• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM MERIT DALAM MANAJEMEN ASN DI DAERAH (Dalam Koridor UU 5/2014 dan UU 23/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM MERIT DALAM MANAJEMEN ASN DI DAERAH (Dalam Koridor UU 5/2014 dan UU 23/2014)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM MERIT DALAM MANAJEMEN

ASN DI DAERAH

(Dalam Koridor UU 5/2014 dan UU 23/2014)

Oleh :

MADE SUWANDI Msoc.sc, Ph.D

Komisioner Aparatur Sipil Negara (KASN)

HP 0816914482

EMAIL: made_suwandi@yahoo.co.id

(2)

2

TATARAN FILOSOFIS

1. Kenapa Perlu Ada Pemerintah?

a.  Untuk menciptakan “Law and Order” (ketentraman

dan ketertiban)

b.  Untuk menciptakan “welfare” (Kesejahteraan)

a.  Wilayah negara terlalu luas

b.  Menciptakan kesejahteraan secara demokratis

2. Kenapa Perlu Ada Pemerintah Daerah ?

(3)

TNI/POLRI dewan pertimbangan KY UUD 1945 Kementerian Negara PUSAT DAERAH TUN Militer Agama Umum Lingkungan Peradilan KAB/KOTA DPRD KDH KPU BANK SENTRAL DPR MPR DPD PERWAKILAN BPK PROV PRESIDEN/ WAPRES MA MK BPK DPRD KDH PROVINSI

LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

3

LEGISLATIF EKSEKUTIF YUDIKATIF

(4)

GUBERNUR

WAKIL SEKDA BAPPEDA (unsur perencana) Ps 150 (2) SET DPRD (unsur pelayanan) INSPEKTORAT (unsur pengawas) ( PP 79/2005)

DPRD

Provinsi

Ps. 121 Ps. 124 Ps. 125 Ps. 123

Pola Organisasi Perangkat Daerah.

DINAS DRH (unsur pelaksana) LTD (BADAN,KTR & RSD) (unsur penunjang) Garis komando Garis koordinasi Garis pertanggungjawaban STAF AHLI LEMBAGA LAIN

(pelaks per UU)

10

(5)

BUPATI/ WALIKOTA/WAKIL SEKDA BAPPEDA (unsur perencana) Ps 150 (2)

SET DPRD

(unsur pelayanan) INSPEKTORAT (unsur pengawas) ( PP 79/2005)

DPRD

Kab/Kota

Ps. 121 Ps. 124 Ps. 125 Ps. 123 LEMBAGA LAIN (pelaks per UU)

LTD

(BADAN,KTR & RSD) (unsur penunjang) KECAMATAN Ps. 126 KELURAHAN/ DESA Ps. 127 Garis komando Garis koordinasi Garis pertanggungjawaban DINAS DRH (unsur pelaksana) STAF AHLI

11

8/5/16 5

(6)

6

KONSEP HDI

1.  KONSEP HDI DIKEMBANGKAN OLEH EKONOM

PAKISTAN MAHBUB UL HAQ PADA TAHUN 1990

DANSEJAK TAHUN 1993 DIPERGUNAKAN UNDP DALAM MENYUSUN HUMAN DEVELOPMENT REPORT

2.  HDI MENGUKUR 3 DIMENSI DASAR DARI HUMAN DEV:

1.  A LONG AND HEALTHTY LIFE MEASURED BY LIFE

EXPECTANCY AT BIRTH

2.  KNOWLEDGE MEASURED BY ADULT LITERACY (70%) AND

THE COMBINED PRIMARY, SECONDARY AND TERTIARY GROSS ENROLLMENT RATIO (30%)

3.  DECENT STANDARD OF LIVING AS MEASURED BY GDP

PER CAPITA AT PURCHASING POWER PARITY IN US $

3. DENGAN MENGETAHUI HDI AKAN MENENTUKAN RANKING KESEJAHTERAAN SUATU BANGSA

DIBANDINGKAN BANGSA2 LAINNYA

(7)

7

RANKING INDONESIA

DARI 179 NEGARA YG DISURVEY 2006 (ISSUED 18 DECEMBER 2008) RANKING ADALAH: 1. ICELAND 0,968 2. NORWAY 0,968 3. CANADA 0,967 4. AUSTRALIA 0,965 8. JAPAN 0,956 15. USA 0,950 21. UK 0,942 25. KORSEL 0,928 27. BRUNEI 0,919 28. SINGAPORE 0,918 63. MALAYSIA 0,823 81. THAILAND 0,786 102. PHILIPPINE 0,745 109. INDONESIA 0,726

CATATAN: TAHUN 2009 INDONESIA RANKING 111

TAHUN 2010 INDONESIA RANKING 108 dari 169 NEGARA

BREAKING NEWS !!!!!!!

TAHUN 2011 RANKING IPM/HDI

INDONESIA MELOROT TAJAM

MENJADI:

RANKING KE 124 DARI 187

NEGARA DGN NILAI 0,617

(Media Indonesia Jumat 4/11/2011)

(8)

K E B I J A K A N

D E S E N T R A L I S A S I

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Pembentukan Daerah

Otonom

PUSAT

DAERAH

Pasal 9

Penyerahan Urusan

Pemerintahan

Pasal 21 8/5/16 8

(9)

ELEMEN DASAR PEMERINTAH DAERAH

1.  KEWENANGAN (URUSAN PEMERINTAHAN)

2.  KELEMBAGAAN (SOTK)

3.  PERSONIL

4.  KEUANGAN DAERAH

5.  PERWAKILAN (KEPALA DAERAH + DPRD)

6.  PELAYANAN PUBLIK

7.  PEMBINAAN DAN PENGAWASAN (BINWAS)

8/5/16 9

(10)

ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN

URUSAN PEMERINTAHAN

ABSOLUT

(Mutlak urusan Pusat)

CONCURRENT

(Urusan bersama

Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)

PILIHAN/OPTIONAL

(Sektor Unggulan) WAJIB/OBLIGATORY (Pelayanan Dasar)

SPM

(Standar Pelayanan Minimal)

-  Pertahanan -  Keamanan -  Moneter -  Yustisi

-  Politik Luar Negeri -  Agama

Contoh: kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, dan perhubungan

Contoh: pertanian, industri, perdagangan, pariwisata, kelautan dsb

(11)

11

URUSAN2 PEMERINTAHAN YG

DIOTONOMIKAN

1.  PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2.  KESEHATAN

3.  LINGKUNGAN HIDUP 4.  PEKERJAAN UMUM 5.  PERTANIAN

6.  KETAHANAN PANGAN

7.  ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL 8.  KEPENDUDUKAN

9.  KELUARGA BERENCANA 10.  SOSIAL

11.  NAKERTRANS

12.  PERUMAHAN RAKYAT

13.  KETENTRAMAN KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN

MASYARAKAT

14.  PERHUBUNGAN

15.  PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 16.  PENATAAN RUANG

17.  PERTANAHAN 18.  KEHUTANAN

(12)

12

SEKTOR2 TERKAIT OTDA ……

19  KOMINFO

20  KOPERASI , USAHA KECIL DAN MENENGAH

21  PENANAMAN MODAL

22  PEMUDA DAN OLAH RAGA

23  PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA 24  STATISTIK

25  PERSANDIAN 26  PERPUSTAKAAN 27  ARSIP

28  KELAUTAN DAN PERIKANAN

29  PARAWISATA DAN EKONOMI KREATIF 30  ENERJI DAN SUMBER DAYA MINERAL 31  PERDAGANGAN

32  PERINDUSTRIAN

(13)

0

20

40

60

80

100

1

19

37

55

73

91

109

127

145

163

181

199

PROSENTASE BIAYA PERSONIL THD APBD (N=220)TH 2003

RATA-RATA=50,3 %

50,3%

(14)

TRANSFORMASI BIROKRASI &

14 RULE BASED BUREAUCRACY PERFORMANCE BASED BUREAUCRACY DYNAMIC GOVERNANCE

2013

2018

2025

ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN MANAJEMEN SDM PENGEMBANGAN POTENSI HUMAN CAPITAL

PENGELOLAAN SDM APARATUR

BIROKRASI BERSIH, KOMPETEN DAN MELAYANI

(15)

STRATEGI REFORMASI BIROKRASI NASIONAL

15 1. Makro : Kerangka Regulasi Nasional UU Kementerian Negara UU Pelayanan Publik UU Aparatur Sipil Negara UU Administrasi Pemerintahan RUU Sistem Pengawasan Internal Pemerintah 9 Program Percepatan Reformasi Birokrasi 1.  Penataan Struktur Organisasi Pemerintah 2.  Penataan Jumlah dan Distribusi PNS 3.  Pengembangan Sistem Seleksi dan

Promosi

Secara Terbuka

4.  Peningkatan Profesionalisasi PNS 5.  Pengembangan Sistem Pemerintahan Elektronik yang terintegrasi 6.  Peningkatan Pelayanan Publik 7.  Peningkatan Integritas dan Akuntabilitas Kinerja Aparatur 8.  Peningkatan Kesejahteraan Pegawai Negeri 9.  Peningkatan Efisiensi Belanja Aparatur 2. Mikro : Program/ kegiatan pd angkat Instansi (K/L dan Pemda)

(16)

KOMPOSISI ASN BERDASAR JABATAN

Guru 1.765.410 40,35 % Medis 31.754 0,73 % Paramedis 303.754 6,94 % JF Lainya 222.093 5,08 % JF Umum 2.003.151 45,79 % J Struktural 48.847 1,12 % TOTAL 4.375.009 100, %

HONORER

: •  2005-2009 = 935.907 •  2013-2014 = 242.235 TOTAL HONORER: 1.178.142 (27% PNS NASIONAL)

JPT= 0,27%

(17)

1.  Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Manajemen PNS

2.  Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Manajemen PPPK

3.  Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Penilaian Kinerja dan Disiplin 4.  Rancangan Peraturan Pemerintah

Tentang Penggajian dan Tunjangan

5.  Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua

6.  Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Korps Pegawai ASN

1.  PEGAWAI NEGERI SIPIL

2.  PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK)

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara 1.  Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Jafung Keterampilan: a) Penyelia; b) Mahir; c) Terampil; d) Pemula 2.  Jabatan Administrasi 3.  Jabatan Fungsional Pratama, Madya, Utama Administrator, Pengawas, Pelaksana Jafung Keahlian : a) Utama; b) Madya; c) Muda; d) Pertama

AMANAT UU ASN

STATUS: PP

(18)

KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA

Unsur pemerintah dan/atau non-pemerintah, yang terdiri: § 1 orang Ketua merangkap anggota. § 1 orang Wakil Ketua merangkap anggota § 5 orang anggota Mewujudkan: §  Sistem Merit §  ASN yg profesional §  Pemerintahan yg efekaf, efisien, terbuka, & bebas KKN; §  ASN yg netral; §  Profesi ASN yg dihormaa; §  ASN dinamis & berbudaya.

Tugas: menjaga

netralitas;

melakukan

pengawasan atas

pembinaan profesi;

dan melaporkan

hasilnya kepada

Presiden

Fungsi: mengawasi norma

dasar, kode eak dan kode

perilaku ASN, serta

penerapan Sistem Merit

§  Mengawasi proses pengisian JPT; §  Penerapan asas, nilai dasar, serta kode eak dan kode perilaku (mengawasi dan mengevaluasi serta meminta informasi, memeriksa dan klarifikasi laporan pelanggaran)

(19)

Presiden selaku pemegang kekuasaan teranggi pembinaan ASN dapat mendelegasikan kewenangan MENETAPKAN pengangkatan, pemindahan, dan pemberhenaan pejabat selain pejabat pimpinan anggi utama dan madya, dan pejabat fungsional keahlian utama kepada: –  Menteri di kementerian; –  Pimpinan lembaga di LPNK; –  sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan LNS; –  gubernur, di provinsi; dan –  bupaa/walikota, di kabupaten/kota.

Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK)

MANAJEMEN ASN

Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai

kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan

pemberhenaan Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN

di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(20)

•  Presiden dapat mendelegasikan kewenangan pembinaan Manajemen ASN kepada Pejabat yang Berwenang di kementerian, sekjen/ sekretariat LN, sekretariat LNS, Sekda provinsi dan kabupaten/kota.

•  Pejabat yang Berwenang dalam menjalankan fungsi Manajemen ASN di Instansi Pemerintah berdasarkan Sistem Merit dan berkonsultasi dengan Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing.

•  Pejabat yang Berwenang memberikan rekomendasi usulan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing.

•  Pejabat yang Berwenang mengusulkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhenaan Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional kepada Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing.

Pejabat yang Berwenang

20

Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhenaan Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(21)

1.  Melakukan rekrutmen, seleksi dan prioritas berdasarkan

kompeZsi yang terbuka dan adil

;

2.  Memperlakukan PNS secara adil dan setara;

3.  Memberikan remunerasi yang setara dengan pekerjaan dan

menghargai kinerja

;

4.  menjaga standar yang anggi

5.  mengelola PNS secara efekaf dan efisien;

6.  Mempertahankan/memisahkan PNS berdasarkan kinerja ;

7.  Memberikan kesempatan PNS mengembangkan kompetensi

8.  Melindungi PNS dari poliZk

;

9.  PNS diberi perlindungan dari hukum yang adak adak adil dan

adak terbuka.

SISTEM MERIT

21

(22)

TAHAPAN PEMBANGUNAN

EKONOMI INDONESIA

22

Threshold USD 12.000

(23)

WORLDWIDE GOVERNANCE

INDICATORS

Government Effectiveness

23 KASN

(24)
(25)

Negara dengan Penduduk terbesar ke 4 di Dunia

4.362.805 PNS Sumber: BKN, Des 2013

Penduduk: 237 Juta

(2010 sensus)

Jumlah PNS: 4.362.805

No Negara RASIO (%) 1 MYNMAR 0,7 2 CAMBODIA 1,2 3 LAOS 1,8 4 THAILAND 1,9 5 INDONESIA 1,9 6 VIETNAM 2,1 7 SINGAPORE 2,5 8 PHILIPINES 2,9 9 MALAYSIA 3,7 10 BRUNAI DARUSSALAM 11,4

(26)

•  mewujudkan Aparatur Sipil

Negara yang memiliki

integritas, profesional,

melayani dan sejahtera.

VISI

•  memindahkan Aparatur Sipil

Negara dari Comfort Zone ke

Competitive Zone

MISI

V

ISI DAN MISI ASN

26

(27)

Meningkatkan:

§

Independensi dan Netralitas

§

Kompetensi

§

Kinerja/ Produktivitas Kerja

§

Integritas

§

Kesejahteraan

§

Kualitas Pelayanan Publik

§

Pengawasan Dan Akuntabilitas

TUJUAN UTAMA UU ASN

27

ASN

(28)

Manajemen PNS meliputi:

a.  Penyusunan dan penetapan

kebutuhan;

b.  Pengadaan;

c.  Pangkat dan jabatan; d.  Pengembangan karier; e.  Pola karier;

f.  Promosi;

MANAJEMEN PNS

28

g. Mutasi;

h. Penilaian kinerja

i.  Penggajian dan tunjangan; j.  Penghargaan;

k.  Disiplin;

l.  Pemberhentian;

m.  Pensiun dan tabungan hari tua; dan

n.  Perlindungan.

(29)

§ 

Pengembangan “sistem merit ” dalam kebijakan

dan manajemen ASN dengan ciri-ciri sbb.:

§  Seleksi dan promosi secara adil dan kompetitif

§  Menerapkan prinsip fairness

§  Penggajian, reward and punishment berbasis kinerja

§  Standar integritas dan perilaku untuk kepentingan

publik

§  Manajemen SDM secara efektif dan efisien

§  Melindungi pegawai dari intervensi politik & dari tindakan kesewenang-wenangan.

PRINSIP DASAR UU ASN

29

Sistem Merit adalah kebijakan dan

m

anajemen SDM Aparatur yang berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar, tanpa

m

embedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, ataupun kondisi kecacatan.

(30)

l 

Diskriminatif (SARA dan gender)

l 

Kolusi, nepotisme, dan favoritisme

l 

Menghalangi hak konstitusional

l 

Mempergunakan aktivitas politik yang koersif

l 

Menghalangi hak untuk berkompetisi

LARANGAN DALAM

SISTEM MERIT

30

(31)

Kementerian PAN & RB

l  Perumusan dan penetapan

kebijakan,

l  Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan,

l  Pengawasan atas pelaksanaan

kebijakan ASN;

BKN

l  Penyelenggaraan manajemen ASN

l  Pengawasan dan pengendalian

pelaksanaan NSPK (norma, standar, prosedur, kriteria) manajemen ASN

(pengelolaan pegawai ASN)

KEWENANGAN &

OTORITAS LEMBAGA

KASN

•  Monitoring, evaluasi kebijakan

manajemen SDM (dgn rekomendasi mengikat) untuk menjamin penerapan sistem merit

•  Pengawasan penerapan asas, kode etik, dan kode perilaku ASN

LAN

•  Peneliaan, pengkajian kebijakan manajemen ASN, •  Pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan & pelaZhan ASN 31 KASN

(32)

§  Sebagai Lembaga Non

Struktural, Mandiri, bebas dari intervensi politik;

§  Tujuan: mewujudkan Sistem

Merit ASN yang profesional, dan berfungsi sebagai perekat NKRI;

§  Menjaga netralitas, melakukan

pengawasan atas pembinaan profesi dan melaporkan hasil kepada Presiden;

32

§  Wewenang: mengawasi proses pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi;

§  Keanggotaannya : dari unsur Pemerintah dan/atau Non Pemerintah

§  Tidak ada perwakilan di daerah.

KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA

(33)

§

FUNGSI UTAMA – PENGAWASAN:

§  MENGAWASI PELAKSANAAN NORMA DASAR,

KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN SERTA

§  MENGAWASI PENERAPAN SISTEM MERIT

DALAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN SDM

PADA INSTANSI PEMERINTAH (PUSAT DAN

DAERAH)

KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA

33

(34)
(35)

JENIS JABATAN ASN

35 KASN

(36)

Sifat Dasar pengisian: Dilakukan secara kompetitif dan

terbuka dikalangan PNS

Seleksi: dilakukan oleh Panitia Seleksi Instansi yang

dipilih dan diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian

berkoordinasi dengan KASN;

Proses Pengisian jabatan:

Pimpinan Tinggi Utama dan Madya dilakukan pada

tingkat nasional,

Pimpinan Tinggi Pratama dilakukan pada tingkat

nasional, propinsi, atau antar intansi dalam 1 (satu)

kabupaten/kota.

PENGISIAN JABATAN PIMPINAN

TINGGI

36

(37)

TUJUAN, PRINSIP & SASARAN

PEGISIAN JABATAN PIMPINAN

TINGGI

37 KASN

(38)

KOMPOSISI ASN BERDASARKAN JABATAN

38 KASN

(39)

TATA CARA PENGISIAN JPT

l

Jabatan yang akan diisi

l

Standar kompetensi dan

persyaratan jabatan

l

Susunan Pansel dan

biodata anggota (45-55)

l

Metoda/proses seleksi

l

Jadwal pelaksanaan

seleksi

39 KASN

(40)

PEMBENTUKAN PANSEL

40 KASN

(41)

PENGISIAN JPT PRATAMA

Pembentukan Pansel Pelaksanaan Seleksi Rekomendasi 3 nama calon Penetapan pejabat oleh PPK

Catatan:

Untuk jabatan Sekda

Kabupaten/Kota,

sebelum ditetapkan

PPK berkoordinasi

dengan Gubernur

41

(42)

PENGGANTIAN JPT

l 

PPK dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama

2 tahun setelah pelantikan kecuali apabila ybs melanggar

ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi

memenuhi persyaratan jabatan

l 

Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi utama dan madya

sebelum 2 tahun harus dengan persetujuan Presiden

l 

JPT hanya dapat diduduki selama 5 tahun dan dapat

diperpanjang berdasarkan pencapaian kinerja, kesesuaian

kompetensi, dan berdasarkan kebutuhan instansi setelah

mendapat persetujuan PPK dan berkoordinasi dengan

KASN.

42 KASN

(43)

SEKALI LAGI: SISTEM MERIT

l 

Sistem merit adalah sistem dimana proses rekrutmen dan

promosi pegawai didasarkan pada kemampuan dalam

melaksanakan tugas, dan bukan karena koneksi politik atau

alasan lainnya.

l 

Sistem merit menekankan pada ability, knowledge, skill and

performance.

l 

Sistem merit merupakan lawan dari spoil system.

l 

Penerapan sistem merit dapat mewujudkan transparansi dalam

pembinaan karier, mendorong kompetisi yang sehat, sehingga

tidak akan ada lagi kesan like or dislike dalam mempromosikan

seorang pegawai untuk menduduki suatu jabatan.

l 

Untuk low trust society, sistem merit dijamin melalui ujian

secara terbuka dan transparan.

43 KASN

(44)

PRINSIP-PRINSIP DALAM

SISTEM MERIT

1. 

Rekrutmen, promosi berdasarkan ability, knowledge,

and skills serta kualifikasi pada pengangkatan awal.

2. 

Kompensasi harus layak dan adil.

3. 

Diklat untuk menjamin kualitas yang tinggi.

4. 

Pegawai dipertahankan karena kinerja mereka yang

memuaskan, bagi yang tidak memadai harus dikoreksi,

yang tidak dapat dikoreksi harus dipisahkan dari

5. 

Pegawai harus diperlakukan secara adil dalam semua

aspek.

6. 

Pegawai harus dilindungi dari tindakan coersion dan

dilarang untuk menggunakan kewenangannya untuk

kepentingan politik , kelompok dan pribadi.

44 KASN

(45)

KONSEKUENSI DARI

SISTEM MERIT

l

Semua jabatan harus memiliki standar

kompetensi, uraian tugas, target kinerja,

indikator penilaian kinerja, serta mekanisme

penilaian kinerja.

l

Setiap pegawai harus memahami tugasnya,

target kinerja, bagaimana kinerjanya dinilai,

hasil penilaian, serta kaitan antara kinerja

dengan remunerasi dan karier.

45 KASN

(46)

IMPLIKASI BAGI INSTANSI

1. 

Penataan jabatan ( restructuring dan rightsizing)

agar semua jabatan jelas kontribusinya terhadap

pencapaian target kinerja organisasi.

2. 

Penyusunan kualifikasi, standar kompetensi, target

kinerja untuk setiap jabatan

3. 

Penerapan sistem penilaian kinerja yang obyektif

dan transparan

4. 

Penyempurnaan sistem remunerasi

5. 

Penempatankembali pegawai

6. 

Penyusunan rencana pengembangan karier,

termasuk program Diklat

46 KASN

(47)

Tindak Lanjut Keputusan

KASN

47 Hasil pengawasan KASN Tidak ada pelangaran PPK dan PyB wajib menindaklanjua Keputusan KASN: pelanggaran kode eZk dan kode perilaku Pegawai ASN DiZndaklanjuZ Tidak DiZndaklanjuZ

KASN merekomendasikan kepada Presiden untuk menjatuhkan sanksi terhadap PPK dan PyB yang melanggar prinsip Sistem Merit dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sanksi sebagaimana dimaksud berupa: a.  peringatan; b.  teguran; c.  perbaikan, pencabutan, pembatalan, penerbitan keputusan, dan/atau pengembalian pembayaran; d.  hukuman disiplin untuk PyB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan e.  sanksi untuk PPK, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ada pelanggaran

(48)

1. 

Pelantikan yang tidak sesuai Prosedur

2. 

Non Job terhadap Pejabat ASN

3. 

Mutasi harus Lewat Pansel

4.

Implikasi dari Aspek Kepegawaian (legalitas

jabatan dan implikasi keuangan)

5.

Implikasi terhadap Pejabat Pembina

Kepegawaian Jo UU 23/2014 tentang Pemda

SANKSI TERHADAP PELANGGARAN UU

ASN

(49)

Pasal 33

(1) 

Berdasarkan hasil pengawasan yang tidak ditindaklanjuti

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3), KASN

merekomendasikan kepada Presiden untuk menjatuhkan

sanksi terhadap Pejabat Pembina Kepegawaian dan

Pejabat yang Berwenang yang melanggar prinsip Sistem

Merit dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) 

Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a.

peringatan; b. teguran; c. perbaikan, pencabutan,

pembatalan, penerbitan keputusan, dan/atau

pengembalian pembayaran; d. hukuman disiplin untuk

Pejabat yang Berwenang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan; dan e. sanksi untuk

Pejabat Pembina Kepegawaian, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan.

IMPLIKASI DARI SISI UU 5/2014 TENTANG ASN

(50)

1.  Pasal 78 ayat (1) Kepala Daerah/WKDH berhenti karena:

1.  Meninggal dunia

2.  Permintaan sendiri

3.  diberhentikan

2.  Pasal 78 ayat (2) KDH/WKDH dapat diberhentikan karena:

1.  Berakhir masa jabatannya

2.  Berhalangan tetap berturut-turut selama 6 bulan

3.  Melanggar sumpah janji

4.  Tidak melaksanakan kewajibannya

3.  Pasal 61 ayat (2) Sumpah Janji KDH adalah menjalankan segala Undang-Undang dan

Peraturannya dgn selurus-lurusnya

4.  Pasal 67 Kewajiban KDH/WKDH adalah:

1.  Memegang teguh Pancasila dan UUD 1945

2.  Menaati seluruh ketentuan Peraturan Perundang-undangan

3.  Mengembangkan kehidupan demokrasi

4.  Menjaga Etika dan Norma Pelaksanaan Urusan Pemerintahan

5.  Menerapkan Tata Pemerintahan Yang Baik

6.  Melaksanakan Program Strategis Nasional

7.  Menjalin Hub Kerja dgn Seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan Perangkat

Daerah

IMPLIKASI DARI SISI UU 23/2014 TENTANG

PEMERINTAHAN DAERAH

(51)

TERIMA KASIH

SUMATERA KALIMANTAN

JAVA

Referensi

Dokumen terkait

Sintesis HKUST-1 dengan dan tanpa penambahan modulator asam asetat telah dilakukan dan diperoleh informasi bahwa padatan HKUST-1 terbentuk dengan nilai kristanilitas yang

[r]

Permasalahan adanya limpasan gelombang yang melampaui bangunan Seawall dan menerpa pemukiman membutuhkan suatu analisis secara teoritis secara lebih tepat dengan suatu

Pada kasus esotropia in"omitant' paresis biasanya mengenai satu atau kedua otot re"tus lateralis' biasanya akibat kelumpuhan saraf abdu"ens. -pabila otot

Dalam penelitian kualitas sumberdaya manusia ini mencakup sikap bekerja, rasa keterlibatan sosial, respon terhadap masalah yang dihadapi, kondisi kesehatan dan keterampilan

ANALISIS SISTEM KERJA ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT ANALISIS SISTEM KERJA ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. PAMA PERSADA PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT.

[r]

perspektif Balanced scorecard, yaitu: (1) perspektif keuangan, (2) perspektif pelanggan, (3) perspektif proses bisnis internal, dan (4).. perspektif pembelajaran