• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN EFISIENSI TAJAM PENGLIHATAN PADA PEKERJA LAS LISTRIK DI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN EFISIENSI TAJAM PENGLIHATAN PADA PEKERJA LAS LISTRIK DI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2014"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN EFISIENSI TAJAM PENGLIHATAN PADA PEKERJA LAS LISTRIK DI KECAMATAN CIPEDES

KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2014

Mitta Amalia Noer Hikmah 1) Yuldan Faturahman dan Sri Maywati 2)

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Negeri Siliwangi (mittaamalia22@gmail.com) 1)

Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Siliwangi 2)

ABSTRAK

Tajam penglihatan merupakan keadaan fungsi penglihatan seseorang untuk membedakan bagian detail dari obyek permukaan yang halus. Radiasi yang ada di tempat kerja mempunyai pengaruh terhadap tenaga kerja dan pekerjaannya. Pengaruh sinar infra merah terhadap mata dapat menyebabkan presbiopa yang terlalu dini dan kerabunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan efisiensi tajam penglihatan pada pekerja las listrik di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian yang di gunakan adalah Explanatory Research dengan metode Survey melalui pendekatan Cross Sectional. Sampel yang di teliti adalah pekerja las listrik di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya sebanyak 30 orang dan uji statistic yang di gunakan Pearson. Berdasarkan uji Pearson di dapatkan nilai (p =0,001), yang artinya ada hubungan antara masa kerja dengan efisiensi tajam penglihatan pada pekerja las listrik di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, pada taraf signifikasi α = 0,05.

Kata Kunci : efisiensi tajam penglihatan, masa kerja, las Kepustakaan : 13 (1999 – 2013)

(2)

HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN EFISIENSI TAJAM PENGLIHATAN PADA PEKERJA LAS LISTRIK DI KECAMATAN CIPEDES

KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2014

Mitta Amalia Noer Hikmah 1) Yuldan Faturahman dan Sri Maywati 2)

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Negeri Siliwangi (mittaamalia22@gmail.com) 1)

Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Siliwangi 2)

ABSTRACKT

Acuity vision is the state of a person’s vision function to distinguish the details of smooth surface of the object. Radiation in the workplace have an influence to employment and the job. The effect of infrared rays to the eyes can cause a premature presbyopia and myopia. This study aims to determine the relationship of working life with the efficiency of acuity vision of electric welding workers at district Cipedes Tasikmalaya City. Type of research used is explanatory research with survey method through a cross-sectional approach. Samples studied are as many as 30 people of the electric welding workers at district Cipedes Tasikmalaya City and the statistical tests used were Pearson. Based on pearson test the value obtained (p=0,001), which means there are relationship of working life with the efficiency of acuity vision of electric welding workers at district Cipedes Tasikmalaya City, at significance level α=0,05.

Key words : efficiency of acuity vision, working life, welding References : 13 (1999 – 2013)

(3)

A. PENDAHULUAN

Salah satu industri sektor informal yang banyak terdapat di Tasikmalaya adalah industri pengelasan atau bengkel las. Pengelasan merupakan proses penyambungan antara dua keping logam menjadi satu bentuk yang diinginkan. Proses pekerjaan pengelasan ini menimbulkan hasil samping berupa asap las, gas Nitrogen Oksida (NOx), gas Nitrogen Dioksida (NO2), sinar infra merah dan sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet yang dihasilkan dari proses pengelasan tersebut dapat merusak selaput konjungtiva mata, dengan gejala mata seakan-akan ada pasir di dalamnya (Elkinton, 1996 dalam Tri 2013). Konjungtivitis ialah radang pada konjungtiva yang dapat disebabkan oleh bakteri, klamidia, virus, parasit, riketsia, alergi dan radiasi sinar ultraviolet (fotoelektrik) (Ilyas, 2008).

Subaris dan Haryono (2007:79) mengatakan bahwa dampak radiasi infra merah menyebabkan gangguan lensa mata. Efek penyerapan radiasi yang pokok adalah pemanasan jaringan dengan konsekuensi membakar bila intensitas cukup tinggi. Mata rentan terhadap efek termal tersebut (Jeyaratnarn dan Koh, 2010:268). Lensa mata merupakan bagian dari struktur mata yang paling sensitif terhadap radiasi. Terjadinya kekeruhan atau hilangnya sifat transparansi sel pada lensa mata sudah mulai dapat dideteksi setelah pajanan radiasi yang relatif rendah yaitu sekitar 0,5 Gy (Gray) dan bersifat akumulatif. Dengan demikian tidak seperti efek deterministik pada organ lainnya, katarak tidak akan terjadi beberapa saat setelah pajanan, tetapi setelah masa laten antara 6 bulan sampai 35 tahun, dengan rerata sekitar 3 tahun (Alatas, 2004:103).

Masa kerja terkait dengan tingkat keparahan gangguan yang dialami pekerja. Paparan sinar UV dapat mengakibatkan gangguan akut dan kronis. Paparan akut radiasi UV misalnya, menyebabkan fotokeratitis (welder’s flash eye atau arc eye) yang ditandai dengan sensasi benda asing pada mata (grittiness), fotofobia, mata berair, blefarospasme dan nyeri. Paparan kronis radiasi UV terkait dengan prevalensi yang tinggi dan perubahan jangka panjang di bagian luar mata pada tukang las (Davies, 2007 dalam Tri 2013).

Industri pengelasan di Tasikmalaya paling banyak di temukan di Kecamatan Cipedes, terdapat kurang lebih 11 industri las rumahan yang jumlah pekerja di tiap bengkelnya tidak melebihi 10 orang. Survei pendahuluan yang dilakukan pada 10 responden yang diwawancarai 100% merasakan gangguan pada mata saat dan

(4)

sesudah bekerja berupa mata pedih, mata berair berlebih, mata seperti kemasukan pasir, mata terasa panas, mata terasa gatal, penglihatan menjadi buram dan perasaan pusing setelah bekerja dan 55% mengeluhkan terjadinya pengelupasan kulit setelah bekerja sedangkan 45% tidak mengeluhkan terjadinya pengelupasan kulit setelah bekerja. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat proporsi responden yang mengeluhkan gangguan pada penglihatan terbanyak bila dibandingkan dengan proporsi responden yang mengeluhkan gangguan pada kulit. Gejala konjungtivitis yang dirasakan oleh responden yang diwawancarai merupakan konjungtivitis fotoelektrik yang merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaannya karena responden mengatakan keluhan akan hilang atau tidak dirasakan apabila responden berhenti atau libur melakukan pengelasan. Selain itu, gangguan yang dirasakan tidak hanya dirasakan oleh beberapa orang saja melainkan seluruh pekerja mengaku merasakan gejala tersebut apabila telah melakukan pengelasan.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu (Notoatmodjo, 2010:36) Survey cross sectional ialah satu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resik dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu saat (poin Time approach) (Notoatmodjo, 2010:38).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah masa kerja pekerja las listrik di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, masa kerja adalah panjang waktu bekerja dihitung mulai pertama masuk kerja sampai sekarang atau sampai saat penelitian dilakukan (bulan). Variabel terikatnya yaitu efisiensi tajam penglihatan pada pekerja las listrik di kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, adalah Adalah persentase efisiensi tajam penglihatan didapat dari hasil pemeriksaan tajam penglihatan jauh dan dekat, dengan konversi pada tabel (Djojodibroto, 1999:91) :

(5)

a. Persentase Kehilangan Penglihatan Jauh (dengan Kacamata Terbaik) Tajam Penglihatan Efisiensi Tajam % Kehilangan

Penglihatan 6/6 100 0 6/7,5 95 5 6/12 85 15 6/15 75 25 6/24 60 40 6/30 50 50 6/48 30 70 6/60 20 80 6/120 10 90 6/240 5 95 Sumber : Djojodibroto, 1999

b. Persentase Kehilangan Penglihatan Dekat (dengan kacamata Terbaik)

Tajam Penglihatan Efisiensi Tajam

Penglihatan % Kehilangan Jaeger 1 100 0 Jaeger 2 100 0 Jaeger 3 90 10 Jaeger 6 50 50 Jaeger 7 40 60 Jaeger 11 15 85 Jaeger 14 5 95 Sumber : Djojodibroto, 1999

c. Jumlah aljabar penglihatan jauh dan dekat dibagi 2. Nilai kehilangan penglihatan jauh dan penglihatan dekat adalah sama. Rumus perhitungan efisiensi tajam penglihatan (Djojodibroto, 1999:90) :

(% kehilangan EP jauh) + (% kehilangan EP dekat) 2

(6)

Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja las listrik di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya sebanyak 46 orang dan sampel yang diambil 30 orang pekerja las listrik secara purposive sampling dengan kriteria responden yang berumur < 40 tahun, responden yang tidak sedang menderita diabetes mellitus, tidak merokok atau menghisap rokok kurang dari 20 batang per hari, responden yang tidak menggunakan kacamata pada saat sebelum menjadi pekerja las listrik dan tidak pernah mengalami trauma mata akibat kecelakaan, responden yang kondisi badannya sehat (seluruh organ tubuh berfungsi dengan baik) dan tidak sedang dalam masa pemulihan.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat

a. Mengidentifikasi Masa Kerja

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh masa kerja responden bervariasi antara 1 sampai 20 tahun. Masa kerja responden dapat dilihat pada tbel berikut ini :

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja Responden pada Pekerja Las Listrik di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya

Tahun 2014

Masa Kerja (tahun) Frekuensi (orang) Persentase (%)

< 6 tahun 11 36,67

6-10 tahun 9 30

> 10 tahun 10 33,33

Jumlah 30 100

Beridasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa rata – rata masa kerja pekerja adalah 8 tahun, dengan masa kerja minimal 1 tahun dan maksimal 20 tahun.

(7)

Sejalan dengan perhitungan masa kerja pada penelitian Haeny (2009)

menunjukan bahwa adanya keluhan gangguan mata rata-rata setelah pekerja bekerja

dengan lama kerja berkisar 3 - 4 tahun.

b. Efisiensi Tajam Penglihatan

Hasil pengukuran efisiensi tajam penglihatan pada pekerja dengan menggunakan kartu snellen dan kartu baca dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4

Hasil Pengukuran efisiensi Tajam Penglihatan pada Pekerja Las Listrik di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya Tahun 2014

No

Hasil Pemeriksaan Efisiensi Ketajaman

Penglihatan (%) Frekuensi (orang)

Persentase (%) Snellen Jaeger 1 6/6 J1 100 7 23,34 2 6/6 J2 100 3 10 3 6/12 J3 75 1 3,33 4 6/12 J11 50 2 6,67 5 6/24 J6 55 6 20 6 6/24 J7 50 6 20 7 6/30 J6 50 1 3,33 8 6/60 J11 17,5 3 10 9 6/60 J14 12,5 1 3,33 Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar hasil efisiensi tajam penglihatan responden sebesar 100% (6/6,J1) dengan banyak responden 7 orang (23,34%), 55% (6/2,J6) dengan banyak responden 6 orang (20%) dan 50% (6/2,J7) dengan banyak responden 6 orang (20%).

Tajam penglihatan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti umur, riwayat penyakit diabetes mellitus dan trauma mata, kebiasaan merokok, dan kondisi kesehatan. Dari hasil penelitian di lapangan didapat bahwa umur pekerja rata-rata 33 tahun dengan umur termuda 20 tahun dan tertua 39 tahun.

(8)

Dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya, dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan ketidak nyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh (Padmanaba 2006:58).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sampel yang tidak mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus dan trauma mata. Karena penyakit diabetes mellitus dapat menyebabkan komplikasi pada mata berupa kelainan anatomis hingga kelainan fungsi, diantaranya gangguan refraksi, kekeruhan lensa (katarak), glaukoma dan kelainan pada retina (retinopati diabetika) (Swasty, 2010). Sedangkan trauma mata mengakibatkan kerusakan mata akibat masuknya benda asing ke dalam mata atau akibat kekerasan mekanik yang bervareasi mulai dari keadaan paling ringan sampai pada kehancuran mata (Suma’mur, 1989:93).

Dari hasil penelitian dilapangan juga didapatkan data kebiasaan merokok pekerja. Kebiasaan merokok diukur dengan banyak rokok yang dihisap per hari. Rata-rata banyak rokok yang di hisap pekerja per hari adalah 9 batang per hari dengan nilai kebiasaan merokok terendah sebesar 0 batang per atau tidak merokok dan nilai tertinggi 16 batang per hari. Semakin banyak rokok yang dihisap maka semakin besar potensi penurunan tajam penglihatan. Menurut Kurniati (2009) kandungan nikotin di dalam rokok bisa menyebarkan radikal bebas di retina dan sel-sel mata.

(9)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah pekerja yang kondisi badannya sehat (seluruh organ tubuh berfungsi dengan baik) dan tidak sedang dalam masa pemulihan. Hal ini karena berpengaruh terhadap mata sehingga akan mengakibatkan pemeriksaan tajam penglihatan kurang akurat.

2. Analisis Bivariat

Grafik 4.1

Diagram tebar masa kerja dengan efisiensi tajam penglihatan

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggnakan Pearson, antara masa kerja dengan efisiensi tajam penglihatan didapatkan nilai probabilitas (p =0,001) pada α = 0,05. Angka tersebut menunjukan ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan efisiensi tajam penglihatan.

(10)

Masa kerja adalah perhitungan waktu kerja yang dimulai pada saat pertama kali melakukan pekerjaan hingga habis waktu untuk dia bekerja atau pensiun, dimana pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan pada siang hari dan atau malam hari (Scribd, 2011). Masa kerja disini berkaitan dengan pengaruh intensitas pajanan radiasi infra merah terhadap tajam penglihatan. Radiasi infra merah yang diserap oleh segmen anterior (kornea, berair, dan lensa) dapat mengakibatkan kornea dan lensa kabur ketika ambang batas yang sesuai terlampaui. (Aly dan Mohamed, 2011). Bahaya efek pada mata, batas pajanan untuk pajanan kronis pada mata bagian atas terhadap radiasi infra merah sangat terbatas. Rata-rata kornea terpajan dari radiasi infra merah dari sinar matahari pada 1 mW/cm2 mempertimbangkan bahwa mata jarang secara langsung terpajan kecuali pada saat matahari terbit dan terbenam. Pekerja pada kaca dan baja terpajan pada lingkungan panas hingga radiasi infra merah dalam cakupan 80-400 mW/cm2 per hari selama 10-15 tahun. Standar pajanan efek biologi dari pajanan infra merah sangat tergantung dari panjang gelombang dan lama terjadinya pajanan. Untuk melindungi dari praktek-praktek yang tidak dapat ditoleransi dari kondisi pajanan maka WHO, ILO, ICNIRP, dan ACGIH menyarankan batas pajanan dari radiasi infra merah. Standar pajanan untuk menghindari themal injury pada kornea dan cataractogenesis dengan radiasi infra merah lebih dari 770 nm – 3000 nm dengan batas 100 mW/cm2 untuk periode lebih dari 1000 detik (Margawijaya, 2009).

Hasil penelitian yang sudah dilakukan sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan antara masa kerja dengan efisiensi tajam

(11)

penglihatan. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tri Wahyuni (2013) yaitu faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian konjungtivitis pada pekerja pengelasan di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap yang menunjukan bahwa 57,1% responden yang diperiksa mengalami konjungtivitis fotoelektrik dengan Hasil perhitungan nilai signifikasi pada uji korelasi antara masa kerja dengan kejadian konjungtivitis fotoelektrik sebesar p = 0,013 pada alpha 0,05. Berarti Ho ditolak sehingga ada hubungan antara masa kerja dengan konjungtivitis fotoelektrik.

D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

a. Masa kerja responden bervariasi antara 1 sampai 20 tahun dengan rata-rata masa kerja 8 tahun.

b. Efisiensi tajam penglihatan responden normal (6/6,J1) dengan banyak responden 7 orang (23,34%), low vision sedang (6/2,J6) dengan banyak responden 6 orang (20%) dan (6/2,J7) dengan banyak responden 6 orang (20%).

c. Ada hubungan antara masa kerja dengan efisiensi tajam penglihatan dengan nilai probabilitas (p = 0,001) pada α = 0,05.

2. Saran

a. Bagi Idustri Pengelasan

Diharapkan pemilik industi sektor informal pengelasan di kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya hendaknya menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para pekerjanya yakni kacamata yang dilapisi cobalt hijau untuk mengurangi dampak resiko keluhan mata dari sinar infra merah yang terdapat pada pijar logam dan pijar api.

(12)

b. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai hubungan massa kerja dengan efisiensi tajam penglihatan. Dengan referensi dasar yang diambil oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Zubaidah. (2004) Efek Radiasi Pengion dan Non Pengion Pada Manusia.

[Online]. Tersedia:

http://www.batan.go.id/ptkmr/Alara/Bulalara%20Vol%20523%20Apr%200 4/Balara2004099.pdf.

Aly, E. M dan Mohamed. E. S. (2011). Pengaruh radiasi Infra Merah pada Lensa. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/53215737/Effect-of-infrared-radiation-on-the-Lens.

Djojodibrot, R. D. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Untama

Ilyas, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI

Jeyaratnam, J dan Koh, D. 2010. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Kurniati. Irma. (2009). Lindungi Kesehatan Mata Anda. [Online]. Tersedia:

http://bola.vivanews.com/print-detail/printing/35009-lindungi-kesehatan-mata-anda.

Margawijaya, Benny. (2009). Informasi Keselamatan Radiasi Infra Merah. [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/bmwijaya/informasi-keselamatan-radiasi-infra-merah.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

(13)

Padmanaba, Cok G R. (2006). Pengaruh Penerangan Dalam Ruang Terhadap Produktivitas Kerja Mahasiswa Desain Interior. [Online]. Tersedia: http://puslit.petra.ac.id/journals/pdf.php?PublishedID.

Scribd. (2011) Perbedaan Antara Kebisingan, Masa Kerja dan Penggunaan APT Terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran Pekerja di CV. FM Steel dan CV.

Yogasa Steel Samarinda. [Online]. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/65625133/BAB1-2-3-amp-DAFTAR-PUSTAKA.

Suma’mur. 1989. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta : CV Haji Mas Agung Swasty. (2010) Kelainan Mata Akibat Diabetes Mellitus. [Online]. Tersedia:

http://cerycweet.blogspot.com/2010/01/kelainan-mata-akibat-diabetes-mellitus.htm.

Wahyuni, Tri. (2013) . Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Konjungtivitis pada Pekerja Pengelasan di Kecamatan Cilacap Tengah

Kabupaten Cilacap. [Online]. Tersedia:

Referensi

Dokumen terkait

Dari percobaan diperoleh hubungan densitas dengan suhu, yakni semakin besar suhu maka densitas yang diperoleh akan semakin mengecil, hal inidikarenaka n massa pada larutan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku konsumen TV Home Shopping (THS) dengan mengidentifikasi perilaku masyarakat dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total siklus hidup pada varietas Mekongga yaitu ±27,1 hari dan jumlah telur yang diletakkan yaitu ±41,56 butir/betina sedangkan varietas

Untuk mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai variabel intervening antara Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Return On Assets (ROA) pada Bank

Alasan yang kedua adalah karena hubungan sosial dilihat dalam bentuk hierarki kekuasaan, bahwa biasanya kaum pria mempunyai posisi yang lebih kuat atau di atas dibandingkan

Menurut Sudjianto dan Dahidi (2012:202) Hyoujungo dapat dikatakan sebagai bahasa resmi, bahasa standar, atau bahasa yang mewakili bahasa nasional suatu negara yang dapat

So, kalo ada orang bisa jatuh cinta pada saat ketemuan pertama kali, sebenarnya bukan sedang jatuh cinta tuh, tapi sedang tertarik satu sama lain dengan ketertarikan yang amat

Miss Jones!’ Lord Haleston was hurrying down the drive towards them, Romand keeping pace just behind him.. ‘We’ve been observing