• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROGRAM KENTONGAN DI RADIO REPUBLIK INDONESIA PROGRAMA 3 DALAM PRAKTIK JURNALISME BENCANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PROGRAM KENTONGAN DI RADIO REPUBLIK INDONESIA PROGRAMA 3 DALAM PRAKTIK JURNALISME BENCANA"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROGRAM KENTONGAN DI RADIO

REPUBLIK INDONESIA PROGRAMA 3 DALAM

PRAKTIK JURNALISME BENCANA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Hamas Alrafsanjani NIM 11160510000172

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H / 2020 M

(2)

i

INDONESIA PROGRAMA 3 DALAM PRAKTIK JURNALISME BENCANA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Hamas Alrafsanjani

NIM : 11160510000172

Pembimbing

Syamsul Rijal, M.A., Ph.D.

NIP. 197810082006041002

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H / 2020 M

(3)

Dengan ini saya menyat*anbahwa:

1.

Skripsi ini hasil karyaasli saya yang diajukan untuk mernenuhi salah satu persyarutan memperoleh gelar Strata Satu (St) di

tlIN

Syarif Hidayatullah J akarta,.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN S yarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karyasaya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di tlIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2A2A

Hamas Alrafsanjani

(4)

RADIO

REPUBLIK

INDONESIA PROGRAMA

3

DALAM

PRAKTIK JURNALISME BENCANA telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi IIIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2 8 Desemb er 2020 . Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pro$am Strata Satu (S1) pada jurusan Jurnalistik.

Jakart4 28 Desember 2020

'

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap

Anggota

Sekertaris Merangkap Anggota

NIP. 1 g7g0 tt4200g 1 2ta02

Pra. Hi. Mu,$firah NuTIaiIi, M.rA.

NIP. 197 1 04 n2A00032001

Anggota

Penguji I Penguji II

}{IP" 9700903 1 9e6031001 NIIP . 197 308221 g9g0 320A1

Pembimbing

NIP . tg7gl 0092006041002

.**.4

IF

(5)

iv

Judul : Analisis Program Kentongan Di Radio Republik Indonesia Programa 3 Dalam Praktik Jurnalisme Bencana

Indonesia menjadi salah satu negara yang sering dilanda bencana. Masih ingat di benak kita beberapa peristiwa bencana yang melanda Indonesia dan memakan banyak korban jiwa serta merusak fasilitas umum. Beberapa bencana besar pernah melanda Indonesia, diantaranya gempa bumi dan tsunami di Aceh pada tahun 2004, dan di Palu tahun 2018.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Program Kentongan di Radio Republik Indonesia Programa 3 dalam Praktik Jurnalisme Bencana. Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai salah satu media massa milik pemerintah Indonesia turut andil dalam mengedukasi publik tentang mitigasi bencana. Pada bulan September 2019, RRI meluncurkan program siaran bernama Kentongan, yaitu program siaran radio yang khusus dalam urusan tanggap bencana.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi siaran radio dan wawancara. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah program kentongan di RRI Pro 3, dan yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah orang yang bertanggung jawab atas program kentongan RRI Pro 3 ini.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa program Kentongan RRI Pro 3 memiliki format radio berita. Program tersebut memiliki beberapa segmen, yaitu pembacaan berita bencana yang aktual, wawancara, pembacaan arus lalu lintas dan juga pembacaan peringatan cuaca. Dalam acara Kentongan miliki dua format berita yang disajikan untuk pendengar, yaitu Hard

News, dan Continuose News. Dan dalam penyampaian

berita-berita tersebut menggunakan metode Live Reporting, dan Phone in

News.

Kata Kunci : Radio, Fomat, Program, Kentongan, Mitigasi,

(6)

v

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Analisis Program Kentongan Di Radio Republik Indonesia Programa 3 Dalam Praktik Jurnalisme Bencana”.

Skripsi ini merupakan kontribusi yang peneliti lakukan sebagai mahasiswa Program Studi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos). Banyak pihak yang berpartisipasi dalam proses penelitian serta mendukung peneliti untuk menyelesaikan karya akhir ini. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc. M.A.

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed., Ph.D; Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Siti Napsiah, MSW; Wakil Dekan II Bidang Administrasi, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag; serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Cecep Castrawijaya, M.A.

3. Ketua Program Studi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris Program Studi Jurnalistik, Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A.

(7)

vi terhadap penelitian ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti.

6. Direktur Program Produksi Radio Republik Indonesia, Soleman Yusuf, dan pihak Radio Republik Indonesia lainnya yang telah memfasilitasi dan menjadi nasarumber pada penelitian ini.

7. Narasumber penelitian, Kabag Pemberitaan RRI Pro 3, Agus Rusmin, dan Penyiar Program Kentongan RRI Pro 3 Ahmad Zaini yang telah meluangkan waktu untuk diwawancarai.

8. Orang tua tercinta, Ayahanda An Yusna dan Ibunda Nur Hidayati yang tidak pernah berhenti memberikan banyak kasih sayang, dukungan serta doa bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Kakak satu-satunya, Nurul Faridatul Azhar yang memberikan dukungan serta doa bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Teman-teman mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta angakatan 2016 telah menemani selama masa perkuliahan. 11. Kakak-kakak Messengers of Peace Indonesia, Kak Erwin Samuel Ramli, Kak Harris Nizam, Kak Nauli Fitria Dwi Dhamayanthie, Kak Venny Indri Christiyanti, dan Kak

(8)

vii

12. Kakak-Kakak Pramuka Kota Tangerang Selatan, Taufiq Hidayattuloh, Nur Kholikul Ulum, Faisal Izzulhaq, Felicia, Imam Ma’ruf yang telah menemani dan mensupport peneliti selama masa berproses di Pramuka.

13. Terakhir, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri yang selalu mau berjuang dalam situasi apapun. Peneliti menyadari karya ilmiah ini berpotensi memiliki kekurangan, baik dari segi penulisan, tata bahasa, analisis, dan lainnya. Namun, peneliti berharap karya ilmiah ini dapat berkontribusi dalam Ilmu Jurnalistik.

Jakarta, 26 November 2020

(9)

viii

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Jurnalisme Bencana ... 12

2. Format dan Program Radio ... 18

B. Kajian Pustaka ... 33

C. Kerangka Berpikir ... 35

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG RRI ... 37

A. Sejarah RRI ... 37

B. Logo RRI ... 39

(10)

ix

F. Tugas Pokok RRI ... 44

G. Peran RRI ... 45

H. RRI Programa 3 ... 48

BAB IV DATA DAN TEMUAN PROGRAM KENTONGAN RRI PRO 3 ... 52

A. Latar Belakang Program Kentogan ... 52

B. Jam Siaran ... 56

C. Pengisi Acara Program Kentongan ... 59

BAB V PEMBAHASAN ... 61

A. Format Program Kentongan ... 61

B. Jurnalisme Bencana pada Program Kentongan ... 71

BAB VI PENUTUP ... 77 A. Kesimpulan ... 77 B. Implikasi ... 78 C. Pesan ... 79 DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN ... 84

Surat Bimbingan Skripsi ... 84

Surat Izin Penelitian ... 85

Transkip Wawancara... 86

1. Wawancara dengan Direktur Program RRI ... 86

2. Wawancara dengan Kepala Bagian Pemberitaan RRI Pro 3 ... 99

(11)

x

Tabel 3.1 Format Programa 3 Radio Republik Indonesia ... 49 Tabel 3.2 Daftar Program Siaran RRI Pro 3 pada 22 Juli 2020 .. 51 Tabel 4.1 Peristiwa Mitigasi Bencana yang disiarkan Kentongan RRI Pro 3 ... 57

(12)

xi

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 36

Gambar 3.1 Logo Radio Republik Indonesia... 39

Gambar 3.2 Struktur Organisasi LPP RRI ... 43

Gambar 4.1 Alat Kentongan ... 54

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia menjadi salah satu negara yang sering dilanda bencana. Masih ingat dibenak kita beberapa peristiwa bencana yang melanda Indonesia dan memakan banyak korban jiwa serta merusak fasilitas umum. Beberapa bencana besar yang melanda Indonesia, diantaranya gempa bumi dan tsunami di Aceh pada tahun 2004, dan di Palu tahun 2018.

Dikutip dari bnpb.go.id, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 1.115 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia menurut rekapitulasi data dari 1 Januari 2020 hingga 18 April 2020. Peristiwa bencana alam yang mendominasi adalah bencana banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor. Setidaknya bencana yang telah terjadi tersebut mengakibatkan dampak korban meninggal dunia hingga 151 jiwa, 5 orang hilang, 229 luka-luka dan 1.818.738 korban mengungsi dan menderita. Dari 1.115 peristiwa bencana tersebut juga mengakibatkan 16.495 rumah rusak, 569 fasilitas rusak, hingga 157 jembatan rusak.1

Definisi Bencana menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana adalah peristiwa atau rangkaian

(14)

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Berdasarkan undang-undang itu juga bencana dibagi menjadi dua faktor, yaitu aktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia. Tidak semua bencana terjadi karena gelaja alam.2

Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia sejak dulu adalah gempa bumi. Berasarkan data BNPB, setidaknya ada 30 kali peristiwa gempa bumi mengguncang Indonesia sepanjang tahun 2019.3 Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar (patahan), aktivitas gunungapi, atau runtuhan batuan. Jenis bencana ini bersifat merusak, dapat terjadi setiap saat dan berlangsung dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat menghancurkan bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya dalam sekejap. Sampai saat ini, belum ada ahli dan institusi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa bumi.4 Institusi yang berwenang untuk mengeluarkan informasi kejadian gempa bumi adalah

2 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007

Tentang Penanggulangan Bencana.

3

https://bnpb.go.id/berita/2020-01-20-infografis-update-bencana-31-des-2019-per20jan2020jpg

4 Badan Nasional Penanggulangan Bancana, Buku Saku Tanggap Tangkas

(15)

Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika atau yang biasa disingkat BMKG. Berdasarkan sejarah kegempaan BMKG, gampa tektonik berskala besar dan kecil pernah melanda hampir seluruh wiayah Indonesia.5

Salah satu faktor kenapa di Indonesia sering terjadi gempa adalah Indonesia dikelilingi oleh tiga lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Hindia atau Indo-Autralia di sebelah selatan, lempeng Eurasia di utara, dan lempeng Pasifik di timur. Ketiga lempeng itu yang memicu terjadinya getaran di dalam bumi yang biasa dikenal dengan gempa bumi. Selain itu, kepulauan Indonesia termasuk ke dalam wilayah Pasific Ring of Fire atau cicin api pasifik, yang merupakan jalur rangkaian deretan gunung api di dunia. Tercatat Indonesia memiliki kurang lebih 240 gunung berapi, dan 70 diantaranya masih aktif.6 Kedua faktor tersebutlah yang membuat Indonesia sering terjadi bencana alam gempa bumi dan gunung meletus.

Dengan banyaknya bencana yang mengancam Indonesia kapan saja, negara ini memerlukan early

warning system atau sistem peringatan sejak dini. Media

massa yang menjadi konsumsi masyarakat setiap saat, seharusnya menjadi bagian dari early warning system. Media massa memiliki peran sebagai komunikator untuk menyampaikan isi pesan mitigasi bencana kepada publik.

5 Ahmad Arif, Jurnalisme Bancana Bencana Jurnalisme Kesaksian dari Tanah

Bencana (Jakarta: PT Gramedia. 2010), h. 26.

6 Ahmad Arif, Jurnalisme Bancana Bencana Jurnalisme Kesaksian dari Tanah

(16)

Jurnlisme bencana di awal kemunculannya masih menuai kritik, Nazarudin (2007) menyatakan praktik jurnalisme bencana di media massa Indonesia masih berkutat dengan dramatisasi berita. Media hampir bisa dikatakan tidak menggunakan prinspi-prinsip jurnalisme yang baik karena euphoria pemberitaan yang memiliki nilai berita tinggi.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai lembaga yang mengurusi dunia penyiaran di Indonesia juga tidak tinggal diam. Dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) KPI juga mengatur tentang peliputan bencana. Hal itu tertulis pada bagian ke empat tentang penyiaran bencana pasal 25 di P3SPS. P3SPS adalah pedoman dan standar bagi kegiatan penyelenggaraan penyiaran baik TV maupun radio di Indonesia.

Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai salah satu media massa milik pemerintah Indonesia turut andil dalam mengedukasi publik tentang mitigasi bencana ini. Pada bulan September 2019, RRI meluncurkan program siaran bernama Kentongan, yaitu program siaran radio yang khusus dalam urusan tanggap bencana. Dilansir dari laman www.rri.co.id Program Kentongan Radio Tanggap Bencana ini, akan disiarkan secara langsung sebagai Lembaga Penyiaran Publik melalui 105 Stasiun RRI seluruh Indonesia, kemudian juga disiarkan oleh 223

(17)

stasiun relay.7 RRI bahkan bahkan menyediakan kolom khusus untuk mitigasi bencana yang diberinama “tanggap bencana” di laman websitenya www.rri.co.id.

Untuk di wilayah Jakarta, program Kentongan ini disiarkan di RRI Pro 3 Jakarta pada frekuensi 88.8 FM. Menariknya Kentongan pada RRI Pro 3 ini mengudara pada prime time atau jam tayang utama, yaitu jam 18.00 sampai 20.00 Waktu Indonesia Barat (WIB). Yang disiarkan juga bukan hanya pemberitaan tentang bencana yang sedang terjadi saja.

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang masalah diatas tentang pentingnya pengetahuan publik tentang mitigasi bencana dan media massa adalah garda tedepan dalam upaya penyampaian informasi kepada publik, maka penulis tertatik untuk meneliti lebih jauh mengenai

Analisis Program Kentongan di Radio Republik Indonesia Programa 3 Dalam Praktik Jurnalisme Bencana.

B. Batasan Masalah

Supaya penyelesaian masalah yang dilakukan tidak menyimpang dari ruang lingkup yang ditentukan, maka akan dilakukan batasan masalah. Adapun batasan masalah ini ialah pada analisis Format Program Kentongan di

7www.rri.co.id/post/berita/725684/tanggap_bencana/rri_resmikan_program_k

(18)

Radio Republik Indonesia Pro 3 dalam Praktik Jurnalisme Bencana.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Format Program Kentongan RRI Pro 3 ditinjau dari Praktik Jurnalisme Bencana?

2. Bagaimana Praktik Jurnalisme Bencana pada Program Kentongan RRI Pro 3 Berdasarkan Prinsip-prinsip Jurnalisme Bencana?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Atas dasar masalah yang ditulis dalam rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui format Program Kentongan RRI Pro 3 ditinjau dari Praktik Jurnalisme Bencana.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yang meliputi:

a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan kontribusi ilmiah tentang Format Program Kentongan di RRI bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya mahasiswa program studi jurnalistik.

(19)

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan masukan informasi awal penelitian seputar Format Program Kentongan di RRI, menjadi kontribusi ilmiah bagi program studi jurnalistik khususnya dan studi komunikasi umumnya, serta memberikan pemikiran pada khalayak khususnya istitusi radio di Indonesia mengenai Jurnalisme Bencana.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini mengunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deksriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari (Rurchan, 1992: 21-22).8

2. Paradigma Penelitian

Pada penelitian ini, paradigm yang digunakan adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme merupakan paradigma yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam

8 Basrowidan dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT

(20)

menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma konstruktivisme memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful

action melalui pengamatan langsung terhadap pelaku

sosial dalam setting yang alamiah untuk memahami dan menafsirkan bagaimana para pelaku sosial itu mencipatakn dan memelihara dunia sosial mereka.9

Menurut Von Glaserfeld dalam bukunya Bettencourt, konstruktivisme adalah salah satu filsafat ilmu pengetahuan yang menekan bahwa ilmu pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri.10 Paradigma konstruktivisme dalam ilmu komunikasi lebih mengkaji bagaimana pesan dikonstruksikan (dibentuk).

3. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah sumber informasi yang memperkaya data penelitian, dalam hal ini adalah orang yang bertanggung jawab atas program kentongan RRI Pro 3 ini. Sumber informasi ini didapatkan melalui pimpinan redaksi, produser, penyiar, dan news writer.

b. Objek Penelitian

9 Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Penedakatan (Jakarta: Kencana. 2005), h. 285.

10 Zikri Fachrul Nurhadi, Teori Komunikasi Kontemporer (Jakarta: Kencana.

(21)

Objek dalam peneitian ini adalah hal yang akan diteliti, yaitu program kentongan di RRI Pro 3. 4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Observasi adalah meninjau secara cermat. Dalam hal ini penulis akan meninjau secara langsung dengan mendengarkan program siaran “kentongan” dan juga datang ke studio Radio Republik Indonesia di Jakarta.

b. Wawancara

Disini Peneliti akan mewawancarai secara terstuktur Program Director dari Radio Republik Indonesia. Wawancara terstukur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara ini bertujuan untuk mencari jawaban hipotesis.11

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif, peneliti akan mendeskripsikan data-data yang dimiliki melalui survey, observasi, dan wawancara dengan apa adanya. menurut Sugiyono (2017), Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

11 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Rineka

(22)

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun dari lima bab yang teridiri dari beberapa sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut sebagai berikut:

BAB I PENDAULUAN : Dalam bab ini membahas

mengenai latar belakang masalah penelitian, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA : Pada bab kedua ini

menjelaskan tinjauan teoritis tentang format program siaran radio, serta menjelaskan tinjauan teoritis tentang jurnalisme bencana.

BAB III GAMBARAN UMUM RADIO REPUBLIK INDONESIA : Pada bab ini akan menguraikan gambaran

umum Radio Republik Indonesia (RRI). Pada bab ini juga akan menjelaskan sejarah berdirinya RRI, visi dan misinya, serta program-program yang ada di RRI.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PROGRAM KENTONGAN RRI PRO 3 : Pada bab keempat ini

merupakan hasil temuan dan data seputar Program Kentongan di RRI Pro 3.

(23)

BAB V PEMBAHASAN : Pada bab kelima ini

merupakan inti dari permasalahan pada penelitian ini, yaitu membahas hasil analisis Format Program Kentongan di RRI Pro 3.

BAB VI PENUTUP : Pada bab keenam ini merupakan

akhir dari skripsi ini, berisi kesimpulan dan saran-saran. Pada bab ini merupakan jawaban tehadap pertanyaan yang termuat dalam rumusan masalah.

(24)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Jurnalisme Bencana

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga tahun 2005, terdapat kata jurnalisme dan jurnalistik. Jurnalisme adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita dalam surat kabar dan lainnya. Sementara itu, jurnalistik dartikan sebagai sesuatu yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran.12 Dari pengertian ini, Jurnalisme bencana dapat diartikan sebagai kegiatan memberitakan kejadian bencana.

Menurut Fatih Muftih, Jurnalisme Bencana adalah bagaimana media melaporkan peristiwa bencana.13 Dalam kata “bagaimana” terkandung dua makna yaitu proses dan hasil. Makna proses ada pada proses produksi berita-berita bencana. Sementara makna hasil ada pada berita-berita bencana yang dimuat dan disiarkan pada media.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai lembaga yang mengurusi dunia penyiaran di Indonesia membuat sebuah pedoman dalam peliputan bencana.

12 Azwar, 4 Pilar Jurnalistik Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik (Jakarta:

Prenandamedia Group, 2018), h. 1.

13 Fatih Muftih, Mengapa Masio Menghidupkan Raja Ali haji (Depok: Orbit

(25)

Dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), KPI mengatur peliputan bencana. Hal itu tertulis pada bagian ke empat tentang penyiaran bencana pasal 25 di P3SPS tahun 2012. P3SPS adalah pedoman dan standar bagi kegiatan penyelenggaraan penyiaran baik TV maupun radio di Indonesia.

Pada P3SPS pasal 49, program siaran jurnalistik tentang peliputan bencana atau musibah wajib mempertimbangkan proses pemulihan korban, keluarga, dan masyarakat yang terkena bencana atau musibah. Dalam pasal 50 P3SPS tentang larangan-larangan peliputan bencana. Larangan-larangan tersebut sebagai berikut.

a. menambah penderitaan atau trauma korban, keluarga, dan masyarakat, dengan cara memaksa, menekan, dan/atau mengintimidasi untuk diwawancarai dan/atau diambil gambarnya;

b. menampilkan gambar dan/atau suara saat-saat menjelang kematian;

c. mewawancara anak di bawah umur sebagai narasumber;

d. menampilkan gambar korban atau mayat secara detail dengan close up; dan/atau

e. menampilkan gambar luka berat, darah, dan/atau potongan organ tubuh.

(26)

Di dalam pedoman ini juga, program siaran jurnalistik tentang bencana wajib menampilkan narasumber kompeten dan tepercaya dalam menjelaskan peristiwa bencana secara ilmiah.14

Menurut Nazaruddin (2007), terdapat beberapa prinsip dalam Jurnalisme Bencana, yaitu:15

a. Prinsip Akurasi

1) Tanggungjawab pertama dari media adalah memberikan informasi yang benar dan akurat tentang apa yang tengah terjadi. Media harus menjelaskan apakah rumor yang berkembang merupakan fakta atau bukan.

2) Mengingat lingkup kejadian yang luas dan dampaknya besar, liputan bencana hendaknya dilakukan oleh tim peliput, bukan hanya satu orang.

3) Dalam peliputan, media harus selalu mengecek dan mengecek ulang pada berbagai sumber informasi yang relevan, jangan hanya mengandalkan satu sumber informasi.

4) Berbagai pakar yang dilibatkan dalam komentar mengenai bencana biasanya menganalisis berdasarkan prediski dan seknario pristiwa apa yang akan terjadi. Dalam hal ini, media

14 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran tahun 2012. 15 Muzayin Nazaruddin. “Jurnalisme Bencana: Sebuah Tinjauan Etis” Jurnal

(27)

sebaiknya menjelaskan berbagai prediksi yang mungkin terjadi, lengkap dengan argumentasi, konteks, dan bagaimana menghadapinya.

b. Prinsip Humanuris, Khususnya Prinsip Suara Korban

1) Media harus menyediakan ruang setara bagi semua pihak, terutama perempuan, anak-anak, dan kaum difabel, untuk menyuarkan pendapat mereka. Prinsip humanis ini menuntut media meminimalisir pendapat dari para pejabat negara. Pernyataan dari pejabat hanya diberitakan dalam konteks yang memang “harus”, misalnya pernyataan-pernyataan resmi tentang bantuan dari negara.

2) Media harus menghormati peraturan mengenai akses media yang dibuat oleh rumah sakit atau institusi medis lainnya.

3) Pers tidak boleh menambah penderitaan orang yang sedang dalam kondisi gawat darurat, orang yang sedang berduka, dengan cara memaksa untuk diwawancarai. Termasuk dalam hal ini, gambar korban yang sedang menderita hanya dibolehkan dalam konteks yang mendukung tayangan. Pelanggaran etis yang begitu ketara atas prinsip ini dilakukan oleh sbuah stasiun televise swasta Indonesia yang tanpa rasa empati sedikitpun mewawancarai korban tabrakan KA

(28)

Sembari dan KA Kertajaya di dekat stasiun Gubuk, Purwodadi, yang tengah meregang nyawa.

4) Media harus menghormati mitologi yang berkembang di masyarakat tentang bencana yang terjadi. Serigkali, mitologi ini bertentangan dengan penejasan ilmiah dan para ahli. Media tidak selayaknya mem-blow up perbedaan keyakinan ini secara berlebihan sebagai sebuah pertentangan. Perjelesan objektif-ilmiah atas bencana yang terjadi sebaiknya dibandingkan dengan reportase subjektif-fenomelogis yang berusaha memahami apa adanya (verstehem) alam piker masyarakat yang mempercayai mitologi tersebut.

c. Prinsip Komitmen Menuju Rehabilitasi

1) Pascabencana, tugas media adalah mempercepat proses pemulihan psikologis, sosial, dan ekonomi masyarakat yang tertimpa bencana. Segala kecenderungan pemberitaan yang tidak sejala atau bahkan kontrapoduktif dengan visi ini harus diminalisir, termasuk kecenderungan umum pemberitaan dramatis dan traumatis. Termasuk dalam prinsip ini, peliputan korban harus dilakukan dengan

(29)

memeprtimbangkan proses pemulihan korban dan keluarganya.

2) Media harus menginisiasi masyarakat melupakan masa lalu yang kritis dan menyeramkan, bangkit dan menatap ke depan dengan menyuguhkan berbagai solusi praktis yang secepatnya bias dilakukan. Dalam hal ini, media perlu melibatkan akademisi ahli yang berhubungan dengan penanganan pascabencana, seperti psikolog, dan dokter, untuk berkomentar lewat media ataupun bekerjasama mengadakan program-program rehabilitasi pascabencana.

3) Media harus mampu menjadi wadah bagi proses penemuan kembali antar anggota keluarga yang terpisah (Lost and Found) d. Prinsip Kontrol dan Advokasi

1) Media seharusnya melakukan pemberitaan bencana secara konsisten dan terus menerus sepanjang masalah-masalah krusial yang ditimbulkan bencana tersebut. Misalnya masalah distribusi bantuan belum selesai. berangkat dari pendekatan oplah dam rating, normatif-etis pertama ini adalah menjadi sangat susah dilakukan, namun setidaknya media menyediakan kolom dan waktu siar yang proposional bagi perkembangan

(30)

permasalahan bencana tersebut dalam rentang waktu lebih panjang.

2) Media harus menjalankan fungsi pengawasan (surveillance) dengan menjadi

watchdog bagi pihak-pihak penyalur bantuan

bencana. Dalam praktiknya, prinsip etis ini tidak mudak dijalankan, karenanya media harus mempunyai strategi-strategi khusus. Beberapa strategi yang bisa dijalankan adalah, pertama, menerapkan model

investigative journalism. Kedua, jika

investigative journalism terlalu sulit dilaksanakan karena beberbagi sebab, media harus membangun jalan atau aliansi bencana antara media, LSM, dan akademisi untuk mengkontrol penyaluran bantuan bencana ini.

3) Prinsip control penting lainnya adalah media harus berperan penting dalam early warning

system bencana.

2. Format dan Program Radio

Menurut Andi Fachrudin, pengertian format program mengacu pada perencanaan penyajian suatu program yang didasari isi siarannya.16 Penentuan format

16 Andi Fachruddin, Journalism Today (Jakarta: Prenandamedia Group, 2019),

(31)

program mengacu kepada format siaran radio itu sendiri. Format siaran radio merupakan penyusunan dari program siaran radio yang akan disiarkan. Menurut Morissan (2011), secara sederhana, format siaran dapat didefinsikan sebagai upaya pengelola stasuin radio untuk memproduksi program siaran yang dapat memenuhi kebutuhan pengengar.

Di Indonesia sendiri, format siaran menjadi hal yang wajib dimiliki oleh setiap stasiun peyiaran. Kewajiban tersebut tercantum dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran, yang menyatakan bahwa pemohon izin penyiaran wajib mencantumkan nama, visi, misi, dan format siaran yang akan diselenggarakan serta memenuhi persyaratan sesuai dengan kententuan undang-undang.17 Pencantuman format siaran ini hanya belaku di negara Indonesia saja.

Format Radio menentukan kepripadian sebuah stasiun penyiaran radio yang terwujud dalam isi, materi, jenis musik, bentuk penyajian, dan gaya penyampaian para penyiarnya. Adapun proses menetapkan format radio diantaranya:18

a. Peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Menentukan visi dan misi radio

17 Pasal 33 ayat (2), Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. 18 Andi Fachruddin, Journalism Today (Jakarta: Prenandamedia Group, 2019),

(32)

c. Melakukan riset kebutuhan dan prilaku sosiologis-psikologis pendengar, untuk mengetahui selera/rasa, keinginan dan kebutuhan atau target pendengar. d. Melakukan perbandingan/komparasi dengan radio

competitor dan monitoring media pesaing, apakah

disusun sama atau berbeda. e. Pengamatan/observasi media lain.

f. Berdasarkan tren yang ada di masyarakat.

g. Kemampuan modal, sumber daya (manajemen) yang dimiliki media dan kualitas penyiar (radio

personality)

Adapun menurut Jalaludin Rahmat, acara yang disiarkan radio memiliki beberapa jenis dan bentuk format:19

a. Format acara musik/hiburan siaran seperti program musik atau hiburan merupakan jenis acara yang paling banyak diminati khalayak masyarakat.

b. Format acara news/informasi merupakan salah satu acara yang berfungsi sebagai alat untuk memberi berbagai macam informasi penting dan akurat kepada khalayak.

c. Format acara Talkshow yang hadir di radio semakin menjamur sebagai bentuk keingintahuan/ up to date informasi pendengar terhadap realitas yang terjadi.

19 Jalaludin Rakhmat, Dakwah dan Komunikasi Massa, Kooperasi atau

(33)

d. Format acara keagamaan merupakan salah satu bentuk kegiatan kemunikasi untuk mewujudkan ajaran agama khususnya terhadap khalayak.

Jenis format siaran yang populer di dunia menurut Michael C. Keith (1987) dibagi menjadi empat macam, yaitu:20

1. Adult Contenmporary (AC), menyasar untuk kaum muda dan dewasa yang memiliki rentang umur sangat luas antara 20 - 25 tahun, dan berdaya beli tinggi. Biasanya format AC menyiarkan music pop masa kini, berita olahraga, ekonomi politik.

2. Contenmporary Hit Radio (CHR) atau yang dikenal dengan Top 40 Radio, format ini ditujukan untuk anak muda yang berumur anatara 12 - 20 tahun. Format paling populer berisi lagu-lagu Top 40/Top 30, lagu baru, dan lagu terlaris. Format ini juga menyiarkan berita gossip idola dan tips praktis. Mike Yoseph menggambarkan CHR sebagai radio yang ketat memutar 30 rekaman terkini, bukan album lama, tidak memutar ulang sebuah lagu yang sama secara berdekatan, perpindahan antar lagu sangat cepat.

3. All News/All Talks, sama seperti Adult Contenmporary, Format ini juga menyasar kaum muda dan dewasa yang memiliki rentang umur sangat luas antara 20 - 25 tahun, dan berdaya beli tinggi. All Talks hadir lebih

20 Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustakan Popular

(34)

dulu pada tahun 1960 di Los Angeles dengan konsep siaran Talk Show interaktif mengupas isu-isu lokal. Kemudian, All News hadir pada tahun 1964 dimotori

Gordon McLendon di Chicago dengan konsep berita

bulletin selama 20 menit berisi berita lokal, regional, dan dunia.

4. Classic/Oldies, Format ini menyasar untuk kalangan dewasa dan orang tua yang memiliki rentang umur 36 - 60 tahun. Memutar lagu-lagu klasik dan lagu-lagu lama untuk bernotalgia. Format ini juga menyiarkan berita klasik masa lalu. Oldies juga mencakup segmen beragam pada level ekonomi menengah ke bawah dengan dominasi musik dangdut dan kolaborasi.

Keempat format ini masih dinilai sangat luas. Format siaran radio biasanya mencakup banyak aspek mulai dari umur, jenis kelamin, profesi, geografi, hingga agama. Format radio beradasarkan umur meliputi radio anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Format radio berdasarkan agama seperti radio dakwah, radio agama lainnya.

Program siaran adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiencenya.21 Program siaran menjadi tulang punggung bagi semua stasiun penyiaran dimana pun, baik itu televisi ataupun radio. Kebanyakan stasiun penyiaran justru

21 Morrisan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan

(35)

terkenal karena dari program siarannya. Inilah yang menjadi alasan dimana radio harus mampu membuat sebuah program acara yang menarik banyak khalayak untuk disaksikan, sehingga dapat menarik keuntungan untuk media tersebut.

Stasiun radio biasanya memproduksi sendiri program siarannya, sehingga stasiun radio tidak melibatkan pihak luar saat memproduksi program siarannya sendiri. Diperlukan keterampilan tertentu dalam memproduksi program siaran sehingga menghasilkan program siaran yang menarik didengar oleh para

audience. Beberapa program radio yang dibahas pada

bagian ini adalah; 1) Berita Radio; 2) Musik; 3) Jingle

Radio; 4) Talkshow; 5) Infotaiment Radio; 6) Drama

Radio; 7) Iklan Radio.22 1. Berita Radio

Siaran radio yang tidak mengenal jarak dan waktu menjadikannya sebagai media yang lebih unggul dibandingkan dengan media lainnya. Hal ini juga yang membuat radio memiliki daya tarik sendiri. Berita yang terbaru dan paling up to date mengenai sebuah kejadian atau peristiwa penting akan menjadi hal yang menarik untuk para audience yang disiarkan oleh radio. Berita Radio adalah laporan dari sebuah peristiwa atau

22 Andi Fachruddin, Journalism Today (Jakarta: Prenandamedia Group, 2019),

(36)

sebuah pendapat yang menarik yang diolah kembali berdasarkan kaidah jurnalistik radio.

Berita radio haruslah menyajikan informasi yang menarik mungkin menyesuaikan dengan golongan pendengarnya. Jika pendengar adalah anak muda, maka berita yang disajikan haruslah yang berkaitan dengan apa yang dibutuhkan anak muda, misalnya berita tentang idola mereka, dan sebagainya. Adapun informasi yang disajikan oleh radio tidak selalu dari fakta di lapangan, tetapi tetap mengikuti kaidah jurnalistik. Salah satu bentuk siaran informasi populer di radio adalah informasi aktual yang diambil dari surat kabar atau internet.23

Menurut Andi Fachruddin, setidaknya ada empat format berita radio, yaitu:24

a. Berita Langsung (hard news), disebut juga straight

news atau spot news. Hard news adalah berita yang

dibuat secara lugas (to the point), ringkas untuk menyampaikan informasi aktual yang secepatnya harus diketahui oleh para pendegar. Mengedepankan fakta terpenting pada awal berita. b. Berita Ringan (soft news), berita yang mengupas

suatu pokok permasalahan human interst/human

touch ditinjau dari beberapa segi dan digali secara

23 Andi Fachruddin, Journalism Today (Jakarta: Prenandamedia Group, 2019),

h. 218.

24 Andi Fachruddin, Journalism Today (Jakarta: Prenandamedia Group, 2019),

(37)

mendalam, sehingga pada akhir siaran dapat diperoleh gambaran lengkap tentang topik yang dibahas. Soft news identik dengan features, termasuk tips dan berita lucu, contoh tentang pelestarian lingkungan hidup, dengan pengraian terarah pada acara-cara melestarikan lingkungan hidup yang disajikan seara bervariasi melalui perpaduan melalui beragai unsur, seperti

statement, wawancara, dialog, maupun sandiwara

singkat.

c. Berita mendalam (depth news), berita yang hanya tidak sekear memenuhi 5W + 1H (paparan fakta), tetapi juga pendalaman kasus.

d. Continuous news/Updating news, topik berita yang disiarkan beberapa kali dalam satu hari, bahkan dalam satu minggu. Berita ini disajikan untuk mengetahui perkembangan kasus yang terjadi secara berkelanjutan.

Dalam proses penyiaranya, berita radio tidak hanya disampaikan oleh si penyiar saja, tetapi juga bisa disiarkan langsung dan lainnya. Berikut ini adalah beberapa format penyamapain sebuah berita radio:

a. Spot News, ialah berita pendek yang disajikan secara cepat. Biasanya spot news bersumber dari media lain yang kemudian ditulis ulang oleh radio dengan menyesuaikan kaidah jurnalistik radio.

(38)

b. Phone in News, ialah penyampain berita dari reporter atau pendengar melalui jaringan telepon.

Phone in news juga digunakan oleh radio untuk

mendapatkan opini para pendengar mengenai sebuah peristiwa.

c. New Bulletin, gabungan dari beberapa berita yang disiarkan dalam satu waktu.

d. Live reporting, ialah penyampaian sebuah fakta dari sebuah peristiwa oleh reporter dari lokasi peristiwa secara langsung.

Radio sebagai salah satu media massa dituntut tidak hanya menyiarkan sebuah hiburan belaka saja. Radio juga harus memeberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan akurat.

2. Musik

Karena sifat radio yang auditif (hanya bisa didengar), tentu hubungan radio dan musik sangatlah erat. Radio juga menjadi sebuah media hiburan untuk masyarakat, dan menu utamanya adalah musik. Program musik radio adalah suatu pertunjukan musikus tunggal, vokalis, atau grup musik (band) diatas panggung yang dirancang khusus untuk pertunjukan musik dan disaksikan penonton di lapangan, stadion, aula, café, hotel secara outdoor ataupun indoor seperti di dalam studio yang disiarkan secara live ataupun

(39)

dalam siarannya dengan pemutaran lagu yang dikombinasikan dengan adlibs25 dari penyiar.26

Hampir semua genre musik di dunia disiarkan di radio, seperti: urban, country, rock, alternative, indie,

folk, pop, dance, jazz, blues, dangdut, dan lain

sebagainya. Beberapa genre tersebut biasanya disiarkan dengan format top tangga lagu, seperti Top 40 di Prambors FM, atau juga bisa dengan request atau permintaan dari pendengar dengan menghubungi pihak stasiun radio melalui smartphone mereka. Ada juga porgam musik radio yang hanya fokus dengan satu gener musik saja seperti Radio Dangdut Indonesia 97.1

FM milik MNC Radio Network yang hanya

memutarkan genre lagu dangdut saja, dikarenakan target pendengar mereka adalah para pecinta lagu tersebut.

3. Jingle Radio

Jingle radio atau radio air promo adalah gabungan musik dan kata yang menjadi sebuah ciri khas yang dimiliki oleh stasiun radio untuk menunjukan keberadaanya kepada masyarakat. Jingle radio erat kaitannya dengan identitas radio itu sendiri supaya selalu diingat oleh pendengar. Misalnya radio berita pastinya memiliki jingle yang erat kaitnnya kata

25 Pertunjukan spontan atau improvissasi dalam skrip

26 Andi Fachruddin, Journalism Today (Jakarta: Prenandamedia Group, 2019),

(40)

“berita”, contoh Radio Elshinta yang memproklamirkan diri sebagai radio berita memiliki jingle “News and Talk” disetiap siarannya. Sehingga masyarakat mengenal Radio Elshinta sebagai radio berita.

Ada tiga jenis jingle radio, yaitu:27

a. Jingle untuk stasiun radio (radio expose) b. Jingle untuk acara radio (programme expose) c. Jingle untuk penyiar radio (announce

expose)

Durasi jingle bervariasi, umumnya durasi jingle pendek dan tidak panjang, antara 5 sampai 15 detik. Jingle yang terlalu panjang akan menyulitkan pendegar untuk menghapal atau mengidentifikasi jingle tersebut. Jingle radio dapat diputar berulang-ulang terutama saat pergantian acara.

4. Talkshow

Talkshow atau perbincangan radio pada dasarnya adalah gabungan dari keahlian berbicara dengan keahlian wawancara. Menurut Masduki, setiap

broadcaster tentunya pandai berbicara, tetapi tidak

semua broadcaster tidak pandai mewawancarai, apalagi menggabungkan kedua keterampilan berbicara dan berwawancara.28 Sebagai seorang penyiar radio

27 Morrisan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan

Televisi (Jakarta: Kencana, 2011), h. 239.

28 Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustakan Popular

(41)

yang khusus di program talkshow ini haruslah pandai menyusun kata-kata sebagai dasar dari keahlian berbicara dan mewawancarai. Jangan samapi narasumber yang kita wawancarai tersinggung dengan kata-kata yang dikeluarkan oleh si penyiar radio.

Ada tiga bentuk perbincangan atau talkshow yang umumnya digunakan oleh stasiun radio, yaitu:29

a. One-on-one-show, sebuah bentuk perbincangan ketika penyiar (pewawancara) dan narasumber mendiskusikan sebuah topik dengan dua posisi microfon terpisah di ruangan studio yang sama.

b. Panel discussion, pewawancara sebagai moderator hadir bersama dengan beberapa narasumber.

c. Call in show, program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dari pendengar. Topik ditentukan terlbih dahulu oleh penyiar di studio, diberikan contoh berdasarkan pengalaman panyiar, kemudian pendengar diminta untuk memberikan repson berdasarkan pengalaman masing-masing kepada stasiun radio. Tidak semua respon audien layak disiarkan sehingga perlu petugas

29 Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustakan Popular

(42)

penyeleksi telepon masuk sebelum diudarakan.

Penentuan topik untuk talkshow sangatlah penting. Topik yang aktual dan sedang mejadi sorotan publik akan lebih banyak diminati atau didengar oleh audien daripada topik yang sudah basi. Perbincangan saat talkshow antara pewawancara dan narasumber juga haruslah seimbang, jangan sampai ada monopoli dari satu pihak atau satu sudut pandang.

5. Infotainment Radio

Infotainment adalah salah satu program hiburan

yang dimiliki oleh stasiun radio. Infotainment merupakan singkatan dari informasi dan entertainment. Entertainment sendiri artinya adalah hiburan. Program infotaiment berisikan sebuah sajian informasi yang bersifat menghibur. Ada tiga bentuk infotainment yang populer di Indonesia, yaitu:30

a. Info-entertainment; penyampaian informasi dari dunia hiburan yang diselingi dengan pemutaran lagu.

b. Infotainment; penyampaian informasi, promosi,

highlight, dan sejenisnyadari dunia hiburan yang

topiknya menyatu atau senada dengan lagu atau musik yang sedang diputar.

30 Andi Fachruddin, Journalism Today (Jakarta: Prenandamedia Group, 2019),

(43)

c. Information dan entertainment; sajian informasi khususnya berita aktual dilengkapi perbincangan yang tidak selalu dari khazanah dunia hiburan diselingi pemutaran lagu, iklan, dan sebagainya. 6. Drama Radio

Selain program hiburan infotainment, drama radio juga menjadi salah satu program hiburan radio sebagai sebuah media massa. Drama radio menyiarkan sebuah konflik antar pelaku yang terangkai dalam satu alur cerita penulisan skenario drama. Drama radio menyangkut tiga buah aspek, yaitu: aspek kejiwaan, sosial, dan kesusatraan. Kata, musik, dan sound effect menjadi unsur rangkaian dalam sebuah drama radio.

Seperti halnya sebuah pertunjukan drama, drama radio haruslah memiliki sebuah alur cerita yang kompleks, mulai dari awal cerita, pertenganhan, puncak konflik, dan akhir atau penyelesaian konflik. Hal ini bertujuan untuk menarik minat para pendengar. Pemilihan kata-kata untuk dialog atau naskah drama radio sangatlah penting, karena ini yang menetukan apakah pesan yang ingin digambarkan dalam drama radio dapat dipahami oleh masyarakat atau pendengar. 7. Iklan Radio

Iklan radio adalah segala bentuk informasi yang berujuan untuk mempromosikan sebuah produk, jasa, ataupun ide yang sampaikan melalui media radio. Iklan umumnya bersifat ajakan. Hal ini ditujukan agar

(44)

masyarakat mau menggunakan produk, jasa, ataupun ide yang terdapat pada iklan.

Setidaknya ada dua jenis iklan yang tayang saat ini. Yang pertama adalah iklan komersil yang tujuannya adalah memperkenalkan produk terntentu. Kemudian yang kedua adalah iklan layanan masyarakat atau iklan layanan sosial yang memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan-pesan sosial dan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat. terdapat enam bentuk iklan radio di Indonesia, yaitu:31

a. Loose spot, adalah iklan yang dibuat dalam bantuk

audio atau suara untuk di radio dengan durasi per spot 60 detik.

b. Adlibs, ialah iklan monolog tanpa ditulis atau

ditulis yang disampaikan penyiar secara spontan atau berimprovisasi degan gaya santai. Jika iklan baca harus dibaca penyiar sesuai tulisannya.

c. Promo, merupakan iklan yang menginformasikan

kegiatan atau acara, bentuknya bisa loose spot atau

adlibs.

d. Time Signal, adalah iklan yang diputar dalam

waktu stretegis, misalnya menjelang buka puasa.

e. Live Report, ialah laporan langsung (reportase)

oleh reporter atau pemasang iklan dari tempat

31 Andi Fachruddin, Journalism Today (Jakarta: Prenandamedia Group, 2019),

(45)

acara atau kegiatan, durasinya bisa sekitar 1 sampai 5 menit.

f. Sponsor Program, merupakan iklan yang mensponsori acara radio sesuai kesepakatan full

blocking atau semi blocking.

B. Kajian Pustaka

Untuk memperkuat penelitian ini, maka pada bab ini penulis beberapa penelitan terdahulu yang dianggap relevan dan sesuai shingga mendungkung penelitian ini.

Yang pertama adalah skripsi dari Ahmad Afandi dari jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi yang ia selesaikan pada tahun 2010 itu berjudul Analisis Program Ngaji di Bens Radio

206.02 FM.32

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatf dengan melakukan pengamatan dan wawancara. Pada penelitian ini menganalisis bagaimana Format Program Radio Ngaji yang dimiliki oleh Bens Radio. Penelitian ini menjelaskan Format Program Radio Ngaji yang dimiliki oleh Bens Radio adaah program dakwah dengan format interaktif.

Penelitian yang kedua adalah skripsi Dakwah Melalui

Radio (Analisis Program Cahaya Pagi di Radio

32 Ahmad Afandi, Analisis Program Ngaji di Bens Radio 206.02 FM, Jakarta:

(46)

Alaikassalam Sejahtera Jakarta (RAS FM)).33 Penelitian ini ditulis oleh Rizka Prasti dari jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini terbit pada tahun 2010.

Pada penelitian milik Rizka Prasti ini menggunakan pendekatan kualitatif Deskriptif. Dimana Rizka Prasti menganalisis Porgram Cahaya Pagi sebagai media untuk berdakwah melalui radio oleh RAS FM. Penelitian ini mejelaskan proses produksi dan juga bagaimana format program siaran Cahaya Pagi milik RAS FM.

Peneleitian ketiga merupakan jurnal milik Hartinah Sanusi dari Jurusan Jurnalistik pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Jurnal tersebut berjudul Jurnalisme Bencana (Refleksi Peran

Jurnalis dalam Liputan Bencana Gempa, Tsunami, dan Likuifaksi Palu-Donggala).34 Jurnal milik Hartinah Sanusi ini dipublikasikan di Jurnalisa volume 4 nomor 2 pada bulan November 2018.

Penelitian ini mengkaji peran seorang jurnalis dalam meliput peristiwa bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi di kota Palu. Dimana seorang jurnalis memiliki peran dan tanggung jawab dalam meliput sebuah peristiwa bencana.

33 Rizka Prasti, Dakwah Melalui Radio (Analisis Pogram Cahaya Pagi di

Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta (RAS FM)), Jakarta: UIN Jakarta, 2010.

34 Hartinah Sanusi. Jurnalisme Bencana (Refleksi Peran Jurnalis dalam

Liputan Bencana Gempa, Tsunami, dan Likuifaksi Palu-Donggala), Jurnalisa

(47)

Kemudian, ada jurnal milik Eila Romo-Murphy (2011). Jurnal tersebut berjudul Facilitating disaster preparedness

through local radio broadcasting yang artinya Memfasilitasi kesiapsiagaan bencana melalui siaran radio lokal. Jurnal ini

meneliti tentang peran peran radio lokal dalam mitigasi bencana di Aceh. Peran radio dievaluasi selama dan setelah bencana tsunami Asia 2004. Tim peneliti mewawancarai 984 korban tsunami yang selamat dari sembilan kecamatan di Banda Aceh, dan organisasi non-pemerintah lokal mengadakan delapan kelompok fokus di sekitar wilayah Aceh Besar.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah suatu hubungan antar-konsep sehingga membentuk sebuah bangunan berpikir.35 Kerangka berpikir pada penelitian ini menegai suatu konsep yang akan memberikan penjelasan terhadap teori format dan program radio yang dilakukan oleh pihak RRI Pro 3 pada program Kentongan dalam praktik Jurnalime Bencana.

Program Kentongan menyiarkan informasi seputar kebencanaan kepada masyarakat. dan yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana format dan program radio yang dilakukan oleh pihak RRI Pro 3 pada program Kentongan dalam praktik Jurnalime Bencana.

35 Wahyudin Darmalaksana, Cara Menulis Proposal Penelitian (Bandung:

(48)

Gambar 2.1 Kerangka berpikir Program Kentongan Format Program 1. Mengetahui Latar Belakang Program 2. Mengetahui

Segemen-segmen yang ada pada Program Kentongan 3. Menganalisis Format Progam Kentongan Prinsip Jurnalisme Bencana

(49)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG RRI

A. Sejarah RRI

Radio Republik Indonesia atau yang biasa dikenal dengan RRI adalah Lembaga Penyiaran Publik yang bersifat independen, netral, dan tidak komersial menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 12 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia pada bagian kedua, pasal 3 ayat 1.36 Dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga dijelaskan bahwa RRI berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia. Tempat kedudukan RRI di ibukota negara Republik Indonesia dan stasiun penyiarannya berada di pusat dan daerah.

Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 12 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia, RRI merupakan satu-satunya radio yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan nama tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. RRI berdiri pada tanggal 11 September 1945, RRI mengemban tugas sebagai radio perjuangan, bahkan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia diketahui secara luas

36 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 12 tahun 2005 tentang

Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia pada bagian kedua, pasal 3 ayat 1

(50)

oleh masyarakat baik dalam lingkup nasional maupun internasional melalui RRI.37 Berdasarkan situs Komisi Penyiaran Indonesia, pada tanggal 11 September 1945 terjadi pertemuan antara Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto dan Maladi. Mereka semua adalah wakil-wakil dari bekas radio Hosu Kyoku. Pertemuan saat itu dipimpin oleh Abdulrahman Saleh, yang mana pada pertemuan saat itu Abdulrahman Saleh mengimbau pemerintah untuk mendirikan radio sebagai alat komunikasi antara pemerintah dengan rakyat mengingat tentara sekutu akan mendarat di Jakarta akhir September 1945.38 Radio dipilih sebagai alat komunikasi karena lebih cepat dan tidak mudah terputus saat pertempuran.

Pada akhir pertemuan tersebut, terbentuklah Persatuan Radio Republik Indonesia yang akan meneruskan penyiaran dari 8 stasiun di Jawa, mempersembahkan RRI kepada Presiden dan Pemerintah RI sebagai alat komunikasi dengan rakyat, serta mengimbau supaya semua hubungan antara pemerintah dan RRI disalurkan melalui Abdulrachman Saleh.39 Kemudian setelah pertemuan tersebut, delegasi dari 8

37 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 12 tahun 2005 tentang

Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia

38

http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/34668-11-september-sejarah-lahirnya-hari-radio-nasional-dan-rri?detail3=5428

39

(51)

stasiun radio di Jawa mengadakan rapat di rumah Adang Kadarusman. Para delegasi yang ikut rapat saat itu adalah Soetaryo dari Purwokerto, Soemarmad dan Soedomomarto dari Yogyakarta, Soehardi dan Harto dari Semarang, Maladi dan Soetardi Hardjolukito dari Surakarta, serta Darya, Sakti Alamsyah dan Agus Marahsutan dari Bandung. Dua daerah lainnya, Surabaya dan Malang tidak ikut serta karena tidak adanya perwakilan. Hasil akhir dari rapat itu adalah didirikannya RRI dengan Abdulrachman Saleh sebagai pemimpinnya.40 sejarah ini yang membuat setiap tanggal 11 september diperingati sebagai sebagai Hari Radio Nasional di Indonesia.

B. Logo RRI

Berikut penjelasan dari logo RRI:41

Gambar 3.1 Logo Radio Republik Indonesia

1. Bentuk Empat Persegi Panjang, Tanpa Sudut dan Garis Tepi

40

http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/34107-sejarah-lahirnya-hari-radio-nasional-dan-rri

41 Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia, Smartbook

(52)

Empat persegi panjang menggambarkan kekokohan dan solidaritas. Sudut-sudut yang membulat (tidak runcing) melambangkan fleksibilitas RRI.

2. Tidak adanya garis tepi/batas ataupun bingkai (frame)

menunjukkan independensi RRI, serta keterbukaan RRI untuk dapat bekerjasama dengan berbagai pihak.

3. Tulisan (font-type) “RRI”

Huruf tulisan ini dirancang khusus (tanpa padanan dengan pihak lain), menunjukkan RRI yang kokoh, tegas, dinamis, dan selalu “bergerak maju”.

4. Gambar Pancaran Radio

Sebuah image yang menggambarkan kuatnya pancaran siaran radio RRI yang makin meluas, menembus batas, dan selalu “menuju ke atas”. Tiga lapis pancaran yang terlihat pada logo juga melambangkan Tri Prasetya RRI.

5. Warna Biru, Biru Langit, dan Putih

Untuk mempertahankan tradisi, warna biru dipilih sebagai warna korporat/lembaga RRI. Warna biru langit ini melambangkan universalitas RRI, sifat mengayomi, teduh, dan dapat dipercaya. Warna putih pada tulisan RRI melambangkan kejujuran/ kebenaran, keberimbangan, dan akurasi.

(53)

Visi RRI adalah, Terwujudnya RRI Sebagai Lembaga Penyiaran Publik Yang Terpercaya Dan Mendunia. Sedangkan misi RRI adalah, sebagai berikut:42

1. Menjamin terpenuhinya hak warga Negara terhadap kebutuhan Informasi yang objektif dan independen sehingga memberikan kepastian dan rasa aman kepada warga Negara, serta menjadi referensi bagi pengambilan keputusan.

2. Menjamin terpenuhinya hak warga Negara terhadap pendidikan melalui siaran yang mencerdaskan dan hiburan yang sehat serta berpihak kepada kelompok rentan (pengungsi, orang terlantar, pekerja migran, pribumi, anak, perempuan, minoritas dan suku terasing) serta difable.

3. Memperkuat kebhinekaan melalui siaran budaya yang mencerminkan identitas bangsa.

4. Menjamin siaran yang mudah diakses sehingga kehadiran Negara dalam pelayanan Informasi dirasakan oleh seluruh warga Negara.

5. Menghadirkan siaran di daerah perbatasan, terpencil, terluar dan pesisir sebagai representasi negara dalam konteks menjadikan daerah pinggiran sebagai pusat aktivitas kultural

6. Menyelenggarakan siaran luar negeri untuk mempromosikan budaya beserta Ideologi Indonesia dan menghadirkan kebudayaan dunia ke Indonesia.

(54)

7. Menjamin penyelenggarakan LPP RRI dengan tata kelola yang sesuai dengan prinsip good public

governance.

8. Melibatkan partisipasi public dalam pengelolaan LPP RRI.

9. Mengembangkan SDM yang mendukung kebutuhan Lembaga Penyiaran Publik yang terpercaya dan termuka

10. Mengembangkan strategi komunikasi dan promosi serta memperluas jejaring kemitraan dengan berbagai lembaga atau instansi dalam dan luar negeri demi memperkuat keberadaan LPP RRI.

11. Mengoptimalkan potensi yang dimiliki RRI sebagai sumber pendapatan yang dijamin oleh aturan perundangan untuk memperkuat keberadaan LPP RRI.

D. Sturktur Organisasi RRI

Struktur Organisasi LPP RRI sesuai dengan Bab III Bagian Pertama Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia, teridiri dari: Dewan Pengawas, Dewan Direksi, Stasiun Penyiaran, Satuan Pengawasan Intern, Pusat dan Perwakilan.43

(55)

Gambar 3.2 Struktur Organisasi LPP RRI

E. Fungsi RRI

Untuk melaksanakan tugas sebagai pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, RRI memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan umum dan pengawasan di bidang penyelenggaraan penyiaran radio publik; 2. Pelaksanaan dan pengendalian kegiatan

(56)

3. Pembinaan dan pelaksanaan administrasi serta sumber daya RRI.

F. Tugas Pokok RRI

Memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang mengjangkau seluruh wilayah NKRI. (PP.12/2005. Ps. 4).

Tugas LPP RRI dalam melayani seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah NKRI tidak bisa dilayani dengan satu programa saja, oleh karena itu RRI menyelenggarakan siaran dengan 4 programa:44

1. Pro 1: Pusat siaran pemberdayaan masyarakat 2. Pro 2: Pusat siaran kreatifitas anak muda

3. Pro 3: Pusat siaran jaringan berita nasional dan kantor berita radio

4. Pro 4: Pusat siaran budaya dan pendidikan

5. VOI: Citra & Martabat bangsa didunia internasional siaran setiap hari dengan 8 bahasa asing

6. Studio Produksi LN: Jembatan informasi Indonesia - LN dan LN - Indonesia

(57)

Sebagai sumber informasi terpercaya sesuai dengan prinsip lembaga penyiaran publik, dalam menyelenggaran siaran RRI berpedoman pada nilai-nilai standar penyiaran:

1. Siaran bersifat independet dan netral 2. Siaran harus memihak pada kebenaran 3. Siaran memberi pemahaman

4. Siaran mengurangi ketidakpastian

5. Siaran berpedoman pada pancasila, UUD 1945 dan kebenaran, serta peraturan yang lainnya.

6. Siaran harus memihak hanya kepada kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia

7. Siaran harus menjaga persatuan, kesatuan dan Kedaulatan NKRI

G. Peran RRI

Sebagai radio yang sudah berumur, RRI memiliki banyak peran untuk masyarakat seperti beikut ini:45

1. Peran dalam Pemberdayaan Masyarakat: RRI menyelenggarakan siaran pemberdayaan masyarakat di semua lapisan masyarakat melalui siaran pedesaan, nelayan, wanita, anak-anak, siaran lingkungan hidup, kewirausahaan, teknologi tepat guna, kerajinan, perdagangan, pertanian, koperasi, industri kecil dll. 2. Peran RRI sebagai Pelestari Budaya Bangsa: Seluruh

RRI wajib menyelenggarakan siaran seni dan budaya daerah seluruh indonesia secara konsisten dan tidak

(58)

pernah berhenti seperti siaran ketoprak, wayang orang, wayang golek, madihin, saluang dan budaya minang lainnya, budaya bugis, dan budaya daerah-daerah lainnya.

3. Peran RRI sebagai pelestari lingkungan: RRI menyelenggarakan siaran Green Radio untuk penanaman kembali dan Reuse, Reduce dan Recycling dengan berbagai format dan variasi bentuk acara. 4. Peran RRI sebagai media pendidikan: RRI

menyelenggarakan siaran pendidikan dari Taman Kanak-Kanak sampai Mahasiswa. RRI menyelenggarakan Pekan Kreatif dengan mengadakan lomba kreatif remaja seperti lomba cipta lagu, lomba cipta desain, lomba IT, lomba band indie, bintang radio, pekan tilawatil quran. Disamping itu juga menyelenggarakan siaran pendidikan sosial masyarakat, seperti siaran wanita, siaran pedesaan, siaran KB dll.

5. Peran RRI sebagai Media Diplomasi: RRI menyelenggarakan siaran radio diplomasi melalui siaran luar negeri untuk membangun citra positif bangsa didunia internasional bekerjasama dengan kedutaan dan radio luar negeri dengan siaran yang bersifat reciprocal. kerjasama siaran dengan ABC, NHK, RTM, RTB, KBS, RTH, SR, BBC, Radio Jedah, Radio Turki, RCI, DW dll.

(59)

6. Peran RRI sebagai media terdepan tanggap bencana: RRI menyelenggarakan siaran langsung dari tenda darurat melalui Radio Based Disaster Management. Setiap ada bencana dalam waktu tidak lebih dari 24 jam RRI harus sudah melaporkan, kemudian diikuti program Pelipur Lara korban bencana dan trauma healing dengan mendirikan studio darurat.

7. Peran RRI dalam menghubungkan tenaga kerja di Luar Negeri: RRI menyelenggarakan siaran rutin dan terkoneksi dengan 7 negara yaitu Hongkong, Malaysia, Brunei Darusalam, Jepang, Taiwan, Korea dan Arab Saudi untuk mendekatkan TKI dengan kampung halaman. Pendengar RRI di luar negeri khususnya TKI berjumlah puluhan ribu orang yang mendengar melalui audio streaming. Dalam rangka mewujudkan peran second track diplomacy

menyelenggarakan acara Diplomatic Forum. Untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat Indonesia di Luar negeri khususnya tenaga kerja Indonesia antara lain diselenggarakan acara bilik sastra yang diperlrlombakan dan 2 pemenang dihadirkan oleh SLN untuk menghadiri acara upacara kenegaraan 17 Agusdtus di Istana negara dan sidang DPR dan DPD di Senayan.

8. Peran RRI sebagai media hiburan: RRI menyelenggarakan siaran hiburan berupa siaran musik dan kata, pagelaran musik klasik yaitu orkes

(60)

symphony Jakarta dan orkes symphony yang dimiliki

RRI daerah. Pagelaran kesenian dan budaya, lawak, Quiz dll.

9. Peran RRI dalam sabuk pengaman informasi (Information Safety Belt): selama tahun 2009 - 2010 RRI telah mendirikan studio di wilayah perbatasan dan daerah terpencil atau blankspot, antara lain: Entikong, Batam, Nunukan, Putussibau, Malinau, Atambua, Ampana, Boven Digoel, Kaimana, Skow, Oksibil, Takengon, Sabang dan Sampang. Siaran melalui studio-studio produksi ini ditujukan untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan memberikan akses informasi yang berimbang bagi masyarakat di daerah perbatasan maupun di daerah-daerah yang sebelumnya tidak dapat menerima siaran RRI atau blankspot.

H. RRI Programa 3

RRI Programa 3 atau yang disingkat RRI Pro 3 merupakan salah satu dari empat kanal utama yang dimiliki oleh Radio Republik Indonesia. RRI Pro 3 menjadi pusat siaran jaringan berita nasional dan menjadi pusat kantor berita RRI se-Indonesia. Kantor RRI Pro 3 berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5 Jakarta Pusat, persis di sebelah barat Monumen Nasional. RRI Pro 3 menyiarkan berita selama 24 jam dan wajib ada di

Gambar

Tabel 3.1 Format Programa 3 Radio Republik Indonesia ........... 49  Tabel 3.2 Daftar Program Siaran RRI Pro 3 pada 22 Juli 2020 .
Gambar 2.1 Kerangka berpikir Program Kentongan Format Program 1.  Mengetahui  Latar Belakang Program 2
Gambar 3.1 Logo Radio Republik Indonesia
Gambar 3.2 Struktur Organisasi LPP RRI
+3

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, terkait periode ijihad dalam sejarah berdasarkan penjelasan tersebut di atas, menegaskan bahwa kondisi lingkungan Imam Malik adalah kondisi lingkungan yang

Berdasarkan Peraturan Gubernur Riau Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Rovinsi Riau, tugas pokok Dinas Pendapatan Provinsi

kentang kentang kita kita tanam tanam dalam dalam tanah, tanah, maka maka umbi umbi tersebut tersebut dapat dapat tumbuh menjadi tanaman kentang yang berukuran kecil

Pada level referensial, untaian manik-manik dan kartu pecahan menjadi model dari situasi drama matematika yang merupakan jembat- an menuju gagasan penggunaan garis bilangan

Latasir adalah lapis penutup permukaan jalan yang terdiri atas agregat halus atau pasir atau campuran keduanya dan aspal keras yang dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam

Hal yang sering berada di benak kita adalah bahwa orang-orang yang menjalani pendidikannya dengan baik di sekolah atau di universitas dapat

[r]

Orang-orang Kudus itu berdiri disamping untuk menjawab pertanyaanku, Banyak orang yang semasa hidupnya tidak menghasilkan buah yang baik di mata Alaha, ketika saat mati, tampak