• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALIH WAHANA PUISI HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO KE DALAM NOVEL DAN FILM SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ALIH WAHANA PUISI HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO KE DALAM NOVEL DAN FILM SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ALIH WAHANA PUISI HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO KE DALAM NOVEL DAN FILM SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA

Melyah Dwi Lestari 1,, Agus Nasihin2, Saroni3

1,2,3) Universitas Wiralodra, Jln.Ir.H.Juanda Km 3, Indramayu, melyah.dwi@gmail.com, gusnah@gmail.com, saroni@unwir.ac.id

Literary work is one way to reflect at the same time expressing through experiences and views of life in society. Literature as human creation, lately has experienced a lot of development. The phenomenon of changing literary works from one form to another is increasingly prevalent. The problems that are discussed in this study are formulated as follows. (1) What is the inner structure of the June Rain poem by Sapardi Djoko Damono ?; (2) What is the intrinsic structure of the June Rain novel by Sapardi Djoko Damono ?; (3) What is the intrinsic structure of the June Rain film by Hestu Saputra ?; (4) What is the location of the June Rain poem by Sapardi Djoko Damonoke in the novel Rain in the Month of Jun, Sapardi Djoko Damonodan and the June Rain film by Hestu Saputra ?; (5) Is the Juni Rain novel by Sapardi Djoko Damono and the June Rain film by Hestu Saputra worthy of being used as material for learning literature in high school? The purpose of this study was to find out and describe the structure of poetry, novels, and the film Rain of June; transfer of poetry to novel and novel to film (ekranisasi); feasibility as a literary

teaching material. This study used descriptive qualitative method. The data of this study are themes, tones, tastes, mandates, in the Rainy poem of June, and themes, characterizations, backgrounds, grooves in the novel and the film Rain of June. Primary data sources are obtained from poetry, novels and films Rain of June. Data collection techniques in this study are literature studies, reading, and notes. Based on the results of the study, it can be concluded as follows: (1) The structure contained in the June Rain poetry is related to the transfer of vehicles using inner structures; (2) The structure found in the June Rainy novels and films related to transfer using intrinsic structures; (3) The process of ekranisasi that occurs from the novel to the film based on aspects of shrinking, adding, and changing variations; (4) Rain Novel Bulan Junikarya Sapardi Djoko Damono and the June Rain film by Hestu Saputra can be used as one of the choices of literature teaching materials in high school.

Keywords: Transfer, Poetry, Novels, Film, Ecranization, Literature Teaching Materials.

PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan salah satu cara untuk bercermin sekaligus berekspresi melalui pengalaman dan pandangan hidup dalam masyarakat. Salah satu peran sastra adalah sarana untuk mengomunikasikan

gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, dan tanggapan mengenai segala sesuatu yang terjadi. Fungsi karya sastra adalah sebagai hiburan, selain itu karya sastra merupakan media yang digunakan pengarang untuk menyampaikan pendapat dan menuangkan

▸ Baca selengkapnya: puisi kuhentikan hujan karya sapardi djoko damono

(2)

Vol. 7, No. 2 –Mei 2019

pengalaman batinnya mengenai kehidupan dan keadaan masyarakat pada kurun waktu tertentu. Setiap orang membutuhkan ruang dan waktu untuk mencurahkan apa yang ia rasa. Semi (dalam Siswanto, 2008: 67) mengungkapkan bahwasastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta.

Selain sebagai sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, sastra juga sebagai karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual dan emosional. Sastra yang telah dilahirkan oleh sastrawan diharapkan dapat memberikan kepuasan estetik dan intelektual bagi pembaca. Namun, sering karya sastra tidak mampu dinikmati dan dipahami sepenuhnya oleh sebagian pembacanya. Dalam hubungan ini perlu adanya penelaah dan peneliti sastra (Semi, 1993: 1).

Sastra sebagai kreasi manusia, akhir-akhir ini mengalami banyak pengembangan. Fenomena perubahan karya sastra dari bentuk satu ke bentuk lainnya semakin marak terjadi. Sejumlah karya yang sukses, khususnya dari segi apresiasi masyarakat, tidak terlepas dari adanya peran alih wahana antara bentuk karya sastra yang satu dengan bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya. Pada dasarnya, adaptasi dari satu media ke dalam bentuk media lainnya dalam karya sastra menciptakan karya yang baru. Pengembangan dalam sastra dilakukan

terhadap sastra yang bermutu dan bernilai. Sastra tersebut mendukung upaya pengembangan agar tradisi bersastra di kalangan sastrawan dan penikmat sastra tumbuh secara baik. Pengembangan sastra, baik dalam bentuk fisik maupun nilai yang terkandung di dalamnya, dilakukan terhadap sastra yang bernilai untuk aktualisasi. Aktualisasi yang dimaksud adalah penuangan dalam bentuk aktual atau mengadaptasi suatu karya ke karya yang lain. Dalam hal tersebut, sastra bukan hanya bisa diterjemahkan melainkan dialihwahanakan.

Setiap hasil alih wahana merupakan karya baru karena adanya pengalihan dari satu karya menjadi karya yang lain. Pengalihan bentuk karya sastra menjadi karya seni adalah perubahan bentuk (media) karya sastra itu sendiri, sebagai contoh yakni dari puisi menjadi novel,dan dari novel menjadi karya seni yang berupa film. Pemunculan film-film yang diadaptasi dari novel akhir-akhir ini semakin marak. Para sineas kini menggunakan karya sastra khususnya novel sebagai ide penggarapan film. Hal tersebut membuktikan bahwa novel kaya akan cerita-cerita yang menarik. Selain itu, alasan lainnya yang mendasari proses alih wahana adalah karena sebuah karya tersebut sudah terkenal dari salah satu bentuknya sehingga masyarakat pada umumnya sudah tak asing lagi dengan karya yang disajikan dalam bentuk yang berbeda.Pada akhirnya, ketidakasingan dan

(3)

kemudahan penyampaian pesan kepada pembaca tersebut mendukung aspek komersil. Alasannya adalah karena ide cerita, khususnya novel dianggap bagus oleh masyarakat dan penulis skenario film. Munculnya fenomena pengadaptasian novel ke bentuk film merupakan perubahan substansi dari wacana yang memunculkan istilah lain yaitu ekranisasi.

Ekranisasi adalah pelayar putihan atau pemindahan sebuah novel ke dalam film (Eneste, 1991:60). Pemindahan dari novel menjadi film berpengaruh pada berubahnya hasil medium bahasa ke dalam bentuk medium audio visual. Dalam hal ini, karya sastra akan muncul dalam wujud yang sangat berbeda. Bila dipandang dari segi penciptaan, novel dihasilkan oleh penulis atau karya individu sedangkan film merupakan hasil kerja tim atau kelompok. Oleh karena itu, kadar pengaruh isi cerita yang ada di dalam novel mengalami perubahan yang disebabkan proses alih wahana. Perubahan inilah yang mengakibatkan timbulnya respon positif dan respon negatif penikmat karya sastra. Sebagian penikmat sastra kurang berminat terhadap hasil alih wahana yang tidak sesuai dengan novel. Sebagian lainnya merasa puas dengan novel yang dialihwahanakan ke dalam film karena ceritanya lebih menarik.

Proses alih wahana hendaknya menjadi peluang bagi pengajar. Bahan pembelajaran yang tepat dan sesuai merupakan hal utama yang harus

diperhatikan dalam pembelajaran apresiasi di sekolah. Penyampaian bahan pembelajaran berarti melaksanakan beberapa kegiatan, tetapi kegiatan itu tidak akan ada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan tertentu. Artinya seorang guru harus mempunyai tujuan dalam kegiatan pengajarannya, karena itu setiap guru menginginkan pengajarannya dapat diterima sejelas-jelasnya oleh peserta didiknya. Berkaitan dengan hal itu, untuk mengerti suatu hal dalam diri seseorang terjadi suatu proses yang disebut sebagai proses belajar melalui model-model mengajar yang sesuai dengan kebutuhan proses belajar. Melalui model mengajar-mengajar itu guru mempunyai tugas merangsang serta meningkatkan jalannya proses belajar. Oleh karena itu,untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, guru harus mengetahui bagaimana model dan proses pembelajaran itu berlangsung.

Hal yang menjadi fokus perhatian dalam pemilihan bahan untuk memperdalam apresiasi siswa yaitu mengenai kelebihan dan kekurangan serta struktur intrinsik dalam novel dan film sebagai landasan untuk mengetahui respon pembaca terhadap alih wahanapuisi Hujan Bulan Junike dalam novel dan film. Peserta didik mempunyai peran penting dalam menghadirkan atau menginterpretasikan makna.

Adapun alasan yang mendasari proses alih wahana atau khususnya ekranisasi ini antara lain karena sebuah novel atau karya

(4)

Vol. 7, No. 2 –Mei 2019

yang sebelumnya (puisi) sudah terkenal terlebih dahulu sehingga mendukung aspek komersil. Ide cerita novel yang dikembangkan dari karya yang sebelumnya sangat bernilai edukatif karena mengembangkan tradisi kesastraan. Namun karena tidak semua pembaca memahami maksud dari puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono tersebut, maka dengan adanya alih wahana dari puisi ke novel diharapkan membantu khalayak untuk memahami maknanya. Sapardi yang lebih terkenal sebagai penyair tampaknya tetap membawa ciri khasnya sekalipun pada tulisan yang berbentuk prosa. Bagi sebagian pembaca, novel Hujan Bulan Juni

garapannya masih dianggap belum mampu mengungkapkan makna yang sebenarnya.

Oleh karena itu, film Hujan Bulan

Juni karya sutradara Hestu Saputra yang

merupakan alih wahana dari bentuk sebelumnya (novel) hadir sebagai jalan tengah untuk menerangkan alur dalam novel dengan sejelas-jelasnya. Namun sekali lagi, karena bentuk dari kedua karya itu berbeda menyebabkan banyaknya perubahan yang diakibatkan oleh penyesuaian keduanya. Dengan kata lain, perbedaan media memengaruhi cara penyajian cerita, dan bentuk penyajian cerita. Selain dipengaruhi oleh keterbatasan (limit) yang dimiliki oleh masing-masing media,perubahan juga dipengaruhi oleh adanya keinginan sutradara ataupun penulis skenario. Proses ekranisasi

memungkinkan adanya tiga perubahan. Perubahan yang muncul yaitu terkait dengan cerita, penokohan, latar, suasanya, gaya, tema, dan amanat. Dalam hal ini, baik sutradara maupun penulis skenario mengungkapkan ide-ide atau gagasannya dengan bahasa yang bersahabat tanpa mengurangi kandungan isinya sehingga penonton tidak akan kesulitan dalam memahami isi cerita secara keseluruhan.

Berkaitan dengan uraian tersebut, peneliti menganggap alih wahana puisi

Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko

Damono ke dalam novel dan film menarik untuk dikaji. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan penelitiannya kepada alih wahana dari novel ke film khususnya proses ekranisasi untuk mengetahui penciutan, penambahan, dan perubahan variasi yang terjadi. Namun berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini mengaitkan hasil penelitian sebagai bahan ajar di SMA.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2013: 1) Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) yakni peneliti sebagai instrumen

(5)

kunci, pengambilan sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dilakukan secara

trianggulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada

generalisasi.

Metode deskriptif kualitatif artinya mendeskripsikan dan menafsirkan data yang ada. Siswantoro (2010: 56) mengungkapkan bahwa metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (novel, drama, cerita pendek, puisi) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Oleh karena itu, melalui metode penelitian deskriptif kualitatif peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan alih wahana puisi Hujan Bulan Junikarya Sapardi Djoko Damono ke dalam novel dan film sebagai bahan ajar sastra di SMA.

PEMBAHASAN

Alih Wahana Puisi Hujan Bulan Juni

karya Sapardi Djoko Damono ke Novel

Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko

Damono

Pengalihwahanaan sebuah karya tidak memiliki aturan yang mengikat sebab karya

yang dialihwahanakan hanya perlu menyesuaikan dengan karya yang menjadi hasil alih wahananya. Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono di alihwahanakan ke dalam bentuk prosa (novel) oleh Sapardi sendiri. Dalam pengalihwahanaan dari puisi ke prosa dapat diawali dengan memparafrase puisi itu terlebih dahulu. Setelah memahami maknanya, barulah kemudian dibuat alur yang sesuai dengan tema dan makna yang terkandung dalam puisinya.

Novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono memiliki kisah yang sesuai dengan puisinya. Terlihat dari barisnya /dirahasiakannya rintik rindunya/ kepada pohon berbunga itu/. Baris tersebut menggambarkan perasaan rindu Sarwono kepada Pingkan yang sedang berada di Jepang. Kemudian dalam baris /dihapusnya jejak-jejak kakinya/yang ragu-ragu di jalan itu/ menggambarkan bahwa keraguan Sarwono tentang cinta Pingkan terhadapnya ia coba hapuskan, ia percaya bahwa Pingkan tidak akan berpaling darinya, dan lain-lain.

Hujan Bulan Juni sendiri diberikan majas

personifikasi sehingga ia memiliki sifat tabah, bijak dan arif yang tak lain dikonotasikan dengan tokoh yang bernama Sarwono dan Pohon berbunga diumpamakan sebagai perempuan yang ia cintai (Pingkan).

Alih wahana dari puisi ke prosa ini tidak jauh berbeda dengan pengalihwahaan puisi ke jenis kesenian lainnya. Bedanya

(6)

Vol. 7, No. 2 –Mei 2019

larik-larik dalam puisi tersebut lebih dikembangkan menjadi alur yang diberikan tokoh dan penokohan serta unsur intrinsik lainnya.

Alih Wahana dari NovelHujan Bulan Juni

karya Sapardi Djoko Damono ke Film

Hujan Bulan Juni karya Hestu Saputra

(Ekranisasi)

Proses ekranisasi novel menjadi film

Hujan Bulan Juni adalah perubahan novel

yang merupakan suatu karya yangtertulis menjadi sebuah film yang dapat dilihat dan didengar. Pada proses penggarapan pun terjadi perubahan yang berpengaruh pada berubahnya hasil medium untuk menyesuaikan dengan fungsi media karya yang disebut dengan istilah ekranisasi. Hal tersebut memperkuat pendapat Eneste (1991: 60) bahwa proses ekranisasi merupakan pemindahan novel ke film yang mengakibatkan timbulnya berbagai perubahan. Berikut ini hasil penelitian yang telah diidentifikasi sebagai prosesekranisasi novel menjadi film Hujan Bulan Juni.

1. Penciutan

Proses penciutan merupakan penghilangan beberapa bagian dari novel yang tidak ditampilkan dalam film. Setelah menemukan perbedaan yang terjadi dalam novel dan film, ditemukan beberapa bagian yang direduksi dan dihilangkan dalam film, yang terdiri atas beberapa bagian, beberapa bagian tersebut dikaji secara mendalam.

a. Toar dalam kehidupan Sarwono dan Pingkan

Dalam novel, Toar merupakan sosok yang sangat istimewa dalamkehidupan Sarwono dan Pingkan. Diceritakan Toar adalah sosok dibalik adanya hubungan antara Sarwono dan Pingkan. Toar merupakan Sahabat dari Sarwono yang sekaligus kakak dari Pingkan. Film menghilangkan tokoh Toar dikarenakan konsistensi sang sutradara yang lebih menitikberatkan pada hubungan Sarwono dan Pingkan, sehingga sosok Toar tidak begitu penting

b. Momen wisuda Sarwono

Dalam novel diceritakan Bu Hartini/Pelenkahu hadir dalam wisuda Sarwono yang bahkan tidak dapat dihadiri oleh Pingkan dan Toar karena ada urusan lain. Sarwono menganggap bahwa kehadiran Bu Hartini adalah tanda bahwa hubungannya dengan Pingkan sudah mendapat lampu hijau. Film menghilangkan bagian ini, karena cerita dimulai saat Sarwono dan Pingkan sudah sama-sama menjadi Dosen di UI dan alur berjalan maju. Berbeda dengan di novel, Sapardi sangat lihai dalam memainkan alur di novel tersebut.

c. Kisah cinta Hartini dan Bolung Pelenkahu

Dalam novel cerita asal mula Bolung Pelenkahu (Ayah Toar dan Pingkan) bisa menikahi Hartini diceritakan oleh Toar. Hartini yang saat itu memiliki keyakinan berbeda dengan Bolung harus mengikuti

(7)

keyakinan keluarga Bolung apabila ia bersedia menikah dengannya. Dalam film bagian ini dihilangkan karena cerita hanya berfokus pada kisah cinta dua tokoh utama, yakni Pingkan dan Sarwono.

d. Kegiatan penelitian Sarwono di Tobelo Setelah Pingkan pergi ke Jepang, Sarwono ditugaskan untuk pergi ke daerah yang mengalami konflik yakni di Tobelo. Kebetulan di sana adalah tempat kerja Toar, maka kesempatan ini ia gunakan untuk bisa bertemu dengan sahabatnya itu. Tak lupa Pingkan juga menitipkan pesan agar Toar selalu menjaga calon iparnya selama di sana. Lain halnya dengan film, film menghilangkan bagian-bagian Sarwono saat melakukan tugas penelitian dari prodinya. e. Masa kecil pingkan di Solo

Novel mengisahkan kehidupan Pingkan saat masih kecil di Solo, saat ia belajar menari dengan Pak Bei. Pingkan selalu saja dianggap tidak lihai, sebab ia bukan Jawa. Orang-orang sekitarnya sering mempermasalahkan hal semacam itu. Ia mengakui dirinya Jawa, namun orang lain menganggapnya Menado. Dalam film, hal semacam ini tidak diceritakan. Ia hanya bangga menjadi keturunan antara Jawa dan Menado.

f. Kedatangan keluarga besar Pingkan ke Solo

Novel mengisahkan kedatangan keluarga Pingkan ke Solo untuk membahas pernikahan Toar. Lain halnya dengan film,

keluarga Pingkan hanya berada di Menado saat ditemui Pingkan ketika ia sedang berada di sana untuk menjadi guidedalam kegiatan yang ditugaskan kepada Sarwono.

2. Penambahan

Pada proses penambahan merupakan penambahan cerita yang terjadi dalam film, sehingga peristiwa yang tidak ada dalam novel ditambahkan dalam film. Hal tersebut terjadi karena adanya persamaan yang terjadi pada tokoh dan penokohan serta gaya penceritaan yang menunjang hal tersebut. Bagian-bagian yang ditambahkan dikaji secara mendalam.Berikut penjelasannya. a. Pak Tumbelaka yang dimunculkan

Dalam novel, Pak Tumbelaka tidak dimunculkan sebagai sosok yang genit. Ia tidak hidup di novel. Hanya namanya yang ada sebagai sosok yang ingin mempersunting Pingkan hanya karena pernah bertemu sekali pada kunjungan Pingkan ke UNSRAT. b. Kunjungan di UNSRAT

Dalam novel kunjungan ke UNSRAT tidak diceritakan peristiwa di tempat tersebut, tetapi hanya menceritakan peristiwa setelah pulang dari UNSRAT. Sarwono dan Pingkan diajak masuk ke sebuah warung makan. Lain halnya dengan film, kunjungan ke UNSRAT diceritakan dari setibanya di bandara Sam Ratulangi Manado sampai mengadakan presentasi dengan dosen-dosen UNSRAT. c. Perjalanan ke Gorontalo yang ditemani

(8)

Vol. 7, No. 2 –Mei 2019

Dalam novel, perjalanan ke Universitas Negeri Gorontalo sudah diatur sedemikian rupa oleh Patiasina (Kaprodi FISIP) sehingga Sarwono tidak usah repot-repot ke sana-sini mencari tumpangan atau mencarter mobil dengan di antar oleh mahasiswa UNSRAT yang sudah sering bolak-balik ke Gorontalo. Namun dalam film, posisi mahasiswa UNSRAT itu digantikan oleh Benny yang diminta oleh Pingkan karena khawatir akan kesehatan Sarwono apabila ia yang mengemudikannya. Pingkan takut lelaki yang dicintainya itu kelelahan.

d. Kisah cinta segitiga yang sangat ditonjolkan

Dalam novel kisah cinta segitiga antara Sarwono, Pingkan dan Katsuo tidak begitu penting. Lain halnya dengan film, dari awal cerita sampai akhir diceritakan hubungan ketiganya antara cinta Sarwono dan Pingkan, Katsuo yang mengagumi Pingkan, dan Pingkan yang bimbang akan perhatian Katsuo terhadapnya.

e. Perjalanan ke danau Linow, pantai Likupang, dan bukit Kasih Kanonang

Dalam novel tidak diceritakan tentang perjalanan Sarwono dan Pingkan ke Pantai yang ada di daerah Menado. Namun dalam film cerita disajikan secara kronologis hingga akhirnya sepulang dari Universitas Negeri Gorontalo, Sarwono dan Pingkan mampir di sebuah danau untuk sekadar menulis puisi yang berjudul Hujan Bulan Juni. Pada saat di

pantai, Pingkan meminta Sarwono untuk membacakan puisi Hujan Bulan Juninya itu. Sesampainya di bukit Kasih Kanonang, Pingkan menceritakan tentang kisah Puteri Pingkan dan Matindas kepada Sarwono. f. Pembacaan puisi-puisi dalam antologi

ke dalam film

Dalam novel, puisi yang disajikan di dalamnya tidak terlalu banyak dan hanya diceritakan dengan deskripsi yang lain. Dalam film, puisi-puisi yang terkandung dalam antologi puisi Hujan Bulan Juni milik Sapardi dimasukan dalam beberapa scene.

3. Perubahan Variasi

Perubahan variasi adalah variasi penggambaran yang dilakukan dalam visualisasi dari novel ke film. Film melakukan penyesuaian terhadap novelnya sehingga perubahan-perubahan variasi muncul dalam film. Hal tersebut terdiri atas beberapa bagian, dan dikaji secara mendalam. Berikut penjelasannya.

a. Bu Pelenkahu dan Karakternya

Dalam novel Bu Pelenkahu diceritakan menjadi sosok yang tidak lagi Jawa meskipun ia lahir di Jawa dan tinggal di Jawa. Ia lebih suka diakui sebagai Manado atau Makkasar. Namun dalam film, Bu Pelenkahu/Dodokambe diceritakan sangat Jawa dalam berbicaranya.

b. Benny yang dipaksakan ada

Dalam novel, tokoh Benny tidak memiliki peran penting dalam mengambil hati Pingkan. Sosok Benny tidak berbeda

(9)

jauh dengan yang diceritakan di novel, namun dalam film karakter Benny lebih hidup.

c. Visualiasasi pembukaan film

Dalam novel, kisah dimulai dengan Sarwono yang ingin segera ke Malioboro setelah selesai dari tugas penelitiannya di Yogya. Dia ingin sekadar mampir ke kios majalah karena mendapat kabar dari rekannya yang bekerja di sebuah redaksi koran bahwa puisinya telah dimuat pada koran sore itu. Lain halnya dalam film, kisah dimulai dengan latar pemandangan mekarnya bunga sakura di Jepang yang sedang dinikmati oleh Pingkan dan Katsuo.

Beberapa proses ekranisasi dalam novel yang difilmkan tidak terlepas dari penciutan, penambahan, dan perubahan variasi. Uraian di atas menjelaskan jika terjadinya proses ekranisasi yang sedemikian rupa bersifat kewajaran karena tidak semuanya konflik yang terdapat pada novel dapat dipindahkan ke dalam ranah film. Sutradara sebelumnya sudah menyaring terlebih dahulu apa saja yang akan dipindahkan ke ranah perfilman.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan Alih Wahana Puisi Hujan Bulan

Juni karya Sapardi Djoko Damono ke dalam

Novel dan Film sebagai Bahan Ajar Sastra dan Model Pembelajarannya di SMA, dapat peneliti uraikan simpulan sebagai berikut:

1. Alih wahana puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ke dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono mengakibatkan perubahan bentuk dari puisi ke prosa. Namun tidak ada perubahan yang signifikan, sebab dalam pengalih wahanaannya pengarang hanya perlu menambahkan unsur intrinsik yang tidak terdapat dalam puisi seperti alur, penokohan dan latar. Ide cerita novel dikembangkan dari larik-larik puisi itu sendiri sehingga sangat membantu pemahaman khalayak mengenai puisinya itu sendiri.

2. Alih wahana novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ke dalam film Hujan Bulan Juni karya Hestu Saputra atau yang lebih dikenal dengan istilah ekranisasi, mau tidak mau harus mengalami penyesuaian antara keduanya. Bermacam-macam perubahan, pengurangan, dan penambahan variasi-variasi tersebut mengakibatkan pula terjadinya perubahan fungsi khususnya pada tokoh, latar, dan alur cerita. Perubahan yang terjadi merupakan akibat pemindahan dari bentuk visual yang mengandalkan cerita dari pikiran pembaca ke dalam dialog-dialog yang menjadi unsur penting dalam film. Dalam proses ekranisasi novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ke dalam film

(10)

Vol. 7, No. 2 –Mei 2019

Hujan Bulan Juni karya Hestu Saputra

terdapat 15 data yang ditemukan, yang terdiri dari 6 aspek penciutan, 6 aspek penambahan, dan 3 aspek perubahan variasi. (1) Proses penciutan itu meliputi: Toar dalam kehidupan Sarwono dan Pingkan, momen wisuda Sarwono, kisah cinta Hartini dan Bolung Pelenkahu, kegiatan penelitian Sarwono di Tobelo, masa kecil Pingkan di Solo, dan kedatangan keluarga besar Pingkan ke Solo(2) proses penambahan itu meliputi: Pak Tumbelaka yang dimunculkan, kunjungan di UNSRAT, perjalanan ke Gorontalo yang ditemani Benny, kisah cinta segitiga yang sangat ditonjolkan, perjalanan ke danau, pantai, dan bukit, pembacaan puisi-puisi dalam antologi

Hujan Bulan Juni ke dalam film(3)

terakhir adalah proses perubahan variasi yang meliputi: Bu Pelenkahu dan karakternya, Benny yang dipaksakan ada, dan visualisasi pembukaan film. 3. Novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi

Djoko Damono dan film Hujan Bulan

Juni karya Hestu Saputra merupakan

alternatif bahan ajar siswa dalam proses belajar mengajar. Guru menyadari akan hal itu karena dengan adanya materi seperti itu siswa akan mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak mereka ketahui. Guru pun dapat memberikan rancangan atau rangsangan kepada siswa akan bahan ajar yang ia punya dalam

melakukan proses belajar mengajar. Berkaitan dengan hal ini, siswa akan memahami apa saja yang sudah ia ketahui dan pahami selama proses belajar mengajar berlangsung.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu penelitian ini, baik secara langsung maupun tak langsung. Khususnya kepada Sapardi Doko Damono, yang telah menulis novel dengan sangat indah dan kaya dari berbagai aspek, sehingga menarik untuk dianalisis atau diteliti. Selain itu, peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada para ahli yang telah menyusun buku referensi, sehingga memudahkan proses penelitian, mengingat metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode pustaka.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem

Pembelajaran dalam Konteks

Kurikulum 2013.Bandung: PT Refika

Aditama

Afri, Putri Nadia. 2014. “ Transformasi Novel Ke Film Bidadari-Bidadari

Surga: Kajian Ekranisasi”. Dalam

ejournal.unp.ac.id. Vol. 2, No. 3, Hal. 12-17. Padang : FBS Universitas Negeri Padang

Aminuddin. 2013. Pengantar Apresisi

Sastra. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan

(11)

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Damono, Sapardi Djoko. 2017. Hujan Bulan

Juni. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama

Damono, Sapardi Djoko. 2017. Hujan Bulan

Juni Sepilihan Sajak. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama

Damono, Sapardi Djoko. 2018. Alih Wahana. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Endraswara, Suwardi. 2014. Metode

Penelitian Sastra Bandingan.Jakarta:

Bukupop.

Eneste, Pamunsuk. 1991. Novel dan Film. Flores: Nusa Indah.

Huda, Miftahul. 2014. Model-Model

Pengajaran dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Istadiyantha, dan Rianna Wati,. 2015. “Ekranisasi Sebagai Wahana Adaptasi dari Karya Sastra Ke Film”. Dalam Jurnal Haluan Sastra dan Budaya.Hal. 1-7. Surakarta - FIB UNS

Kemendikbud Republik Indonesia. 2016.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Kelima. Aplikasi luring Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori

Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Rahmanto. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rani, Seruni. 2017. “Alih Wahana dan Perbandingan Karya Sastra Berbeda Bahasa Tetapi Tetap Sama.” (Online) Dalam

http://wordpress.com/2017/02/03

(diakses tanggal 29 April 2017) Semi, Atar. 1988. Anatomi sastra. Padang:

Angkasa Raya

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori sastra.Jakarta: PT Gara Sindo

Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: Pusat Pelajar

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitan dapat disimpulkan bahwa (1) aspek diksi secara keseluruhan dalam sepilihan sajak Hujan Bulan Juni puisi karya Sapardi Djoko Damono berjumlah 123 data, di

Data penelitian ini adalah data yang berwujud kata, ungkapan, dan kalimat yang terdapat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan

Atas izin Allah penulisan tesis yang berjudul “ Bahasa Figuratif dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono: Kajian Stilistika dan

Fokus dalam penelitian ini adalah bahasa figuratif dan citraan dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono.. Fokus tersebut, dirinci menjadi

Data dalam penelitian ini adalah alur (tahapan alur) dan peristiwa (fungsional, kaitan dan acuan) yang terdapat dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko

Fokus dalam penelitian ini adalah religiositas pada novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dan rancangan pembelajarannya di Sekolah Menengah Atas (SMA), dengan indikator

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana struktur novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Darmono.. Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan

Pelajaran hidup yang dapat dipetik dari puisi-puisi Sapardi Djoko Damono dalam manuskrip puisi Hujan Bulan Juni yaitu menceritaka sebuha kehidupan di dunia ini hanyalah