• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Mutu Teh Kering.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisa Mutu Teh Kering.docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teh merupakan tanaman daerah tropis dan subtropis yang secara ilmiah dikenal dengan Camellia Sinensis. Dari kurang lebih 3000 jenis teh hasil perkawinan silang, didapatkan tiga macam teh hasil proses yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Cara pengolahan teh yaitu dengan merajang daun teh dan dijemur di bawah sinar matahari sehingga mengalami perubahan kimiawi sebelum dikeringkan. Perlakuan tersebut akan menyebabkan warna daun menjadi coklat dan memberi cita rasa teh hitam yang khas.

Pada umumnya, tanaman teh tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian antara 200-2000 meter di atas permukaan laut. Suhu cuaca antara 14-25 derajat celsius. Ketinggian tanaman dapat mencapai hingga 9 meter untuk Teh Cina dan Teh Jawa, ada yang berkisar antara 12-20 meter tingginya untuk tanaman teh jenis Assamica. Hingga saat ini, di seluruh dunia terdapat sekitar 1500 jenis teh yang berasal dari 25 negara (BPS 2012).

Teh merupakan salah satu produk minuman terpopuler yang banyak dikomsumsi oleh masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia karena teh mempunyai rasa dan aroma yang khas, selain itu teh juga dipercaya mempunyai khasiat bagi kesehatan di antaranya mencegah kegemukan, kanker, dan kolesterol. Seiring dengan perkembangan zaman serta teknologi maka pada saat sekarang ini banyak sekali kita temui industri pengolahan teh dengan menghasilkan berbagai macam produk akhir seperti halnya teh kering, teh celup, dan bahkan teh dalam kemasan botol yang mana kesemuanya dapat memberikan kemudahan bagi kita untuk mengkonsumsinya secara praktis.

Kandungan senyawa kimia pada daun teh serta perubahan-perubahan yang terjadi pada senyawa kimia tersebut selama pengolahan, sangat penting diketahui terutama bagi pelaku industri teh seperti pengusaha dan petani sehingga dapat menghasilkan produk teh yang bercita rasa dan beraroma serta bekhasiat tinggi dapat bersaing dengan teh produksi luar negeri. Oleh karena itu, dengan meningkatnya perhatian masyarakat sangat penting pengujian cita rasa dan kesukaan terhadap teh yang ada di pasar Indonesia.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk menganalisa analisis indrawi terhadap bentuk, ukuran, dan warna daun teh kering. Serta menganalisa seduhan teh dari daun teh kering dengan uji hedonik.

(2)

METODOLOGI

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum adalah teh hasil praktikum dari masing-masing kelompok, timbangan, kertas saring, erlenmeyer, corong, pengaduk, gelas uji, air destilata, penangas, oven, desikator, dan larutan KMnO4 .

Metode a. Penetapan Kadar Sari

Mulai

2,5 gram teh kering dimasukkan di dalam gelas piala 100 ml.

Air destilata 50 ml ditambahkan di dalam gelas piala.

Ditimbang dan dicatat hasilnya.

Dipanaskan hingga mendidih selama 5 menit dan biarkan hingga dingin. Setelah dingin, ditimbang kembali bobot

hasil pemanasan.

Ditambahkan air sampai bobotnya sama dengan bobot semula.

Diaduk dan disaring.

Filtrat dipanaskan dan diuapkan sampai kering.

(3)

b. Analisa Kadar Tanin

A

Dimasukkan dalam oven dengan suhu 100-105°C dan dimasukkan dalam

desikator.

Selesai

Mulai

1 gram teh kering ditimbang.

Dimasak dalam gelas piala selama 30 menit, dengan tambahan air destilata 80

ml.

Disaring dan dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan air hingga tanda

tera. Cairan a: 2 ml filtrat ditambah 150 air destilata dan 5 ml larutan indigokarmin. Cairan b: 20 ml filtrat ditambah 10 ml larutan gelatin dan 20 ml larutan

garam asam dan 2 gram kaolin powder.

(4)

c. Analisa bahan mudah menguap yang mudah direduksi

A A

Dikocok kuat selama beberapa menit dan disaring

dan didapat fitrat II. Dititrasi dengan KmnO4 0,1 N sambil di aduk. Diamati warna hingga berubah menjadi warna kuning keemasan. 5 ml filtrat II ditambah dengan 5 ml larutan indigokarmin dan 150 ml air Cairan a. Dititrasi dengan KmnO4 0,1 N. Selesai Cairan a. Selesai Mulai

1 gram contoh ditimbang.

Ditambahkan 10 ml air destilata. Diaerasi selama 30 menit. Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer

250/300 ml setelah aerasi. A

(5)

A

Ditambahkan larutan KI 20%, sebanyak 3 ml (indikator kanji).

Ditambahkan larutan H2SO4 6 N 5 ml.

Dititrasi dengan larutan Na2SO4 0,02 N.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan [Terlampir]

Pembahasan

Pengujian kadar sari dilakukan untuk menentukan tingkat kemurnian daun teh (kadar teh). Kadar sari menyatakan jumlah total padatan teh yang terlarut yang besarnya dipengaruhi oleh perbandingan antara padatan dan cairan, lamanya waktu kontak, suhu, serta ukuran partikel teh. Jika kadar sarinya besar berarti jumlah total padatan teh terlarutnya besar. Dasar penentuan kadar sari dilakukan dengan melarutkan/mengekstraksi daun teh kering dalam air panas lalu dihitung perubahan beratnya setelah dioven. Penggunaan air panas bertujuan untuk mempercepat proses ekstraksi senyawa pembentuk aroma dalam teh. Suhu air panas untuk menyeduh teh yang optimum adalah sekitar 85oC- 95oC agar padatan terlarut dapat terekstrak dalam

jumlah yang cukup (Winarno1993).

Uji VRS (Volatile Reducing Substance) merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui jumlah bahan yang dikandung oleh bahan yang muda menguap serta mudah direduksi. Uji VRS yang dilakukan menggunakan tabung apparatus dimana dengan menggunakan prinsip aerasi, sehingga bahan yang menguap akan terlepas dan bagian yang mudah direduksi akan direduksi oleh KMnO4. Kemudian dilakukan titrasi dengan

Na2S203 yang mudah direduksi. Fungsi dilakukan uji VRS tersebut juga bertujuan untuk

mengetahui mutu teh yang diuji. Sedangkan penentuan kadar sari larut air atau rendemen ekstrak air dilakukan untuk mengetahui berapa banyak senyawa yang larut dalam pelarut air yang dinyatakan dalam persen (Companion 1991).

Kalium permanganate (KMnO4) telah banyak dipergunakan sebagai agen

pengoksidasi. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal,dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalamsebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan hadir dalam kondisi-kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6, +7. Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat amat asam, 0,1 N atau lebih besar. Permanganat bereaksi secara cepat dengan banya kagen pereduksi berdasarkan reaksi ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan dan penggunaan sebuah katalis untuk memper cepat reaksi. Pada saat titrasi yang melibatkan kalium permanganat sebaiknya digunakan alat gelas (buret, botol penyimpanan larutan) yang berwarna gelap, karena dikhawatirkan kalium permanganat yang sedang digunakan, terurai oleh cahaya, sehingga apabila tidak ada botol ataupun alat gelas yang gelap, sebaiknya digunakan penutup ( bisa berupa alumunium foil ataupun plastik hitam) untuk membungkus alat gelas bening tersebut agar kedap cahaya. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat karena memiliki harga potensial reduksi yang besar yang berarti kalium permanganat sangat mudah direduksi sehingga memiliki daya oksidasi (sifat oksidator) zat lain yang menjadi lawannya, dengan mekanisme reaksi (Underwood 2002).

(7)

Fungsi penambahan asam sulfat selain untuk mengasamkan larutan pada saat titrasi asam sulfat juga berperan sebagai pembentuk garam sulfat, karena jika Mn2+

bereaksi dengan anion sulfat membentuk larutan MnSO4 yang tidak berwarna, sehingga

produk yang terbentuk (Mn2+) tidak akan mengganggu pengamatan pada saat titik akhir.

Fungsi penambahan asam sulfat pekat (H2SO4) dalam larutan tersebut adalah

memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium iodat (KIO3) dan

klium iodide (KI) berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah (Cotton dan Wilkinson1989).

Indikator yang digunakan pada titrasi adalah larutan kanji. Kanji atau pati disebut juga amilum yang terbagi menjadi dua yaitu: amilosa (1,4) atau disebut b-amilosa dan amilopektin (1,4) ; (1,6) disebut a-b-amilosa. Larutan kanji digunakan sebagi indikator, karena warna biru tua kompleks pati-iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. Molekul iod diukat pada permukaan beta amilosa, suatu konstituen kanji. Indikator kanji yang dipakai adalah amilosa, karena jika dipakai amilopektin, maka akan membentuk kompleks kemerah-merahan (violet) dengan iodium. Iodium juga memberi warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut sebagai karbon tetraklorida atau kloroform dan hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam daripada larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida (Saito 1996).

Pada dasarnya VRS (Volatile Reducing Substance) merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui jumlah bahan yang dikandung oleh bahan yang muda menguap serta mudah direduksi. Satu gram contoh yang dimasukkan ke dalam labu reaksi VRS apparatus dan ditambahkan 10 ml air destilata dan 10 ml KMnO4 0.002 N

ke dalam labu reaksi. Alat VRS apparatus digunakan selama 30 menit saat setelah dimasukkan bubuk kopi kedalam labu VRS tersebut. Kemudian ditambahkan 5 ml H2SO4 6 N dan KI 20%. Tabung aerasi kemudian dituangkan kedalam labu Erlenmeyer

dan dibilas dengan air suling, kemudian air hasil bilasan tersebut dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer tersebut. Selanjutnya dilakukan titrasi menggunakan Na2S203 0.02 N

dengan indicator kanji yang ditambahkan pada isi labu aerasi yang dituangkan ke dalam Erlenmeyer. Titrasi dihentikan saat warna biru hilang. Kadar VRS dapat diketahui dengan rumus jumlah (ml) titran yang digunakan blanko dikurangi dengan jumlah (ml) titran yang digunakan contoh kemudian dikali dengan N dari larutan Na2S203 dan dikali

dengan 1000 (Harjadi 1990).

Tanin merupakan aneka senyawa polifenol berukuran besar yang mengandung cukup banyak gugus hidroksil dan gugus lain yang sesuai (misalnya karboksil) untuk membentuk perikatan kompleks yang kuat dengan protein dan makromolekul yang lain. Tanin merupakan astrigen tanaman berasa pahit yang dapat mengikat dan mengendapkan protein. Tanin sangat memegang peranan penting di dalam penentuan mutu teh hitam maupun teh hijau. selama pengolahan teh hitam, terutama pada tahap pemeraman atau fermentasi, tanin dioksidasi dan hasil oksidasi ini akan terkondensasi. Hasil kondensasi tanin inilah yang menentukan briskness, strength, dan warna seduhan teh tersebut. Tanin setelah dilarutkan di dalam air, kemudian dititrasi dengan oksidator yang akan membentuk gugus warna kuning terang. sebanyak 1 gram contoh direbus di dalam gelas piala selama 30 menit dengan menambahkan 80 ml air destilata. Setelah

(8)

disaring lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml dan dipenuhkan hingga tanda tera (filtrat 1). 2 ml filtrat 1 ditambahkan dengan 150 ml air destilasi dan 5 ml larutan indigokarmin, larutan ini merubah warna larutan menjadi biru sehingga saat dititrasi akan menjadi kuning emas (Winarno 1993).

No .

Uraian Satuan Persyaratan

1. Keadaan

1.1 Penampakan 1.2 Bau dan Rasa

Jernih Khas Teh

2. Teina/kafeina Positif

3. Tanin Positif

4. Gula total sebagai sakarosa, %, b/b

Minimal 6 5. Bahan tambahan makanan:

5.1 Pengawet 5.2 Pemanis Buatan

Sesuai SNI.0222-M dan Peraturan Men Kes. No. 722/Men.Kes/Per/IX/88 6. Cemaran logam 6.1 Timbal (pb), mg/kg 6.2 Tembaga (Cu), mg/kg 6.3 Seng (Zn), mg/kg 6.4 Timah (Sn), mg/kg 6.5 Raksa (Hg), mg/kg Maks. 0,2 Maks. 2,0 Maks. 5,0 Maks. 40,0 Maks. 0,03

7. Arsen (As), mg/kg Maks. 0,1

8. Cemaran Mikroba 8.1 Angka lempeng total 8.2 Bakteri Coliform 8.3 E.Coli 8.4 Salmonella 8.5 C. perfrigens Koloni/ml APM/100m l Maks. 2,0 x 102 < 2,2 Negatif/100 ml Negatif/100 ml Negatif/10 ml

Tabel 1. Syarat Mutu Minuman Teh Dalam Kemasan SNI 01-3143-1992 Berdasarkan SNI 01-3143-1992, untuk minuman teh dalam kemasan ada beberapa syarat mutu yang harus ada dalam pembuatan teh dalam kemasan adalah kadar teina atau kafein dan kadar tannin. Tidak dijelaskan spesifik kadar kafein dan tanin dalam minuman teh. Sehingga yang terpenting dalam minuman dalam kemasan ada sejumlah parameter mutu yang harus terpenuhi yaitu positif kadar kafeinnya, positif kadar taninnya, dan minimal 6% b/b gula total sebagai sukrosa. Untuk menyeragamkan rasa dan mutu perlu penyeragaman dalam menentukan kadar kafein, tanin, komponen aktif setiap akan memproduksi minuman teh dalam kemasan. Kadar kafein dalam teh bisa digunakan prosedur percobaan tein atau kafein 100 ml cuplikan dipipet, dimasukkan ke dalam corong pemisah 250 ml, tambah larutan NaOH hingga bereaksi alkalis, lalu ekstraksi 3 kali masing-masing dengan 15 ml CHCL3, pisahkan tein dari

CHCL3 dan uapkan pada suhu kamar hingga volume lebih kurang 5 ml, totalkan pada

KLT dengan pelapis silica – G Cl G 60 dan elusi dengan etil asetat : methanol : larutan HCl = 18 : 2,0 : 0,05; pada suhu kamar bahan dikeringkan kemudian disemprotkan dengan larutan I2 dan KI dalam b alkohol, setelah kering disemprotkan lagi dengan

campuran HCl 25% : alkohol 95% (1:1), noda yang terjadi berwarna ungu dengan latar belakang kuning, ukur Rf kafein. Sedangkan untuk kadar tanin prinspinya FeCl3

(9)

bereaksi membentuk warna biru kehitaman dimana sampel teh diteteskan 5 tetes larutan FeCl3 jika terjadi warna biru kehitaman menunjukkan bahwa tanin positif (SNI

01-3143-1992). Untuk penyeragaman mutu dan rasa, industri yang ada di Indonesia melakukan sistem pemrosesan dengan sistem batch dimana setiap selesai produksi seluruh syarat mutu dan parameter kadar akan seragam.

Pada praktikum ini praktikan menganalisa mutu teh kering. Analisa mutu teh kering yang dialakukan praktikan dalam praktikum ini, menggunakan parameter uji kadar sari, VRS dan kadar tannin. Teh yang digunakan dalam praktikum ini, memiliki cara yang berbeda-beda dilihat dari proses pembuatannya. Teh yang digunakan dalam uji ini adalah teh hijau cara pabrik, teh hijau cara rakyat, teh garang cara pabrik, teh garang cara rakyat, dan teh hitam. Hasil uji kadar sari pada kelompok satu yang menggunakan teh hijau cara pabrik, mendapatkan hasil sebesar 0.45% dari bobot awal teh sebelum dilakuakn proses pengeringan. Sedangkan pada kelompok dua yang menggunakan teh hijau cara rakyat, mendapatkan hasil sebesar 0.4% dari bobot awal teh sebelum dilakuakn proses pengeringan. Pada kelompok empat yang menggunakan teh garang cara rakyat, mendapatkan hasil sebesar 12% dari bobot awal teh sebelum dilakuakn proses pengeringan. Pada kelompok lima yang menggunakan teh hitam, mendapatkan hasil sebesar 2.83% dari bobot awal teh sebelum dilakuakn proses pengeringan. Perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari hasil masing-masing kelompok terjadi, karena proses pengolahan daun teh yang berbeda. Proses terpenting yang membedakan nilai kadar sari pada setiap kelompok adalah proses pengeringan.

Nilai kadar sari terendah terdapat pada kelompok dua yang menggunakan produk teh hijau cara rakyat. Nilai kadar sari yang dipengaruhi oleh proses pengolahan daun teh sebelum menjadi teh kering. Teh hijau cara rakyat yang dalam proses pengolahnnya dilakukan pengeringan dengean beberapa tahap, sehingga menghasilkan kadar sari yang rendah. Kadar sari dapat diketahui dari hasil penyeduhan. Proses yang mempengaruhi besarnya kadar sari selain proses pengolahan daun teh adalah proses ekstraksi.proses ekstraksi yang bertujuan untuk memperoleh kandungan aktif dari suatu bahan alami dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Cara ekstraksi yang kurang baik, akan mempengaruhi jumlah kadar sari. Kadar sari juga dipengaruhi oleh tambahan bahan yang dimasukkan dalam proses ekstrakis (Radiana 1985).

Uji selanjutnya adalah uji kadar tanin. Kadar tanin dapat diketahui secara matematis dengan cara normalitas pada KMnO4. Dibagi dengan 0.1 yang kemudian

dikali hasil dari pengenceran penetrasi cairan a yang dikali dengan normalitas KMnO4

dan banyaknya KMnO4. penetrasi cairan a yang kemudian hasilnya dikurangi dengan

pengenceran penetrasi cairan a yang dikali dengan normalita KMnO4 dan banyaknya

KMnO4. penetrasi cairan b dan dibagi berat contoh mula-mula. Hasil tanin pada

kelompok satu yang menggunakan teh hijau cara pabrik, mendapatkan hasil sebesar 13.73%. Sedangkan pada kelompok tiga yang menggunakan teh garang cara pabrik, mendapatkan hasil kadar tanin sebesar 8.25%. Pada kelompok empat yang menggunakan teh garang cara rakyat, mendapatkan hasil kadar tanin sebesar 8.63%. Pada kelompok lima yang menggunakan teh hitam, mendapatkan hasil kadar tanin sebesar 8.63%.

Menurut Setyamidjaja (2000) kadar tannin pada teh dapat diketahui sebesar 12-25% pada teh hijau, 8-18% pada teh hitam. Semakin tinggi kadar tannin, semakin tinggi kualitas bahan baku. Kandungan teh dua kali lebih banyak jika dibandingkan teh hitam, karena teh hitam mengalami oksidasi 40-50%. Pada praktikum, kadar tannin pada teh

(10)

hijau memiliki nilai terbesar dibandingkan dengan kadar tannin pada teh garang cara rakyat dan teh hitam. Sehingga hasil dari praktiukum, telah sesuai dengan literatur.

Uji selanjutnya adalah uji VRS (Volatile Reducing Substance), uji ini bertujuan untuk menentukan jumlah bahan mudah menguap yang direduksi, terdapat pada cairan atau padatan. Uji VRS untuk mengetahui jumlah bahan yang dikandung oleh bahan yang muda menguap serta mudah direduksi. Hasil uji VRS dua yang menggunakan teh hijau cara rakyat, mendapatkan hasil uji sebesar 32 meq. Sedangkan pada kelompok tiga yang menggunakan teh garang cara pabrik, mendapatkan hasil uji sebesar 46 meq. Pada kelompok lima yang menggunakan teh hitam, mendapatkan hasil uji sebesar 164 meq.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Menganalisa mutu teh kering diperlukan pemahaman tentang uji VRS, kadar air, dan tanin karena beberapa pengujian akan menjadi syarat mutu untuk pembuatan minuman teh dalam kemasan. Ada beberapa bahan yang digunakan dalam pengujian kadar dan sudah dijelaskan dalam pembahasan bahwa setiap bahan mempunyai fungsinya masing-masing yang membantu dalam menganalisa pengujian kadar. Menurut SNI 01-3143-1992 ada beberapa syarat mutu dan parameter pengujian kadar

(11)

dalam penyeragaman mutu dan rasa, yaitu kadar tanin, kadar kafein, dan kadar gula. Pada umumnya untuk penyeragaman mutu dan rasa pabrik bisa menggunakan uji sampel atau saat pemrosesan seluruh bahan baku dan bahan tambahan dilakukan secara batch sehingga mutu yang dihasilkan akan seragam.

Pada praktikum ini produk teh yang digunakan memiliki proses pembuatan yang berbeda-beda. Teh yang digunakan adalah teh hijau cara pabrik, teh hijau cara rakyat, teh garang cara pabrik, teh garang cara rakyat, dan teh hitam. Teh dengan proses pumbatan yang berbeda, maka akan menghasilkan nilai kadar sari, kadar tannin dan nilai VRS yang berbeda. Kadar sari dipengaruhi oleh ekstraksi Campuran dari bahan lain yang masuk kedalam proses ekstraki akan mempengaruhi nilai kadar sari tersebut. Kadar tannin pada teh dapat diketahui sebesar 12-25% pada teh hijau, 8-18% pada teh hitam. Semakin tinggi kadar tannin, semakin tinggi kualitas bahan baku. Kandungan teh dua kali lebih banyak jika dibandingkan teh hitam, karena teh hitam mengalami oksidasi 40-50%. Uji VRS tertinggi terdapat pada kelompok lima, dengan teh garang.

Saran

Banyak rasa teh yang tidak sesuai dan jauh dari ekspektasi praktikan, cara pengolahan yang tidak higienis atau prosedur yang salah bisa menjadi salah satu penyebab rasa sepat yang sangat sepat atau rasa pahit yang sangat pahit. Kesegaran dari seduhan teh sangat bergantung pada senyawa kimia yang masih ada dalam daun teh, jika ada prosedur yang salah dapat dipastikan kandungan teaflavin dan teorubigin berkurang sehingga memengaruhi kesegaran pada teh. Teh yang digunakan untuk menguji kadar sari, sebaiknya setelah dilakukan ekstraksi seluruh ampas teh yang sudah diseduh ditimbang, agar saat memperoleh hasil kadar sari, nilai yang dihasilkan benar.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2012. Statistika Teh Indonesia 2012. Jakarta(ID): Badan Pusat Statistik.

Companion AL. 1991. Ikatan Kimia. Edisi Kedua; terjemahan Suminar Achmadi. Bandung(ID): Penerbit ITB.

Cotton FA dan Geoffrey W. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta(ID): Penerbit Universitas Indonesia.

(12)

Radiana S. 1985. Petunjuk Pengolahan Teh Hitam. Jakarta(ID) : Wiga Guna. Republik Indonesia.

Saito T. 1996. Kimia Anorganik. Tokyo (JP): Iwanami Shoten Publisher.

Setyamidjaja D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Yogyakarta(ID): Kansius.

SNI 01-3143-1992. 1992. Minuman Teh Dalam Kemasan. Jakarta(ID): SNI. Underwood dan Day Jr. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta (ID): Erlangga. Winarno FG. 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Jakarta(ID): Gramedia

Pustaka Utama.

LAMPIRAN Lampiran 1. Data Hasil Analisa Mutu Teh Kering

Kelompok 1 (Teh Hijau Pabrik) bentuk daun sobek, terdapat serbuk dan ranting, warna yang dihasilkan hitam kehijauan, aroma ynag dihasilkan wangi khas daun teh.

(13)

dihasilkan wangi daun teh serta warna yang diasilkan hijau pudar.

Kelompok 3 (Teh Garang Pabrik) bentuk daun sebagaian remuk menjadi serbuk da nada ranting yang utuh, warna yang dihasilkan adalah coklat kehitaman dan aroma yang dihasilkan adalah aroma wangi khas teh.

Kelompok 4 (Teh Garang Rakyat) bentuk daun yang menggulung, daun sobek, serbuk daun teh dan ada beberapa ranting, warna yang dihasilkan adalah coklat kehitaman, aroma yang dihasilkan sepat berbau daun teh kering serta warna seduhan yang dihasilkan adalah warna coklat bening.

Kelompok 5 (Teh Hitam) bentuk daun teh kering berupa sobekan dan bubuk, warna yang dihasilkan adalah hijau kecoklatan dan aroma yang dihasilkan adalah aroma wangi khas daun teh.

Gambar

Tabel 1. Syarat Mutu Minuman Teh Dalam Kemasan SNI 01-3143-1992 Berdasarkan   SNI   01-3143-1992,   untuk   minuman   teh   dalam   kemasan   ada beberapa syarat mutu yang harus ada dalam pembuatan teh dalam kemasan adalah kadar teina atau kafein dan kadar

Referensi

Dokumen terkait

Satoe Nol Tujuh menjelaskan proses pengolahan teh hitam atau hijau berawal dari pemetikan pucuk yang kemudian pada teh hitam ada proses pelayuan, gu- nanya untuk mengurangi kadar

menyatu dengan tradisi setempat. Hal ini disebabkan oleh efek dari kandungan kimia yang terdapat dalam daun teh. Salah satu zat aktif yang terdapat di dalam daun teh

Lama fermentasi teh daun sirsak memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar tanin, aktivitas antioksidan, penilaian sensori secara deskriptif

Olahan teh daun Torbangun, membutuhkan suhu dan lama pengeringan yang tepat sebab dapat mempengaruhi kandungan dan aktivitas antioksidan serta mempengaruhi aroma, rasa dan

Pada daun teh segar, kadar tanin pada tahap pengolahan teh hitam secara berturut-turut semakin kecil konsentrasinya, sedangkan pada teh hijau

Kedua tanaman tersebut memiliki kandungan zat tanin dengan kadar 8-18% untuk daun teh (tripavillage.blogspot.com diakses 2014) dan 9-12% untuk daun jambu biji (Depkes, 1989)

Semakin menurun kadar polifenol maka kadar katekin juga akan menurun sehingga rasa sepat yang dihasilkan oleh kadar katekin pada teh herbal daun keji beling juga akan semakin

Suhu pengeringan yang tepat untuk menghasilkan teh herbal daun buni yang disukai panelis adalah pada perlakuan P4 suhu 60oC dengan kadar air 10.97%, kadar abu 14.18%, aktivitas