• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDY OF SLOPE MODEL CRITICAL CONDITION WITH SILT LAND IN THE ENDE FLORES REGION, DURING THE WETTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDY OF SLOPE MODEL CRITICAL CONDITION WITH SILT LAND IN THE ENDE FLORES REGION, DURING THE WETTING"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS-PS 2399

STUDY OF SLOPE MODEL CRITICAL CONDITION

WITH SILT LAND IN THE ENDE FLORES REGION,

DURING THE WETTING

BY : VERONIKA MIANA RADJA NRP : 3107 201 001

SUPERVISOR : Prof. Dr. Ir. Indarto

Dra. Sri Pingit Wulandari Msi.

PROGRAM MAGISTER

BIDANG KEAHLIAN GEOTEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2009

(2)

STUDI KONDISI KRITIS MODEL LERENG DENGAN

TANAH LANAU DI DAERAH ENDE FLORES, SAAT

MENGALAMI PEMBASAHAN

Nama mahasiswa : Veronika Miana Radja

NRP : 3107201001

Pembimbing : Prof. Dr Ir. Indarto

Dra. Sri Pingit Wulandari, Msi

ABSTRAK

Tanah lanau daerah perbukitan Detusoko Kabupaten Ende Flores dengan kadar air awal 35,173% dikondisikan kadar airnya dengan proses pembasahan.

Kondisi pembasahan benda uji hingga kadar airnya menjadi wi+25%(wsat-wi), wi

+50%(wsat-wi), wi+75%(wsat-wi), dan wi+100%(wsat-wi). untuk pengujian geser

dengan alat geser langsung dan untuk mengukur tegangan air pori negatif digunakan kertas filter Whatman no. 42..

Hasil dari analisa tersebut menunjukkan bahwa proses pembasahan dari kondisi inisial ke kondisi jenuh, nilai derajat kejenuhannya bertambah 33.799%, tegangan air pori berkurang 100%, nilai kohesi mengalami penurunan 7.3% dan sudut geser dalam turun sebesar 33,85%. Hasil menunjukan terjadinya perubahan sifat fisik dan mekanik pada tanah. Meningkatnya kadar air menyebabkan turunnya tegangan air pori negatif tanah dari 90 kPa (pada w=35.173%) menjadi 0 kPa pada (w=83.040%) dan parameter kuat geser tanah yaitu c dari 15.9 kPa (pada w=39.512%) menjadi 8.6 kPa (pada w=52.53%), sudut geser dalam dari

53,737gr/cm2 pada (w=35.173%) menjadi 19.886gr/cm2 pada (w=52.530%).

Parameter tanah yang dihasilkan tersebut dibuat simulasi numerik untuk

melihat angka keamanan stabilitas lereng dengan ketebalan lapisan lanau (h1=3m,

5m,7m,9m dan h2=2m,3m,5m) dan kemiringan lapisan residual (θ=0o,5o,10o),

masing-masingnya dibuat dengan variasi kemiringan lereng (α=40o, 50o, 60o, 70o,

80o, 90o). Hasil simulasi menunjukan bahwa lereng dengan variasi ketebalan

lapisan h1 dan h2 berturut-turut, 3m-2m, 5m-2m, 7m-2m dan 9m-2m mempunyai

angka keamanan <1 setelah pembasahan sampai wi+50%(wsat-wi) dan pada

kemiringan lereng >70o. Untuk variasi kemiringan lapisan residualnya terlihat

bahwa dari 0o sampai 5o angka keamanannya <1 setelah pembasahan sampai w

i

+50%(wsat-wi) dan pada kemiringan lereng >70o sedangkan pada sudut residual

sebesar 10o angka keamanannya <1 sebelum pembasahan sampai w

i+50%(wsat-wi)

dan pada kemiringan lereng >60o.

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kondisi yang sangat berpengaruh pada stabilitas lereng saat hujan antara lain besarnya derajat kejenuhan tanah, besarnya sudut kemiringan lereng dan tebalnya lapisan lanau di atas lapisan batuan dasar. Dan kondisi yang paling kritis adalah pada saat kondisi

pembasahan ≥ 50%(wsat-wi) dimana derajat kejenuhannya 83,04%, sudut

kemiringan lereng ≥ 60o, dan tebal lapisan lanau yang dekat lapisan batuan

dasarnya ≥ 2m.

Kata kunci : pembasahan, kemiringan lereng, sudut residual, jenuh air, perilaku

tanah

(3)

STUDY OF SLOPE MODEL CRITICAL CONDITION WITH

SILT LAND IN THE ENDE FLORES REGION,

DURING THE WETTING

Name of university student : Veronika Miana Radja

NRP : 3107201001

Guidance Lecture : Prof. Dr. Ir. Indarto

Dra. Sri Pingit Wulandari, Msi

ABSTRACT

. Silt land of Detusoko mountainous area Ende Flores Regency with initial

water level 35,173% is conditioned its water level with wetting process. Test

things wetting condition until is water level become wi+25%(wsat-wi), wi+50%

(wsat-wi), wi+75%(wsat-wi), and wi+100%(wsat-wi). For friction examination with

direct shear test and in order to measure the tense of negative pore pressure used filter Whatman no. 42.

The result of the analysis shows that wetting process from initial condition into saturated condition shows the saturated level score is increased by 33,799%, negative pore pressure less 100%, cohesion score decreased by 7,3%and friction angle is decreased by 33,85%. The result shows that there is physical and mechanical nature changing on land. The increase of water level decrease land negative pore pressure tense from 90 kPa (at w=35,173%) into 0 kPa at (w=83,040%) and land friction strength parameter that is c from 15,9 kPa (at w=39,512%) into 8,6 kPa (at w=52,53%), internal friction angle from 53,737o (at w=35,173%) into 19,886o (at w=52,53%).

Land parameter that result in, there is numerical stimulation to find out

slope stability with silt layer thickness ((h1=3m,5m,7m,9m and h2=2m,3m,5m)

residual layer slope (θ=0o,5o,10o), each is made with slope variation (α=40o, 50o,

60o, 70o, 80o, 90o). Simulation result shows that slope with layer thickness

variation h1 and h2 continously, 3m-2m, 5m-2m, 7m-2m and 9m-2m has safety

factor <1 after wetting reach wi+50%(wsat-wi) and its slope is reaching >70o. For

residual layer slope variation, it is seen that from 0o until 5o, safety factor is <1

after wetting until wi+50%(wsat-wi) and at slope >70o, meanwhile at residual angle

10o, its safety factor <1 before wetting, until w

i+50%(wsat-wi) and its slope is >60o.

From that result, it can be concluded that condition that has the biggest influence on slope stability during the rainy day includes the big of land saturation degree, the big of slope angle and the thickness of silt layer above stone layer.

And the most critical condition is during the wetting ≥ wi+50%(wsat-wi) condition,

in which its saturated degree is 83,04% with slope angle ≥60o, and silt layer thickness near its basic stone layer is ≥ 2 m.

Keyword : wetting, slope angle, residual angle, saturated water, land behavior \

DAFTAR ISI

(4)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...\ v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1 I.2. Permasalahan ... 3 I.3. Batasan Masalah ... 3

I.4. Tujuan Penelitian ... 4 I.5. Manfaat Penelitian ... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum ... 5

II.2. Tinjauan Geologis ...5

II.3. Iklim ...8

II.4. Penyebab terjadinya Longsor ...8

II.5. Tipe-Tipe Longsor ... 9 II.6. Struktur Material Lereng ... 10

II.7. Perubahan Karakteristik Tanah Akibat Pembasahan ...10

II.8. Kekuatan Geser Tanah ...13

II.9. Memprediksi Koefisien Permeabilitas Tanah (kw) dengan Menggunakan Volumetric Water Content ... 15

2.10.Analisa Stabilitas Lereng ... 17

(5)

2.11.Program Geo-Slope ... 26

2.12.Analisa Statistik ... 26

III. METODOLOGI PENELITIAN

III.1.Pendahuluan ... 33

III.2.Pengumpulan dan Pengolahan Data ...

34

III.3.Langkah-Langkah Penelitian ...

34

III.4.Diagram Alir ...

36

III.5.Percobaan Geser Langsung ... 37 III.6.Manentukan Parameter Kuat Geser Tanah ...

38

III.7.Menentukan Tegangan Air Pori Negatif dengan Metode Kertas

Filter ... 40

III.8.Memprediksi Koefisien Permeabilitas Tnah Dengan Menggunakan

Volumetrik Water Content ... 42

III.9.Parameter Input Data Program Geo-Slope (Slope/W) ...

43

III.10.Perhitungan Dengan Program Geo-Slope ………...…...…..

43

3.10.Analisa Statistik ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah ... 46 4.2. Perubahan Kondisi Kadar Air Benda Uji Setelah Mengalami

Pembasahan ... 49 4.3. Pengaruh Pembasahan Terhadap Parameter Sifat Fisik Tanah .... 50 4.4. Pengaruh Pembasahan Terhadap Tegangan Air Pori negatif ... 52

(6)

4.5. Pengaruh Pembasahan Terhadap Kuat Geser Tanah ... 54 4.6. Hubungan Tegangan Air Pori Negatif dan Koefisien Permeabilitas

Tanah ... 58 4.7. Analisa Stabilitas Lereng dengan Program Geo-Slope ... 60 4.8. Analisa Regresi Logistik ... 71 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 86 5.2. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ...xx

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tinggi tempat dari muka laut ...6

Tabel 2.2. Kemiringan Tanah di Kabupaten Ende ... 6

Tabel 2.3. Tekstur tanah di Kabupaten Ende ... 10

Tabel 2.4. Nilai regresi logistik dengan variabel bebas Dikotomus ... 30

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah di Laboratorium ... 47

Tabel 4.2. Perubahan Kondisi Kadar Air Benda Uji Setelah Mengalami Pembasahan ... 50

Tabel 4.3. Nilai Derajat kejenuhan dan Angka Pori Setelah Mengalami Pembasahan ... 51

Tabel 4.4. Nilai Volume Air dan Volume Pori Tanah Setelah Mengalami Pembasahan ... 52

Tabel 4.5. Input Data Program Slope/W ... 60 Tabel 4.6. Faktor Keamanan Kondisi Kritis dari Hasil Simulasi Lereng

(8)

Untuk Tebal Lapisan Lanau Yang Berbeda (h1≠h2) ... 63

Tabel 4.7. Faktor Keamanan Kondisi Kritis dari Hasil Simulasi Lereng Untuk Tebal Lapisan Lanau Yang Sama (h1=h2) ... 63

Tabel 4.8. Ujian Signifikan Parameter Uji Regresi Individu Model-1 ... 73

Tabel 4.9. Ujian Signifikan Parameter Uji Regresi Berganda Model-1 ... 75

Tabel 4.10. Estimasi Odds Ratio Model-1 …...………...…. 76

Tabel 4.11. Pengklasifikasian Hasil Observasi dan Prediksi Model-1 ... 77

Tabel 4.12. Ujian Signifikan Parameter Uji Regresi Individu Model-2 ... 79

Tabel 4.13. Ujian Signifikan Parameter Uji Regresi Berganda Model-2 ...81

Tabel 4.14. Estimasi Odds Ratio Model-2 …....………..…... 82

Tabel 4.15. Pengklasifikasian Hasil Observasi dan Prediksi Model-2 ...83

Tabel a.1. Perhitungan kadar air, specific gravity dan berat volume tanah ...a-1 Tabel a.2. Hasil percobaan Atterberg ...a-2 Tabel a.3. Hasil percobaan analisa ayakan ...a-3 Tabel a.4. Hasil percobaan analisa hidrometer ...a-4 Tabel a.5. Klasifikasi tanah berdasarkan AASTHO ...a-5 Tabel a.6. Klasifikasi tanah cara USCS ...a-6

(9)

Tabel a.7. Perubahan parameter tanah akibat pembasahan ...a-7 Tabel a.8. Perubahan nilai suction akibat pembasahan ...a-8 Tabel a.9. Perhitungan koefisien rembesan dengan percobaan constant head ...a-9 Tabel a.10Nilai volumetrik water content ...a-10 Tabel a.11Nilai koefisien permeabilitas tanah berdasarkan volumetrik

Water content ...a-11

Tabel b.1. Nilai kohesi dan sudut geser dalam pada kondisi inisial ...b-1 Tabel b.2. Nilai kohesi dan sudut geser dalam pada kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...b-2

Tabel b.3. Nilai kohesi dan sudut geser dalam pada kondisi pembasahan

wi+50%(wsat-wi) ...b-2

Tabel b.4. Nilai kohesi dan sudut geser dalam pada kondisi pembasahan

wi+75%(wsat-wi) ...b-2

Tabel b.5. Nilai kohesi dan sudut geser dalam pada kondisi pembasahan

wi+100%(wsat-wi) ...b-2

Tabel c.1. Hasil simulasi A1, tebal lapisan lanau h1=3m dan h2=2m ...c-1

Tabel c.2. Hasil simulasi A1, tebal lapisan lanau h1=5m dan h2=2m ...c-2

Tabel c.3. Hasil simulasi A1, tebal lapisan lanau h1=7m dan h2=2m ...c-3

Tabel c.4. Hasil simulasi A1, tebal lapisan lanau h1=3m dan h2=3m ...c-4

(10)

Tabel c.5. Hasil simulasi A1, tebal lapisan lanau h1=5m dan h2=5m ...c-5

Tabel c.6. Hasil simulasi A1, tebal lapisan lanau h1=9m dan h2=2m ...c-6

Tabel c.7. Hasil simulasi A1, tebal lapisan lanau h1=9m dan h2=3m ...c-7

Tabel c.8. Hasil simulasi A1, tebal lapisan lanau h1=9m dan h2=5m ...c-8

Tabel c.9. Hasil simulasi C, sudut residual θ=10o ...c-9

Tabel c.10. Hasil simulasi C, sudut residual θ=0o ...c-10

Tabel c.11. Hasil simulasi C, sudut residual θ=5o ...c-11

Tabel c.12. Persentase penurunan nilai angka keamanan lereng pada

Sudut kemiringan lereng 40o sampai 90o ... ...c-12

Tabel e.1. Variables in equation Sr pada uji individu, model 1 ...e-1 Tabel e.2. Variables in equation uw pada uji individu, model 1 ...e-1

Tabel e.3. Variables in equation w pada uji individu, model 1 ...e-1 Tabel e.4. Variables in equation h1 pada uji individu, model 1 ...e-1

Tabel e.5. Variables in equation h2 pada uji individu, model 1 ...e-2

Tabel e.6. Variables in equation α pada uji individu, model 1 ...e-2 Tabel e.7. Omnibus test of model coefisient pada uji serentak, model 1 .…...e-3 Tabel e.8. Mode summary, model 1 ...e-3 Tabel e.9. Hosmer and Lemeshow Test, model 1 ...e-3 Tabel e.10.Cassification table, model 1 ...e-3 Tabel e.11.Variables equation pada serentak, model 1 ...e-3

(11)

Tabel e.12. Variables in equation Sr pada uji individu, model 2 ...e-5 Tabel e.13. Variables in equation uw pada uji individu, model 2 ...e-5

Tabel e.14. Variables in equation w pada uji individu, model 2 ...e-5 Tabel e.15. Variables in equation θ pada uji individu, model 2 ...e-5 Tabel e.16. Variables in equation α pada uji individu, model 2 ...e-6 Tabel e.17. Omnibus test of model coefisient pada uji serentak, model 2 …….e-7 Tabel e.18. Mode summary, model 2 ...e-7 Tabel e.19. Hosmer and Lemeshow Test, model 2 ...e-7 Tabel e.20.Cassification table, model 2 ...e-7 Tabel e.21.Variables equation pada serentak, model 2 ...e-7

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Model Medan berdasarkan Kemiringan dan Elevasi ... 7

Gambar 2.2. Daerah Potensi Longsor ...7

Gambar 2.3. Skema Elemen Tanah ... ... 12

Gambar 2.4. Geseran pada tanah akibat adanya tegangan ... 14

Gambar 2.5. Tegangan Geser dan Regangan ...14

(12)

Gambar 2.6. Tegangan Karakteristik Tanah ... 14

Gambar 2.7. Kurva Pengeringan dan Pembasahan ... 17

Gambar 2.8. Analisa Stabilitas Lereng Tak Terbatas ... 19

Gambar 2.9. Macam Tanah Longsor ... 20

Gambar 2.10. Detail Perhitungan Kestabilan Lereng (rotational slide) ...21

Gambar 2.11.Detail Perhitungan Kestabilan Lereng (translational slide) ... 25

Gambar 3.1. Kotak Geser Langsung untuk pengujian Geser Langsung ...38

Gambar 3.2. Gambar Diagram Mohr ...39

Gambar 3.3. Grafik Hubungan Antara Kekuatan Geser, Kohesi dan Tekanan Efektif ... 40 Gambar 3.4. Bentuk Umum SWCC dengan Variasi Tahapan Desaturasi ....41

Gambar 4.1.Grafik Gradasi Butiran Analisa Ayakan dan Hidrometer ... 48

Gambar 4.2.Grafik Hubungan Antara Kadar Air dan Derajat Kejenuhan Setelah Mengalami Pembasahan ... 51

Gambar 4.3.Kurva Kalibrasi Antara Dua Jenis Kertas Filter. ... 53

Gambar 4.4.Grafik Hubungan antara Kadar Air dan Tegangan Air Pori Negatif ... 54

Gambar 4.5.Grafik Hubungan antara Tegangan Air Pori dan Angka Pori Setelah Mengalami Pembasahan ... 54

(13)

Gambar 4.6.Grafik Hubungan Antara Kohesi dengan Kadar Air Setelah Mengalami Pembasahan ... 57 Gambar 4.7.Grafik Hubungan antara Kohesi dengan Tegangan Air Pori

Negatif Setelah Mengalami Pembasahan ... 58

Gambar 4.8. Garfik Hubungan Antara Tegangan Air Pori negatif Dengan

Koefisien Permeabilitas Tanah ... 59

Gambar 4.9. Bentuk Simulasi Lereng Dengan Variasi Ketebalan Lapisan Lanau (h1 dan h2) ... 61 Gambar 4.10.Bentuk Simulasi Lereng Dengan Variasi Kemiringan

Residual Antara Lapisan Lanau ... 62

Gambar 4.11.Grafik Hubungan Antara Angka Keamanan Dengan Sudut Kemiringan Lereng ... 64 Gambar 4.12.Grafik Hubungan Antara Angka Keamanan Dengan Sudut

Residual Antara Lapisan Lanau ... 64 Gambar 4.13.Grafik Hubungan Antara Angka Keamanan dan Tebal

Lapisan Lanau-1 (h1) ... 65 Gambar 4.14.Gambar Hubungan Antara Angka Keamanan dan Tebal

Lapisan Lanau-2 (h2) ... 65 Gambar 4.15.Gambar Kontur Rembesan Air Dalam Tanah Lapisan Bagian

Permukaan Saat Pembasahan Sampai wi+50%(wsat-wi) ...67

Gambar 4.16.Gambar Kontur Rembesan Air Dalam Tanah Lapisan Bagian

(14)

Permukaan Saat Pembasahan Sampai wi+100%(wsat-wi) ...67

Gambar 4.17.Gambar Kontur Rembesan Air Dalam Tanah Lapisan Bagian Permukaan dan Lapisan Bawahnya Saat Pembasahan Sampai wi+100%(wsat-wi) ... 67

Gambar a.1. Grafik liquid limit dan shrinkage limit ...a-1 Gambar a.2. Grafik gradasi butiran analisa ayakan ...a-2 Gambar a.3. Grafik gradasi butiran analisa hidrometer ...a-3 Gambar d.1. Grafik angka keamanan simulasi A1 untuk setiap kondisi

pembasahan ...d-1 Gambar d.2. Grafik angka keamanan simulasi A2 untuk setiap kondisi

pembasahan ...d-1 Gambar d.3. Grafik angka keamanan simulasi A3untuk setiap kondisi

pembasahan ...d-1 Gambar d.4. Grafik angka keamanan simulasi A4 untuk setiap kondisi

pembasahan ...d-1 Gambar d.5. Grafik angka keamanan simulasi A5 untuk setiap kondisi

pembasahan ...d-2 Gambar d.6. Grafik angka keamanan simulasi A6 untuk setiap kondisi

pembasahan ...d-2 Gambar d.7. Grafik angka keamanan simulasi A7 untuk setiap kondisi

(15)

pembasahan ...d-2 Gambar d.8. Grafik angka keamanan simulasi A8 untuk setiap kondisi

pembasahan ...d-2 Gambar d.9. Grafik angka keamanan dengan variasi tebal lanau-1 pada

α=40o ...d-3

Gambar d.10.Grafik angka keamanan dengan variasi tebal lanau-1 pada

α=50o ...d-3

Gambar d.11. Grafik angka keamanan dengan variasi tebal lanau-1 pada

α=60o ...d-3

Gambar d.12. Grafik angka keamanan dengan variasi tebal lanau-1 pada

α=70o ...d-3

Gambar d.13. Grafik angka keamanan dengan variasi tebal lanau-1 pada

α=80o ...d-3

Gambar d.14. Grafik angka keamanan dengan variasi tebal lanau-1 pada

α=90o ...d-3

Gambar d.15. Grafik angka keamanan dengan variasi tebal lanau-2 pada α=40o ...d-4

Gambar d.16. Grafik angka keamanan dengan variasi tebal lanau-2 pada α=50o ...;;;;;;...d-4

Gambar d.17. Grafik angka keamanan dengan variasi tebal lanau-2 pada

α=60o ...d-4

(16)

Gambar d.18. Grafik angka keamanan dengan variasi tebal lanau-2 pada

α=70o ...d-4

Gambar d.19. Grafik angka keamanan dengan variasi tebal lanau-2 pada α=80o ...d-4

Gambar d.20. Grafik angka keamanan dengan variasi tebal lanau-2 pada α=90o ...d-4

Gambar d.21. Grafik angka keamanan dengan variasi sudut residual pada α=40o ...d-5

Gambar d.22. Grafik angka keamanan dengan variasi sudut residual pada α=50o ...d-5

Gambar d.23. Grafik angka keamanan dengan variasi sudut residual pada α=60o ...d-5

Gambar d.24. Grafik angka keamanan dengan variasi sudut residual pada α=70o ...d-5

Gambar d.25. Grafik angka keamanan dengan variasi sudut residual pada α=80o ...d-5

Gambar d.26. Grafik angka keamanan dengan variasi sudut residual pada α=90o ...d-5

Gambar d.27.Hasil simulasi rembesan lereng, saat lapisan lanau-1 pada

kondisi pembasahan wi+50%(wsat-wi) ………....….d-6

Gambar d.28.Hasil simulasi rembesan lereng, saat lapisan lanau-1 pada

(17)

kondisi pembasahan wi+100%(wsat-wi) dan lapisan lanau-2

pada kondisi pembasahan wi+50%(wsat-wi) ………..…. d-7

Gambar d.29.Hasil simulasi rembesan lereng, saat lapisan lanau-1 pada

kondisi pembasahan wi+100%(wsat-wi) dan lapisan lanau-2

pada kondisi pembasahan wi+100%(wsat-wi) ... d-8

Gambar f.1. Simulasi A1, α=40o, θ=0o, kondisi inisial ...f-1

Gambar f.2. Simulasi A1, α=40o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...f-1

Gambar f.3. Simulasi A1, α=40o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+50%(wsat-wi) ...f-1

Gambar f.4. Simulasi A1, α=40o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+75%(wsat-wi) ...f-2

Gambar f.5. Simulasi A1, α=40o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+100%(wsat-wi) ...f-2

Gambar f.6. Simulasi A1, α=50o, θ=0o, kondisi inisial ...f-2

Gambar f.7. Simulasi A1, α=50o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...f-3

Gambar f.8. Simulasi A1, α=50o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+50%(wsat-wi) ...f-3

Gambar f.9. Simulasi A1, α=50o, θ=0o, kondisi pembasahan

(18)

wi+75%(wsat-wi) ...f-3

Gambar f.10. Simulasi A1, α=50o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+100%(wsat-wi) ...f-4

Gambar f.11. Simulasi A1, α=60o, θ=0o, kondisi inisial ...f-4

Gambar f.12. Simulasi A1, α=60o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...f-4

Gambar f.13. Simulasi A1, α=60o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+50%(wsat-wi) ...f-5

Gambar f.14. Simulasi A1, α=60o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+75%(wsat-wi) ...f-5

Gambar f.15. Simulasi A1, α=60o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+100%(wsat-wi) ...f-5

Gambar f.16. Simulasi A1, α=70o, θ=0o, kondisi inisial ...f-6

Gambar f.17. Simulasi A1, α=70o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...f-6

Gambar f.18. Simulasi A1, α=70o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+50%(wsat-wi) ...f-6

Gambar f.19. Simulasi A1, α=70o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+75%(wsat-wi) ...f-7

Gambar f.20. Simulasi A1, α=70o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+100%(wsat-wi) ...f-7

(19)

Gambar f.21. Simulasi A1, α=80o, θ=0o, kondisi inisial ...f-7

Gambar f.21a.Simulasi A1, α=80o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...f-8

Gambar f.22. Simulasi A1, α=80o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+50%(wsat-wi) ...f-8

Gambar f.23. Simulasi A1, α=80o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+75%(wsat-wi) ...f-8

Gambar f.24. Simulasi A1, α=80o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+100%(wsat-wi) ...f-9

Gambar f.25. Simulasi A1, α=90o, θ=0o, kondisi inisial ...f-9

Gambar f.26. Simulasi A1, α=90o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...f-9

Gambar f.27 Simulasi A1, α=90o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...f-10

Gambar f.28. Simulasi A1, α=90o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...f-10

Gambar f.29.Simulasi A1, α=90o, θ=0o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...f-10

Gambar g.1. Simulasi A1, α=40o, θ=5o, kondisi inisial ...g-1

(20)

Gambar g.2. Simulasi A1, α=40o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...g-1

Gambar g.3. Simulasi A1, α=40o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+50%(wsat-wi) ...g-2

Gambar g.4. Simulasi A1, α=40o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+75%(wsat-wi) ...g-2

Gambar g.5. Simulasi A1, α=40o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+100%(wsat-wi) ...g-2

Gambar g.6. Simulasi A1, α=50o, θ=5o, kondisi inisial ...g-3

Gambar g.7. Simulasi A1, α=50o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...g-3

Gambar g.8. Simulasi A1, α=50o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+50%(wsat-wi) ...g-3

Gambar g.9. Simulasi A1, α=50o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+75%(wsat-wi) ...g-4

Gambar g.10. Simulasi A1, α=50o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+100%(wsat-wi) ...g-4

Gambar g.11. Simulasi A1, α=60o, θ=5o, kondisi inisial ...g-4

Gambar g.12. Simulasi A1, α=60o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...g-5

Gambar g.13. Simulasi A1, α=60o, θ=5o, kondisi pembasahan

(21)

wi+50%(wsat-wi) ...g-5

Gambar g.14. Simulasi A1, α=60o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+75%(wsat-wi) ...g-5

Gambar g.15. Simulasi A1, α=60o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+100%(wsat-wi) ...g-6

Gambar g.16. Simulasi A1, α=70o, θ=5o, kondisi inisial ...g-6

Gambar g.17. Simulasi A1, α=70o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...g-6

Gambar g.18. Simulasi A1, α=70o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+50%(wsat-wi) ...g-7

Gambar g.19. Simulasi A1, α=70o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+75%(wsat-wi) ...g-7

Gambar g.20. Simulasi A1, α=70o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+100%(wsat-wi) ...g-7

Gambar g.21. Simulasi A1, α=80o, θ=5o, kondisi inisial ...g-8

Gambar g.22.Simulasi A1, α=80o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...g-8

Gambar g.23. Simulasi A1, α=80o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+50%(wsat-wi) ...g-8

Gambar g.24. Simulasi A1, α=80o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+75%(wsat-wi) ...g-9

(22)

Gambar f.25. Simulasi A1, α=80o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+100%(wsat-wi) ...g-9

Gambar f.26. Simulasi A1, α=90o, θ=5o, kondisi inisial ...g-9

Gambar f.27. Simulasi A1, α=90o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...g-10

Gambar f.28 Simulasi A1, α=90o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...g-10

Gambar f.29. Simulasi A1, α=90o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...g-10

Gambar f.30.Simulasi A1, α=90o, θ=5o, kondisi pembasahan

wi+25%(wsat-wi) ...g-11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1. : Pengujian Sifat Fisik Tanah, Volumetrik dan Gravimetrik...a-1 Lampiran A.2: Lembar Kerja Atterberg Limit ...a-2 Lampiran A.3. : Lembar Kerja Analisa Pembagian Butir ...a-3 Lampiran A.4. : Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO...a-4

(23)

Lampiran A.5. : Klasifikasi Tanah Berdasarkan USCS ...a.5 Lampiran A.6. : Perhitungan Proses Perubahan Parameter Akibat

Pembasahan...a-6 Lampiran A.7. : Perhitungan Kadar Air kertas Filter dan Tegangan Air Pori

Negatif ...a-7 Lampiran A.8. : Hasil Percobaan Permeabilitas Tanah Dengan Constant

Head...a-8 Lampiran A.9. : Perhitungan Koefisien Permeabilitas Dengan Menggunakan

Volumetric Water Content ...a-9 Lampiran B.1. : Hasil Percobaan Kuat Geser Langsung ...b-1 Lampiran C.1. : Tabel Hasil Simulasi Lereng ...c-1 Lampiran C.2. : Persentase Penurunan Nilai Angka Keamanan dari Sudut

kemiringan Lereng ...c-8 Lampiran D.1. : Grafik hasil Simulasi Lereng Berdasarkan Variasi Sudut

Kemiringan Lereng ...d-1 Lampiran D.2. : Grafik hasil Simulasi Lereng Berdasarkan Variasi Tebal

Lapisan Lanau-1 (h1) ...d-3

Lampiran D.3. : Grafik hasil Simulasi Lereng Berdasarkan Variasi Tebal

Lapisan Lanau-2 (h2) ...d-4

Lampiran D.4. : Grafik Hasil Simulasi Lereng Berdasarkan Variasi Sudut

Residual antara Lapisan Lanau ...d-5

(24)

Lampiran D.5. : Gambar Hasil Simulasi Rembesan pada Lereng Berdasarkan Koefisien Permeabilitas pada Berbagai Kondisi ...d-6 Lampiran E.1. : Analisa Regresi Logistik Biner Model-1 (Uji individu) ... ....e-1 Lampiran E.2 : Analisa Regresi Logistik Biner Model-1 (Uji serentak) ... ....e-3 Lampiran E.3 : Analisa Regresi Logistik Biner Model-2 (Uji individu) ... ...e-5 Lampiran E.4 : Analisa Regresi Logistik Biner Model-2 (Uji serentak) ... ...e-7 Lampiran F. : Gambar Bidang Longsor dari Hasil Simulasi Lereng dengan

Variasi Tebal Lapisan Lanau ...f-1 Lampiran G. : Gambar Bidang Longsor dari Hasil Simulasi Lereng dengan

Variasi Sudut Kemiringan Tanah Residual. ...g-1

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Agresti, A, 1990, Categorical Data Analysis, John Wiley and Sons, New York Bowles Joseph E, 1984, Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah),

Erlangga, Jakarta

(26)

Braverman J.D, 1972, Probability, Logic and Management Decision, McGraw Hill Book Company

Das Braja M, 1985, Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis), Erlangga, Jakarta

Deutscher Michael S, 2000, Rainfall-Induced Slope Failures, Geotechnical Research Centre, Singapore

Fredlund D.G,Rahardjo H, 1976, Soil Mechanics for Unsaturated Soils, John Wiley & Sons, New York

Hardiyatmo C.H, 1994, Mekanika Tanah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Hosmer D.W, Lemeshow S, 2000, Applied Logistic Regression, John Wiley & Sons, New York

Huang Yang H, 1927, Stability Analysis Earth Slopes, Van Nostrand Reinhold Company, New York

Muntaha, M, 2006, Studi Perubahan Parameter Tanah Lanau Kelempungan

Akibat Proses Pengeringan dan Pembasahan, Jurnal Teknologi dan

Rekayasa Sipil ITS, Surabaya

Rahardjo P. P, 2002, Failures of Man Made Slopes, Prosiding Seminar Nasional, Bandung

Saroso B. S, 2002, Landslides and Slope Stability (Geologi dan Longsoran di

Indonesia), Prosiding Seminar Nasional, Bandung.

Smith M.J, 1922, Mekanika Tanah, Erlangga, Jakarta

Supranto, J, 2000, Statistik (Teori dan Aplikasi), Erlangga, Jakarta

Supranto J, 1989, Metode Ramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Terzaghi K dan Peck R.B, 1967, Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa, Erlangga, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Palani, Biodiesel Production using Chemical and Biological Methods, A Review of Process, Catalyst, Acyl Acceptor, Source And Process Variables , Renewable and Sustainable

Dalam menciptakan sebuah karya desain, seorang desainer bisa mendapatkan ide atau gagasan berkarya dari mana saja. Bisa dari pengalaman desainer itu sendiri,

Dinas t eknis/ Sat uan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang m enangani Bidang Cipt a Karya di Kabupat en Rem bang adalah Dinas Pekerjaan Um um Daerah Kabupat en Rem

- Mengidentifikasi (Pengetahuan) - Menjelaskan (Pemahaman) - Mengklasifikasikan (Pemahaman) - Menghitung (Aplikasi, Analisis) - Menganilisis (Analisis) - Menentukan (Analisis)

penguasaan materi siswa pada mata pelajaran gambar teknik sehingga hasil.. belajar siswa diharapkan

(1) Pem ohon Inform asi dapat m engajukan keberatan secara tertulis sebagaim ana term uat dalam Lam piran VII Peraturan ini, kepada atasan Pejabat Pengelola Inform asi dan Dokum

Hasil, Seseorang yang memiliki pengalaman kerja lebih banyak akan dapat.. memperoleh hasil pelaksanaan tugas yang lebih

Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.. Penanggulangan Tanah