menyatakan, “Terdakwa 1 Muhammad Ishaq Latief bin AbduL Latief Djafar atau Mantan Kepala BRI Unit Bombana, dan Terdakwa 2 I Nyoman Gede Artha bin Djindjin, atau Mantan Kepala BRI Cabang

(6)

Kendari dinyatakan bebas murni.” Sehingga jelas tidak ada bukti dan saksi-saksi yang dapat menjerat Pemohon dalam tindak pidana pencucian uang yang dituduhkan kepada diri Pemohon.

Bahwa mengenai tindak pidana pencucian uang, yang diatur dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, semua predicate crime-nya adalah sebagaimana ternyata dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, dimana Ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tersebut menentukan secara limitatif kejahatan-kejahatan yang menjadi tindak pidana asal dari tindak pidana pencucian uang yang merupakan follow up crime, hal ini menunjukkan bahwa untuk terjadinya tindak pidana pencucian uang terlebih dahulu ada pihak ... ada … mohon izin, ada tindak pidana atau kejahatan lain yang telah dilakukan oleh pelaku tindak pidana pencucian uang, sebagaimana yang telah ditentukan secara limitatif dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, dimana pembuktian pidana asal bisa bersama-sama dengan tindak pidana pencucian uang bila seseorang atau beberapa orang adalah diduga melakukan keduanya. Tetapi, bila antara pelaku tindak pidana asal dan pelaku tindak pidana pencucian uang yang merupakan follow up crime-nya adalah orang yang berbeda dan disidang secara terpisah, maka dalam hal ini harus dibuktikan pidana asalnya. Karena bila pidana asalnya tidak terbukti, maka tidak mungkin ada tindak pidana pencucian uang yang merupakan follow up crime-nya.

Demikian juga halnya dengan perkara tindak pidana pencucian uang dituduhkan kepada Pemohon, dimana pidana asalnya, yaitu tindak pidana perbankan tidak dituduhkan kepada Pemohon, tetapi kepada pihak lain, yaitu Saudara Muhammad Ishaq Latief dan I Nyoman Gede Artha selaku pihak Bank BRI. Dimana Saudara M. Ishaq Latief dan I Nyoman Gede Artha telah diputus bebas oleh Pengadilan Negeri Bau-Bau Nomor 365 ... mohon izin, 363/Pid.B/2014/PN.Bau, tanggal 6 Mei 2015 untuk bunyi amarnya kami anggap dibacakan, Yang Mulia.

Bahwa untuk logika hukum, apabila tindak pidana asal tidak terbukti, maka tidak terbukti pula atau tidak ada harta kekayaan yang disebut sebagai hasil tindak pidana yang menjadi objek tindak pidana pencucian uang itu. Sebab dengan tidak terbuktinya tindak pidana, maka tidak ada tindak pidana pencucian uang, sehingga harta kekayaan diperoleh daripadanya bukan merupakan hasil tindak pidana, melainkan harta kekayaan yang sah, sehingga dapat diinvestasikan atau ditransaksikan secara legal dan tidak dikategorikan sebagai tindak pidana pencucian uang.

Untuk mencegah terjadinya permasalahan hukum di atas, seharusnya dalam perkara TPPU yang pelakunya berbeda dengan pelaku predikat crime-nya, maka tindak pidana asal yang harus diproses hukum terlebih dahulu. Di sini dilakukan penuntutan dan disidangkan terlebih dahulu, barulah kemudian apabila dinyatakan tindak pidana asalnya

(7)

terbukti dilakukan proses hukum terhadap tindak pidana pencucian uang. Sebaliknya, dalam hal predikat crime-nya dinyatakan tidak tebukti oleh pengadilan, maka tidak perlu dilanjutkan dengan melakukan proses penyidikan, apalagi penuntutan atau persidangan di depan pengadilan atau tindak pidana pencucian uangnya. Dengan langkah seperti ini, logika hukum kita tidak akan dibuat terbalik akibat dapat dibuktikan tanpa adanya klausul atau sebab.

Bahwa selanjutnya, walaupun penyidik Polda Sulawesi Tenggara mengetahui bahwa perkara asal atau perkara perbankan telah diputus oleh Pengadilan Negeri Bau-Bau Nomor 363/Pid.B/2014/PN.Bau, tanggal 6 Mei 2015, yang pada intinya menyatakan Terdakwa 1 Muhammad Ishaq Latief bin Abdul Latief Djafar atau mantan Kepala BRI Unit Bombana dan Terdakwa 2 I Nyoman Gede Artha bin Djindjin atau mantan Kepala BRI Cabang Kendari dinyatakan bebas murni.

Namun faktanya, penyidik tetap memaksakan diri untuk melanjutkan perkara TPPU yang dituduhkan kepada Pemohon yang merupakan follow up crime dari predikat crime-nya yang telah diputus bebas dengan alasan bahwa dalam Ketentuan Pasal 69 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang tidak mewajibkan pembuktian terlebih dahulu tindak pidana asalnya yang berbunyi … Pasal 69 kami anggap dibacakan, Yang Mulia.

Bahwa berdasarkan Ketentuan Pasal 69 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sangat melanggar hak konstitusional dari Pemohon, yaitu tidak memberikan kepastian hukum, juga tidak memberikan perlindungan hukum kepada Pemohon dan juga pengabaikan pengakuan hukum terhadap hak asasi manusia dan asas due process of law, yakni adanya proses pemeriksaan yang benar dan adil kalau perkara TPPU yang dituduhkan kepada Pemohon tetap diproses. Sementara perkara predikat crime-nya telah diputus bebas, maka menimbulkan permasalahan hukum baru bagi perkara TPPU yang dituduhkan kepada Pemohon dipaksakan untuk divonis atau dihukum, sehingga hal ini mencederai hak asasi Pemohon.

Langsung ke petitum, Yang Mulia. Bahwa berdasarkan hal tersebut, kami mohon agar Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia berkenan memutuskan dan menetapkan:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon.

2. Menyatakan Pasal 69 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164 adalah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(8)

3. Menyatakan Pasal 69 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164 tidak mempunyai kekuatan hukum.

4. Memerintahkan pembuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya.

Terima kasih, Yang Mulia. Cukup sekian.

7. KETUA: SUHARTOYO

Baik, terima kasih. Memang kalau dilihat secara garis besar, permohonan Saudara secara sistematikanya sudah cukup sistematis. Kemudian, uraian-uraian faktanya juga sudah mendeskripsikan tentang kasus konkret yang dialami oleh klien atau Prinsial Saudara. Namun, tetap dari Mahkamah melihat bahwa ada beberapa hal yang mesti harus dipertajam, perjelas, dan mungkin sebagai masukan-masukan bagi Saudara. Dan barangkali, Saudara meskipun pernah atau sering beracara di MK, Pak? Sering, kan?

8. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Ya, beberapa kali, Yang Mulia.

9. KETUA: SUHARTOYO

Baik. Jadi, sudah tahu rules-nya bahwa dari kami, Majelis akan memberi tambahan-tambahan untuk dijadikan pertimbangan Anda di dalam penyempurnaan nanti. Kalau memang menurut Bapak bahwa saran-saran dari Majelis ini dipandang memang beralasan dan akan Saudara pertimbangkan untuk perbaikan nanti.

Untuk itu, kami persilakan, Yang Mulia, Pak Prof. Aswanto.

10. HAKIM ANGGOTA: ASWANTO

Terima kasih, Yang Mulia Ketua.

Saudara Pemohon, ya, sebagaimana yang disampaikan oleh Pak Ketua tadi bahwa ya dari segi sistematisasi permohonan Saudara sudah sistematis, tapi tetap saja perlu banyak hal yang menurut saya perlu dielaborasi kembali, sehingga bisa meyakinkan Majelis, baik Panel maupun Pleno.

Nah, Saudara juga mestinya melihat di MK, apakah pasal yang Saudara minta untuk diuji itu sudah pernah diuji atau belum. Pasal 69 yang Saudara minta untuk diuji, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 ini, itu sudah pernah diuji dalam Perkara Nomor 77/PUU-XII/2014. Yang

(9)

diminta untuk diuji dalam perkara nomor itu adalah 77 … adalah Pasal 69 maksud saya.

Nah, ini kalau kita melihat ketentuan yang ada dalam Pasal 60 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 sebagai Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, di dalam ketentuan itu sudah ditegaskan bahwa terhadap materi muatan pasal dan/atau bagian dalam undang-undang yang telah diuji tidak dapat dimohonkan pengujiannya kembali. Namun, ada pengecualiannya, ketentuan sebagaimana dimaksud di ayat (1) dapat dikecualikan jika materi muatan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang dijadikan sebagai batu uji itu berbeda dengan kasus sebelumnya.

Nah, untuk mengetahui apakah itu berbeda atau tidak, mestinya Saudara mempelajari dulu pasal … mempelajari dulu Perkara Nomor 77 itu. Sempat dilihat Perkara Nomor 77 atau memang belum tahu kalau ada pengujian sebelumnya yang kita register dalam Perkara Nomor 77 itu?

11. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Sudah pernah membaca sekilas. Kalau tidak salah, perkara Akil Mochtar.

12. HAKIM ANGGOTA: ASWANTO

Ya, betul. Nah, itu sama sekali Saudara tidak singgung karena ya, nanti bisa nebis, begitu ya. Sesuai dengan Ketentuan Pasal 60 tadi mestinya enggak bisa lagi, tapi ada pengecualiannya, kalau batu uji yang Saudara … itu menurut Pasal 60 ayat (2), kalau batu uji atau landasan pengujiannya yang Saudara gunakan di dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu pasalnya berbeda, itu dibuka kemungkinan.

Oleh sebab itu, mestinya Saudara menjelaskan bahwa Perkara Nomor 77 itu yang diuji itu adalah Pasal 69, tapi batu ujinya Pasal 28, misalnya. Atau ya, ini pasal batu ujinya Saudara pasal berapa? Sama kan, 28D itu? Nah, batu ujinya Saudara Pasal 28D juga.

Nah, yang Perkara Nomor 77 … apa namanya … batu ujinya Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 28 ayat (1). Batu ujinya Saudara juga kan Pasal 28, ya. Nah, ini kalau merujuk ke Pasal 60 Undang-Undang MK, sudah enggak bisa lagi.

Nah, makanya dari awal kalau Saudara melihat itu, ya, bisa saja Saudara mengajukan dengan catatan mengikuti norma yang ada di dalam Pasal 60 Undang-Undang MK itu, terutama di ayat (2)-nya. Bahwa sekalipun ayat (1) sudah menentukan bahwa tidak boleh lagi mengajukan pengujian terhadap materi, muatan, ayat, pasal, atau bagian yang sama dari undang-undang yang telah diuji, tapi kan ayat

(10)

(2)-nya itu pengecualiannya. Kecuali batu ujinya berbeda gitu. Nah, ini kalau mau ini, mestinya batu ujinya Saudara, Saudara ubah gitu, ya.

Lalu kemudian, tadi apa yang disampaikan oleh Saudara, apa yang dipersentasikan oleh Saudara bahwa sebenarnya ini kan berasal dari kasus konkret, ya, kasus konkret. Nah, itu juga mesti Saudara ada ... ada apa … ada jembatannya gitu, tidak langsung ke kasus konkretnya karena Mahkamah Konstitusi diberi kewenangan tidak untuk kasus konkret, tapi diberi kewenangan untuk melihat apakah ada kerugian konstitusional Saudara, gitu, atau kerugian konstitusional gitu. Ya, memang ujung-ujungnya juga nanti mungkin kerugian … apa ... kerugian yang sifatnya lebih ke konkret gitu, tapi mesti ada jembatannya gitu. Bahwa kerugian Pemohon itu sebenarnya adalah kerugian konstitusional, gitu. Nah, itu mesti di … apa ... diurai di situ, sehingga nampak bahwa sebenarnya yang Saudara alami itu adalah kerugian konstitusional dan ada causal verbandnya dengan kasus itu, gitu. Maksudnya kerugian Saudara itu ada hubungan causal verbandnya dengan norma yang Saudara minta untuk diuji, gitu, ya, yang mungkin ujungnya nanti Saudara mengatakan bahwa ya dengan diberlakukannya norma itu, kami secara konstitusional itu mengalami kerugian, ya.

Saudara sebenarnya sudah menguraikan di dalam permohonan Saudara, tapi perlu dielaborasi kembali, sehingga lebih konkret, gitu, ya.

Dari saya cukup, Yang Mulia.

13. KETUA: SUHARTOYO

Baik, terima kasih, Yang Mulia. Silakan, Yang Mulia Pak Manahan.

14. HAKIM ANGGOTA: MANAHAN MP SITOMPUL

Ya, terima kasih, Ketua. Kalau tadi itu sudah diuraikan oleh Yang Mulia Prof. Aswanto mengenai soal nebis in idem sesuai dengan ketentuan yang sudah dibacakan tadi. Namun dari saya, saya melihat dari asalnya ini adalah kasus konkret. Tentu kasus konkret ini juga harus tuntas. Karena apa? Bahwa dikemukakan di dalam permohonan Saudara ini Putusan Pengadilan Negeri Bau-Bau tanggal 6 Mei 2015. Dan di sini tidak dijelaskan, apakah jaksa penuntut umum itu kasasi apa tidak. Kalau sudah ada putusan yang mengatakan vrijspraak, bebas dan putusannya sudah inkracht, nah barulah mungkin ini alasan permohonan Saudara ini relevan, ya. Karena apa? Ya, tentu kalau nanti itu di kasasi terdakwanya dihukum, bagaimana? Putusan kasasi terdakwanya dihukum, lah ini, alasan Saudara ini sudah lari jadinya, kan? Enggak relevan lagi.

Jadi, saya berpendapat ini permohonan Saudara ini dari segi kasus konkret itu, ya, ini masih prematur. Itu harus ditunggu dulu bahwa putusan kasasi yang diajukan oleh jaksa penuntut umum kalau jaksa

(11)

penuntut umumnya kasasi. Karena putusan bebas kan jaksa, biasanya kan kasasi.

Nah, ini yang mestinya kita harus … apa namanya ... harus dalami lebih lanjut mengenai ini, di samping tadi, itu ada nebis in idem-nya itu jelas karena batu ujinya tidak berbeda dari permohonan dari Saudara Akil yang sudah diputus pada Nomor Perkara Nomor 77, ya, Tahun 2014. Barangkali itu saja dari saya.

Terima kasih, Pak Ketua.

15. KETUA: SUHARTOYO

Ya, terima kasih, Yang Mulia Pak Manahan.

Barangkali sudah jelas, ya, Pemohon, ya, Kuasa. Memang meskipun ada perbedaan sedikit tentang permohonan yang pernah diajukan Pak Akil, tapi substansinya sama sebenarnya. Kalau Anda ingin supaya pasal itu dihapus dari muka bumi ini … kalau Pak Akil kan hanya menghilangkan frasa wajib itu kan. Jadi bukan … tidak-nya itu dihilangkan jadi wajib. Jadi TPPU harus dibuktikan predicate crime-nya dulu kan, sama semangat yang ingin didorong dengan permohonan Saudara sama, hanya Saudara minta supaya pasal ini dihilangkan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, tapi kalau Pak Akil hanya dihilangkan kata tidak nya itu jadi wajib. Tapi sebenarnya kalau kita mau belajar dari kejadian di luar sana, Pak Matondang, ya, dan Ibu Merlina, kasus-kasus yang sebenarnya berdiri sendiri itu kan juga jarang sih. Mungkin yang ramai itu Baasim itu saja. Baasim itu apakah itu juga ada cantolannya penggelapan pajak dulu apa tidak, kan kita enggak tahu, tindak pidana pokoknya, kan kita enggak ikuti perkara itu. Kalau yang lain-lainnya, hampir semua pasti ada cantolan predicate crime, termasuk Pak Akil pun ada.

Terus, yang Bapak punya ini Pak … ini Pak Soehandoyo yang dulu Kapuspen Kejaksaan itu, kan?

16. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Ya, Yang Mulia.

17. KETUA: SUHARTOYO

Pernah menjadi Kejati juga kan di Banten sana? Ya. Artinya, beliau juga orang yang cukup mengerti. Kalau memang mau dikontrol, kenapa enggak … sekarang damai sampai di mana?

18. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

(12)

19. KETUA: SUHARTOYO

Di penyidikan?

20. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Penyidikan, Yang Mulia.

21. KETUA: SUHARTOYO

Lha mbok di praperadilan coba! Berani, enggak? Praperadilannya tidak sah karena ini predicate crime-nya enggak ada, sedangkan 69 jelas-jelas seperti ini. Atau jangan-jangan sebenarnya ada tindak pidana lain yang juga disertakan di situ? Karena saya baca di panggilannya kok ujungnya ada perkara perbankan? Meskipun itu perkara yang … menyangkut yang bebas itu, kan? Khawatirnya nanti ada enggak yang pak … pak klien itu atau prinsipal Anda itu di … ada juncto 55-nya di perbankannya juga. Ada, enggak?

22. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Tidak ada, Yang Mulia.

23. KETUA: SUHARTOYO

Enggak ada.

24. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Murni tentang TPPU.

25. KETUA: SUHARTOYO

Di … di pemeriksaan … sudah pernah hadir di penyidikan?

26. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Ya. Sudah … sudah di penyidikan.

27. KETUA: SUHARTOYO

Tidak pernah menyangkut perkara yang lain? Oh. Ya, diuji saja di praperadilan. Kenapa enggak dicoba?

(13)

28. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Sudah, Yang Mulia.

29. KETUA: SUHARTOYO

Sudah?

30. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Tapi hakimnya larinya ke kasusnya Akil Mochtar tadi, cantelannya.

31. KETUA: SUHARTOYO

Kenapa? Kalau Pak Akil kan ada suapnya, gratifikasinya, toh? Ada cantolannya kalau itu. Jangan … atau hakimnya memang dalam tataran empirik itu mesti … karena itu ada juga di Pasal 75 Nomor 8 Tahun 2010 itu coba kalau penyidik atau penuntut umum ketika melakukan penyidikan tindak pidana asal, kemudian menemukan tindak pidana pencucian uang, kan kemudian bisa dilakukan pengabungan.

Nah, apakah kemudian penggabungan itu juga harus dibuktikan betul-betul yang pidana asalnya? Ataukah bisa berjalan bersama-sama? Kalau bisa berjalan bersama-sama, artinya bahwa perkara yang … Bau-Bau yang sekarang bebas, yang masih proses kasasi … pasti kasasi kalau di … kalau dibebaskan. Enggak ada jaksa itu kalau … kalau ada putusan bebas enggak kasasi bisa unprofessional conduct dia. Ya, kan? Pasti dikasih kasasi, Pak. Nah, itu. Jangan-jangan kasasinya belum dikirim kalau baru Mei? Ha?

32. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Sudah, Yang Mulia, sudah.

33. KETUA: SUHARTOYO

Kan ada memori, kontra (…)

34. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Sudah.

35. KETUA: SUHARTOYO

(14)

36. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Sudah.

37. KETUA: SUHARTOYO

Bapak mesti sabar, mestinya nanti … tapi sebenarnya seperti yang disampaikan Prof. Aswanto. Bapak sabar pun, ini kan benturannya di … ada kasus yang sama di MK. Daripada Bapak memeras energi, dan tenaga, pikiran, mungkin biaya, kan perlu ongkos ke sana-kemari untuk ke MK, kan? Artinya, perlu dicermati kembali, nanti disanding-sandingkan di rumah. Bagaimana sih, ini apakah bisa keluar dari batu uji yang lain untuk memenuhi … tapi batu uji yang lain pun substansinya sudah mirip-mirip, Pak Matondang. Tapi 100% hak ada pada Bapak dan Ibu untuk mengambil sikap selanjutnya, ya? Jadi, kami hanya dalam batas-batas seperti itu bisa menyampaikan saran-saran.

Baik. Jadi karena Bapak juga sudah sering ke sini untuk beracara, saya kira sudah cukup bagus. Hanya substansinya memang ada sesuatu yang krusial, yang mesti Bapak cermati untuk dipertimbangkan lagi.

Oke. Ada yang ditanggapi, Pak? Silakan.

38. KUASA HUKUM PEMOHON: M. ARIFSYAH MATONDANG

Cukup, Yang Mulia.

39. KETUA: SUHARTOYO

Cukup? Baik. Kalau cukup, ini seandainya Bapak mau ambil sikap untuk diperbaiki, kami tunggu perbaikannya di hari … 14 hari ke depan. Paling lambat tanggal 31 Agustus 2015, hari Senin, pada pukul 10.00 WIB. Jelas, Pak? Baik.

Baik. Kalau tidak ada lagi yang diajukan … disampaikan maksudnya, persidangan dinyatakan selesai dan dengan ini ditutup.

Jakarta, 18 Agustus 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d

Rudy Heryanto

NIP. 19730601 200604 1 004

SIDANG DITUTUP PUKUL 14.42 WIB KETUK PALU 3X

Referensi

Dokumen terkait

Jika sudah ketemu dengan file popojicms yang akan anda upload, silakan klik kanan pada nama file popojicms.v.1.2.5 lalu klik upload.. biarkan kosong saja, lalu klik

Apabila ketuban  pecah sebelum usia kehamilan kurang dari 37 minggu akan meningkatkan risiko infeksi, juga meningkatkan risiko terjadinya penekanan tali pusat yang

Berdasarkan perbandingan nilai korelasi antara nilai dugaan respon akhir dan peubah respon

Penelitian ini diajukan guna memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Strata-1 pada Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas

Mangrove di Kecamatan Maros Baru tersebar di sepanjang tepi pantai dan daerah aliran sungai yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang menjadi

Kedua, penelitian dengan judul “Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan” yang dilakukan oleh Intani dan Surjaningrum (2010). Hasil penelitian tersebut memperlihatkan

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi arus kas operasional perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga

4) Banyaknya kunyahan makanan per menit pada masing-masing kelompok umur  Sedangkan untuk menentukan perbedaan lamanya waktu yang diperlukan untuk merumput dan lamanya